Claim Missing Document
Check
Articles

IDENTIFIKASI PERMUKIMAN KUMUH DAN ALTERNATIF PENATAAN DI KELURAHAN CIJOROLEBAK (STUDI KASUS : SEMPADAN SUNGAI CIUJUNG) Oktavia, Dini R.; Warlina, Lia
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 3 No. 02 (2017): Oktober 2017
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v4i02.2091

Abstract

ABSTRAK Kabupaten Lebak merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Banten. Kabupaten Lebak merupakan kabupaten terluas di Provinsi Banten, yang memiliki luas 33% dari luas provinsi. Kondisi topografi Wilayah Lebak bagian tengah dan selatan yang berbukit, menyebabkan pertumbuhan aktifitas perkotaan hanya berpusat pada Ibukota Kabupaten Lebak yaitu Kota Rangkasbitung. Kota Rangkasbitung sendiri mempunyai fungsi utama sebagai pusat pengembangan atau pertumbuhan utama di Kabupaten Lebak dan pusat perdagangan keluar masuk wilayah kabupaten dengan skala pelayanan regional. Laju perkembangan kota yang semakin pesat membuat perpindahan penduduk dari desa ke kota atau sering disebut juga urbanisasi, yang berakibat pada kepadatan penduduk kota sehingga muncul kawasan permukiman kumuh, serta makin meluasnya kawasan permukiman kumuh salah satunya berada di bantaran sungai Ciujung. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentaang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Lebak, sudah menetapkan adanya penataan kawasan kumuh meliputi pengendalian pertumbuhan bangunan baru, pencadangan lahan untuk permukiman, perbaikan dan peningkatan kualitas lingkungan perumahan, serta penataan kawasan perumahan sepanjang aliran sungai yang disesuaikan dengan ketentuan sempadan. Penataan kawasan kumuh di Kabupaten Lebak yaitu di kawasan kumuh sempadan Sungai Ciujung Kelurahan Cijorolebak. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi permukiman kumuh dan alternatif penataan kawasan permukiman kumuh berdasarkan dengan kondisi serta keinginan dan harapan masyarakat. Metode yang dilakukan adalah dengan mengumpulkan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil observasi dan penyebaran kuesioner kepada masyarakat sekitar terutama kepala keluarga, sedangkan data sekunder diperoleh dari instansi – instansi terkait seperti BAPPEDA, Badan Pusat Statistik, dan kantor Kelurahan Cijorolebak. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Hasil dari penelitian ini adalah: (1) teridentifikasinya karakteristik pemukim berupa jenis pekerjaan, pendapatan/ penghasilan, asal tempat tinggal, alasan pindah, dan lama tinggal. (2) teridentifikasinya karakteristik permukiman kumuh berupa jumlah penghuni, status kepemilikan tanah dan bangunan, kondisi rumah, luas tanah dan bangunan, jarak ketempat kerja, dan juga kondisi sanitasi lingkungan. Permasalahan di kawasan sempadan Sungai Ciujung yaitu status kepemilikan tanah dan bangunan sebagian besar mengakui milik sendiri dan kondisi sanitasi lingkungan yang perlu adanya perbaikan segera terutama pada perbaikan drainase. (3) teridentifikasinya harapan dan keinginan masyarakat megenai penanganan sampah, sumber air bersih, MCK, perbaikan drainase, jalan lingkungan, dan penanganan banjir. (4) arahan penataan kumuh dengan dua penanganan yaitu berupa pemugaran dan permukiman kembali pada daerah – daerah yang memiliki status tanah legal dan ilegal. Perlu adanya perbaikan dan pembuatan pada drainase, perbaikan jalan, pembuatan MCK, pengelolaan persampahan, dan pemanfaatan sumber air yang ada di Kelurahan Cijorolebak. Kata Kunci: permukiman, kumuh, alternatif, penataan.
IDENTIFIKASI PERUBAHAN GUNA LAHAN DI KAWASAN JALAN LAYANG NON-TOL “FLYOVER K.H NOER ALIE” DAN DAMPAKNYA PADA MATA PENCAHARIAN DAN TINGKAT PENDAPATAN (STUDI KASUS : BEKASI UTARA, KOTA BEKASI) Firmansyah, Chandra; Warlina, Lia
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 3 No. 01 (2017): April 2017
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v4i01.2115

Abstract

ABSTRAK Wilayah Bekasi Utara diperuntukkan sebagai pusat pemerintahan Kota Bekasi, kawasan permukiman, kawasan perdagangan, dan kawasan pendidikan. Seiring dengan berkembangnya wilayah tersebut, maka wilayah Bekasi Utara terjadi perubahan guna lahan yang cukup signifikan terutama setelah adanya jalan layang non-tol “Flyover K.H Noer Ali” di Kelurahan Harapan Mulya dan Kelurahan Marga Mulya. Adanya perubahan penggunaan lahan seperti ini biasanya akan menyebabkan perubahan guna lahan pada sekitar wilayah tersebut. Selain itu, juga akan mengubah kondisi ekonomi masyarakat dalam hal ini mata pencaharian dan pendapatan masyarakat di wilayah Bekasi Utara. Tujuan penelitian adalah mengidentifikasi perubahan guna lahan di kawasan jalan layang non-tol “Flyover K.H. Noer Ali” dan dampaknya pada mata pencaharian dan tingkat pendapatan masyarakat. Pengumpulan data dengan cara survei primer diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan survei sekunder diperoleh dari instansi – instansi pemerintah yang terkait dalam penelitian. Analisis data dalam penelitian menggunakan analisis deskriptif dan metode overlay. Variabel – variabel yang digunakan dalam penelitian adalah penggunaan lahan tahun 2004 dan 2014, status lahan, mata pencaharian tahun 2004 dan 2014, dan pendapatan masyarakat tahun 2004 dan 2014. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 10 tahun dari tahun 2004 dan 2014 terjadi perubahan terutama pada lahan gundul yang berkurang seluas 88 Ha. Sedangkan lahan permukiman bertambah seluas 27 Ha dan lahan perdagangan dan jasa bertambah seluas 126 Ha. Dari total 100 responden, sebanyak 77 responden memanfaatkan peluang setelah adanya kawasan di sekitar jalan layang untuk mendapatkan tambahan pendapatan. Sebanyak 45 responden memanfaatkan peluang dengan cara bergerak pada sektor perdagangan dan jasa serta perindustrian. Terjadinya perubahan guna lahan di Kelurahan Harapan Mulya dan Kelurahan Marga Mulya berdampak terhadap mata pencaharian masyarakat. Perubahan mata pencaharian terjadi pada pekerjaan sebagai buruh yang berkurang sebanyak 18 orang dan pedagang atau penjual yang bertambah sebanyak 34 orang. Pada tingkat pendapatan terjadi perubahan yaitu, masyarakat yang berpenghasilan kurang dari Rp. 2.000.000 berkurang sebanyak 22 orang dan yang berpenghasilan diantara Rp. 3.000.000 – 4.000.000 bertambah sebanyak 20 orang. Hal ini menunjukkan perubahan guna lahan yang disebabkan adanya flyover berdampak cukup signifikan terhadap mata pencaharian dan tingkat pendapatan masyarakat di wilayah penelitian. Kata Kunci: perubahan guna lahan, mata pencaharian, tingkat pendapatan.
IDENTIFIKASI PENGARUH ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP JENIS MATA PENCAHARIAN MASYARAKAT DI KELURAHAN PURWAWINANGUN (KABUPATEN KUNINGAN) Sofyan, Ifan M.; Warlina, Lia
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 3 No. 01 (2017): April 2017
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v4i01.2116

Abstract

ABSTRAK Kelurahan Purwawinangun merupakan bagian dari wilayah perkotaan Kabupaten Kuningan. Seiring dengan berkembangnya wilayah tersebut, maka wilayah Kelurahan Purwawinangun mengalami perubahan secara struktural dan sosial. Akibat dari perubahannya maka timbul permasalahan diantaranya yaitu adanya alih fungsi lahan pertanian dan perubahan jenis mata pencaharian masyarakat yang lebih beragam. Oleh karena itu, penulis merasa tertarik untuk menganalisa bagaimana pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap jenis mata pencaharian masyarakat. Tujuan dari penelitian ini adalah mengidentifikasi pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap jenis mata pencaharian masyarakat. Sedangkan sasaran yang dicapai yaitu teridentifikasinya karakteristik perubahan guna lahan Kelurahan Purwawinangun, teridentifikasinya karakteristik masyarakat sebagai pemilik lahan pertanian dan teridentifikasinya pengaruh alih fungsi lahan pertanian terhadap jenis mata pencaharian masyarakat. Pendekatan studi yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan teknik pengumpulan data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui observasi lapangan, wawancara, dan penyebaran kuisioner. Sedangkan data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari instansi terkait yang berupa data softcopy dan hardcopy. Adapun metode analisis yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif untuk seratus responden. Hasil dari studi ini menunjukkan bahwa, lahan pertanian di Kelurahan Purwawinangun selama 10 tahun berkurang 69,304 ha akibat adanya alih fungsi lahan yang berpengaruh terhadap jenis mata pencaharian masyarakat setempat. Dari seratus responden yang memiliki lahan pertanian tahun 2003, sebanyak 29 responden mengalihfungsikan seluruh lahan pertanian seluas 2,580 ha dan 39 responden yang sebagian lahan pertaniannya dialihfungsikan mencapai 1,550 ha. Sebanyak 32 responden tidak mengubah lahan pertaniannya atau tetap sebagai lahan pertanian dengan luas total 4,200 ha. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk perubahan satu jenis pekerjaan bidang pertanian ke bidang non-pertanian akan mengubah lahan pertanian seluas 0,104 ha. Kata kunci : Alih fungsi lahan pertanian, jenis mata pencaharian.
PENERAPAN KONSEP EKOWISATA BERBASIS MASYARAKAT DENGAN MEMPROMOSIKAN KEARIFAN LOKAL MENUJU PARIWISATA YANG BERKELANJUTAN DI TANA TORAJA Thoban, Maryam A.A.; Warlina, Lia
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 3 No. 01 (2017): April 2017
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v4i01.2117

Abstract

ABSTRAK Tana Toraja has a very diverse tourism potential, not only about cultural but beautiful landscape too. However, the tourism potential is not managed properly. Local wisdom which still preserved is potency for local communities to manage and maintain it independently. Community Based Ecotourism concept is a development concept which approriate to the condition of society and the environent in Tana Toraja, so as toinvolve the local community becomes a way to meet the needs oof economic, and social while ensuring sustainability of culuturan and natural resources. This study aims to provide a concept of tourism development with the application of community based ecotourism concept by local wisdom promoting in Tana Toraja. Data were collected by in-dept interview and observation to the manager of tourist atracction, community of handicraft and stakeholders. The method of analysis is descriptive analysis. The results from this study indicate that the involvement of local communities as managers of tourist atracctions, homestay providers, transportation service providers, and local guide are still lacking. However, Tana Toraja has the local wisdom resources which can be promoted to become a educational material for tourists. Kata Kunci: Tourism, Community Based Ecotourism, Local Wisdom, Sustainable Tourism, Tana Toraja
IDENTIFIKASI DAMPAK PERUBAHAN GUNA LAHAN DARI PERKEBUNAN DAN HUTAN MENJADI KAWASAN PEMERINTAHAN BARU DI WILAYAH SENGGARANG TERHADAP GUNA LAHAN SEKITARNYA DAN EKONOMI MASYARAKAT SETEMPAT Hidayatullah, Riyan; Warlina, Lia
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 3 No. 01 (2017): April 2017
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v4i01.2118

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk melihat perubahan guna lahan dari perkebunan dan hutan menjadi kawasan pemerintahan baru yang terjadi di Wilayah Senggarang dan seberapa besar dampak perubahan lahan tersebut terhadap guna lahan sekitarnya. Penelitian ini juga bertujuan melihat pengaruh perubahan guna lahan terhadap mata pencaharian dan pendapatan masyarakat. Metode yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dan analisis overlay. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam kurun waktu sembilan tahun yaitu dari tahun 2000 sampai tahun 2009 terjadi perubahan guna lahan yang cukup besar yaitu sebesar 57,28 % dari total luas wilayah penelitian. Lahan perkebunan campuran bertambah sebesar 528,6 Ha, sedangkan lahan perkebunan/karet berkurang sebesar 347,7 Ha. Dalam kurun waktu 5 tahun yaitu tahun 2009 sampai tahun 2014 perubahan guna lahan terjadi perubahan guna lahan sebesar 3,6 % dari total luas wilayah penelitianpada lahan eks tambang yang bertambah sebesar 52,6 Ha, sedangkan lahan kosong berkurang sebesar 49,6 Ha. Adanya kawasan pemerintahan saat ini tidak menyebabkan lahan di sekitarnya berubah penggunaannya. Guna lahan di sekitar kawasan pemerintahan yang berubah terjadi pada sekitar lahan yang sebelumnya tidak ada akses untuk kendaraan, berubah menjadi jalan. Selain itu, kawasan permukiman bertambah dari sebelumnya merupakan lahan semak/tegalan dan lahan kosong. Dalam segi ekonomi, perubahan guna lahan secara keseluruhan tidak memberikan dampak terhadap perubahan mata pencaharian dan pendapatan masyarakat. Kata Kunci: perubahan guna lahan, kawasan pemerintahan, mata pencaharian, pendapatan.
IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK AGLOMERASI INDUSTRI PENGOLAHAN DI CIKARANG KABUPATEN BEKASI TAHUN 2006 DAN 2013 Saleh, Bibra; Warlina, Lia
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 3 No. 01 (2017): April 2017
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v4i01.2119

Abstract

ABSTRAK Kabupaten Bekasi merupakan wilayah yang perekonomiannya ditunjang besar oleh sektor perindustrian. Hal ini dapat dilihat dari data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Atas Dasar Harga Berlaku menurut Lapangan Usaha Kabupaten Bekasi Tahun 2013 yang menjelaskan bahwa sektor industri merupakan sektor terbesar dengan angka mencapai 102.673.539,21 Juta Rupiah atau sekitar 76% dari hasil pendapatan kabupaten secara keseluruhan dalam kurun waktu 2010-2013. Disamping itu, hal ini juga diperkuat dengan banyaknya kawasan industri yang ada daerah tersebut diantaranya kawasan industri Jababeka, Greenland International Industrial Center (GIIC), Kota Deltamas (Deltamas), East Jakarta Industrial Park (EJIP), Delta Silicon, MM2100, BIIE dan sebagainya yang tergabung dalam Zona Ekonomi Internasional (ZONI). Aktivitas industri di Kota Cikarang menjadi fenomena yang menarik untuk diteliti. Fenomena pengelompokan industri terlihat beraglomerasi di beberapa bagian wilayah perkotaan Cikarang. Karakteristik wilayah aglomerasi tersebut dilihat berdasarkan jumlah industri, jumlah tenaga kerja, jumlah jenis industri, tingkat kepadatan industri, tingkat kepadatan tenaga kerja, serta luas wilayah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana karakteristik wilayah aglomerasi serta perkembangannya antara tahun 2006 dan 2013. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data perusahaan industri di wilayah perkotaan Cikarang tahun 2006 dan 2013. Data tersebut dianalisis menggunakan unit analisis grid dengan ukuran 1x1 km2. Bedasarkan hasil analisis diketahui bahwa terdapat 2 wilayah aglomerasi industri pengolahan di wilayah perkotaan Cikarang pada tahun 2006, dan 3 wilayah aglomerasi industri pengolahan di wilayah perkotaan Cikarang pada tahun 2013. Dari ketiga wilayah aglomerasi tersebut, wilayah aglomerasi industri di Kecamatan Cikarang Selatan mempunyai luas wilayah, jumlah perusahaan, jumlah tenaga kerja, jumlah jenis industri, tingkat kepadatan industri, dan tingkat kepadatan tenaga kerja paling tinggi. Kata Kunci: Industri, Aglomerasi, Cikarang
DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN TERHADAP KETAHANAN PANGAN DI KABUPATEN CIANJUR Dewinta, Dinda; Warlina, Lia
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 3 No. 02 (2017): Oktober 2017
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v4i02.2450

Abstract

ABSTRAK Seiring dengan meningkatnya aktivitas pembangunan dan jumlah penduduk di Kabupaten Cianjur maka kebutuhan akan lahan terus meningkat. Sementara itu ketersediaan lahan pada dasarnya tidak berubah, sehingga peningkatan suatu kegiatan akan mengurangi ketersedian lahan untuk kegiatan lainnya. Hal ini menyebabkan terjadinya benturan kepentingan dan pada akhirnya terjadi alih fungsi lahan pertanian. Saat ini Kabupaten Cianjur mempunyai tata guna lahan dengan mayoritas lahan pertanian, sehingga lahan yang sering dialihfungsikan adalah lahan pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi dampak yang terjadi akibat alih fungsi lahan pertanian terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Cianjur. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah: (1) mengidentifikasi posisi ketahanan pangan khususnya padi di Kabupaten Cianjur terhadap jenis pangan lainnya, (2) mengidentifikasi pola dan laju alih fungsi lahan pertanian serta faktor-faktor yang mempengaruhi alih fungsi lahan pertanian di Kabupaten Cianjur baik secara makro maupun mikro, (3) mengidentifikasi dampak alih fungsi lahan pertanian terhadap produksi padi dan pengaruhnya terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Cianjur, (4) mengidentifikasi evaluasi kebijakan LP2B terkait dengan faktor mikro alih fungsi lahan ditingkat petani Penelitian ini dilakukan dengan studi kasus di Desa Cikancana, Kecamatan Gekbrong, Kabupaten Cianjur, Jawa Barat. Data primer diperoleh dari hasil kuesioner dan data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan penelusuran melalui internet. Ketahanan pangan yang dilihat terbatas pada padi/beras. Pola dan laju alih fungsi lahan dianalisis menggunakan analisis deskriptif dan analisis laju alih fungsi lahan. Faktorfaktor makro dianalisis menggunakan analisis regresi linear berganda dan faktor mikro dengan analisis deskriptif. Dampak yang terjadi dianalisis dengan estimasi dampak produksi dan dibandingkan dengan kebutuhan pangan masyarakat sebagai prediksi terhadap ketahanan pangan. Evaluasi kebijakan menggunakan analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa luas lahan sawah di Kabupaten Cianjur selama 10 tahun terakhir bertambah secara siginifikan namun disisi lain juga berkurang pada tahun-tahun tertentu yaitu tahun 2010 dan tahun 2014-2015. Laju alih fungsi lahan sawah di Kabupaten Cianjur sebesar 0,44% selama 2006-2015 dengan faktor yang mempengaruhi perubahan luas lahan sawah yaitu jumlah penduduk berdasarkan hasil analisis statistik menggunakan tiga variabel yaitu PDRB, jumlah penduduk, dan jumlah industri. Selain itu berdasarkan hasil prediksi terhadap ketahanan pangan di Kabupaten Cianjur diketahui bahwa dalam 20 tahun kedepan Kabupaten Cianjur mengalami surplus beras. Hasil evaluasi kebijakan LP2B ditingkat mikro (petani) menunjukkan bahwa ada beberapa petani yang masih ingin menjual lahannya. Sementara itu untuk tingkat kabupaten kebijakan tersebut masih belum diimplementasikan. Kata Kunci: Alih fungsi lahan, ketahanan pangan, lahan pertanian pangan berkelanjutan
IDENTIFIKASI ALIH FUNGSI LAHAN DARI SEKTOR PERTANIAN KE SEKTOR JASA DAN PERDAGANGAN KECAMATAN TELUK JAMBE TIMUR, KABUPATEN KARAWANG Moechtar, Wisnu Pratama; Warlina, Lia
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 5 No. 01 (2019): April 2019
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v6i01.2451

Abstract

Alih fungsi lahan pertanian menjadi non-pertanian menjadi salah satu permasalahan yang ada di Kabupaten Karawang. Kondisi tersebut dikarenakan adanya laju pertumbuhan penduduk yang cukup tinggi sehingga kebutuhan akan ruang semakin meningkat, terutama yang terjadi di Kecamatan Teluk Jambe Timur yang mulai terlihat mengalami alih fungsi lahan pertanian ke sektor jasa dan perdagangan pada tahun 2013-2018. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi alih fungsi lahan yang terjadi, melihat persepsi masyarakat dan petani mengenai alih fungsi lahan yang terjadi serta melihat dampak yang diakibatkan oleh alih fungsi lahan di Kecamatan Teluk Jambe Timur. Metode penelitian digunakan analisis kuantitatif dan overlay peta Kecamatan Telukjambe Timur. Data primer melalui kuesioner serta data sekunder melalui dinas-dinas terkait dan studi literatur atau referensi lainnya. Dalam kurun waktu 5 tahun (2013- 2018) alih fungsi lahan pertanian yang terjadi di Kecamatan Teluk Jambe Timur, ada penurunan luas lahan pertanian sebesar 578,8 Ha (lahan kebun) dan 89,76 ha (lahan sawah). Namun disisi lain ada penambahan guna lahan sektor jasa dan perdagangan yang sebelumnya tahun 2013 belum memiliki sektor jasa dan perdagangan, pada tahun 2018 bertambah memiliki sektor jasa dan perdagangan dengan masing-masing luas lahan sebesar 54,74 Ha (sektor jasa) dan 39,88 Ha (sektor perdagangan). Persepsi masyaraka tentang kondisi lingkungan 47% berpendapat bahwa kondisi lingkungan semakin baik, sedangkan persepsi tentang persetujuan atas alihfungsi lahan terdapat 63% masyarakat tidak setuju dengan adanya alih fungsi lahan yang terjadi Kecamtan Teluk Jambe Timur. Persepsi masyarakat tentang manfaat alih fungsi lahan masyarakat sebanyak 75% mendapatkan manfaat positif karena adanya alih fungsi lahan. Sebanyak 32% masyarakat menjawab manfaat yang dirasa karena dengan adanya lapangan pekerjaan baru. Sedangkan menurut petani, terdapat 40% berpendapat adanya peningkatan harga lahan pertanian menjadi penyebab adanya alih fungsi lahan. Kata Kunci : Alih fungsi lahan, Persepsi Masyarakat dan Petani, Dampak
EVALUASI PENYEDIAAN TEMPAT PEMAKAMAN UMUM (TPU) DI KOTA BANDUNG Alam, M.F. I.; Warlina, Lia
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 5 No. 01 (2019): April 2019
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v6i01.2452

Abstract

Tempat pemakaman umum (TPU) selain digunakan untuk kegiatan pemakaman, juga berfungsi sebagai RTH perkotaan. TPU yang ada di Kota Bandung sudah hampir penuh digunakan. Bahkan, 13 TPU yang ada dan memiliki luas lahan 1.454.955 m2 berdasarkan survey yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Bandung kini 96% telah terisi. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengevaluasi penyediaan lahan tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung berdasarkan pedoman dan peraturan yang terkait dengan pemakaman. Sasaran yang ingin dicapai pada penelitian ini yaitu teridentifikasinya kondisi eksisting penyediaan lahan pemakaman di Kota Bandung saat ini melalui aspek-aspek utama pada pemakaman yaitu penggunaan TPU, penggolongan TPU, fasilitas TPU, sebaran lokasi TPU, dan pengelolaan TPU, mengevaluasi lokasi pemakaman ditinjau berdasarkan pola lokasinya, yaitu berdasarkan lokasinya dalam konteks tata ruang dan kedekatannya dengan elemen kegiatan kota, dan mengevaluasi penyediaan lahan pemakaman di Kota Bandung yang mengacu pada standar dan peraturan yang berlaku terkait dengan pemakaman di kawasan perkotaan. Hasil penelitian menunjukkan dari 13 TPU di Kota Bandung terdapat tujuh TPU yang kritis karena keterbatasan lahan karena lahan pemakaman telah terisi penuh, dan terdapat enam TPU yang belum terisi penuh untuk pemakaman karena masih tersedia lahan. Berdasarkan evaluasi terhadap lokasi pemakaman berdasarkan konteks tata ruang dan elemen kegiatan yang berdekatan diketahui beberapa pemakaman yang secara lokasi tidak sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1987. Seluruh tempat pemakaman umum (TPU) di Kota Bandung belum efektif menjadi salah satu elemen ruang terbuka hijau (RTH) publik karena masih minimnya fasilitas di setiap TPU dan juga masih banyaknya makam yang menggunakan perkerasan (tembok). Hal tersebut karena pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pengelola dan kuantitas sumber daya manusia (pegawai) masih relatif rendah membuat kondisi TPU menjadi kurang tertib, nyaman, dan indah. Kata Kunci : Makam, Tempat Pemakaman Umum, Ruang Terbuka Hijau
DAMPAK KONVERSI LAHAN PERTANIAN KE NON-PERTANIAN TERHADAP PENDAPATAN RUMAH TANGGA PETANI DI KECAMATAN CIBADAK KABUPATEN SUKABUMI Hatta, A.; Warlina, Lia
Jurnal Wilayah dan Kota Vol. 5 No. 01 (2019): April 2019
Publisher : Universitas Komputer Indonesia (UNIKOM)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.34010/jwk.v6i01.2453

Abstract

ABSTRAK The research objective were to identify land use change in Kecamatan Cibadak and to describe the impact of land use change toward farmer’s income. This research used primary and secondary data. Primary data was collected by distribution of questionary, while secondary data was obtained from related intitutions.overlay technique was used to identify land use change. In other hand, descriptive analysis was use to describe land use change impact toward on farmer’s income. The total change of land use was 1,86 % in seven years (2006-2013). The total change of land use was 1,19 % in three years (2013-2016). The total income of land use type settlement was 33,112 ha in the ten years. However, the total change of agricultural land was 19,699 ha. It were 11 farmers who convert their land stated that theor income were in change deu to land conversion. Their agricultural land was converted into built area. The farmers still own the land and the culding or houses. Kata Kunci : Guna Lahan, Perubahan Guna Lahan, Pemasukan