cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases
ISSN : 25020447     EISSN : 25035134     DOI : -
Core Subject : Health,
JHECDs accept and publish 5 (five) original and review papers within health epidemiology and communicable diseases subject. Any other papers broader than previously mentioned but still related to communicable diseases (e.g economic or policy study related to communicable diseases) are considerable. JHECDs is scheduled publishs twice a year (June and December).
Arjuna Subject : -
Articles 62 Documents
Keragaman nyamuk tersangka vektor Filariasis di tiga Kecamatan Kabupaten Brebes Provinsi Jawa Tengah Shavira Nur Fadhilla; Arum Siwiendrayanti
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 7 No 1 (2021): JHECDs Vol. 7, No. 1, Juni 2021
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jhecds.v7i1.4748

Abstract

Filariasis limfatik merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh cacing filaria dan ditularkan melalui berbagai jenis nyamuk, penyakit ini masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Dampak kesehatan dari penyakit filariasis adalah rasa sakit, kecacatan serta menghambat produktivitas. Berdasarkan profil Kesehatan Kabupaten Brebes 2019 diketahui bahwa terdapat 61 kasus filariasis. Kasus filariasis tertinggi ditemukan pada Kecamatan Ketanggungan, Paguyangan dan Bantarkawung. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui keragaman spesies nyamuk yang diduga menjadi vektor filariasis di tiga kecamatan Kabupaten Brebes. Jenis penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pengambilan sampel secara purposive. Pengumpulan data dilakukan dengan survei entomologi. Data dianalasis secara deskriptif berdasarkan kelimpahan nisbi, frekuensi dominansi nyamuk dan keberadaan mikrofilaria pada nyamuk. Hasil penelitian menemukan enam spesies yaitu Culex quinquefasciatus, Cx. vishnui, Cx. tritaeniorhyncus, Cx. bitaeniorhyncus, Armigeres sp dan Aedes aegypti. Spesies nyamuk yang dominan di tiga kecamatan tersebut adalah Culex quinquefasciatus, dengan angka dominansi sebesar 73,04 di Kecamatan Ketanggungan, 50 di Kecamatan Bantarkawung dan 43,75 di Kecamatan Paguyangan. Kondisi lingkungan fisik suhu dan lingkungan di lokasi tersebut yaitu 19-31,7oC dan 59-99%. Simpulan penelitian ini yaitu nyamuk yang berpotensi sebagai vektor filariasis adalah Culex quinquefasciatus dengan lokasi terbanyak di Kecamatan Ketanggungan.
The determinants of anemia severity and BMI level among anemic women of reproductive age in Indonesia Lea Masan; Abi Rudi; Yunida Hariyanti; Hairil Akbar; Maretalinia Maretalinia; Abubakar Yakubu Abbani
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 7 No 1 (2021): JHECDs Vol. 7, No. 1, Juni 2021
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jhecds.v7i1.4760

Abstract

Indonesia is one developing country with vary of social and culture forms, especially in Eastern part. As the vulnerable group, women of reproductive age are still facing the malnutrition, including anemia. This study aimed to examine the determinants of severity of anemia and BMI (Body Mass Index) level among anemic women. Methods: This study used the secondary data IFLS East (Indonesia Family Life Survey East) with totally 1,021 anemic women as a sample based on sampling method of SUSENAS 2010. The sample has been chosen by multi-stage random sampling with completeness of hemoglobin, weight, and height data. The dependent variables are level of anemia and level of BMI. This study tested for the univariate, bivariate (chi-square), and multivariate (ordinal logistic regression) by using STATA software. Results: The determinants of severity of anemia are BMI (AOR 1,32), place of resident (AOR 0,73), pregnancy status (AOR 0,22), and involvement in community activity (AOR 0,64). The determinant of BMI is anemia status (AOR 0.53), place of resident (AOR 0,46), educational level (AOR 0,46), pregnancy status (AOR 7,76), breastfeeding status (AOR 2,.54), ethnicity (AOR 2,42), being a Protestant (AOR 1,62), being a Chatolic (AOR 2,31), miscarriage history (AOR 5,05), and egg consumption (AOR 1,50). Conclusions: Pregnancy status is the strongest variables related to severity of anemia and pregnancy status, breastfeeding status, and ethnicity are the strongest variables related to BMI.
Survei nyamuk Culex sp. pada lingkungan sekitar penderita filariasis di Kabupaten Brebes Ulfatul Magfiroh; Arum Siwiendrayanti
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 7 No 1 (2021): JHECDs Vol. 7, No. 1, Juni 2021
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jhecds.v7i1.4992

Abstract

Jumlah kasus filariasis di Kabupaten Brebes meningkat dari tahun ke tahun. Penderita filariasis pada tahun 2016, 2017, dan 2018 berturut-turut terdapat 25, 54, dan 61 kasus filariasis di Kabupaten Brebes. Pada tahun 2018 Kabupaten Brebes menempati urutan kedua kasus filariasis terbanyak di Provinsi Jawa Tengah. Tujuan penelitian untuk mengetahui gambaran kondisi lingkungan sekitar penderita, kepadatan nyamuk, angka dominasi, dan angka infeksi mikrofilaria nyamuk Culex sp. Jenis penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode total sampling. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis univariat. Lingkungan fisik yang berisiko adalah genangan air, selokan, kandang ternak, dan semak-semak. Kepadatan nyamuk di tempat penelitian yang belum memenuhi persyaratan Permenkes No. 50 Tahun 2017 adalah Kecamatan Ketanggungan (Desa Ketanggungan, Dukuhturi, Karangmalang, Baros, Cikeusal Lor, dan Jemasih) serta Kecamatan Paguyangan (Desa Taraban). Nyamuk yang paling dominan adalah nyamuk Culex quinquefasciatus dengan angka dominasi sebesar 85,25%. Berdasarkan hasil pembedahan semua spesies nyamuk tidak mengandung mikrofilaria. Kami menyarankan dinas kesehatan setempat untuk melakukan pengelolaan lingkungan dan tindakan preventif untuk mencegah penularan filariasis.
Hospital based dengue hemorrhagic fever surveillance management in Buleleng District, Bali during Covid-19 pandemic I Gede Peri Arista; Anak Agung Sagung Sawitri; I Made Suganda Yatra
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 7 No 2 (2021): JHECDs Vol. 7, No. 2, Desember 2021
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jhecds.v7i2.5266

Abstract

Buleleng is district with the highest cases of Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) in Indonesia on 2021. To reduce morbidity and prevent the event of the outbreak, it is necessary to evaluate the surveillance system. The purpose of this study was to evaluate the implementation of DHF surveillance in the Buleleng District. This research is a qualitative study conducted during the Covid-19 pandemic. The research location was in the Buleleng District to 27 informants consisting of one surveillance officer from the district health office and 26 surveillance officers from the hospitals and primary health care. Primary data collected using in-depth interviews and secondary data using document studies. This research uses the triangulation technique, analyzed of respondent characteristics was carried out using descriptive analysis assisted by IBM SPSS Statistics version 22 presented using tables and surveillance attribute analysis is carried out by data reduction presented in narrative form. The results showed that 11.1% of officers were still educated to high school, 25.9% of officers had never been trained, 92.6% of officers carried out multiple tasks, 3.7% of officers held programs under one year, 29.6% of officers were aged above 40 years, there is no budget for the empowerment of larva monitoring program, sensitivity and positive predictive value is quite low, data quality, acceptability, representativeness and stability are not optimal. The implementation of the surveillance has not been optimal due to limited manpower, cost and unfulfilled standards for several surveillance attributes. Reporting and diagnosis of cases need to be improved as the first step in efforts to prevent and control DHF.
Analisis faktor risiko kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sungai Raya, Kabupaten Hulu Sungai Selatan Dian Rosadi; Nadia Hildawati
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 7 No 2 (2021): JHECDs Vol. 7, No. 2, Desember 2021
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jhecds.v7i2.5054

Abstract

Hipertensi merupakan penyakit yang terjadi apabila seseorang saat diukur tekanan darahnya mengalami peningkatan >140 mmHg dan/atau tekanan darah diastolik >90 mmHg. Data Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Selatan tahun 2018, hipertensi menduduki peringkat pertama dari 10 penyakit terbanyak yaitu sebanyak 70.195 kasus baru dan 184.946 kasus lama dan terbanyak di Puskesmas Sungai Raya sebesar 585 kasus, namun tahun 2020 kejadian hipertensi meningkat menjadi 1.371 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan jenis kelamin, umur, kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan konsumsi buah dan dayur dengan kejadian hipertensi pada masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sungai Raya. Rancangan penelitian adalah observasional analitik dengan pendekatan cross sectional. Tempat penelitian ini di wilayah kerja Puskesmas Sungai Raya dan waktu penelitian adalah bulan Maret 2021. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat di wilayah kerja Puskesmas Sungai Raya. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik non probability sampling dengan pertimbangan kelengkapan data pasien. Instrument yang digunakan adalah kuisioner deteksi dini PTM Posbindu. Variabel terikatnya adalah kejadian hipertensi dan variabel bebasnya adalah umur, jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan konsumsi buah dan sayur. Analisis data menggunakan uji chi square. Hasil penelitian menunjukan ada hubungan umur (p-value 0,0001) dengan kejadian hipertensi, sedangkan jenis kelamin, kebiasaan merokok, aktivitas fisik dan konsumsi buah dan sayur menunjukan tidak ada hubungan dengan kejadian hipertensi.
Hubungan ko-infeksi soil-transmitted helminths terhadap status gizi pada penderita tuberkulosis di Kecamatan Puger Enny Suswati; Muhammad Alif Taryafi; Bagus Hermansyah; Muhammad Ali Shodikin; Yunita Armiyanti; Angga Mardro Raharjo
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 7 No 2 (2021): JHECDs Vol. 7, No. 2, Desember 2021
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jhecds.v7i2.5123

Abstract

Tuberkulosis (TB) adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium tuberculosis. Kejadian ko-infeksi parasit di daerah endemik TB sering dilaporkan yang mengakibatkan kondisi penderita TB semakin parah dan sulit disembuhkan. Ko-infeksi cacing pada penderita TB diketahui berpengaruh terhadap respon imun, proses pengobatan, status gizi, dan prognosisnya. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan ko-infeksi soil-transmitted helminthiasis (STH) terhadap status gizi pada penderita TB di Kecamatan Puger, Kabupaten Jember. Studi ini adalah penelitian observasi dengan desain cross sectional yang dilakukan di Puskesmas Puger, Kabupaten Jember, Jawa Timur pada September 2019 sampai Januari 2020. Data ko-infeksi cacing pada penderita TB diperoleh dari pemeriksaan feses dengan metode sedimentasi dan flotasi sedangkan status gizi diperoleh dari pengukuran indek masa tubuh (IMT). Analisis data menggunakan uji Chi-square untuk mengethui adanya hubungan ko-infeksi STH terhadap status gizi penderita TB. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 6 dari 32 pasien TB (18,72 %) terinfeksi STH, 4 (%) terinfeksi Ascaris lumbricoides, dan 2 (%) terinfeksi hookworms. Hasil pengukuran IMT adalah18 (56,25%) yang mengindikasikan bahwa penderita TB berstatus gizi kurang dan14 (43,75%) berstatus gizi normal. Hasil uji Chi Square menunjukkan tidak ada hubungan ko-infeksi STH terhadap status gizi penderita TB (p>0,05). Dengan demikian, perlu dilakukan edukasi pada penderita TB tentang gizi seimbang khususnya di wilayah puskesmas Puger Kabupaten Jember, Jawa Timur agar status gizi dapat meningkat.
Pengaruh keberadaan fasilitas kesehatan terhadap penemuan kasus tuberkulosis di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2019 Winarty Natalia Hasibuan; Wulan Sari Rasna Giri Sembiring; Deni Fakhrizal
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 7 No 2 (2021): JHECDs Vol. 7, No. 2, Desember 2021
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jhecds.v7i2.5364

Abstract

Tuberkulosis (TB) merupakan penyebab kematian tertinggi ke-10 di dunia. Kasus TB di Kabupaten Tanah Bumbu tahun 2019 yaitu 344 kasus. Salah satu faktor yang menyebabkan penyebaran TB Paru yaitu fasilitas kesehatan yang sulit diakses karena keadaan geografis. Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat gambaran dan pengaruh sacara spasial kondisi wilayah dan fasilitas kesehatan dengan kasus Tuberkulosis (TB) di Kabupaten Tanah Bumbu. Penelitian ini adalah analisis data sekunder yang dilakukan pada sepuluh kecamatan di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu secara agregat. Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Spasial Autoregression (SAR) untuk melihat keterkaitan wilayah terhadap kasus TB dan faktor lainnya. Dari empat variabel independen yang diuji (luas wilayah, kepadatan penduduk, fasilitas kesehatan dan tenaga kesehatan) didapatkan hasil bahwa yang mempengaruhi kasus TB di wilayah Kabupaten Tanah Bumbu adalah keberadaan fasilitas kesehatan (p-value 0,0001), sementara tiga variavel lainnya tidak berpengaruh.
Hubungan Penerapan Etika Batuk pada Penderita TB Paru dengan Kejadian TB Paru pada Pasangan di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar putri hermaya; Safarianti Safarianti; Teuku Mamfaluti
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 7 No 2 (2021): JHECDs Vol. 7, No. 2, Desember 2021
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jhecds.v7i2.5438

Abstract

Tuberkulosis (TB) Paru merupakan salah satu penyakit infeksi penyebab kematian tertinggi di dunia. Lingkungan yang memiliki risiko penularan Mikobakterium tuberkulosis (MTB) yang besar adalah rumah. Pasangan merupakan anggota yang memiliki lama dan kualitas kontak terbaik di rumah. WHO merekomendasikan 7 poin rekomendasi untuk mencegah transmisi MTB, salah satunya adalah penerapan etika batuk. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penerapan etika batuk pada penderita TB Paru dengan kejadian TB Paru pada pasangan penderita di Kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh Besar. Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional dengan desain cross-sectional. Data diolah menggunakan uji chi square terhadap 94 sample yang diambil dengan simple random sampling. Hasil penelitian didapatkan 76,6% dari penderita TB Paru tidak menerapkan etika batuk dengan baik dan hanya 3,2% pasangan penderita yang mengalami TB Paru. Penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan etika batuk yang buruk pada penderita TB Paru tidak berpengaruh secara signifikan terhadap kejadian TB Paru pada pasangan (p=0,072). Hal ini disebabkan sedikitnya jumlah pasangan yang terkena TB Paru. Faktor lingkungan dalam pengendalian MTB dan peran genetik dalam kerentanan terhadap MTB diduga berperan dalam kejadian ini.
Distribusi spasial Covid-19 di DKI Jakarta, Indonesia (Januari 2021 - Oktober 2021) Arianty Siahaan; Budi Utomo; Roma Yuliana; Martya Makful; Risma Risma; Ngabila Salama
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 7 No 2 (2021): JHECDs Vol. 7, No. 2, Desember 2021
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22435/jhecds.v7i2.5552

Abstract

Pandemi COVID-19 telah menjadi ancaman dunia. Tingkat nasional kasus Covid-19 hingga 15 Oktober 2021 mencapai 4,2 juta kasus kumulatif dengan jumlah orang yang meninggal 142.889 jiwa. Provinsi DKI Jakarta adalah provinsi tertinggi yang memiliki kasus Covid-19 di Indonesia dan termasuk kota yang padat penduduk. Tujuan dari penelitian ini ingin melihat hubungan antara populasi terhadap kasus konfirmasi COVID-19 secara spasial. Data penelitian ini mencakup 5 area administratif dan 42 kecamatan di DKI Jakarta. Data yang digunakan ialah data surveilans COVID-19 Dinas Kesehatan DKI Jakarta mulai tanggal 1 Januari 2021-Oktober 2021. Analisis data menggunakan analisis deskriptif spasial, Global Moran I, dan LISA. Hasil analisis menemukan bahwa hubungan spasial antara populasi dengan kasus konfirmasi COVID-19 di DKI Jakarta pada Januari 2021-Oktober 2021 dengan pola penyebaran mengelompok. Kecamatan yang menjadi hotspot (high-high) adalah Kecamatan Kalideres. Pemerintah sebaiknya fokus kepada daerah kecamatan dengan populasi tinggi dan mengatur pembatasan mobilitas secara ketat agar dapat mengendalikan kasus COVID-19 di DKI Jakarta.
JHECDs, Vol 7. No. 2, Desember 2021 Deni Fakhrizal
JHECDs: Journal of Health Epidemiology and Communicable Diseases Vol 7 No 2 (2021): JHECDs Vol. 7, No. 2, Desember 2021
Publisher : Balai Litbangkes Tanah Bumbu

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract