cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
MediaTor: Jurnal Komunikasi
ISSN : 14115883     EISSN : 25810758     DOI : -
Core Subject : Education,
Mediator: Jurnal Komunikasi focuses on communication studies and media. Although centered on communication, Mediator is open and welcomes the contribution of many disciplines and approaches that meet at crossroads with communication studies. Type of writing is in the form of scientific articles (the results of field research, conceptual articles, or desk studies). This journal is intended as a medium of scientific study to communicate vision, reflection, conceptual thinking, research results, interesting experiences in the field, and critical analysis-studies on contemporary communication issues.
Arjuna Subject : -
Articles 410 Documents
Pemahaman Pelecehan Seksual Para “Follower” Akun Instagram @ffa_com Lukman Hakim; Khairunnisa Rosdiani; Jessica Lea Alexander; Dini Safitri
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 12, No 2 (2019): (Accredited Sinta 3)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v12i2.4908

Abstract

The @ffa_com Instagram account utilizes social media to provide an understanding of harassment and campaign for anti-harassment movements to its followers. This movement being done since there is still  lack of understanding of abuse cases . The purpose of this study was to find out how much the success of the @ffa_com instagram account in campaigning anti-sexual harassment movement and to know the level of understanding of followers of the @ffa_com Instagram account towards sexual harassment itself. The study used a variable understanding of sexual harassment, with one dimension, namely understanding information, with six indicators and 25 statements. The approach of this study is quantitative with descriptive study. The population is 74 with a sample of 37 people, who are followers of the @ffa_com Instagram account. The results showed that the @ffa_com account had succeeded in providing understanding and successfully campaigning for  anti-sexual harassment to the followers of instagram account. This can be seen from the most mode found in the agreed sentence on each indicator in each statement.
Etika Emansipatoris Jurgen Habermas: Etika Paradigmatik di Wilayah Praksis Irfan Safrudin
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 5, No 1 (2004): Filsafat Itu Ibarat Orang Bertanya
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v5i1.1033

Abstract

Bermula dari pemikiran Marx, Habermas mengembangkan filsafat kritis. Filsafat ini berkaitan erat dengan kritik terhadap hubungan-hubungan sosial yang nyata, dan merasa diri bertanggungjawab atas keadaan sosial. Namun, ia bukanlah semacam teori transformasi masyarakat yang tinggal dilaksanakan. Ciri khas pemikiran kritis: di satu pihak, perdebatan tetap berlangsung di tingkat filosofis-teoretis, jadi tidak mau menjadi sebuah ideologi perjuangan; dan di pihak lain, ia justru sebagai kegiatan teoretis yang tetap tinggal dalam medium pikiran, maka filsafat kritis menjadi praktis. Habermas mendialogkan Teori Kritisnya yang disebut “Teori Tindakan Komunikatif” dengan tradisi-tradisi besar ilmu-ilmu sosial. Teori Kritis melakukan pemihakan pada praxis sejarah tertentu, yaitu pembebasan manusia dari perbudakan, membangun masyarakat atas dasar hubungan antarpribadi yang merdeka dan pemulihan kedudukan manusia sebagai subjek yang mengelola sendiri kenyataan sosialnya. Teori Kritis didorong oleh kepentingan emansipatoris. Ia menolak objektivitas filsafat dan ilmuilmu sosial, karena—menurutnya—di belakang objektivitas tersembunyi kepentingan struktur kekuasaan untuk tidak diganggu-gugat. Habermas merumuskan bahwa ‘praxis’ harus dipahami sebagai bentuk interaksi atau komunikasi. Komunikasi merupakan interaksi yang diantarakan secara simbolis, menurut bahasa. Bahasa sebagai media dalam komunikasi harus dipahami lewat metode hermeneutika. Dari sinilah etika diskursus dirumuskan dengan bentuk konsensus yang bebas dari paksaan dan memungkinkan adanya dialog intersubjektivitas terbuka. Etika emansipatoris menuntut suatu keterbukaan, tidak ada dominasi satu keyakinan moral suatu lingkungan tertentu terhadap keyakinan moral lainnya.
“Lifestyle” Muslimah Rini Rinawati
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 8, No 1 (2007): Berkomunikasi dengan Anak
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v8i1.1241

Abstract

It is always interesting to discuss youth lifestyle. As part of pop culture, youth lifestyle has some features, i.e. standardized culture, having fixed repetitive format, light enjoyable, sentimental, short-lasting, and artificially crafted. Such characteristics are in opposite with other cultural values such as serious, intellectuality, time-respect, and authenticity. In the world of Moslem girl, there is also a strong tendency of being modern and sociable. Mass media and globalization are believed to be the most influential factors. In order to solve the problem, original Islamic learning process such as “madrasah” and “pesantren” are strongly promoted.
Konflik dalam Perspektif Komunikasi: Suatu Tinjauan Teoretis Ridwan Usman
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 2, No 1 (2001): “Publish or Perish!”
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v2i1.697

Abstract

Komunikasi adalah sebagai suatu kegiatan dalam pertukaran pesan sesuai dengan pertumbuhan isu atau informasi dalam kehidupan masyarakat. Informasi yang benar akan menimbulkan suatu ketenangan dalam kehidupan masyarakat. Jika isu atau informasi yang dikembangkan orang dalam berinteraksi tidak seirama dengan apa yang terjadi maka timbullah konflik dalam setiap proses pertukaran pesan, baik yang bersifat individu, kelompok, maupun masyarakat. Akibatnya, benturan sosial tidak dapat dihindari, baik dalam bentuk fisik maupun penekanan setiap ide yang berkembang dalam setiap komponen kehidupan masyarakat
Kekerasan di Televisi: Perspektif Kultivasi Dadi Ahmadi; Nova Yohana
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 8, No 1 (2007): Berkomunikasi dengan Anak
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v8i1.1154

Abstract

Indonesians are categorized as Views Society, i.e. society who significantly spent most of their leisure times in front of the screen, instead of doing other activities, such as reading. Television, on the other hand, proved to be an effective media whose outreach and penetration potent were undefeatable compared with other media. This situation turns to be problematic, due to the low quality of television which contained violence materials. People naturally learn violence from television. Being overexposed to violence materials, people were getting used to solve their problems by means of violence, too.
Membaca Kebohongan Media Amerika Alex Sobur
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 7, No 2 (2006): Bagaimana Kita Menafsirkan Komunikasi Pembangunan?
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v7i2.1275

Abstract

According to Jerry Gray, author of “Media Sins in US” (2006), media were responsible to represent a huge amount of biased facts. For example, US media have depicted Saddam Hussein, Iraqi leader, as the most dangerous threat for American. A high diplomatic leader, John Brady Keisling, agreed with Gray’s statement. He reported saying that intelligent information had being distorted systematically to manipulate Americans opinion. This article tried to dig relation between media biased and the main source of media power in the hands of media owner. More than half of media moguls rooted to a Jewish family, and they were capable to construct and circulating news which served best for their sake.
Jurnalisme Investigasi Septiawan Santana Kurnia
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 3, No 1 (2002): Atas Dasar Apa: Mediator Kali ini
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v3i1.744

Abstract

Kisah-kisah jurnalisme investigatif punya ukuran dan keluaran yang tak mudah digeneralisasikan. Ada yang mengukurnya dari pemuatan kisah "seorang korban" (victim), ada pula yang mengaitkannya dengan kelemahan sebuah sistem. Kesemua bahan liputan direkontekstualisasikan ke dalam klasifikasi dan struktur pengisahan, berdasarkan tema dan tipe-tipe spesifikasi kisah. Dari keseluruhan kerja liputan jurnalisme investigatif, pada umumnya ditentukan unsur-unsur yang dapat dikenali, yang menjadi karakteristik wacana reportase investigatif, antara lain: subjek investigasi, hipotesis riset, sumber sekunder, pikiran dokumentatif, narasumber, teknik riset, berpikir wisdom.
Konflik Palestina dan Israel: Perspektif Komunikasi Junardi Harahap
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 6, No 1 (2005): Kontroversi Dakwah dan Politik
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v6i1.1172

Abstract

A harsh incident which killed Hamas top leader, Abdul Aziz Rantisi, has escalated Middle East conflict. As had been cited from many sources, Palestinians and Israelis publicly stated strong comments and blamed each other over this incident. From communication perspective, this incident and the aftermath became an example of labeling-based-conflict. Such conflict was resulted from ideological influence, life and everyday beliefs, and also religion background. One can prevent the incidents if only such differences could be maintained and managed wisely.
KOMUNIKASI AGAMA DALAM IKLAN RAMADHAN 2017 VERSI PT. DJARUM Aat Ruchiat Nugraha; Priyo Subekti; Iriana Bakti
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 10, No 2 (2017): (Accredited Sinta 3)
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v10i2.2745

Abstract

Isu kebangsaan yang melanda Indonesia pada akhir-akhir ini telah memberikan peluang ke berbagai sendi kehidupan berbangsa, termasuk pada sajian iklan di televisi. Keberadaan iklan telah dimanfaatkan sebagai media persuasi dalam mempersatukan bangsa dan masyarakat Indonesia khususnya. Sajian sebuah iklan akan menjadi menarik perhatian apabila mengandung “ketidakbiasaan” dalam penyampaian tema atau ide cerita kepada penontonnya. Salah satu daya tarik ide cerita iklan yang dapat dimanfaatkan adalah situasi bulan puasa. Sebab bulan puasa dapat dianggap sebagai momentum untuk dapat meningkatkan kesholehan sosial melalui terpaan pesan-pesan yang mengandung nilai-nilai sentuhan emosional. Adapun sentuhan emosional tersebut berupa pesan-pesan keagamaan yang dikemas dalam bentuk jalan cerita perjalanan menyambut bulan puasa yang dilakukan dengan cara menginterasikan kegiatan kearifan lokal dari setiap daerah dengan nilai keagamaan. Adanya iklan yang bertemakan keanekaragaman tetapi satu tujuan yang ditampilkan dalam iklan spesial Ramadhan 2017 oleh PT. Djarum ini menandakan kepedulian perusahaan akan isu yang berkembang di masyarakat pada saat ini. Metode penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif, teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi. Hasil dan temuan dalam penelitian menunjukkan bahwa sajian iklan spesial Ramadhan 2017 yang dilakukan oleh PT. Djarum telah mencerminkan aktifitas nilai-nilai budaya lokal yang mengandung ritual keagamaan serta dikemas dalam bentuk komunikasi agama berupa iklan yang kreatif dalam upaya mereduksi isu kebangsaan yang kian pudar.
“The Age of Capital”: Pers, Uang, dan Kekuasaan Ignatius Haryanto
MediaTor (Jurnal Komunikasi) Vol 4, No 1 (2003): Merayakan Wacana Kontemporer
Publisher : Pusat Penerbitan Universitas (P2U) LPPM Unisba

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/mediator.v4i1.790

Abstract

Pers, uang, dan kekuasaan merupakan tiga unsur yang membuat roda industri pers berputar dengan lancar. Tiga unsur tersebut menjadi titik tolak untuk mengupas permasalahan aktual yang dihadapi pers pasca pemerintahan Soeharto, setelah negara tidak lagi menjadi penguasa pers. Simpulan yang disampaikan menunjukkan indikasi terwujudnya The Age of Capital dalam Industri Pers Indonesia, yaitu tatkala modal menjadi kekuatan utama yang menguasai urat nadi kehidupan pers, dan pada akhirnya menghilangkan mekanisme pers yang sehat dan objektif. Sejumlah contoh yang terjadi menunjukkan betapa Dewan Pers sendiri, yang diharapkan mampu menjamin keberlangsungan kehidupan pers yang sehat, ternyata telah terkooptasi oleh kapitalisasi modal para pengusaha yang berkepentingan dengan pembentukan citra produk mereka.

Page 3 of 41 | Total Record : 410


Filter by Year

2000 2022


Filter By Issues
All Issue Vol 15, No 2 (2022): (Accredited Sinta 2) Vol 15, No 1 (2022): (Accredited Sinta 2) Vol 14, No 2 (2021): (Accredited Sinta 2) Vol 14, No 1 (2021): (Accredited Sinta 2) Vol 13, No 2 (2020): (Accredited Sinta 2) Vol 13, No 1 (2020): Terakreditasi Sinta 3 Vol 13, No 1 (2020): (Accredited Sinta 2) Vol 12, No 2 (2019): (Accredited Sinta 3) Vol 12, No 1 (2019): (Accredited Sinta 3) Vol 11, No 2 (2018): (Accredited Sinta 3) Vol 11, No 1 (2018): (Accredited Sinta 3) Vol 10, No 2 (2017): (Accredited Sinta 3) Vol 10, No 1 (2017): (Accredited Sinta 3) Vol 9, No 2 (2008): Dari “Starbucks’ hingga Pembebasan Biaya Kesehatan Dasar Vol 9, No 1 (2008): Isu Komunikasi Kesehatan yang Ter-”Pojok”-kan Vol 8, No 2 (2007): Proses Berkesenian = Proses Berkomunikasi Vol 8, No 1 (2007): Berkomunikasi dengan Anak Vol 7, No 2 (2006): Bagaimana Kita Menafsirkan Komunikasi Pembangunan? Vol 7, No 1 (2006): Bagaimana Kita Menafsirkan Komunikasi Pembangunan? Vol 6, No 2 (2005): Bagaimana Kita Menjelaskan Penerapan Teknologi? Vol 6, No 1 (2005): Kontroversi Dakwah dan Politik Vol 5, No 2 (2004): Seorang Periset yang Baik Mesti Memiliki Sikap Enteng Vol 5, No 1 (2004): Filsafat Itu Ibarat Orang Bertanya Vol 4, No 2 (2003): Dari Politik, Media, sampai Lain-Lain Vol 4, No 1 (2003): Merayakan Wacana Kontemporer Vol 3, No 2 (2002): Memilih Pendekatan dalam Penelitian: Kuantitatif atau Kualitatif? Vol 3, No 1 (2002): Atas Dasar Apa: Mediator Kali ini Vol 2, No 2 (2001): 'Chaos' Komunikasi 'Nothing to Hide' Vol 2, No 1 (2001): “Publish or Perish!” Vol 1, No 1 (2000): Salam (Pembuka) More Issue