Articles 
                130 Documents
            
            
                        
            
                                                        
                        
                            ALLAH MENJADI MANUSIA Sebuah Uraian Teologis 
                        
                        IBELALA GEA                        
                         KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 2, No 2 (2016): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI 
                        
                        Publisher : IAKN Ambon 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37196/kenosis.v2i2.37                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan apa motif dan tujuan teologis mengapa Allah menjadi manusia, dan bagaimana cara rasul Yohanes menjelaskan secara kontekstual, hingga dapat difahami oleh para pembaca dan pendengar, khususnya sebagaimana yang dijumpai pada prolog Injil Yohanes 1:1-18. Hasil penelitian adalah bahwa rasul Yohanes menggunakan istilah “Logos†untuk menjelaskan bagaimana prosesnya Allah menjadi manusia atau Firman yang menjadi daging; dengan tetap mengakar pada  pemahaman Yudaisme dimana oleh Hokmah-Yahwe yakni melalui “Dabar Yahwe†telah menciptakan alam semesta (kejadian 1:1). Yohanes memahami sebagaimana Allah oleh Firman-Nya telah menciptakan langit dan bumi dalam konsepsi dan pola pikir Yudaisme. Sebab itu Yohanes memperkenalkan ke-Illahi-an Yesus yang se-zat dan setara dengan Allah, sebagaimana Allah sama dengan Firman-Nya. Untuk menjelaskan hal itu, Yohanes memberitakan eksistensi Yesus Kristus sejak pra-eksistensi yakni sebelum kemenjadian Yesus Kristus menjadi daging, yakni pada mulanya adalah Firman, Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah, Yohanes 1:1 (In the begining was the Word, and the Word was God). Kemenjadian Allah menjadi manusia adalah tindakan resposisi diri Allah untuk berkomunikasi dengan manusia berdosa dan bersifat final, setelah berulang kali Dia berfirman kepada manusia (Ibrani 1:1-3). Sebab itu Yesus Kristus adalah sebagai kepenuhan Allah atau Pleromai (Yohanes 1:16; Kolose 1:19). Maka berdasarkan fungsi dan eksistensi Yesus Kristus sebagai finalisasi kepenuhan Allah, maka Yesus Kristus menjadi sumber kasih karunia, sehingga hanya dalam Dia, kasih karunia Allah dapat diterima, bukan yang lain (Yohanes 14:6).
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Joseph Kam 1815-1833: Perannya dalam Pendidikan di Ambon 
                        
                        Belly Isayoga Kristyowidi                        
                         KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 7, No 1 (2021): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI 
                        
                        Publisher : IAKN Ambon 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37196/kenosis.v1i1.285                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
This article aims to explore the role of Joseph Kam in the development of education and Christianity for the natives in Ambon in 1815-1833. This paper refers to the historical writing method in order to describe and analyze every event in the dimensions of space and time, with the principles of historical research, the historical method has stages from heuristics, verification, interpretation to historiography. The presence and efforts made by Joseph Kamp in the Dutch East Indies in particular in Ambon have made a major contribution to the indigenous people's literacy. His persistence in imparting education is always accompanied by the mission of the Nederlandsch Zendeling Genootschap to spread the gospel of Jesus Christ among the indigenous people. In addition to providing formal education by providing reading, writing, and arithmetic education to his students, Joseph Kamp also provides non-formal education by providing opportunities for his students to gain hands-on experience on how to operate a printing press or become part of the crew Schooner. Joseph Kam's persistence and hard work in serving the indigenous people have made an imprint on the hearts of Maluku.AbstrakTulisan ini bertujuan untuk menkesplorasi peran Joseph Kam terhadap perkembangan pendidikan dan kekristenan bagi para pribumi di Ambon pada tahun 1815-1833. Tulisan ini mengacu pada metode penulisan sejarah guna menguraikan dan menganalisis setiap peristiwa dalam dimensi ruang dan waktu, dengan kaidah-kaidah penelitian sejarah, metode sejarah memiliki tahapan dari heuristik, verifikasi, intepretasi hingga historiografi. Kehadiran serta usaha yang dilakukan oleh Joseph Kamp di Hindia Belanda secara khusus di Ambon telah memberikan kontribusi besar kepada masyarakat pribumi agar melek huruf. Ketekunannya dalam menanamkan pendidikan selalu dibarengi dengan misi dari Nederlandsch Zendeling Genootschap untuk mewartakan Injil Yesus Kristus di tengah-tengah masyarakat pribumi. Selain memberikan pendidikan secara formal dengan memberikan pendidikan membaca, menulis serta berhitung kepada para siswanya, Joseph Kamp juga membekali dengan pendidikan nonformal yaitu dengan memberikan kesempatan bagi para peserta didiknya untuk memperoleh pengalaman secara langsung tentang bagaimana cara mengoperasikan mesin cetak maupun menjadi bagian dari awak kapal Schooner. Kegigihan serta kerja keras Joseph Kam dalam melayani masyarakat pribumi telah membekas di hati masyarakat Maluku
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            MASYARAKAT VIRTUAL, MITOS DAN PERILAKU KONSUMTIF 
                        
                        MARLIN CHRISTINA LAIMEHERIWA                        
                         KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 4, No 1 (2018): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI 
                        
                        Publisher : IAKN Ambon 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37196/kenosis.v4i1.49                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Perkembangan besar teknologi digital telah melahirkan berbagai perangkat media sosial dan telah membentuk masyarakat virtual juga. Masyarakat virtual mewakili model interaksi sosial baru. Interaksi sosial ini menghasilkan heterogenitas makna, sementara makna telah berubah. Keberadaan makna ditentukan oleh respon masyarakat virtual, bagaimana mereka melestarikan, menolak dan menghasilkan makna. Oleh karena itu, masyarakat virtual menjadi produsen, agen, dan konsumen makna sekaligus, wacana makna berubah menjadi mitos kemudian. Mitos mempengaruhi cara orang berpikir dalam mengambil realitas virtual sebagai realitas sejati. Ini menunjukkan masalah epistemik sesuai dengan asal mula realitas. Fenomena ini sangat terlihat di pasar digital. Tulisan ini bertujuan untuk menunjukkan hubungan antara masyarakat virtual, produksi mitos, dan dampaknya terhadap perilaku konsumtif. Dalam mengambil perspektif dalam filsafat, perspektif postmodern digunakan untuk menjelaskan dan menganalisis kondisi masyarakat virtual, mitos dan perilaku konsumtif. Makalah ini menjelaskan beberapa poin dari perspektif filosofis: pertama, komunitas virtual sebagai produsen, agen dan konsumen pengetahuan dan mitos; Kedua, perilaku konsumtif adalah salah satu hasil mitos. Selain itu, tulisan ini menunjukkan perlunya kesadaran kritis untuk dapat mengidentifikasi motif tersembunyi dari modal dalam menjual komoditas.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Berteologi Kontekstual Dari Mitos Air Tukang Dengan Pendekatan Appreciative Inquiry 
                        
                        Shemaelria Gracelea Aponno                        
                         KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 5, No 2 (2019): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI 
                        
                        Publisher : IAKN Ambon 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37196/kenosis.v5i2.77                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Tulisan ini bertujuan untuk menawarkan suatu alternatif dalam berteologi kontekstual dengan memanfaatkan cerita lisan. Salah satu bentuk cerita lisan adalah Mitos. Bagi mereka yang memiliki mitos, mitos adalah cerita sakral yang berkaitan dengan asal usul mereka. Identitas mereka dibentuk oleh mitos tersebut. Mitos yang dikaji penulis adalah Mitos Air Tukang yang berkembang di Jemaat GPM Booi, Klasis Pulau Lease. Di dalam tulisan ini, penulis menggunakan pendekatan Appreciative Inquiry yang berfokus pada potensi jemaat. Pendekatan Appreciative Inqury sangat bertolak belakang dengan pendekatan SWOT. Pertanyaan Appreciative Inquiry bersifat positif sehingga informan dapat merancang masa depan mereka. Di dalam tulisan ini, informan membagikan cerita keberhasilan. Dari cerita keberhasilan tersebut ditemukan impian individu dan impian jemaat. Mimpi komunitas dirancang menjadi masa depan bersama sekaligus meningkatkan vitalitas jemaat.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            MANUSIA DAN KEPEDULIAN EKOLOGIS 
                        
                        DIAN FELICIA NANLOHY                        
                         KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 2, No 1 (2016): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI 
                        
                        Publisher : IAKN Ambon 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37196/kenosis.v2i1.32                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Tulisan ini menyoroti bagaimana posisi manusia di dalam lingkungan.Hal ini diidasari oleh pikiran bahwa kesadaran masyarakat dunia terhadap bahaya yang sedang mengancam dunia, diperhadapkan pada fakta kepada arah pembangunan dunia yang sangat destruktif dan manusia sedang berhadapan dengan suatu lingkungan yang rusak.Dalam kenyataannya ketika manusia berelasi dengan alam manusia memperlakukan alam sebgai objek semata-mata hanya untuk dimiliki dan dikonsumsi, manusia hanya memperlihatkan kekuasaannya atas alam tanpa memperhatikan tugas mereka untuk memelihara alam lingkungannya.Oleh karena itu dibutuhkan suatu pemahaman baru bagi manusia untuk dapat mengembangkan kepekaan terhadap lingkungan.Manusia dituntut agar dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber-sumber alam diimbangi dengan usaha pemeliharaan dan pelestarian terhadap lingkungannya.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            Mengaku Allah, Merupa Dalam Konteks: Tinjauan Historis terhadap Pengakuan Iman Gereja-gereja di Indonesia 
                        
                        Christanto Sema Rappan Paledung; 
Alfa Kristian Hia                        
                         KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 7, No 1 (2021): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI 
                        
                        Publisher : IAKN Ambon 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37196/kenosis.v1i1.279                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
This study is a historical description of the struggles of the churches in Indonesia on the relevance of the profession of faith to the context of their presence. This description focuses on some of these local churches in Indonesia, namely the Toraja Church, the Indonesian Christian Church, The Batak Christian Protestant Church, and the Javanese Christian Churches. These churches were born from the womb of zending which made them use the confession of faith from his predecessor church. However, the struggle with the context makes these churches have to formulate the confession of faith with awareness of the context. This paper explores these struggles using a historical approach. At the end, we will compare it with the Common Confession of Christian Faith formulated by the Communion of Churches in Indonesia. Our main argument is that the confession of faith of a church is a form of its struggle with the tradition in which it stands with the context of its presence.Abstrak Studi ini merupakan uraian historis mengenai pergulatan gereja-gereja di Indonesia terhadap relevansi pengakuan iman dengan konteks kehadirannya. Uraian ini berfokus kepada beberapa gereja lokal ini Indonesia, yakni Gereja Toraja, Gereja Kristen Indonesia, Huria Kristen Batak Protestan, dan Gereja-gereja Kristen Jawa. Gereja-gereja tersebut lahir dari rahim zending yang membuatnya menggunakan pengakuan iman dari gereja pendahulunya. Namun, pergulatan dengan konteksnya membuat gereja-gereja tersebut harus merumuskan pengakuan iman dengan kesadaran konteksnya. Studi ini menelusuri pergulatan tersebut dengan menggunakan pendekatan historis. Pada bagian akhir, kami akan membandingkannya dengan Pengakuan Bersama Iman Kristen yang dirumuskan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia. Argumen utama tulisan ini adalah bahwa pengakuan iman sebuah gereja merupakan wujud pergulatannya dengan tradisi di mana ia berpijak dengan konteks kehadirannya.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            FACEBOOK : A Product Of Popular Culture And The Virtual Interreligious Dynamics 
                        
                        NELSON SEMOL KALAY                        
                         KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 4, No 1 (2018): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI 
                        
                        Publisher : IAKN Ambon 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37196/kenosis.v4i1.51                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Popular Culture especially Facebook has become a part our everyday life. Religious communities such as church is also using this media of communication to support its ministerial purposes. In this article, I try to explore about the ideas of Facebook in order to see to what extend this media has already contributed not merely for any particular religion, but also for strengthening interreligious relations. This article begins with a consideration on why we should pay attention on Facebook in our theological discourses, followed by a brief description why it has been said as a form of popular culture. In the next section, I will analyze social, existential or hermeneutical, and transcendent dimensions functions of Facebook setting out from Gordon Lynch’s theory. In the end, I will specifically highlight how Facebook can contribute for interreligious dynamics. This part ends up with three considerations that Facebook has built an online interreligious community, increased public awareness on social and political issues, and bridged the gap in the spatially-segregated community.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            TEOLOGI PEMBEBASAN MENURUT GUSTAVO GUTIERREZ DAN IMPLIKASINYA BAGI PERSOALAN KEMISKINAN 
                        
                        Marthinus Ngabalin                        
                         KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 3, No 2 (2017): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI 
                        
                        Publisher : IAKN Ambon 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37196/kenosis.v3i2.10                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Gerakan kemanusiaan yang adil dan beradab diutamakan dalam Teologi Pembebasan. Sebab tempat berpijak teologi ini adalah praksis historis berpijak pada kenyataan yang terjadi dalam masyarakat. Gutierrez memberikan pendasaran teologi pada realita yang nyata sebuah pokok yang digumulinya yaitu masalah kemiskinan. Disadari bahwa kemiskinan, menjadi bagian dari pokok pergumulan setiap masyarakat, termasuk di Papua. Oleh sebab itu, gereja mesti hadir dan turut memberikan kontribusi dalam hal kemiskinan bukan hanya pada persoalan material tetapi juga masalah spiritual
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            ZIPORAH, MARIANCE DAN ALETHA (Sebuah Upaya Menghadirkan Dialog Kreatif antara Ziporah dari Midian dengan Mariance dan Aletha dari Timor-Nusa Tenggara Timur) 
                        
                        Lucy Herlina Pulamau                        
                         KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 5, No 1 (2019): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI 
                        
                        Publisher : IAKN Ambon 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37196/kenosis.v5i1.58                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Patriakhi menempatkan perempuan sebagai warga kelas dua. Dalam lingkaran patriakhi yang demikian, seringkali nilai hidup, kisah, dan pengalaman perempuan dipandang kurang berharga dibandingkan laki-laki. Sebagai salah satu produk patriakhi, Alkitab menghadirkan sedikit sekali kisah perempuan yang berpengaruh dalam komunitas. Kalaupun ada, kisah-kisah perempuan dalam teks Alkitab sering berada di bawah bayang-bayang laki-laki. Kisah Ziporah dalam kitab Keluaran, misalnya, menunjukan dengan jelas bahwa sekalipun ia berperan penting dalam perjalanan kehidupan Musa, kisah tentang dirinya menghilang dalam pasal selanjutnya dalam Keluaran 4. Tidak ada kisah tentang Ziporah dalam teks-teks selanjutnya dalam Keluaran dan semua kisah Keluaran hanyalah tentang Musa dan pelayanannya lalu Ziporah menghilang. Meskipun demikian, Ziporah memberi makna pada tindakan penyelamatan yang ia kerjakan kepada Musa dengan menyebut Musa sebagai pengantin darah. Rupanya, Ziporah bukanlah satu-satunya perempuan yang narasi hidupnya dilupakan atau sengaja dihilangkan sebab perempuan-perempuan di Timor juga mengalami hal yang sama. Dalam situasi yang kurang menguntungkan itu, perempuan-perempuan ini tetap memainkan peranan strategis dalam komunitasnya dan menemukan ruang-ruang untuk pemberdayaan diri dan pemberdayaan komunitas.
                                
                             
                         
                     
                    
                                            
                        
                            MENILISIK POTENSI FEMINIS PARA LELAKI 
                        
                        FIONA ANGGRAINI TOISUTA                        
                         KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 1, No 2 (2015): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI 
                        
                        Publisher : IAKN Ambon 
                        
                             Show Abstract
                            | 
                                 Download Original
                            
                            | 
                                
                                    Original Source
                                
                            
                            | 
                                
                                    Check in Google Scholar
                                
                            
                                                                                            
                                | 
                                    DOI: 10.37196/kenosis.v1i2.27                                
                                                    
                        
                            
                                
                                
                                    
Penganiayaan masih terjadi dan dialami oleh perempuan. Di jalanan atau di rumah masih saja ada perempuan-perempuan muda yang dicaci maki, ditampar, ditendangi, dijambak, dan dipukuli hingga babak belur oleh suami atau bahkan oleh pacar lelaki mereka. Bukan saja kekerasan fisik yang dialami oleh perempuan, namun kekerasan secara verbal juga telah dialami perempuan.Rata-rata perempuan telah menikah dan memiliki anak khususnya para perempuan yang bekerja pada ranah publik memiliki beban kerja yang melebihi laki-laki dan umumnya hampir tidak punya waktu untuk diri mereka. Perempuan telah turut menjadi tulang punggung keluarga dan sekaligus menjadi ibu rumah tangga seutuhnya bagi suami dan anak-anak mereka, mereka telah hidup dengan beban kerja yang menguasai diri mereka. Dengan kata lain, perempuan telah menjadi seperti budak dalam kontruksi budaya patriarkhi. Meskipun mereka sadar bahwa mereka adalah pribadi yang otonom, namun patriarki telah begitu kuat mengikat mereka dalam suatu kewajiban sebagai perempuan dan ibu atas keluarga mereka.Terlepas dari laki-laki dan kontruksi budaya patriarkhi yang telah menghadirkan dan menjadi pelaku utama kekerasan dan penganiayaan kepada perempuan, bagi penulis laki-laki adalah juga manusia biasa yang memiliki perasaan dan moralitas kemanusiaannya atau bahkan memiliki potensi feminis dalam dirinya.Dan kemanusiaan laki-laki yang mestinya dirangsang untuk membuat mereka lebih peka dan tersadarkan bahwa perjuangan untuk membebaskan perempuan dari tindakan kekerasan bukan hanya menjadi persoalan perempuan.Atas dasar pikir inilah artikel ini disodorkan sebagai sebuah rangsangan feminisme dalam diri laki-laki, diharapkan artikel ini dapat menjadi sumbangan bagi upaya feminisme di Indonesia.