cover
Contact Name
Kani Mahardika
Contact Email
kani.mahardika@email.unikom.ac.id
Phone
+6281221746321
Journal Mail Official
-
Editorial Address
Jl. Dipati Ukur No.112-116, Kota Bandung, Jawa Barat
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Wilayah dan Kota
ISSN : 23557281     EISSN : 26859378     DOI : https://doi.org/10.34010/jwk
JWK: Jurnal Wilayah dan Kota is an academic journal published two times annually (April-November) by Program of Regional and City Planning (Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik dan Ilmu Komputer) Universitas Komputer Indonesia. This journal publishes original researches in multi concepts, theories, perspectives, paradigms and methodologies on regional and city planning.
Articles 94 Documents
IDENTIFIKASI DESA PUSAT PERTUMBUHAN DALAM KERANGKA PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN (STUDI KASUS: KECAMATAN SADANG, KABUPATEN KEBUMEN, PROVINSI JAWA TENGAH) Nursito, Trio; Suheri, Tatang
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 4 No. 01 (2018): April 2018
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v5i01.2138

Abstract

ABSTRAK Kecamatan Sadang merupakan wilayah kecamatan yang masuk dalam administrasi Kabupaten Kebumen. Wilayah ini memiliki potensi pertanian yang dapat mendorong Kecamatan Sadang menjadi kawasan potensial pengembangan pertanian dan kawasan agropolitan. Selain potensi Kecamatan Sadang juga memiliki kendala karena Kecamatan Sadang merupakan kecamatan yang berada di bagian paling utara Kabupaten Kebumen, dengan kondisi geografis berupa pegunungan dengan medan berat. Penerapan konsep agropolitan menjadi alternatif pengembangan guna meminimalisasi kesenjangan pembangunan perekonomian antara perkotaan dengan perdesaan. Penelitian ini bertujuan untuk ; (1) Mengidentifikasi potensi desa di Kecamatan Sadang, (2) Mengidentifikasi ketersediaan kriteria Desa Pusat Pertumbuhan di Kecamatan Sadang, (3) Menganalisis penentuan Desa Pusat Pertumbuhan di Kecamatan Sadang berdasarkan kriteria Desa Pusat Pertumbuhan. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Sadang Kabupaten Kebumen Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode kuantitatif dan kualitatif. Pengambilan data dilakukan dengan teknik wawancara, observasi, telaah pustaka, dan dokumentasi. Data dianalisis menggunakan analisis pembobotan berdasarkan standar kriteria Desa Pusat Pertumbuhan (DPP). Kata kunci : potensi pertanian, kesenjangan ekonomi, desa pusat pertumbuhan, kawasan agropolitan
ARAHAN PENGEMBANGAN RUANG TERBUKA HIJAU DI KOTA BANJARMASIN Islami, M. Yuda
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 4 No. 01 (2018): April 2018
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v5i01.2139

Abstract

ABSTRAK Pemerintah Kota Banjarmasin berupaya memperluas areal RTH untuk mencapai standar ideal RTH yang tercantum dalam UU No.26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, Peraturan daerah (Perda) tentang RTRW Kota. Dalam peraturan ini ditetapkan bahwa idealnya persentase luas RTH suatu Kota minimal 30% dari total luas wilayah dengan proporsi 20% merupakan RTH publik dan 10% RTH privat. Kota Banjarmasin yang padat akan fungsinya sebagai pusat perdagangan, pendidikan, jasa dan permukiman menyebabkan perkembangan Kota Banjarmasin terdesak oleh arus pembangunan kota. Salah satunya dikarenakan oleh jumlah penduduk Kota Banjarmasin yang meningkat setiap tahunnya. Pembangunan yang dilakukan membawa dampak terhadap penurunan kualitas lingkungan dam kondisi penanganan pengembangan RTH pada saat ini belum dilaksanakan secara maksimal dan efektif.Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan arahan pengembangan RTH di Kota Banjarmasin. Penelitian dilakukan dengan metoda dekskriftif kualitatif untuk menggambarkan secara keseluruhan pengembangan RTH di Kota Banjarmasin dan menghasilkan potensi dan permasalahan RTH yang dihadapi pada saat ini. Perumusan arahan pengembangan dilakukan dengan mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eskternal (peluang dan ancaman) dalam pengembangan RTH kemudian dianalisis dengan menggunakan matrik SWOT.Hasil penelitian menunjukkan bahwa RTH yang ada di Kota Banjarmasin seluas 2.672 Ha, berdasarkan kepemilikannya terbagi menjadi dua, yakni RTH publik dan privat yang meliputi taman kota, hutan kota, jalur hijau jalan, sempadan sungai, lapangan olahraga, TPU, pertanian dan pekarangan. Masing-masing jenis tersebut memiliki potensi dan permasalahan seperti lokasi RTH publik yang dapat dijangkau dengan mudah, persebaran RTH privat yang terdapat pada seluruh kecamatan, ketersediaan fasilitas yang kurang pada RTH publik, sebaran jalur hijau jalan yang tidak merata. Disamping itu juga terdapat kendala dalam kualitas perencanaan, koordinasi antar dinas, masyarakat dan swasta. Arahan pengembangan RTH yang dapat diterapkan di Kota adalah meningkatkan peran dari pihak swasta, meningkatkan persebaran RTH dengan bantuan dari pemerintah pusat, menggunakan lahan yang tersedia pada jalur hijau jalan dan sempadan guna mengoptimalkan keberadaan RTH dan menjaga dan mempertahankan keberadaan RTH yang telah ada pada saat ini. Kata Kunci: : Ruang Terbuka Hijau, Arahan Pengembangan, Kota
PENGENDALIAN DAMPAK PERUBAHAN IKLIM MELALUI PROGRAM KAMPUNG IKLIM DI PULAU LIKI, KABUPATEN SARMI, PROVINSI PAPUA Fekri, Encik Ryan P.
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 4 No. 01 (2018): April 2018
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v5i01.2155

Abstract

ABSTRAK Paper ini disusun sebagai bentuk implementasi di Indonesia terkait artikel yang ditulis oleh Zandvoort et. al (2018) tentang Navigating amid uncertainty in spatial planning. Dalam artikel tersebut, peneliti menjelaskan ketika mengambil keputusan atau mempersiapkan kemungkinan intervensi, perencana akan selalu dihadapkan dengan ketidakpastian. Salah satu bentuk ketidakpastian yang dihadapi perencana adalah risiko perubahan iklim. Para perencana diharuskan untuk menilai dampak perubahan iklim untuk merancang intervensi spasial sebagai upaya adaptasi iklim. Sebagaimana di Pulau Liki, Kabupaten Sarmi, Provinsi Papua yang sedang dicanangkan sebagai kampung iklim sebagai respon terhadap dampak perubahan iklim yang mengancam keberlanjutan lingkungan dan kehidupan masyarakat Pulau Liki yaitu adanya ancaman abrasi yang terjadi akibat naiknya permukaan air laut. Sehingga Pemerintah Kabupaten Sarmi menginisiasi Kampung Iklim Pulau Liki sebagai upaya pengendalian dampak perubahan iklim khususnya dengan melakukan upaya adaptasi dan mitigasi untuk mewujudkan Pulau Liki sebagai Kampung Ramah Iklim tahun 2019. Kata Kunci: ketidakpastian, perubahan iklim, kampung iklim, adaptasi, mitigasi, perencana.
IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAN PENYIMPANGAN POLA RUANG SUB WILAYAH KOTA (SWK) KAREES ZONA B2 STUDI KASUS SUB WILAYAH KOTA (SWK) KAREES ZONA B2 KOTA BANDUNG Sopiandy, Anugrah Putra; Suheri, Tatang
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 4 No. 02 (2018): Oktober 2018
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v5i02.2156

Abstract

ABSTRAK Sub wilayah kota (SWK) Karees merupakan kawasan bagian perkotaan yang berada pada pertengahan Kota Bandung dengan kegiatan yang cukup padat pada zona tersebut. Dalam RTRW Kota Bandung SWK Karees termasuk pada wilayah dengan kepadatan tinggi di Kota Bandung wilayah barat. Hal tersebut akan mengakibatkan adanya aktivitas yang mempengaruhi pemanfaatan pola ruang termasuk terjadinya penyimpangan pemanfaatan pola ruang. Penyimpangan yang terjadi dapat berupa pemanfaatan tidak sesuai dengan RDTR yang telah ditetapkan, pemanfaatan ruang terlalu padat (pemukiman padat) yang mengakibatkan menjadi kawasan kumuh. Pemanfaatan ruang tentu tidak terlepas dari peraturan daerah yang mengatur secara keseluruhan. Adapun sasaran dalam penelitian untuk mencapai tujuan tersebut, yaitu: Identifikasi pemanfaatan dan penyimpangan pemanfaatan ruang di SWK Karees Zona B2. Mengetahui zonasi mana saja dan berapa luasan pemanfaatan dan penyimpangan pola ruang yang terjadi di SWK Karees Zona B2 Kota Bandung. Dan mengetahui peran kelembagaan terhadap pengendalian penyimpangan pola ruang di SWK Karees Zona B2. Metode SIG bertujuan untuk menjelaskan kondisi ruang serta menjelaskan pola spasial di wilayah studi. Serta untuk menyajikan data pemanfaatan dan pengendalian pola ruang dengan membandingkan kondisi eksisting ruang dengan dokumen rencana seperti RTRW dan RDTR Kota Bandung. Pemanfaatan pola ruang dilakukan dengan melakukan observasi lapangan dengan menunjukan bahwa tidak sama dengan Rencana detail Tata Ruang Kota Bandung. Masih beberapa zona tidak sepenuhnya memanfaatkan rencana tersebut. Diantara penyimpangan yang terjadi dari zonasi yang telah dibagi menjadi empat bagian. Pengendalian pemanfaatan pola ruang dapat dilakukan dengan stakeholder yang terkait baik pemerintah daerah, investor maupun pemangku kepentingan lain. Kata Kunci : Pemukiman Kumuh, Pemukiman Liar, dan pengendalian pemukiman
PENGARUH TINGKAT KEKOMPAKAN PERKOTAAN TERHADAP KARAKTERISTIK PERGERAKAN PENDUDUK DI KOTA BANDUNG Dzulfikar, Faris; Syafriharti, Romeiza
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 4 No. 02 (2018): Oktober 2018
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v5i02.2157

Abstract

ABSTRAK Kota Bandung adalah ibukota Provinsi Jawa Barat dengan tingkat kepadatan penduduk dan konsentrasi kegiatan yang tinggi. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui ukuran kekompakan perkotaan Kota Bandung serta hubugannya dengan karakteristik pergerakan penduduknya. Faktor pembangun dari ukuran kekompakan perkotaan di Kota Bandung diantaranya dilihat dari kepadatan penduduk, kepadatan pekerjaan, indeks guna lahan campuran, pelayanan fasilitas, panjang jalan, serta panjang trayek angkutan umum. Sedangkan karakteristik pergerakan penduduk dilihat dari jarak dan pemilihan moda menuju tempat kerja. Metode yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya analisis klaster hirarki untuk mengetahui klasifikasi tingkat urban compactness ditiap kelurahan Kota Bandung, serta analisis regresi linear berganda dan analisis crosstab untuk mengetahui hubungan dan pengaruh dari ukuran urban compactness terhadap karakteristik pergerakan penduduk di Kota Bandung. Didapat bahwa klasifikasi urban compactness tinggi dan rendah tersebar pada wilayah tengah wilayah studi Kota Bandung. Ada pula faktor-faktor dari ukuran urban compactness yang bertolak belakang dan tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap karakteristik pergerakan penduduk di Kota Bandung. Kata Kunci: kekompakan perkotaan, karakteristik pergerakan, regresi linear berganda, crosstab
IDENTIFIKASI PEMANFAATAN RUANG TERBANGUN DI WILAYAH PESISIR SEPANJANG PANTAI PADANG BAGIAN BARAT, KECAMATAN PADANG BARAT, KECAMATAN PADANG UTARA Prastyo, Alit Aji; Suheri, Tatang
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 4 No. 02 (2018): Oktober 2018
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v5i02.2158

Abstract

ABSTRAK Pemanfaatan ruang terbangun terjadi karena aktivitas manusia yang menimbulkan daya tarik sehingga memunculkan aktivitas-aktivitas baru dalam memanfaatkan ruang. Wilayah pesisir memiliki potensi yang tinggi untuk dimanfaatkan sebagai kawasan permukiman, perdagangan dan jasa, maupun kawasan pariwisata. Karena tingginya potensi tersebut maka perlu adanya perlakuan khusus dalam pengendalian pemanfaatan ruang di wilayah pesisir. Permasalahan yang terjadi di wilayah pesisir Kota Padang saat ini antara lain yaitu permukiman yang sangat dekat dengan laut, dan permasalahan lingkungan.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemanfaatan ruang terbangun yang ada di wilayah pesisir dengan melihat proporsi pemanfaatan ruang terbangun di wilayah pesisir pantai Padang bagian barat serta aktivitas didalamnya. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode kuantitatif dan kualitatif, overlay peta, persepsi masyarakat dengan metode Skala Likert. Data primer diambil melalui kuisioner dengan 100 respoden, data sekunder berasal dari instansi terkait dan studi literatur. Berdasarkan tinjauan kebijakan yaitu RTRW, RDTR, dan RPJMD wilayah pesisir pantai padang bagian barat diarahkan sebagai kawasan perdagangan dan jasa serta kawasan pariwisata. Artinya pemanfaatan ruang terbangun di wilayah pesisir pantai padang bagian barat berorientasi kepada peningkatan perekonomian. Proporsi pemanfaatan ruang terbangun saat ini didominasi oleh kawasan permukiman kepadatan sedang yaitu 46,4%, kawasan perdagangan dan jasa 24,9%, kawasan permukiman kepadatan tinggi 12,3%. Pemanfaatan ruang terbangun juga dilihat dari persepsi masyarakat terkait prasarana dan sarana yang ada di wilayah studi. Diperoleh hasil persepsi masyarakat yaitu kondisi drainase 32,75% (Cukup), kondisi sarana angkutan umum 66,25% (Baik), Kondisi Limbah 31,25% (Cukup). Kata Kunci : Pemanfaatan Ruang Terbangun, Pengendalian, Persepsi Masyarakat.
KARAKTERISTIK PEMILIHAN MODA UNTUK MAKSUD BEKERJA BERDASARKAN GUNA LAHAN CAMPURAN DI LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL, DISTRIBUSI PERGERAKAN, DAN KARAKTERISTIK SOSIO-DEMOGRAFI : STUDI KASUS SWK CIBEUNYING DI KOTA BANDUNG Nurshiam, Annisa I.; Syafriharti, Romeiza
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 4 No. 02 (2018): Oktober 2018
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v5i02.2159

Abstract

ABSTRAK Kota Bandung menjadi pusat tujuan orang melakukan pergerakan yang didominasi dengan maksud bekerja. Dalam rangka memenuhi kebutuhannya, manusia melakukan perjalanan antar tata guna lahan dengan menggunakan sistem jaringan transportasi. Setiap guna lahan memiliki keberagaman yang berbeda, dari keberagaman itu akan menghasilkan karakteristik pergerakan yang berbeda. Transportasi dan tata guna lahan mempunyai hubungan yang sangat erat. Agar tata guna lahan dapat terwujud dengan baik maka kebutuhan akan transportasinya harus terpenuhi dengan baik, sistem transportasi yang buruk tentunya akan mempengaruhi aktivitas tata guna lahan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkajimpemilihan moda berdasarkan guna lahan campuran di tempat tinggal, distribusi pergerakan, dan karakteristik sosio-demografi. Metode yang digunakan untuk menghitung klasifikasi guna lahan yaitu dengan persamaan entropi dan analisis komparasi untuk membandingkan perbedaan dua kelompok atau lebih. Hasil dari penelitian ini yaitu guna lahan campuran sama sekali tidak berpengaruh terhadap karakteristik pergerakan pada masyarakat dengan maksud bekerja di lingkungan tempat tinggalnya. Dari tiga klasifikasi guna lahan campuran (tinggi,sedang,rendah) pemilihan moda dengan maksud bekerja didominasi oleh kendaraan pribadi khususnya sepeda motor. Kata Kunci: Pemilihan Moda, Distribusi Pergerakan, Karakteristik Sosio-Demografi
KAJIAN PENGEMBANGAN KAMPUNG KREATIF STUDI KASUS KAMPUNG KREATIF CIBUNUT, KELURAHAN KEBON PISANG Arofah, Laelatul; Suheri, Tatang
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 4 No. 02 (2018): Oktober 2018
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v5i02.2160

Abstract

Kampung kota merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kota dan seringkali digambarkan dengan permukiman yang kumuh, berkepadatan tinggi dan tidak teratur. Kampung Kreatif Cibunut merupakan kampung kota yang berhasil direvitalisasi dengan konsep kampung kreatif berwawasan lingkungan. Kesadaran masyarakat kampung baik dari kalangan pemuda dan tokoh masyarakat merupakan bentuk gebrakan akan pentingnya memperhatikan dan menjaga lingkungan. Sehingga dalam penelitian ini mencoba mengkaji bagaimana pengembangan Kampung Cibunut menuju kampung kreatif. Untuk mencapai tujuan perlunya sasaran yakni, mengidentifikasi karakteristik masyarakat, permasalahan sebelum adanya inisiasi kampung kreatif, proses pengembangan menuju kampung kreatif menggunakan tahapan The Cycle of Urban Creativity serta mengidentifikasi peran stakeholder dalam pengembangan Kampung Cibunut sebagai kampung kreatif di Kota Bandung. Metode pada penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan case study. Metode analisis data pada penelitian ini adalah analisis isi, analisis stakeholder dan analisis pelayanan umum berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI). Berdasarkan hasil penelitian, karakteristik masyarakat Kampung Cibunut ditinjuai berdasarkan aspek ekonomi dan aspek sosial yang meliputi kondisi sarana dan prasarana. Berdasarkan analisis pelayanan umum jumlah sarana yang sudah memenuhi SNI adalah sarana peribadatan, dengan jumlah 2 masjid dan 1 gereja dengan nilai SNI >1 yaitu 4.025764896. Selanjutnya proses pengembangan kampung kreatif Cibunut ditinjau berdasarkan tahapan The Cycle of Urban Creativity, konsep tersebut dilakukan dengan 5 tahapan yaitu pengembangan ide kreatif, realisasi ide kreatif, penguatan sistem pendukung, penyediaan ruang basis aktivitas kreatif serta evaluasi penerapan ide kreatif. Dalam prosesnya pengembangan kampung kreatif telah memenuhi setiap tahapan The Cycle of Urban Creativity. Dari hasil penelitian, terdapat beberapa aktor yang dapat diperhatikan dalam pengembangan kampung kreatif yang dapat diterapkan di wilayah lain diantaranya: kesiapan dari masyarakat kampung, keterlibatan seluruh pihak seperti komunitas, pemuda kampung, tokoh masyarakat kampung, dan pemerintah baik dari tingkat RT, RW, Kelurahan, Kecamatan maupun pemerintah kota serta diperlukan pendampingan dari pihak inisiator, edukator dan fasilitator untuk mengembangkan ide-ide kreatif sampai kampung tersebut siap untuk mengembangkan kampungnya sendiri. Kata Kunci: Kampung kota, Kampung kreatif, Cibunut, Proses, The Cycle of Urban Creativity
PARIWISATA INDONESIA DI MASA NEW IMPERIALISM ATAU IMPERIALISME MODERN: SEBUAH KRITIK DAN REFLEKSI TERHADAP PERENCANAAN PENGEMBANGAN PARIWISATA DI BOROBUDUR DAN MANDALIKA Aulia, Selfa Septiani
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 4 No. 01 (2018): April 2018
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v5i01.2449

Abstract

Pariwisata merupakan sektor unggulan yang memberikan kontribusi cukup tinggi terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) di berbagai negara pada saat ini. Meningkatnya destinasi dan investasi pariwisata menjadikan pariwisata sebagai faktor kunci dalam pendapatan ekspor, penciptaan lapangan kerja, serta pengembangan usaha dan infrastruktur. Pariwisata telah mengalami ekspansi dan diversifikasi berkelanjutan, sehingga menjadi salah satu sektor ekonomi yang terbesar dan tercepat pertumbuhannya di dunia (UNWTO, 2016). Tidak terkecuali Indonesia, saat ini juga Indonesia sedang gencar-gencarnya melakukan perencanaan pengembangan pariwisata. Akan tetapi, perencanaan pengembangan pariwisata pun tidak hanya memberikan dampak positif saja, karena banyak juga dampak-dampak negatif yang dihasilkan dari perencanaan pengembangan pariwisata, terutama di masa new-imperialism atau imperialisme modern. Seperti munculnya kebocoran aliran uang yang dihasilkan dari kegiatan wisata ke negara-negara pemberi modal yang menandai dampak negatif pariwisata di masa new-imperialism atau imperialisme modern. Sehingga hal ini mengakibatkan dilema untuk para perencana di Indonesia dalam merencanakan pengembangan pariwisata. Kata Kunci : Pengembangan Pariwisata, New Imperialism, dilema perencanaan
DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN CIANJUR Dewinta, Dinda; Warlina, Lia
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 3 No. 02 (2017): Oktober 2017
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v4i02.2450

Abstract

ABSTRAK Seiring dengan meningkatnya aktivitas pembangunan dan jumlah penduduk di Kabupaten Cianjur maka kebutuhan akan lahan terus meningkat. Sementara itu ketersediaan lahan pada dasarnya tidak berubah, sehingga peningkatan suatu kegiatan akan mengurangi ketersedian lahan untuk kegiatan lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya benturan kepentingan dan pada akhirnya terjadi alih fungsi lahan pertanian. Saat ini Kabupaten Cianjur mempunyai tata guna lahan dengan mayoritas lahan pertanian, sehingga lahan yang sering dialihfungsikan adalah lahan pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dampak yang terjadi akibat alih fungsi lahan pertanian terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Cianjur. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi posisi ketahanan pangan khususnya padi di Kabupaten Cianjur terhadap jenis pangan lainnya, (2) mengidentifikasi pola dan laju alih fungsi lahan pertanian serta faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Cianjur baik secara makro maupun mikro, (3) mengidentifikasi dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap produksi padi dan pengaruhnya terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Cianjur, (4) mengidentifikasi evaluasi kebijakan LP2B terkait dengan faktor mikro alih fungsi lahan ditingkat petani Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus di Desa Cikancana, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner dan data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan penelusuran melalui internet. Ketahanan pangan yang dilihat terbatas pada padi/beras. Pola dan laju alih fungsi lahan dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis laju alih fungsi lahan. Faktorfaktor makro dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda dan faktor mikro dengan analisis deskriptif. Dampak yang terjadi dianalisis dengan estimasi dampak produksi dan dibandingkan dengan kebutuhan pangan masyarakat sebagai prediksi terhadap ketahanan pangan. Evaluasi kebijakan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan sawah di Kabupaten Cianjur selama 10 tahun terakhir bertambah secara siginifikan namun disisi lain juga berkurang pada tahun-tahun tertentu yaitu tahun 2010 dan tahun 2014-2015. Laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Cianjur sebesar 0,44% selama 2006-2015 dengan faktor yang mempengaruhi perubahan luas lahan sawah yaitu jumlah penduduk berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan tiga variabel yaitu PDRB, jumlah penduduk, dan jumlah industri. Selain itu berdasarkan hasil prediksi terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Cianjur diketahui bahwa dalam 20 tahun kedepan Kabupaten Cianjur mengalami surplus beras. Hasil evaluasi kebijakan LP2B ditingkat mikro (petani) menunjukkan bahwa ada beberapa petani yang masih ingin menjual lahannya. Sementara itu untuk tingkat kabupaten kebijakan tersebut masih belum diimplementasikan. Kata Kunci: Alih fungsi lahan, ketahanan pangan, lahan pertanian pangan berkelanjutan

Page 2 of 10 | Total Record : 94