JPAK: Jurnal Pendidikan Agama Katolik
Journal of Catholic Religion Education (JPAK) is a scientific communication media intended to accommodate the results of research, study results, or scientific studies related to Catholic Religious Education as a form of contribution to STKIP Widya Yuwana for the development of Catholic Religious Education in general. Journal of Catholic Religion Education (JPAK) is published by the STKIP Research Institute Widya Yuwana. Publish twice a year (April and October).
Articles
10 Documents
Search results for
, issue
"Vol 4 No 2 (2010): Oktober 2010"
:
10 Documents
clear
MENULIS ARTIKEL OPINI: SARANAEVANGELISASI KEBENARAN TENTANG MANUSIA
Ola Rongan Wilhelmus
Bahasa Indonesia Vol 4 No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Lembaga Penelitian STKIP Widya Yuwana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1925.592 KB)
|
DOI: 10.34150/jpak.v4i2.101
Bagi intelektual Katolik, menulis artikel opini untuk koran, majalah dan surat kabar tidak sekedar penyebarluasan ide atau gagasan untuk membentuk serta mempengaruhi pemikiran dan sikap publik tentang isu atau persoalan tertentu. Sebaliknya, penulisan artikel opini pada tempat pertama perlu dilihat sebagai bagian dari panggilan Ilahi untuk melakukan karya evangelisasi tentang keadilan, kebenaran, kedamaian, kesetiakawanan, pembelaan dan perlindungan terhadap hak-hak asasi manusia. Artikel opini ditulis untuk mempromosi kebenaran hakiki di tengah masyarakat tentang pribadi manusia sebagai ciptaan Ilahi. Diperlukan pemahaman, latihan dan keterampilan menulis artikel opini.
ALLAH YANG MENJAGA, ADIL DAN SENANTIASA MEMPERBARUI SEGALA SESUATU: REFLEKSI ATAS KITAB WAHYU DI TENGAH SITUASI RUNTUHNYA KEADABAN PUBLIK
Antonius Virdei Eresto Gaudiawan
Bahasa Indonesia Vol 4 No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Lembaga Penelitian STKIP Widya Yuwana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (885.649 KB)
|
DOI: 10.34150/jpak.v4i2.102
Penderitaan yang dialami masyarakat Indonesia, khususnya umat beriman, adalah runtuhnya keadaban publik. Ini mengakibatkan mereka sekaligus menjadi korban dan juga menjadi penyebab runtuhnya keadaban publik. Belajar dari Kitab Wahyu, direfleksikan bahwa Allah menjaga, adil dan senantiasa memperbarui segala sesuatu demi hadirnya Kerajaan Allah kini sampai kepenuhannya kelak. Oleh karena itu, setiap umat beriman, di tengah situasi derita yang dia alami sebagai akibat dari runtuhnya keadaban publik perlu membangun pengharapan dan pertobatan sehingga terjadi pembaharuan terus menerus demi pembangunan keadaban publik.
MEMANDANG TUHAN DARI BALIK PENGALAMAN KEJAHATAN, PENDERITAAN, DAN KEMATIAN
Hipolitus Kristoforus Kewuel
Bahasa Indonesia Vol 4 No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Lembaga Penelitian STKIP Widya Yuwana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (915.402 KB)
Sadar atau tidak, manusia menghidupi hidupnya dalam rentetan tanggung jawab kepada Sang Pemberi hidup. Ini berarti setiap pengalaman hidup manusia mesti selalu berada dalam bingkai tanggung jawab kepada Tuhan sendiri. Persoalannya, tatkala berpapasan dengan pengalaman hidup yang seolah-olah tanpakehadiran dan campur tangan Tuhan, kita tergoda untuk menghakimi dan meragukan kehadiran DIA karena dalam angan kita, seolah-olah Tuhan absen dalam peristiwa tertentu hidup kita. Paling menyolok, persoalan ini muncul dalam pengalaman kejahatan, penderitaan, dan kematian hidup kita. Tulisan ini bermaksud menghadirkan kembali argumen-argumen klasik berhadapan dengan persoalan abadi ini yang dalam ranah teologi dikenal dengan problem teodicea. Reartikulasi argumen-argumen ini dianggap penting dan perlu karena kebaruannya ditemukan dalam setiap pengalaman kejahatan, penderitaan, dan kematian yang memang unik bagi setiap orang.
EVANGELISASI DAN PENDIDIKAN AGAMA KATOLIK DI SEKOLAH
Agustinus Supriyadi
Bahasa Indonesia Vol 4 No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Lembaga Penelitian STKIP Widya Yuwana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1855.231 KB)
|
DOI: 10.34150/jpak.v4i2.104
Evangelisasi hendaknya menjadi aktivitas Gereja yang terjadi secara terus-menerus di lingkungan mana pun yang menungkinkan karya keselamatan Allah dapat berlangsung, termasuk di lingkungan formal (sekolah). Sekolah hendaknya bukan saja menjadi lingkungan berkembangnya ilmu pengetahuan saja, tetapi juga sekaligus menjadi lingkungan di mana guru agama Katolik bersama para siswa mengupayakan agar pemberitaan Injil Kerajaan Allah dan tentang Yesus Kristus dapat berlangsung. Pendidikan agama Katolik di sekolah dapat menjadi sarana yang sangat efektif dan efisien bagi sebuah evangelisasi. Belajar dari Yesus Sang Guru dan Evangelis sejati, guru agama dalam proses pendidikan agama Katolik di sekolah dapat menimba bagaimana evangelisasi dapat diwujudkan sesuai dengan harapan Gereja.
DIALOG TRANSFORMATIF AGAMA DAN KEKERASAN
Andri Fransiskus Gultom
Bahasa Indonesia Vol 4 No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Lembaga Penelitian STKIP Widya Yuwana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1869.362 KB)
Nowadays, the rise of violence in religion has created new issues on humanity. The pluralism of religion has been indicated as a trigger of conflicts and unfinished debates. Many conflicts develop in many places because each group claims that their religions have an absolute truth whereas the other religion do not. In brief, this exclusive attitude and paradigm has made each group of religion tends to exclude other religions, therefore all efforts to create peace and harmony among religzous people are difficult to be implemented. In other word being exclusive in religion makes disharmony. This fact is not regarded as "taboo", because people have been accustomed to "take for granted" the truth in their religions. Asking the truth becomes the difficulty and challenge to create peace. The question is, how to create the dialogues among all religions in the world, especially in Indonesia? The hope to create peace, and love in among religions zn Indonesia still needs the dialog in practice.
PENDIDIKAN BERWAWASAN LINGKUNGAN HIDUP: PROSES MENUJU KEPEKAAN TERHADAP ALAM SEMESTA
Antonius Tse
Bahasa Indonesia Vol 4 No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Lembaga Penelitian STKIP Widya Yuwana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1116.061 KB)
Alam dan lingkungan hidup merupakan kerabat manusia. Manusia membutuhkan alam dan lingkungan untuk dapat melangsungkan hidupnya. Alam dan lingkungan hidup tanpa manusiapun akan tiada bermakna. Ada simbiosis mutualisme antara manusia dengan alam dan lingkungan hidup. Eksploitasi besar-besaran terhadap kekayaan alam yang menyebabkan rusaknya ekosistem memperlihatkan betapa manusia modern telah lalai menjalankan kewajiban dan tanggungjawabnya yang luhur untuk melestarikan alam dan lingkungan hidup. Manusia modern terobsesi untuk menguasai alam daripada menjadikannya kerabat. Global warming telah menghentak berbagai pihak untuk menata kembali kekerabatan ini. Menurut hemat penulis, diperlukan upaya yang lebih mendasar untuk membaharui kekerabatan dalam alam semesta dengan membangun kepekaan, membangkitkan rasa kagum serta kesadaran akan panggilan generasi muda untuk bertanggung jawab atas alam dan lingkungan hidupnya melalui pendidikan berwawasan lingkungan hidup.
KELUARGA KRISTIANI: LAHAN DAN SUBYEK PENDIDIKAN DASAR TENAGA MISIONER GEREJA
Don Bosco Karnan Ardijanto
Bahasa Indonesia Vol 4 No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Lembaga Penelitian STKIP Widya Yuwana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1767.107 KB)
|
DOI: 10.34150/jpak.v4i2.107
Keluarga Kristiani adalah Gereja-Rumah Tangga yang dipanggil untuk ambil bagian dalam karya perutusan Gereja di tengah dunia. Di dalam keluarga terdapat berbagai bentuk pendidikan dasar sekaligus menghadirkan seluruh dimensi penting dalam kehidupan Gereja Selain itu, keluarga Kristiani juga berada pada posisi sangat strategis untuk melaksanakan perutusan Gereja di dunia. Untuk menunjang dan mendorong keberhasilan tugas perutusan Gereja di dunia, maka Gereja perlu menyiapkan para tenaga misionemya sejak dini mulai dari keluarga-keluarga Kristiani. Dengan demikian, keluarga dapat menjadi lahan sekaligus subyek bagi pendidikan dasar para tenaga missioner Gereja.
PEMBELAJARAN DALAM KONTEKS (Sebuah Alternatif Strategi Pembelajaran)
Agustinus Supriyadi
Bahasa Indonesia Vol 4 No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Lembaga Penelitian STKIP Widya Yuwana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1574.207 KB)
|
DOI: 10.34150/jpak.v4i2.108
Pembelajaran yang hanya menekankan transfer ilmu dan kurang memperhatikan konteks murid beserta dinamikanya dapat menyebabkan terjadinya jurang antara murid dengan ilmu yang dipelajarinya, dan tidak jarang proses pembelajaran akan mengalami kegagalan. Pada hakikatnya, pembelajaran, pembelajaran adalah sebuah aktivitas murid. Subyek pembelajaran adalah murid, dan fungsi guru lebih bertindak sebagai fasilitator atau dinamisator. Untuk mendukung proses pembelajaran dalam konteks, guru perlu melihat, mengamati, menganalisa keadaan murid dengan berbagai dinamikanya. Setelah itu semua dilakukan, kemudian guru merencanakan dan melaksanakan program serta membuat evaluasi berdasarkan situasi nyata berikutnya.
PERAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM MENUMBUHKAN MASYARAKAT GEMAR BELAJAR
Gabriel Sunyoto
Bahasa Indonesia Vol 4 No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Lembaga Penelitian STKIP Widya Yuwana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1937.143 KB)
Pendidikan dapat dikatakan sebagai poros sentral dalam mengawal kemajuan suatu masyarakat. Di era kemajuan teknologi ini semua demensi kehidupan berlomba-lomba menggapai kemajuan dengan harapan kemakmuran dan kesejahteraan dapat digegarn. Demikian juga dunia pendidikan, dengan teknologi pendidikan, dunia pendidikan mengatur diri dalam lima kawasan; Desain, Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan dan Penilaian berharap dapat menjadi poros sentra.l dalam mengawal kemajuan masyarakat. Namun apabila melihat kenyataan terutama out put dan out come dari banyak lembanga pendidikan rupanya belum menujukkan hasil yang maksimal. Masalah mendasar yang kiranya patut diperhatikan adalah bagaimana memasyarakatkan kebijakan pendidikan, agar buah-buah kebijakan tersebut menjadi cultur dalam masyarakat, yang kemudian menghasilkan budaya gcmar belajar dalam masyarakat. Halberikut yang tidak kalah penting bagaimana peran guru dalam membentuk cultur masyarakat gemar belajar tersebut mulai dari dalam kelas. Dengan demikian apabila seluruh masyarakat memiliki cultur gemar belajar maka keberhasilan pendidikan dapat lebih diharapkan.
MEMPROMOSIKAN PERUMPAMAAN DALAM MENGAJAR AGAMA KATOLIK
Agustinus Wisnu Dewantara
Bahasa Indonesia Vol 4 No 2 (2010): Oktober 2010
Publisher : Lembaga Penelitian STKIP Widya Yuwana
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
Full PDF (1990.162 KB)
|
DOI: 10.34150/jpak.v4i2.110
Jesús preached the kingdom of God. Many of his parables begin: The kingdom of God is like….” But what exactly is the kingdom of God? Parables are enigmatic stories. Metaphorically they are set beside the idea of a kingdom of God, but idea the idea of kingdom is itself mysterious. Everyone who hangs around churches has heard of the parables of Jesus. They are familiar. They have been allegorized, psychologized, and sometimes reduced to pointed “lessons” on moral behavior. But mysteriously, after twenty centuries they still generate retelling and still are puzzling. Maybe the today teacher who preach must be converted. The today teacher cannot preach about the kingdom of God as if it were something somewhere out in the world beyond us. Remember, the kingdom of God is a happening, and people live within its happening. Instead we (and many teacher today) must speak the kingdom of God (and also religion preaching) happening all around us.