cover
Contact Name
Vincent Wenno
Contact Email
vincentkalvin@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnal.kenosis@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota ambon,
Maluku
INDONESIA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi
ISSN : 24606901     EISSN : 26564483     DOI : -
Jurnal Kenosis bertujuan untuk memajukan aktifitas dan kreatifitas karya tulis ilmiah melalui media penelitian dan pemikiran kritis analitis di bidang kajian Teologi serta ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan Teologi yang diterbitkan oleh Fakultas Ilmu Sosial Keagamaan Institut Agama Kristen Negeri Ambon.
Arjuna Subject : -
Articles 130 Documents
Siapakah yang Kamu Cari?: Suatu Analisis atas Kisah Penangkapan Yesus dalam Yohanes 18:1-11 Yulianus Niba
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 7, No 1 (2021): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v1i1.203

Abstract

This study attempts to analyze the Story of the Arresting of Jesus in John 18:1-11. The aim is to explore the meaning contained in this scene, more specifically related to Jesus' question "Who are you looking for?" and automatically relates to Jesus' answer "I am He". The method used in this study is descriptive qualitative by paying attention to the points of interpretation. The results of the study, found several points; first, it was not actually the soldiers who arrested Jesus, but Jesus who arrested the soldiers. Second, Jesus' question, "Who are you looking for?" is an anticipation that also contains the message that whoever seeks Jesus earnestly, he will find Him. Third, the answer “I am He” indicates the identification of Jesus as God. Finally, the scene in John 18:1-11 displays the qualities of Jesus.AbstrakStudi ini berupaya untuk menganalisis Kisah Penangkapan Yesus dalam Yohanes 18:1-11. Tujuannya adalah untuk menggali makna yang terkandung dalam adegan ini, lebih khusus berkaitan dengan pertanyaan Yesus “Siapakah yang kamu cari?” dan dengan sendirinya berkaitan dengan jawaban Yesus “Akulah Dia”. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah kualitatif deskriptif dengan memperhatikan pokok-pokok penafsiran. Hasil dari penelitian, menemukan beberapa poin; pertama, sesungguhnya bukan para serdadu yang menangkap Yesus, tetapi Yesuslah yang menangkap para serdadu. Kedua, pertanyaan Yesus, “Siapa yang kamu cari?” merupakan sebuah antisipasi yang juga mengandung pesan bahwa barang siapa mencari Yesus dengan sungguh-sungguh, maka ia akan menemukan-Nya. Ketiga, jawaban “Akulah Dia” menunjukkan perkenalan diri Yesus sebagai Allah. Terakhir, adegan dalam Yohanes 18:1-11 menampilkan kualitas Yesus.
MUSIK DAN TARIAN KONTEMPORER DALAM RITUAL IBADAH GEREJAWI (Analisis Literer Mazmur 150) JUSUF HARIES KELELUFNA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 4, No 1 (2018): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v4i1.48

Abstract

Tulisan ini dilatarbelakangi oleh perbedaan pendapat di antara denominasi gereja mengenai jenis alat musik apa yang boleh dan yang tidak boleh digunakan, serta aliran musik apa yang boleh dan yang tidak boleh dimainkan dalam ritual ibadah gerejawi. Kitab Mazmur 150 mengemukakan berbagai aspek mengenai memuji TUHAN termasuk penggunaan berbagai alat musik, itulah sebabnya penelitian ini dilakukan dengan pendekatan analisis literer meliputi analisis leksikal dan gramatikal terhadap Mazmur 150 dengan tujuan memberikan argumentasi biblis tentang berbagai aspek dalam memuji TUHAN yang terdiri atas; Arti memuji TUHAN, tempat memuji TUHAN, alasan memuji TUHAN, cara memuji TUHAN, serta para pemuji. Hasil analisis terhadap teks Mazmur 150 kemudian didialogkan dengan ritual ibadah gerejawi saat ini. Hasil analisis mengungkapkan beberapa hal yaitu; Pertama, kata Ibrani halelûyāh  (pujilah TUHAN) adalah suatu tindakan yang kontinu, melampaui batasan kebiasaan, bersifat pribadi, serta merupakan ekspresi spontanitas dan kegembiraan jemaat. Memuji TUHAN seperti ini dimungkinkan apabila dilakukan dalam bentuk ritual ibadah gereja yang menggunakan musik dan tarian kontemporer. Kedua, tempat memuji TUHAN adalah gereja tetapi juga suatu tempat di mana saja. Hal ini berarti musik dan tarian adalah sesuatu yang “netral” untuk digunakan dalam ritual ibadah gerejawi maupun digunakan di luar gereja. Ketiga, alasan kenapa seseorang memuji Tuhan adalah sebagai bentuk ucapan syukur atas karya penyelamatan dan pemeliharaan TUHAN. Hal ini menekankan perbedaan mendasar antara penyanyi lagu rohani Kristen dengan pemuji TUHAN. Keempat, cara memuji TUHAN adalah dengan aktifitas menyanyi diiringi permainan seperangkat set alat musik modern (band), disertai dengan tari-tarian. Kelima, Para pemuji adalah pribadi-pribadi dengan seluruh eksistensinya tetapi juga semua orang dalam satu komunitas (jemaat). Sifatnya sebagai hubungan pribadi menjadikan musik dan tarian kontemporer jika digunakan dalam ritual ibadah gerejawi maka ibadah tersebut akan lebih ekspresif dan dinamis serta memberikan ruang bagi jemaat untuk lebih intim dengan TUHAN.
Mewariskan Keberpihakan Lewat Musik: Suatu Interpretasi Teologis yang Berpihak Kepada Penyandang Disabilitas terhadap Lagu “Fly” Kritsno Saptenno
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 5, No 2 (2019): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v5i2.54

Abstract

Musik gereja dalam agama Kristen adalah salah satu perangkat yang digunakan untuk menginternalisasikan nilai-nilai kepada umat. Akan tetapi, nilai yang diwariskan dalam musik cenderung diarahkan kepada relasi manusia dengan Tuhan (penyembahan), sehingga keberpihakan kepada isu sosial seperti keberadaan para penyandang disabilitas tidak mendapat tempat. Hal ini berbeda produk budaya populer, seperti musik pop yang giat menunjukan keberpihakannya kepada para penyandang disabilitas, semisal lagu Flykarya Avril Lavine. Makalah bertujuan untuk memperlihatkan keberpihakan musik pop kepada para penyandang disabilitas, sehingga komunitas religius seperti gereja dapat belajar untuk menjadi komunitas yang berpihak kepada penyandang disabilitas. 
5 (LIMA) NILAI BUDAYA KERJA KEMENTRIAN AGAMA (Analisis dari Injil Sinoptis) IBELALA GEA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 2, No 1 (2016): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v2i1.30

Abstract

Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan hasil penelitian tentang konsep teori 5 (lima) nilai budaya kerja Kementerian Agama  dan bagaimana analisis aplikasinya menurut Injil Sinoptis. Temuan penelitian menunjuk bahwa Injil Sinoptis (Matius, Markus, dan Lukas) memberitakan bahwa jauh sebelum ada teori nilai budaya kerja (integritas, profesionalitas, inovasi, tanggungjawab dan keteladanan), Yesus telah mengajarkan dan melakukannya. Injil sinoptis memberitakan  bahwa Yesus telah mengajarkan kejujuran baik perkataan dan perbuatan (Matius 5:37; Markus 12:13; Lukas 16:8). Profesionalitas mendapat perhatian dari pengajaran Yesus (Lukas 5:1-11) dimana keahlian sangat didorong untuk dimiliki oleh semua orang, namun harus tetap rendah hati dan mengutamakan kuasa Tuhan dalam segala hal.  Inovasi adalah usaha untuk selalu mengalami peningkatan melalui berbagai kreasi dan teknologi, namun kemajuan harus didapat dengan cara-cara yang benar. Demikian inovasi sebaiknya didasarkan pada peraturan dan kehendak Tuhan. Di dalam Inji Sinoptis memberitakan tentang tanggungjawab. Dimana setiap orang diharapkan bertanggungjawab pada setiap perbuatan dan tindakannya, bukan hanya dipertanggungjawabkan kepada manusia, tetapi juga kepada Allah sebagai penerima tanggungjawab akhir (Matius 25:21-28).Sedangkan nilai budaya kerja keteladanan, kitab Injil memberitakan bahwa Yesus mengajarkan supaya setiap orang harus menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan. Lebih jauh Injil Matius 20:28 dan markus 10:45, bahwa Yesus telah membuat pernyataan bahwa Ia datang ke dunia untuk melayani dan bukan dilayani. 
Cara Pandang Guru Kristen terhadap Otoritas dalam Kerangka Kisah Agung Dinda Mawar Sandi; Cathryne Berliana Nainggolan
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 6, No 2 (2020): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v6i2.95

Abstract

The teacher is an influential person in the classroom. The magnitude of this influence is because the teacher has the authority to be responsible in the classroom. However, not all teachers can exercise their authority in the classroom properly. Teachers treat students too hard or too softly in class so that it takes the teacher's role to be able to carry out their duties with the right authority. Teachers will be able to exercise authority properly if they have the right perspective on authority. The purpose of this paper is to explain the importance of a Christian teacher's perspective in exercising authority in the classroom towards students. The research method used is literature review, using books and journals related to the topic. The teacher's authority is the authority given by God the highest authority. The Great Story is a Biblical framework of creation, fall, redemption, and exaltation. Since the beginning of creation, God has given authority to Adam & Eve to rule and maintain the earth. This proves that the teacher's authority is a gift from God that must be worked out. The result of writing this paper is that the Christian perspective on authority is the basis for teachers to exercise their authority. This perspective helps Christian teachers understand the source and purpose of the authority given, which is for the glory of God so that the teacher can exercise his authority properly.AbstrakGuru merupakan pribadi yang berpengaruh di dalam kelas. Besarnya pengaruh tersebut dikarenakan guru memiliki otoritas untuk bertanggung jawab di dalam kelas. Namun demikian, tidak semua guru dapat menjalankan otoritasnya di dalam kelas dengan baik. Guru memperlakukan siswa terlalu keras atau terlalu lembut di kelas sehingga dibutuhkan peran guru untuk dapat menjalankan tugasnya dengan otoritas yang benar. Guru akan dapat menjalankan otoritas dengan benar jika memiliki dasar cara pandang yang benar pula mengenai otoritas. Tujuan dari makalah ini untuk menjelaskan pentingnya cara pandang guru Kristen dalam menjalankan otoritas di kelas terhadap siswa. Metode penelitian yang digunakan adalah kajian pustaka, dengan menggunakan buku dan jurnal yang terkait dengan topik. Otoritas guru merupakan otoritas yang diberikan oleh Tuhan sang pemegang otoritas tertinggi. Kisah Agung adalah kerangka pikir Alkitab yang terdiri dari penciptaan, kejatuhan, penebusan, dan pemuliaan. Sejak awal penciptaan, Tuhan sudah memberikan otoritas kepada Adam dan Hawa untuk menguasai dan memelihara bumi. Hal tersebut membuktikan bahwa otoritas yang dimiliki guru adalah pemberian Tuhan yang harus dikerjakan. Hasil dari penulisan makalah ini adalah cara pandang Kristen terhadap otoritas adalah dasar guru menjalankan otoritasnya. Cara pandang tersebut membantu guru Kristen memahami sumber dan tujuan otoritas yang diberikan yaitu untuk kemuliaan Allah sehingga guru dapat mempraktikkan otoritasnya dengan benar.
MUSIK SEBAGAI MEDIA BERBAGI IMAN BRANCKLY EGBERT PICANUSSA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 3, No 1 (2017): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v3i1.46

Abstract

Musik merupakan salah satu media bukan hanya digunakan oleh orang-orang Kristen dalam peribadahan, tetapi juga untuk berbagi iman. Orang-orang Kristen sebaiknya menggunakan musik untuk  mengembangkan salah satu bentuk dari spiritualitas kristiani, yakni melayani semua orang dan mengarahkannya kepada Kristus.
"INISIATIF UNTUK MENGASIHI" Membaca Etika Paulus dalam Roma 12:9-21 serta Implikasinya bagi Pembangunan Perdamaian Vincent Kalvin Wenno
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 3, No 2 (2017): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v3i2.8

Abstract

Artikel ini ditulis dengan sadar bahwa konflik menjadi bagian hidup yang tidak bisa dipisahkan. Untuk itu, perjuangan perdamaian harus terus dilakukan sepanjang kehidupan manusia. Perdamaian harus dirawat dan dibina sehingga kehidupan menjadi harmonis. Untuk membangun perdamaian tersebut, maka saya melihat orang Kristen perlu mengembangkan kasih dalam menjalin hubungan kerja sama dengan orang lain, agama lain. Sayangnya kasih dianggap sebagai cerita atau ajaran yang dangkal dan tidak mempunyai relevansi. Artikel ini bertujuan untuk membaca etika paulus dalam Roma 12:9-21 dan menganalisis kasih sebagai dasar dari inisiatif untuk membangun perdamaian. Jadi, kasih perlu dikembangkan kepada sesama sebagai inisiatif yang kreatif, berani, dan merangkul semua orang.
KONSEP HAMBA BERDASARKAN MARKUS 10:44 Ezra Tari; Talizaro Tafonao
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 5, No 1 (2019): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v5i1.57

Abstract

Penelitian ini bertujuan menemukan makna hamba berdasarkan Injil Markus 10:44. Umat Kristen menemukan diri sebagai hamba yang taat pada tuannya menjalankan semua tugas yang diembannya. Hamba yang baik adalah mereka yang taat kepada Firman Allah dan sabar menanggung penderitaan. Setiap orang dipanggil kepada Allah melalui Yesus Kristus yang merindukan kebebasan dan mendambakan kehidupan yang bahagia. Metode penelitian yang digunakan penulis adalah eksegesis terhadap teks Alkitab. Selain itu, peneliti juga menggunakan sumber berupa literarur dalam menyelidiki dan menganalisis teks tersebut. Berdasarkan pembahasan, penulis menarik beberapa kesimpulan: pertama, seorang hamba harus taat seperti Yesus. Kedua, menjadi hamba berarti harus menyangkal diri, merelakan diri dan hidupnya untuk melayani orang lain. Yesus adalah contoh hamba yang masih sangat relevan dalam kehidupan kekirstenan hingga saat ini.
(BER) - TEOLOGI DARI FILM CA BAU KAN SJ BOTARA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 1, No 2 (2015): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v1i2.25

Abstract

Tulisan ini menguraikan tentang kekuatan Cinta yang mampu mengubah dendam dan kekerasan menjadi maaf dan pengampunan sebagaimana dikisahkan dalam film Ca Bau Kan karya Nia Dinata (based on a novel Remy Sylado).Menariknya adalah film Ca Bau Kan bukanlah film yang menceritakan success story orang-orang hebat, melainkan film yang menceritakan kisah pilu perempuan pekerja seks komersial yang acapkali dipandang sebagai sampah masyarakat. Film Ca Bau Kan adalah penggalan fragmen kehidupan yang diceritakan secara jujur dan penuh makna, dan tidak ada yang salah jika mau diambil sari-sari kehidupan yang diperjuangkan oleh orang-orang biasa yang biasanya diabaikan, namun pengalaman mencintanya yang dalam dan terlihat biasa-biasa saja itu menjadi sesuatu yang tidak biasa karena dalam penderitan mereka itulah wajah Yesus yang tersalib dapat disaksikan secara luar biasa. Upaya berteologi seperti ini bukanlah hal baru, sekalipun untuk sebagian kalangan masih saja terasa asing. Apalagi, film Ca Bau Kan yang syarat makna ditinjau dari perspektif teologi mistik Kristiani. Pilihan pendekatan sebagai kerangka kesadaran metodologis dalam upaya berteologi semacam ini pun mengundang tanya yang mendalam, sebab mistik terlanjur dimengerti secara parsial dan bernada negatif, sekalipun faktanya umat tidak asing dengan dunia mistik. Menjadi lebih repot apabila mistik disandingkan dengan teologi Kristiani menjadi teologi mistik Kristiani. Tinjauan terhadap film Ca Bau Kan dari perspektif teologi mistik Kristiani hendak memperlihatkan salah satu model berteologi yang meneguhkan keabsahan dan relevansi dari peziarahan hidup yang kebanyakan dilalui melalui jalan mistik.
Multikulturalisme dalam Terbitan Boekhandel Tan Khoen Swie 1916-1953 Belly Isayoga Kristyowidi
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 6, No 1 (2020): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37196/kenosis.v6i1.83

Abstract

Tulisan ini mengkaji tentang nilai-nilai multikulturalisme yang terkandung dalam terbitan Boekhandel Tan Khoen Swie pada periode 1916-1953. dengan menggunakan metode sejarah, dengan langkah-langkah menelusuri sumber-sumber (heuristik), mengkritisi (kritik sumber), melakukan intepretasi, hingga menuangkan dalam tulisan (historiografi). Data-data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh melalui studi literatur, arsip, dan hasil wawancara dengan anggota keluarga Tan Khoen Swie. Hasil studi ini menunjukkan bahwa melalui penerbitan Boekhandel Tan Khoen Swie, Tan Khoen Swie telah memiliki andil dalam penyebaran informasi dan pengetahuan kepada masyarakat, tidak hanya di Pulau Jawa tetapi juga wilayah-wilayah lain di Indonesia. Dengan memperhatikan keberagaman masyarakat yang menjadi pembaca, tema-tema kultural dan spiritualitas mendominasi buku-buku yang diterbitkannya, dan beberapa buku diterjemahkan dari Bahasa Jawa dan/atau Tionghoa ke dalam Bahasa Melayu, dan sebaliknya.

Page 2 of 13 | Total Record : 130