Articles
130 Documents
Dari Liturgi Baptisan menuju Liturgi Kehidupan: Menjadi Gereja bagi Perempuan Korban Kawin Tangkap
Irene Umbu Lolo
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 6, No 2 (2020): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37196/kenosis.v6i2.181
This article is a feminist liturgical imagination that aims to provide a recovery space for women victims of sexual violence. With the background of women experience as victims of marriage by abduction, this paper presents imaginative theological thoughts using the views of Ruether and Berger in the framework of providing an ecclesiastical ritual in favor of women victims. The church must stand with women victims of sexual violence. The support of the church can be shown through the provision of a liturgical space where women victims can share their experiences and at the same time reclaim one of the important symbols in the Christian liturgy, namely water as a sacred symbol of restoration. This ecclesiastical ritual is a space for women victims to show reversal movements, from circumstances and events where water marks past experiences of violence, to circumstances and events where water marks the present and future experience of healing. AbstrakTulisan ini merupakan suatu imajinasi liturgi feminis yang bertujuan menyediakan ruang pemulihan bagi perempuan korban kekerasan seksual. Dengan dilatari oleh pengalaman korban kawin tangkap, tulisan ini menyuguhkan pemikiran imajinatif teologis dengan menggunakan pandangan Ruether dan Berger dalam kerangka menyediakan suatu ritual gerejawi yang berpihak pada perempuan korban. Gereja mesti berdiri bersama perempuan korban kekerasan seksual. Keberpihakan gereja itu dapat ditunjukkan melalui penyediaan ruang liturgis dengan mana perempuan korban dapat membagi pengalamannya sekaligus mengklaim kembali salah satu simbol penting dalam liturgi Kristen yaitu air sebagai simbol sakral yang memulihkan. Ritual gerejawi ini merupakan ruang bagi perempuan korban untuk menunjukkan gerakan berbalik arah, dari keadaan dan peristiwa di mana air menandai pengalaman kekerasan di masa lampau, menuju keadaan dan peristiwa di mana air menandai pengalaman pemulihan di masa kini dan masa yang akan datang.
RESENSI BUKU : TheWorld of Maluku -Eastern Indonesia in Early Modern Period
FEBBY NANCY PATTY
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 3, No 1 (2017): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37196/kenosis.v3i1.47
Leonard Andaya adalah guru besar Sejarah Asia Tenggara di Universitas of Hawaii at Manoa. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana di Yale University (1965) dan menyelesaikan pendidikan S2 dan S3 di Cornell University pada bidang sejarah Asia Tenggara. Beberapa karya buku yang dihasilkan di antaranya The Kingdom of Johor (1975); The Heritage of Arung Palakka : History of South Sulawesi (Celebes) in the Seventeenth Century (1981); History of Malaysia (1982); The World of Maluku: Eastern Indonesia in Early Modern Period (1993); Leave of the Same Tree: Trade and Etnicity in the Straits of Melaka (2008); History of Early Modern Southeast Asia, 1400-1830 (2015).
MEMAHAMI MAKNA RELASI DAN KEBERADAAN MANUSIA DALAM FILM “HER†Berdasarkan Perspektif Filsafat Fenomenologi Emmanuel Levinas
MEFIBOSED RADJAH PONO
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 4, No 1 (2018): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37196/kenosis.v4i1.50
Film “Her†menceritakan tentang upaya manusia memenuhi kebutuhannya akan relasi dengan menggantikan peran manusia sebagai mitra relasi dengan produk budaya populer. Namun hal itu tidaklah mampu menjawab kebutuhan manusia, malah justru membawa manusia semakin jauh ke dalam keterasingan. Dengan menggunakan filsafat fenomenologi Emanuel Levinas, penulis mencoba menemukan makna keberadaan dan relasi manusia. Manusia sendiri memiliki kecenderungan untuk menjadi egosentris, sehingga bisa menjadikan manusia sebagai individu yang terpisah dan tidak peduli terhadap orang lain. Padahal kehadiran orang lain sebenarnya justru memunculkan tanggung jawab “aku†terhadap diri orang lain. Dengan demikian, manusia terhindar dari sikap egois dan keterasingan dalam relasinya. Kebutuhan manusia untuk berelasi dengan sesama sebenarnya telah dipenuhi sejak Allah menciptakan penolong yang sepadan bagi manusia. Akibat dosa, relasi itu menjadi rusak. Allah sendiri memperbaiki relasi itu dengan mengutus Yesus Kristus ke dalam dunia. Dalam menghadapi rusaknya relasi, individualism, dan keterasingan manusia, gereja sebagai persekutuan orang yang berelasi harus menjadi keluarga yang nyaman, di mana setiap pribadi dapat saling berelasi dan bertanggungjawab terhadap sesama.
Pengaruh Kecerdasan Emosi dan Pola Asuh Otoritatif Terhadap Perilaku Prososial Anak Usia 9-11 Tahun pada Siswa SD Negeri 2 Passo Kecamatan Baguala Di Kota Ambon
Malitsa Giovanna Tahitu
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 5, No 1 (2019): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37196/kenosis.v5i1.59
Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh kecerdasan emosi dan pola asuh otoritatif secara simultan terhadap perilaku prososial anak usia 9 – 11 tahun pada SD Negeri 2 Passo Kecamatan Baguala di Kota Ambon. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara menyebarkan angket. Sampel penelitian adalah siswa yang berusia 9 – 11 tahun di SD Negeri 2 Passo yang berjumlah 107 siswa. Hasil penelitian dengan analisis regresi berganda melalui program SPSS windows versi 16.0, menunjukan harga F = 8.617 pada p = 0.000 (p<0.05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa secara simultan variabel kecerdasan emosi dan pola asuh otoritatif berpengaruh yang sangat signifikan terhadap perilaku prososial. Sumbangan efektif kedua variabel X terhadap Y ditunjukan dari harga R2 = 0.142 yang berarti variabel kecerdasan emosi dan pola asuh otoritatif secara bersama memberikan pengaruh sebesar 14,2% terhadap perilaku prososial. Secara parsial, hasil perhitungan statistik menunjukan harga t = 1.901 pada p = 0.060 (p>0.05) untuk pengaruh antara variabel kecerdasan emosi dengan perilaku prososial. Harga t = 2.961 pada p = 0.004 (p<0.05) untuk pengaruh antara pola asuh otoritatif dengan perilaku prososial. Artinya, secara parsial variabel kecerdasan emosi tidak berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku prososial dan variabel pola asuh otoritatif berpengaruh secara signifikan terhadap perilaku prososial.
SISTEM KASTA Kajian Teologi Sosial Terhadap Praktek Pelaksanaan Kasta di Kepulauan Kei Kabupaten Maluku Tenggara
MARTHINUS NGABALIN
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 1, No 2 (2015): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37196/kenosis.v1i2.26
Sistem pelapisan sosial atau Kasta adalah bagian dari realitas hidup bermasyarakat di Kepulauan Kei. Melalui sistem Kasta masyarakat di kelompokkan dalam kelas-kelas sosial. Namun jika ditilik secara lebih mendalam, maka di dalam praktek pelaksanaan Kasta memiliki nilai-nilai kemanusiaan yang basisnya adalah kebudayaan di dalam masyarakat.
Poshumanisme dalam Alkitab: Sebuah Renungan Biblis di Masa Covid-19
Robert Setio
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 6, No 2 (2020): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37196/kenosis.v6i2.186
Anthropocentrism has received many challenges since the publication of the famous article by Lynn White, Jr. in 1967. Yet, since then there has been no significant changes with regard to human attitude towards nature. Human beings still perceive nature as their tool whose existence is to serve their own interests. When the COVID-19 pandemic hits the world, the anthropocentrism is once again challenged. It should be a good opportunity to change the anthropocentrism. The novel corona virus has made people look powerless. It is just a tiny thing, but it has caused a great impact on human life. Despite the fact that the virus often outsmarts human beings, there is no sign that human beings want to admit their weakness. Through reading some biblical stories: the creation of human beings, the naming of animals, Job and the lamb in the Book of Revelation this article wants to deconstruct the view that sees human beings as superior to others in nature. This reading will use posthumanism as theory. It will allow us to see in the stories that human can be subjugated to animals. AbstrakPandangan antroposentrisme telah digugat sejak kemunculan artikel Lynn White, Jr. di tahun 1967. Tetapi sejak itu belum ada perubahan yang signifikan. Manusia masih menempatkan alam sebagai sarana untuk meraih kepentingan dirinya. Ketika pandemi COVID-19 melanda dunia, pandangan antroposentrisme kembali ditantang. Seharusnya ini menjadi kesempatan yang baik bagi manusia untuk mengubah pandangannya itu. Virus corona baru telah membuat manusia kalang kabut. Kehebatan manusia menjadi tidak berarti ketika menghadapi virus yang kecil dan tidak kelihatan itu. Tetapi bukannya menyadari akan kelemahan dirinya dan bersedia membuka diri terhadap kekuatan alam, manusia malah berupaya sedemikian rupa untuk meng-atas-i virus itu. Melalui pembacaan terhadap kisah-kisah Alkitab: penciptaan manusia, Ayub dan Wahyu, tulisan ini akan mendekonstruksi pola pikir yang mengistimewakan manusia di hadapan makhluk lainnya. Teori yang digunakan untuk menafsirkan Alkitab itu adalah poshumanisme. Poshumanisme melihat kedudukan manusia tidak lebih besar daripada makhluk-makhluk lainnya. Kebesaran binatang di hadapan manusia akan terlihat ketika kisah-kisah Alkitab itu dibaca dengan memakai teori poshumanisme.
MENGHIDUPI CIPTAAN ALLAH Tanggung Jawab Manusia atas Ciptaan Allah Berdasarkan Mazmur 8
JOSEF HEHANUSSA
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 3, No 1 (2017): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37196/kenosis.v3i1.42
Mazmur 8 lebih sering digambarkan sebagai doa syukur pemazmur kepada Tuhan yang telah membuat manusia menjadi ciptaan yang bermartabat karena dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat serta diberi kuasa atas buatan tangan Allah. Mazmur ini tidak secara langsung bersinggungan dengan pertanggungjawaban manusia terhadap ciptaan Allah lainnya. Namun penyebutan kuasa dalam mazmur ini menimbulkan pertanyaan soal dominasi manusia atas ciptaan yang lain. Bahkan frase: Diletakkan di bawah kakinya†juga bisa memberi kesan bahwa manusia memiliki level yang lebih tinggi dari ciptaan yang lain. Melalui refleksi ini akan dikaji arti kuasa yang dimiliki manusia dalam hubungannya dengan relasi manusia dengan Tuhan dan juga dengan sesama, terutama berkaitan dengan tanggung jawab manusia kepada ciptaan yang lain. Memaknai kembali arti kuasa dan mahkota ini diharapkan dapat menolong gereja dan orang Kristen untuk lebih peduli lagi dengan persoalan-persoalan yang terjadi di sekitarnya terutama yang berhubungan dengan alam dan lingkungan.
“KETIKA MEMORI PENDERITAAN DIPERJUMPAKAN†Sebuah Kajian Dialogis Kitab Daniel dan Sejarah Penjajahan Jepang di Indonesia dalam Perspektif Poskolonial
YAN OKHTAVIANUS KALAMPUNG
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 4, No 2 (2018): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37196/kenosis.v4i2.66
Pengalaman menjadi bangsa jajahan tentu menjadi sebuah luka yang sulit untuk dilupakan oleh yang pernah mengalaminya. Apalagi kalau pengalaman itu diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi. Tulisan ini kemudian akan mencoba untuk mengungkap sebagian dari itu melalui pendekatan Poskolonial dengan cara menggali pengalaman bangsa Yahudi sebagai bangsa jajahan yang digambarkan dengan “Tanduk Kecil†dalam Daniel 8. Kitab Daniel yang menyimpan pengalaman Daniel sebagai jajahan bangsa Babel tapi juga sebenarnya ditujukan untuk pembaca Yahudi yang sementara dalam penjajahan itu kemudian didialogkan dengan pengalaman bangsa Indonesia yang pernah menjadi bangsa jajahan Jepang. Dialog kedua konteks ini akan memperlihatkan bahwa memori penjajahan bisa diartikan sebagai memori penderitaan.
FALSAFAH HIDUP ORANG FAKFAK SATU TUNGKU TIGA BATU [TOROMIT WAR ISTERY]
MARTHINUS NGABALIN
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 1, No 1 (2015): KENOSIS : JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37196/kenosis.v1i1.21
Satu tungku tiga batu adalah bagian dari sistem kerjasama antar institusi di Kabupaten Fak-fak.Tetapi di dalamnya juga mengandung nilai-nilai kemanusiaan yang bermuara pada hubungan antar agama, tolong-menolong, saling mempedulikan dalam kesusahan dan kekurangan tanpa menjadikan agama sebagai sumber konflik ataupun alasan untuk tidak saling menolong sehingga basis budaya masyarakat membawa dampak perubahan yang signifikan bagi hubungan antar agama dan kemanusiaan di Fak-fak. Artinya bahwa ikatan budaya masyarakat lebih terbuka memandang satu dengan yang lain sebagai saudara, sementara agama justru sering terjebak dalam membedakan sesama saudaranya sebatas mereka yang seagama. Budaya satu tungku tiga batu menjadi kritik atas cara dan paham beragama yang eksklusif.
Cantik Adalah Berkulit Hitam dan Berambut Keriting: Membaca Kidung Agung 1:5-6 dan 4:1 dari Kaca Mata Orang Maluku
Jusuf Haries Kelelufna
KENOSIS: Jurnal Kajian Teologi Vol 6, No 1 (2020): KENOSIS: JURNAL KAJIAN TEOLOGI
Publisher : IAKN Ambon
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.37196/kenosis.v6i1.81
Kecantikan perempuan yang ditampilkan melalui media massa, berbagai iklan produk kecantikan, dan bahkan terjemahan teks kitab Kidung Agung (KA) 1:5-6 dan 4:1, kontras dengan realitas perempuan Maluku yang umumnya memiliki ciri-ciri fisik berkulit hitam dan berambut ikal. Teks KA 1:5-6 dan 4:1 perlu diterjemahkan dan ditafsirkan kembali dari perspektif orang Maluku dengan melihat kemungkinan terjemahan lain dari Biblia Hebraica Stuttgartensia (BHS). Penelitian ini bertujuan untuk menjawab masalah dalam teks tersebut yaitu: Apa yang menjadi ciri-ciri kecantikan perempuan? Penelitian ini adalah analisis teks Alkitab dengan pendekatan eksegese. Data yang dianalisis berupa kata, frasa dan kalimat bahasa Ibrani dengan didasarkan pada teks BHS. Hasil analisis terhadap teks tersebut menunjukkan bahwa perempuan cantik adalah perempuan yang berkulit hitam, berambut ikal, pekerja keras serta baik hati, dan perempuan Maluku memenuhi syarat tersebut.