cover
Contact Name
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik
Contact Email
jurnal.tbbt@b4t.go.id
Phone
+62-22-2504088
Journal Mail Official
jurnal.tbbt@b4t.go.id
Editorial Address
Jl. Sangkuriang no. 14, Bandung.
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik
ISSN : 20894767     EISSN : 27159116     DOI : 10.37209/jtbbt
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik is a peer-reviewed and open access scientific journal. This journal is published by Center for Material and Technical Product (B4T) since 2011. Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik is published twice a year, in June and December. Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik publishes research results, conceptual ideas, and application of theory with a focus on technology of material and technical product. The scope of this journal are: Material Engineering, Energy Diversification, and Technology for Industry 4.0.
Articles 115 Documents
Reposisi Pipa Transfer Line Flare Stack dengan Alat Roll Geser dan Metode Penarikan Sulardi Sulardi
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 7, No 2 (2017)
Publisher : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1790.952 KB) | DOI: 10.37209/jtbbt.v7i2.96

Abstract

Flare stack is one of the vital facilities to support refinery operations. With the occurrence of damage to the flare stack then the refinery is stopped from its operation. The objective of the study was to provide an overview of the method of repositioning the pipeline transfer line of flare stack by using  roll shear tool and withdrawal method. The roll shear tool serves to overcome the sliding barrier at the base of the transfer line pipeline while the withdrawal method aims to reposition the saddle support pipeline transfer line seat back to its original position. The results showed that the use of roll shear aids and the use of withdrawal method can facilitate the repositioning of the transfer of line flare stack properly and safely without incident. The method of transfer line repositioning work has been standardized into standard working procedures and has been replicated to address similar problems in other work units of PT.Pertamina.Flare stack adalah salah satu fasilitas vital untuk menunjang operasional kilang. Dengan terjadinya kerusakan pada flare stack maka kilang dihentikan dari operasinya. Tujuan penelitian adalah untuk memberikan gambaran metode kerja reposisi pipa transfer line flare stack dengan menggunakan alat rol geser dan metode penarikan. Alat rol geser berfungsi untuk mengatasi hambatan geser pada dasar pipa transfer line sedangkan metode penarikan bertujuan mereposisi saddle support pipa transfer line seatle kembali ke posisi semula. Hasil penelitian menunjukan bahwa penggunaan alat kerja bantu rol geser dan penggunaan metode penarikan dapat mempermudah reposisi transfer line flare stack dengan baik dan aman tanpa terjadi insiden. Metode kerja reposisi transfer line telah dibakukan menjadi prosedur kerja baku  dan telah direplikasi untuk mengatasi permasalahan sejenis di unit kerja lain PT.Pertamina.
Modifikasi Waktu Aging dan Konsentrasi Kitosan pada Enkapsulasi Mikrokapsul Silika-Chlorhexidine 2% untuk Aplikasi Drug Delivery Root Canal Treatment Denny Nurdin; Enggar Dwi Kusuma; Bambang Sunendar Purwasasmita
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 4, No 2 (2014)
Publisher : Center for Material and Technical Product

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (569.832 KB) | DOI: 10.37209/jtbbt.v4i2.47

Abstract

The rising complexity and needs of healthcare nowadays is demanding the science and engineering to bring out the new concept of health treatment that enabled more effective drug administration. Silica, known as one of the most potential resources in Indonesia even in the whole world, can cope with poor temperature and chemical stability limitations. Silica has a good compatibility and stability which can lead it to be a promising material to encapsulate bioactive or drug and effectively deliver them to human body. The used of sodium silicate as precursorwass intended to encapsulate the active substance, in this case was chlorhexidine 2%. The encapsulation was done by Stober process. By Stober process it is possible to produce spherical and monodispersed nanoparticles with controlable particle size and drug release rate in ambient temperature. This study was purposed to generate approximately 1 µm sized microcapsules of silica containing chlorhexidine digluconate 2% encapsulated with alginate and chitosan. Microcapsules were intended to be used in medicament root canal treatment. The Stober process was modified with aging time and consentration of chitosan solution to control the size of microcapsules. Varied aging times are 72 hours, 36 hours, 24 hours, 8 hours, and 4 hours. The most suitable modified result, which was 4 hours aging time with 100-500 nm particle size then soaked in chlorhexidine 2% and combined with alginate and chitosan in ratio 6% :2% to form clustered encapsulated microcapsule under 1 µm in size. The characteristics of microcapsules were observed by scanning electron microscopy, FTIR spectroscopy. The release rate of encapsulated active substance observed was forty minutes longer than the non-encapsulated, by UV-Visible spectroscopy. Perkembangan kehidupan manusia telah menuntut ilmu pengetahuan dan teknologi untuk menemukan cara terbaru bagi perawatan kesehatan dan teknik penyaluran obat. Silika sebagai sumber daya mineral terbesar di Indonesia bahkan di dunia berpotensi sebagai material yg dapat menyalurkan zat aktif ke dalam tubuh tanpa batasan efektivitas karena pengaruh suhu ataupun kestabilan kimia bahan itu sendiri. Pada penelitian ini dilakukan enkapsulasi zat aktif chlorhexidine 2% melalui proses Stober agar partikel yang dihasilkan berbentuk spherical dengan ukuran yang dapat dikontrol dan terdispersi secara merata. Sodium silikat digunakan sebagai precursor. Mikrokapsul yang dihasilkan ditujukan untuk perawatan saluran akar gigi. Proses Stober dilakukan dengan variansi waktu aging dan konsentrasi kitosan sebagai dispersan untuk mengontrol ukuran partikel. Waktu aging bervariasi mulai 72 jam, 36 jam, 24 jam, 8 jam, dan 4 jam. Dari variasi waktu aging, mikrokapsul terbaik akan dilakukan impregnasi chlorhexidine 2% dan dienkapsulasi dengan 6% kitosan 2% dan 2% alginat 0,5% sehingga didapatkan mikrokapsul dengan ukuran kurang dari 1 µm. Pada hasil sintesis kemudian dilakukan karakterisasi SEM, dan FTIR. Melalui UV-Vis diketahui waktu aktifdari zat aktif bertambah 40 menit dengan enkapsulasi.
PENINGKATAN KUALITAS SAMBUNGAN LAS PEDAL REM MENGGUNAKAN PROSES GMAW Surasno Surasno
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 3, No 1 (2013)
Publisher : Center for Material and Technical Product

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (263.75 KB) | DOI: 10.37209/jtbbt.v3i1.33

Abstract

Sambungan komponen pedal rem  yang dilas menggunakan proses GMAW gas pelindung CO2100% mengandung cacat-cacat las spatter, weld-bead ripple, undercut dan porositas pada batas level 8,2%, dengan mengganti proses GMAW gas campuran pelindung Ar75% CO225%, cacat las berkurang hingga batas level 0,88% didominasi oleh spatters sedangkan cacat-cacat las lainnya hampir tidak ada. Pengamatan khususnya cacat las spatter penggunaan gas pelindung CO2100% menunjukkan  pada batas level 2,77%, dengan mengganti proses GMAW gas campuran pelindung Ar 75% CO225% cacat las spatters menurun hingga ke batas level 1,11%, oleh karena itu metoda penggantian gas pelindung pada proses GMAW terjadi perbaikan kualitas sambungan las pedal rem hingga 150%. Hal ini akan berdampak terhadap peningkatan daya saing industri komponen pedal rem kendaraan bermotor roda dua.Kata kunci: pedal rem, spatter,  process las GMAW,  gas pelindung CO2, gas campuran pelindung Ar75%CO225%
Analisa Ketahanan Aus Besi Cor EN-JN2019 dengan Metode Factorial Design terhadap Unsur Paduan dan Laju Pendinginan Kus Hanaldi
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 6, No 1 (2016)
Publisher : Center for Material and Technical Product

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.348 KB) | DOI: 10.37209/jtbbt.v6i1.64

Abstract

Wear resistance is one of the requirement that must be possessed by a product used in abrasive environments. One of material that can be used in this condition is white cast irons or abrasion- resistant cast iron. EN-JN2019 is a type of cast iron which can be used in this condition. In this cast iron contains carbon, silicon, manganese, and chromium. Wear resistance analisys of this material has been done by using factorial design with a combination of two chromium contents (1% and 2%), combination of two silicon contents (1% and 1,5%) and combination of two thickness of the sample (5mm and 30mm). The thickness of the sample is representation of the cooling rate. Study on hardness, micro structure, impact testing and wear test for eight samples has been done.The result of hardness testing shows that hardness will decrease with the increased in thickness and it is followed by the changes in the microstructure as a result of the slower cooling rate. Increasing of chromium content will increase the hardness because of carbide formation. Increasing of silicon content will decrease its hardness due to the more graphite formation. Effect of chromium and silicon on hardness has a dependency to one another because of the addition of silicon will suppress carbide growth. From impact  test, it has been demonstated that on all  variation of chromium contents, silicon contents, and thickness, there has been no effect on impact value. Wear test showed that the harder the sample, the higher will be the wear resistant.Salah satu material yang dapat digunakan pada kondisi lingkungan abrasif adalah white cast irons atau abrasion-resistant cast iron. EN-JN2019 adalah salah satu jenis besi cor yang dapat digunakan pada kondisi ini. Pada besi cor  ini terkandung unsur karbon, silikon, mangan, dan chromium. Analisa ketahanan aus material ini telah dilakukan dengan menggunakan factorial design terhadap dua kombinasi kandungan chromium (1% dan 2%), dua kombinasi kandungan silikon (1% dan 1,5%) dan dua kombinasi ketebalan sampel (5mm dan 30mm). Ketebalan sampel merupakan representasi dari laju pendinginan. Kajian terhadap kekerasan, struktur mikro, uji impact dan uji aus dari delapan sampel yang dihasilkan dari proses pengecoran telah dilaksanakan pula. Hasil pengujian kekerasan menunjukkan bahwa kekerasan menurun dengan meningkatnya ketebalan dan disertai dengan perubahan struktur mikro sebagai hasil dari laju pendinginan yang semakin lambat. Penambahan kandungan chromium meningkatkan kekerasan karena adanya pembentukan karbida. Penambahan kandungan silikon menurunkan kekerasan akibat pembentukan grafit yang lebih mudah. Pengaruh kandungan chromium dan silikon terhadap kekerasan memiliki ketergantungan satu dengan lainnya, karena penambahan silikon menekan pertumbuhan karbida. Dari hasil pengujian impact didapatkan hasil, pada semua variasi chromium, silikon dan ketebalan tidak memiliki pengaruh terhadap harga impact. Sedangkan dari hasil pengujian keausan didapatkan bahwa kekerasan berbanding lurus dengan nilai wear resistant, semakin tinggi kekerasan maka nilai wear resistant akan semakin meningkat.
Pembuatan dan Karakterisasi Separator Baterai Berbahan Selulosa Alga Cladophora Anna Niska Fauza; Mardiyati Mardiyati; Steven Steven
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 9, No 2 (2019)
Publisher : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (455.673 KB) | DOI: 10.37209/jtbbt.v9i2.135

Abstract

Separator membrane is one of the important components that serves as a separator between two electrodes for ionic transfer in the electrolyte, as well as to ensure the safety and capacitance performance of the battery. Recently, research on environmentally friendly materials for separator has been developed in order to substitute polyolefin-based separator, one of them is cellulose. Cellulose has excellent properties, such as good wettability, low cost of processing, good mechanical properties, and renewable. In this research, the separator was prepared by using cellulose extracted from Cladophora algae. Cellulose was extracted by performed alkalization, acid treatment and bleaching with 17.5% of NaOH, H2SO4 1M and 5% of H2O2 respectively. The separator membrane was prepared by using solution casting with concentration of cellulose varied in 0,011; 0,008; 0,006; 0,004 dan 0,003 gr/cm2. The porosity and thermal stability were determined by using scanning electron microscopy (SEM) and thermogravimetric analysis (TGA). Chemical stability and contact angle characterization were conducted to determine chemical retention of the separator membrane toward electrolyte and wettability of the membrane. Based on the result, the extracted cellulose from Cladophora algae has the potential to be utilized as a material for the separator membrane of battery.Membran separator merupakan salah satu komponen penting yang berfungsi sebagai pemisah antara dua elektroda untuk transfer ion didalam elektrolit, serta memastikan keselamatan dan performa kapasitansi pada baterai. Pengembangan material separator baterai yang ramah lingkungan saat ini banyak dilakukan dengan tujuan untuk mencari material alternatif selain poliolefin. Salah satu material yang cukup menjanjikan adalah selulosa. Selulosa memiliki sifat wettability yang baik, biaya pemrosesan yang rendah, sifat mekanik yang baik dan merupakan material yang dapat diperbaharui.  Pada penelitian ini dilakukan pembuatan separator baterai dari bahan selulosa yang diekstrak dari alga Cladophora. Selulosa diperoleh melalui tiga perlakuan yaitu alkalisasi dengan menggunakan NaOH 17,5%, perlakuan asam dengan menggunakan H2SO4 1M dan bleaching dengan menggunakan H2O2 5%. Membran separator dibuat dengan menggunakan metode solution casting dengan konsentrasi selulosa sebesar 0,011; 0,008; 0,006; 0,004 dan 0,003 gr/cm2. Pengukuran porositas dan stabilitas termal dilakukan dengan menggunakan scannning electron microscopy (SEM) dan  thermogravimetric analysis (TGA). Pengujian stabilitas kimia dan sudut kontak dilakukan untuk menentukan ketahanan kimia membran separator terhadap elektrolit dan sifat wettability. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa selulosa yang diekstrak dari alga Cladophora memiliki potensi yang besar untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan membran separator baterai.
FABRIKASI DAN KARAKTERISASI BEBERAPA PADUAN ALUMINIUM - ALUMINA PARTIKULAT KOMPOSIT MELALUI PENGECORAN Achmad Sjaifudin
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 2, No 2 (2012)
Publisher : Center for Material and Technical Product

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1092.483 KB) | DOI: 10.37209/jtbbt.v2i2.23

Abstract

Paduan aluminium-partikulat keramik komposit meningkatkan sifat mekanik dan fisik paduan aluminium tersebut. Namun kesulitan terbesar adalah masalah mampu membasahi (wettability) dari matriks aluminium (Al) terhadap partikel keramik dan reaksi antar muka antara maktriks dengan partikel. Oleh karena itu telah dilakukan percobaan pembuatan paduan aluminium yang diperkuat oleh partikulat alumina (alumina particulate reinforced aluminium alloys) melalui proses pengecoran konvensional untuk mengetahui dan dikarekterisasi dengan Scanning Electron Microscope (SEM). Prosesnya adalah dengan cara mencampur logam cair paduan Al dengan partikulat alumina, kemudian diaduk sebelum dituangkan ke dalam cetakan besi cor. Matriksnya adalah Al murni, Al-1,5 wt% Mg, Al-4,5 wt % Cu dan Al-18 wt% Ni. Hasil dari beberapa percobaan, setelah dikarakterisasi dengan menggunakan SEM ini tidak terlalu sempurna karena permasalahan rendahnya mampu basah dan perbedaan masa jenis antara partikel alumina dengan matriks sehingga menghasilkan penguatan sebagian saja.Kata kunci : Aluminium komposit, partikulat alumina, mampu basah, pengecoran, karakterisasi
Pengaruh Konsentrasi Kitosan pada Sintesis Nanopartikel TiO2 untuk Aplikasi pada Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) Maya Komalasari; Teuku Fawzul Akbar; Bambang Sunendar
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 4, No 1 (2014)
Publisher : Center for Material and Technical Product

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2220.559 KB) | DOI: 10.37209/jtbbt.v4i1.42

Abstract

Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) is a type of solar cell belongs to the thin layer solar cells. Recently  DSSC is the main focus in research on solar cells. DSSC modified using dyes (dyes) as coating material that increases sensitivity of a semiconductor to light. Research on the improvement of DSSC performance was done with a variation photo electrode, looking for alternative dyes, replacing the electrolyte solution, or add other component. Photo electrode components most commonly used in DCCS is titaniumdioxide (TiO2). In this research, synthesis of TiO2nano particles by sol-gel method with solvent water. In the synthesis process chitosan with concentrations of 0%, 2.5%, 5%, and 10% v/v was added. TiO2synthesized was then characterized using SEM, XRD, and BET to determine the morphology, crystal structure, and pore characteristics of the nanoparticles. The  four variations of TiO2was applied as photo electrode DSSC. DSSC  characterization was  performed using AM 1.5 solar simulator until DSSC I–V characteristic was found. Characterization results showed  that the addition of chitosan at low concentrations (2.5% v/v) reduce the crystal TiO2anatase phase and tend to increase the size of crystallites.  Increased concentrations of chitosan gave the opposite results. DSSC best performance obtained in TiO2 at chitosan concentration of 2.5% while the synthesis, with Voc= 0.58V Jsc=0.74mA/cm2, and η=0.51%. Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) merupakan suatu jenis sel surya yang termasuk dalam kelompok sel surya lapisan tipis. DSSC kini menjadi fokus utama pada riset mengenai sel surya . DSSC dimodifikasi menggunakan bahan pewarna (dyes) sebagai material dapat meningkatkan sensitivitas suatu semikonduktor terhadap cahaya. Penelitian untuk meningkatkan kualitas DSSC banyak dilakukan dengan melakukan variasi fotoelektroda, mencari alternatif dyes, mengganti larutan elektrolit, atau menambah komponen lain. Komponen fotoelektroda yang paling umum digunakan pada DSSC ialah Titanium Dioksida (TiO2). Pada penelitian ini dilakukan sintesis nanopartikel TiO2 dengan menggunakan metode sol-gel dengan pelarut air. Pada proses sintesis ditambahkan kitosan dengan konsentrasi 0%, 2,5%, 5%, dan 10% v/v. TiO2 hasil sintesis kemudian dikarakterisasi dengan menggunakan SEM, XRD, BET, dan UV-Vis untuk mengetahui morfologi, struktur kristal, karakteristik pori, dan absorbansi nanopartikel. Selain itu keempat variasi TiO2 diaplikasikan sebagai fotoelektroda DSSC. Karakterisasi DSSC dilakukan dengan menggunakan solar simulator AM 1,5 sehingga karakteristik I-V DSSC dapat diketahui. Hasil karakterisasi menunjukkan bahwa  kitosan pada konsentrasi rendah (2,5% v/v) menyebabkan pengurangan fasa anatase pada kristal TiO2 dan cenderung memperbesar ukuran kristalit. Penambahan kitosan melebihi 5% meningkatkan  fasa anatase dan memperkecil ukuran kristalit. Konsentrasi kitosan 2,5% memperkecil luas permukaan spesifik partikel dan volume total pori. Peningkatan konsentrasi kitosan memberi hasil sebaliknya. Pengolahan data karakterisasi UV-Vis menunjukkan band gap TiO2 untuk konsentrasi kitosan 2,5% lebih rendah dibandingkan 3 variasi lain diduga karena fasa rutile yang cukup signifikan (11.1%). Kualitas DSSC terbaik didapat pada TiO2 dengan konsentrasi kitosan 2.5% saat sintesis, dengan Voc = 0.58 V , Jsc = 0.74 mA/cm2 , dan
Peningkatan Kualitas Pasir Silika Lokal Asal Sidrap sebagai Pasir Standar untuk Pengujian Mutu Semen Wieke Pratiwi; Gaos Abdul Karim; Titi Rachmawati
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 8, No 2 (2018)
Publisher : Balai Besar Bahan dan Barang Teknik

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (534.969 KB) | DOI: 10.37209/jtbbt.v8i2.120

Abstract

Silica sand from Sidrap, South Sulawesi has been processed to substitute for Ottawa sand as a standard sand in testing of cement quality. The main processing was milling in a 3.5 L replica ball mill made of 2 mm steel with a rotational speed of 30 rpm for 30 minutes. Milling was carried out using ceramic or steel grinding balls with diameters of 13 and 17 mm. This milling resulted the following cumulative particle size distribution: 9.6% (+18, retained in 18 mesh sieve), 66.0% (+35), 11.6% (+50), 7.2% (+100), 3.6% (+170) and 2.0% passed through 170 mesh sieves. This particle size distribution  was more or less similar to that obtained from a standard laboratory ball mill having the same dimensions. This particle size distribution also met that the standard sand for the testing of cement quality. Milling caused a surface abrasion of Sidrap sand particles resulting a change in roundness (representing the smoothness of the surface). Milling of Sidrap sand using this replica ball mill gave a roundness of 0.27 (using ceramic milling balls), and 0.24 (steel balls), while Ottawa sand as a comparison has a roundness in the range of 0.27 - 0.30. Pasir silika asal Sidrap, Sulawesi Selatan telah diolah untuk dijadikan pengganti pasir Ottawa sebagai pasir standar untuk pengujian mutu semen. Pengolahan utama adalah penggerusan di dalam sebuah ball mill replika volum 3,5 L yang dibuat dari baja 2 mm dan kecepatan putar 30 rpm selama 30 menit. Penggilingan dilakukan dengan bantuan bola-bola penggerus dengan diameter 13 dan 17 mm dari bahan keramik atau bola baja. Penggerusan ini berhasil menjadikan pasir Sidrap memiliki distribusi ukuran partikel kumulatif sebagai berikut 9,6% (+18, tertahan pada ayakan 18 mesh), 66,0% (+35), 11,6% (+50), 7,2% (+100), 3,6% (+170) dan 2,0% lolos ayakan 170 mesh. Distribusi partikel hasil penggerusan dengan ball mill replika ini mirip dengan yang dari standard laboratory ball mill dengan dimensi sama. Distribusi ukuran partikel ini juga memenuhi distribusi ukuran partikel pasir standar untuk pengujian mutu semen. Penggerusan juga menghasilkan abrasi permukaan partikel pasir Sidrap, sehingga terjadi perubahan roundness (indeks kebundaran) yang mencerminkan kemulusan permukaan. Penggerusan dengan ball mill replika menghasilkan indeks kebundaran 0,27 (dengan bola penggerus keramik), dan 0,24 (bola baja), sedangkan pasir Ottawa sebagai pembanding memiliki indeks kebundaran antara 0,27 – 0,30.
Pengaruh Temperatur pada Sifat Aspal Buton Granular Lapis TW Samadhi; IDG Arsa Putrawan; Patricia Putu Widyastiti; Alvin Gunawan
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 5, No 2 (2015)
Publisher : Center for Material and Technical Product

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (262.986 KB) | DOI: 10.37209/jtbbt.v5i2.59

Abstract

The utilization of abundant buton asphalt needs to be developed for partial substitution of that from by products of oil refineries and from import. The aim of this study is to determine the effect of coating process variables on the quality of Buton Granular Asphalt (BGA), originated from the mine of Lawele. The experimental study consisted of three phases, i.e. preparation of materials, coating process, and physical testing on coated BGA. Material for the primary coating was a mixture of starch, water and alcohol, while for the secondary coating was a mixture of cement and fly ash or kaolin. The coating process consisted of three steps, ie. primary coating, secondary coating and drying of coated asphalt. When drying was conducted at a temperature of 26oC, there were no-significant effects on plasticity index, cement content in the secondary coat, and mass ratio of secondary coat to asphalt granule on the compressive strength of the asphalt granule. However for drying at 60oC, significant effects of those independent variables on its granule characteristic were observed.  Higher values of plasticity index, cement content, and mass ratio gave a higher values of the sticky fraction of granule during the compression test. The coating material started to degrade at 70oC.Pemanfaatan aspal buton yang cadangannya sangat besar perlu dikembangkan untuk substitusi aspal produk samping kilang minyak maupun aspal impor. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel proses pelapisan (coating) terhadap kualitas Aspal Buton Granular (ABG), yang berasal dari tambang Lawele. Penelitian terdiri dari tiga tahap, yaitu persiapan bahan, proses pelapisan, dan uji ABG hasil pelapisan. Bahan pelapis adalah campuran kanji, air dan alkohol (primary coating), dan campuran semen dan fly ash atau kaolin (secondary coating). Proses pelapisan terdiri atas tiga tahap: pelapisan primer, pelapisan sekunder, dan pengeringan aspal hasil pelapisan. Variabel proses pelapisan (predictor variable) pada percobaan ini adalah indeks plastisitas bahan pelapis sekunder, kadar semen dalam bahan pelapis sekunder, dan rasio massa ABG terhadap massa bahan pelapis sekunder. Proses pengeringan aspal hasil pelapisan dilakukan pada kondisi udara ambien. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada variabel pelapisan yang memberikan pengaruh yang nyata terhadap variabel respon, yaitu kadar air ABG hasil pelapisan dan variabel respon hasil uji tekan pada temperatur ruang 26oC. Kuat tekan ABG hasil pelapisan pada temperatur 60oC dipengaruhi oleh ketiga variabel pelapisan. Semakin tinggi nilai indeks plastisitas bahan pelapis sekunder, kadar semen dalam bahan pelapis sekunder, dan rasio massa ABG terhadap massa bahan pelapis sekunder, semakin tinggi nilai fraksi lengket ABG hasil uji tekan pada temperatur 60oC. Hasil uji degradasi menunjukkan bahwa pelapis ABG mulai terdegradasi pada temperatur 70oC.
PENGGUNAAN LIMBAH MEDIA JAMUR SEBAGAI BAHAN BAKAR ALTERNATIF DALAM UPAYA PENURUNAN EMISI CO2 PADA INDUSTRI SEMEN Ratnawati Ratnawati; Rhoito Frista
Jurnal Teknologi Bahan dan Barang Teknik Vol 2, No 1 (2012)
Publisher : Center for Material and Technical Product

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (238.775 KB) | DOI: 10.37209/jtbbt.v2i1.18

Abstract

Industri semen merupakan salah satu industri yang memberikan kontribusi emisi karbondioksida (CO2)cukup besar di dunia. Proses produksi di industri semen tergolong proses produksi high energy karena membutuhkan banyak bahan bakar pada saat proses pembakaran di Kalsiner dan Kiln. Sebagian besar dari material yang diproses lepas ke udara sebagai emisi CO2 pada reaksi kalsinasi. Konsentrasi gas CO2 yang makin meningkat di atmosfer dapat meningkatkan terjadinya pemanasan global, sebagai akibat dari meningkatnya kadar gas rumah kaca. Upaya penurunan emisi dapat dicapai antara lain dengan mencari bahan bakar alternatif pengganti batubara yaitu biomassa, yang dapat menurunkan emisi gas CO2, sebagai upaya untuk menurunkan kadar gas rumah kaca di atmosfer . Pada penelitian ini, bahan bakar alternatif yang ingin dikembangkan adalah limbah media jamur yang berasal dari serbuk gergaji. Berdasarkan data hasil penelitian, limbah media jamur yang digunakan memiliki kadar air sebesar 13,47% dengan nilai kalor 3.694 cal/g. Pengukuran emisi gas CO2 dilakukan pada campuran limbah media jamur dengan batubara dalam berbagai komposisi. Data yang diperoleh menunjukkan bahwa hasil pembakaran terbaik dengan emisi CO2, CO dan SO2 terkecil terjadi pada kondisi perbandingan pembakaran limbah media jamur : batubara = 100% : 0% dan 25% : 75%.Kata kunci: biomassa, semen, batu bara, limbah media jamur, emisi CO2

Page 7 of 12 | Total Record : 115