cover
Contact Name
Lukmanul Hakim
Contact Email
lukmanulhakim7419@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnalmabasan@gmail.com
Editorial Address
-
Location
Kota mataram,
Nusa tenggara barat
INDONESIA
MABASAN
ISSN : 20859554     EISSN : 26212005     DOI : -
Core Subject : Education, Social,
MABASAN is a journal aiming to publish literary studies researches, either Indonesian, local, or foreign literatures. All articles in MABASAN have passed reviewing process by peer reviewers and edited by editors. MABASAN is published by Kantor Bahasa NTB twice times a year, in June and December.
Arjuna Subject : -
Articles 283 Documents
Keragaman Sastra dan Keindonesiaan Sebuah Refleksi Melani Budianta
MABASAN Vol. 3 No. 2 (2009): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.04 KB) | DOI: 10.26499/mab.v3i2.111

Abstract

Kesusasteraan Indonesia berakar dan tumbuh dari keragaman, sejak masa prakolonial sampai saat ini. Berbagai pengaruh lintas budaya, keragaman bahasa, aliran dan orientasi budaya mewarnai kesusasteraan yang berkembang di Indonesia. Dalam keragaman itu keindonesiaan terus menerus didialogkan dan dibangun. Meskipun demikian keragaman itu tidak bisa tidak mengandungi relasi kuasa yang tidak seimbang. Kesusasteraan dalam bahasa Indonesia yang ditulis oleh masyarakat di wilayah Indonesia Timur kurang terekam dalam sejarah kesusasteraan, kesusasteraan daerah kurang mendapat ruang untuk mendapat perhatian dan dukungan. Dengan mengoptimalkan akses terhadap kesusasteraan yang ditulis dalam bahasa Indonesia maupun daerah, kita bukan saja membangun kesusasteraan yang lebih mendunia, melainkan juga membangun keindonesiaan yang lebih inklusif.
Menggali Nilai-Nilai Budaya dalam Peribahasa Etnis untuk Materi Pelajaran Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah dalam Pembentukan Wawasan Keindonesiaan: Perspektif Antropolinguistik Mardi Nugroho
MABASAN Vol. 2 No. 2 (2008): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (189.33 KB) | DOI: 10.26499/mab.v2i2.136

Abstract

Pada era reformasi ini, selain berbagai bencana dan persoalan-persoalan lain, bangsa Indonesia menghadapi ujian-ujian berat yang berkaitan dengan sentimen primordial. Ujian-ujian itu misalnya ada daerah yang ingin lepas dari NKRI, daerah yang ingin lepas dari induknya menjadi provinsi atau kabupaten baru, dan pemaksaan agar daerahnya dipimpin oleh figur-figur dari kelompok etniknya. Bisa dikatakan bahwa keindonesiaan yang terbentuk belum sepenuhnya utuh dan belum kokoh. Oleh karena itu, perlu diupayakan terbentuknya wawasan keindonesiaan pada segenap komponen NKRI yang diharapkan akan memperkokoh keindonesiaan kita.Berbagai buku muatan lokal sudah memanfaatkan hasil penelitian tentang peribahasa dalam suatu etnik, misalnya buku Peribahasa Gorontalo: Rujukan Mata Pelajaran Muatan Lokal karya Mansur Pateda dengan Yennie P. Pulubuhu, namun belum menganalisis aspek kebudayaannya. Ada penelitian ungkapan dalam etnik lain, misalnya penelitian Fatimah Djajasudarma dkk. berjudul Nilai Budaya dalam Ungkapan dan Peribahasa Sunda.  Namun, penelitian-penelitian seperti itu masih terlalu sedikit. Memang, kajian antropolinguistik (etnolinguistik atau antropologi linguistik) belum populer dan belum banyak berkembang di Indonesia, padahal Indonesia adalah “surga” bagi kajian antropolinguistik dengan beratus-ratus etnik di dalamnya.Dalam salah satu subtema seminar “Muatan Lokal Bahasa dan Sastra Daerah dalam Pembentukan Wawasan Keindonesiaan”, makalah ini menyarankan untuk menggali nilai-nilai budaya dalam peribahasa etnik-etnik yang ada di Indonesia dalam perspektif antropolinguistik. Selain itu, juga akan dipaparkan metode yang dapat digunakan dan beberapa contoh kajian yang telah dilakukan mengenai peribahasa etnis yang dapat dimanfaatkan untuk tema ini.Bagi peserta didik, peribahasa dalam etniknya sendiri maupun dalam etnik-etnik lain di sekitarnya sangat relevan diajarkan dalam pelajaran muatan lokal bahasa dan sastra daerah. Dari peribahasa yang ada itu digali nilai-nilai budayanya, dipilih mana yang dapat diunakan untuk membangun wawasan keindonesiaan, mana yang perlu diterengjelasakan dan diambil langkah antisipasi agar tidak mendorong konflik, seperti terhadap ungkapan dalam bahasa Madura “Atembheng poteh tolang bi’ poteh mata, anggo’a poteya telang” ‘Daripada putih tulang dan putih mata lebih baik putih tulang’, karena ungkapan itu disinyalir dapat memicu konflik.
KEUNIKAN SAPAAN DAN PANGGILAN DALAM BAHASA SASAK DIALEK NGGETO-NGGETE Lalu Fakihuddin
MABASAN Vol. 7 No. 1 (2013): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (280.121 KB) | DOI: 10.26499/mab.v7i1.168

Abstract

Masyarakat suku Sasak pada umumnya dan penutur bahasa Sasak dialek nggeto-nggete, khususnya yang berdomisili di desa Wanasaba, Kecamatan Wanasaba, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat memiliki perbedaan status sosial. Perbedaan status sosial ini disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain (1) status kebangsawanan, (2) status ekonomi, (3) tingkat pendidikan (tinggi rendahnya pendidikan seseorang), dan (4) status sosial karena seseorang telah menjadi haji. Variasi status sosial tersebut mempengaruhi kegiatan interaksi sosial, termasuk keunikan di dalam interaksi berbahasa, seperti cara menyapa, memberi salam, dan cara memanggil. Dengan kata lain, variasi-variasi tersebut menuntut cara menyapa, memberi salam, dan cara memanggil yang berbeda antara satu dan lainnya. Bagi masyarakat Wanasaba, perbedaan status sosial sangat berperan dalam mengubah bentuk sapaan/panggilan.
REPRESENTASI NAMA DIRI DALAM PEMILIHAN REKTOR UNIVERSITAS GADJAH MADA 2012: SEBUAH KAJIAN SEMIOTIK Abdul Hakim
MABASAN Vol. 11 No. 1 (2017): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (758.744 KB) | DOI: 10.26499/mab.v11i1.49

Abstract

This research aims to explain the relation of self-names and position who are accupy in the election of rector candidates’ period 2012--2017. This research was conducted using Perice theory with interpretation method which consider that sign is recognized as sign only if being interpreted as sign. The name of candidate is interpreted to overview its relation with the voting result in winning the election. The practice in becoming the elected rector with the most votes is participated by Marsudi Triatmojo and Danang Parikesit. The voting winner of Pratikno is a form of representation of self-name which is being interpreted as sign with type or characteristic of sign which has meaning for to do or to act, Marsudi Triamojo with the characteristic of sign which is interpreted as willingness concept, while Danang Parikesit is a sign which is interpreted as accompany charcteristic. Hence, self-name was constructed social practice in election.
Kearifan Lokal Etnis Sasak dalam Cerita Rakyat Monyeh NFN Nuryati
MABASAN Vol. 5 No. 1 (2011): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (172.784 KB) | DOI: 10.26499/mab.v5i1.202

Abstract

Etnis Sasak seperti halnya etnis-etnis yang lainnya mempunyai identitas dan keunikan sendiri. Bahasa Sasak yang merupakan identitas etnis Sasak sampai sekarang masih memiliki fungsi praktis sebagai alat komunikasi, yaitu dipergunakan dalam komunikasi sehari-hari oleh penuturnya. Hal tersebut terbukti dari penggunaan bahasa Sasak dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat penuturnya, seperti pembicaraan dalam lingkungan keluarga, masyarakat, kantor, dan masih ada yang menggunakannya sebagai bahasa pengantar di lingkungan sekolah. Di samping berfungsi sebagai alat komunikasi, bahasa Sasak juga  berfungsi sebagai alat pengungkap rasa seni. Hal ini dapat dilihat dalam aktivitas sastra seperti bekayaq, wayang sasak, lelakaq, cilokaq, dan tradisi lisan lainnya yang menggunakan bahasa Sasak sebagai media pengungkapnya. Masyarakat Sasak seperti juga masyarakat etnis lain mempunyai beragam sastra lisan, seperti pantun, mantra, syair, dan cerita-cerita rakyat (prosa). Sastra lisan Sasak sebagai bagian dari kebudayaan yang pernah hidup dan berkembang di tengah-tengah masyarakat, tentu mempunyai fungsi dan kedudukan di tengah-tengah masyarakat penuturnya, seperti sebagai sarana penghibur, pendidikan, dan komunikasi. Sebagai salah satu ragam sastra lisan yang dimiliki oleh suku Sasak di Pulau Lombok, cerita rakyat merupakan kekayaan budaya yang mengandung nilai-nilai budaya bagi masyarakat penuturnya.
Hakikat Hubungan Manusia dengan Tuhan dalam Perspektif Masyarakat Sasak: Kajian Etnolinguistik Lukmanul Hakim
MABASAN Vol. 3 No. 1 (2009): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (671.444 KB) | DOI: 10.26499/mab.v3i1.101

Abstract

Setiap masyarakat pasti memiliki cara pandang atau pandangan hidup sendiri-sendiri, tidak terkecuali masyarakat Sasak Lombok. Mengingat begitu beragamnya ekspresi kebudayaan yang disebabkan oleh pandangan hidup yang berbeda-beda pada masyarakat Lombok, penelitian ini hanya akan fokus untuk membahas dan menguraikan pandangan hidup orang Sasak di Lombok tentang hakikat hubungan manusia dengan Tuhan yang tercermin dalam bahasa atau ungkapan yang mereka pergunakan dalam kehidupan sehari-hari.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa masyarakat Sasak sangat mengangungkan dan menghormati Tuhan. Di antara bentuk pengormatan mereka kepada Tuhan adalah penggunaan bahasa halus jika bahasa tersebut berhubungan dengan Tuhan.
ALIH KODE DALAM BAHASA SUMBAWA TALIWANG DI CAKRANEGARA Yenni Febtaria Wijayatiningsih
MABASAN Vol. 13 No. 1 (2019): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (199.031 KB) | DOI: 10.26499/mab.v13i1.243

Abstract

Penutur bahasa Sumbawa Taliwang sebagai penutur minoritas yang hidup di tengah-tengah mayoritas penutur bahasa Sasak dan bahasa Bali tentunya tak lepas dari pengaruh bahasa Mayoritas di sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah dalam tuturan atau komunikasi sehari-hari penutur bahasa Sumbawa Taliwang terjadi peristiwa alih kode dan jika terjadi bagaimana bentuk alih kode yang terjadi pada masyarakat penutur bahasa Sumbawa Taliwang di Cakranegara. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode simak. Data yang telah diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif.  Hasil dari penelitian ini adalah telah terjadi peristiwa alih kode pada tuturan masyarakat penutur bahasa Sumbawa Taliwang di Cakranegara. Penutur bahasa Sumbawa Taliwang di Cakranegara secara penuh menggunakan bahasa Sasak ketika berkomunikasi dengan penutur bahasa Sasak. Selain itu, alih kode yang terjadi dalam masyarakat Penutur Sumbawa Taliwang di Cakranegara Mataram merupakan salah satu strategi yang mereka lakukan sebagai bentuk pemertahanan bahasa.
SOCIOLINGUISTICS IN LANGUAGE TEACHING Ahmad Faizin HS
MABASAN Vol. 9 No. 2 (2015): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (214.657 KB) | DOI: 10.26499/mab.v9i2.159

Abstract

Pengajaranbahasaberkaitandengansosiolinguistikdalamberbagaicara. Faktorsosial yang berbedamempengaruhipengajarandanpembelajaranbahasa.Tulisaninimengkajihubunganantarasosialinguistikdanpengajaranbahasa.Beberapafaktorsosialsepertisituasikonteks, dan settingsosialmemilikiperandalampembelajaranbahasa.Sosiolinguistikmenjelaskantentangfaktor-faktorutama yang mempengaruhipemilihanlinguisticdanmenjelaskanseberapabaikpengajaransaatinidalammemanfaatkanfaktor-faktortersebut.Sosiolinguistikjugamenelaahberbagaivariasidalampenggunaanbahasayang digunakanoleh orang yang memilikiberbagaikarakter.
Dekonstruksi Bahasa Indonesia pada Bahasa SMS Ahmad Sirulhaq; Hasanuddin Chaer
MABASAN Vol. 5 No. 1 (2011): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.746 KB) | DOI: 10.26499/mab.v5i1.193

Abstract

Seiring dengan pesatnya perubahan dalam teknologi kumunikasi dan informasi, penggunaan media telepon seluler dalam pemanfaatan komunikasi semakin intens. Pada saat yang sama penggunaan layanan pesan singkat (sms) yang disampaikan melalui telepon seluler pun semakin intens. Dalam pada itu, bahasa (Indonesia) yang digunakan dalam sms mengalami dekonstruksi atas struktur-struktur yang sudah mapan. Makalah ini bertujuan untuk membahas bentuk-bentuk dekonstruksi atas bahasa Indonesia melalui sms. Data-data yang terkait dengan makalah ini diambil dari sms yang masuk dalam telepon seluler dengan metode catat. Berdasarkan data-data yang ada, dalam pemakaian bahasa Indonesia kontemporer (melalui sms) terdapat adanya dekonstruksi atas sistem bahasa Indonesia dalam berbagai manifestasinya,  mulai dari dekonstruksi atas sistem kebahasaan yang ada maupun dekonstruksi atas cara-cara pemerian bahasa Indonesia.
LEKSIKAL PENANDA UKURAN WAKTU BAHASA JAWA PADA MASYARAKAT DESA KLOPODUWUR, KECAMATAN BANJAREJO, KABUPATEN BLORA, JAWA TENGAH Siti Raudloh
MABASAN Vol. 6 No. 2 (2012): Mabasan
Publisher : Kantor Bahasa Nusa Tenggara Barat

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (326.066 KB) | DOI: 10.26499/mab.v6i2.229

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan leksikal penanda ukuran waktu dalam sehari semalam pada masyarakat Desa Klopoduwur. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah metode cakap dan metode simak. Selanjutnya untuk menganalisis data menggunakan metode padan intraligual. Hasil analisis menunjukkan bahwa bahasa Jawa sangat kaya akan leksikal-leksikal penanda ukuran waktu yang tidak dimiliki oleh bahasa lain. Kata ‘wayah’ hanya bisa dijajarkan dengan kata yang mempunyai pesan makna ‘melingkar atau berulang’. Penjajaran kata baik yang berupa morfem bebas maupun polimorfemis pada pembentukan leksikal penanda ukuran waktu mempunyai makna gramatikal ’waktu’ dan makna metaforis.

Page 2 of 29 | Total Record : 283