cover
Contact Name
Jurnal Teknik Lingkungan ITB
Contact Email
jurnaltlitb@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltlitb@gmail.com
Editorial Address
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Lingkungan
ISSN : 08549796     EISSN : 27146715     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Teknik Lingkungan ITB merupakan jurnal resmi yang dipublikasikan oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Jurnal ini mencakup seluruh aspek ilmu Teknik Lingkungan sebagai berikut (namun tidak terbatas pada): pengelolaan dan pengolahan air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah, pengelolaan dan pengolahan persampahan, teknologi pengelolaan lingkungan, pengelolaan dan pengolahan udara, kebijakan air, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Articles 428 Documents
PENGARUH KADAR AIR PADA PENGOLAHAN LUMPUR TINJA TANGKI SEPTIK BERBASIS TERRA PRETA SANITATION Purwita, Lulu Destiana; Soewondo, Prayatni
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 20, No 2 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1220.186 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2014.20.2.7

Abstract

Abstrak: Ekskreta manusia (feces dan urin) berkontribusi kecil dalam volume tetapi merupakan penyebab utama dari pencemaran air. Pendekatan sanitasi berbasis ekologi (ecological sanitation) mempertimbangkan limbah (kotoran) manusia sebagai sumber daya dibandingkan dengan limbah. Salah satu konsep ecological sanitation yang sedang dikembangkan adalah Terra Preta Sanitation (TPS). Terra Preta Sanitation merupakan suatu konsep sanitasi dengan tujuan akhir untuk meningkatkan kesuburan tanah, tetapi mampu mengatasi masalah bau yang tidak enak dengan adanya proses laktofermentasi dan vermikompos. Saat  ini,  konsep  Terra  Preta  diadopsi  dan  dikembangkan menjadi  konsep  alternatif pengolahan limbah cair dan limbah padat domestik/rumah tangga. Tujuan utama dari penelitian ini adalah optimaisasi proses laktofermentasi pada pengolahan lumpur tinja tangki septic. Pada penelitian ini dilakukan pengolahan lumpur tinja yang berasal dari 3 tangki septik dengan variasi kadar air untuk mengetahui  pengaruh  kadar  air  pada  proses  laktofermentasi. Variasi  kadar  air  dilakukan  dengan pengurangan 10% air sampel dan penambahan 0%, 10% dan 20% air pencampur. Reaktor yang digunakan merupakan reaktor batch anaerob dengan kapasitas 2,5 liter. Bakteri yang digunakan berasal dari bakteri kultur campuran jenis EM4  (Effective Microorganism 4) sebanyak 20% dari volume efektif reaktor, sedangkan untuk co-substrat digunakan larutan glukosa dan air keran sebagai air pencampur. Penelitian ini dilakukan selama 21 hari pada suhu ruang. Parameter yang dianalisa seperti pH, kadar air, kadar volatile, Total Organic Carbon (TOC), Total Kjedahl Nitrogen (TKN), Total phosphate, Total Asam Volatile (TAV), amonium, dan H2S. Karakteristik awal sampel tinja memiliki nilai organik tinggi dengan angka TOC sekitar 25000 mg/L. Pada akhir pengolahan, hasil menunjukkan sampel dengan pengurangan10% air sampel memberikan degradasi organic yang lebih baik, konsentrasi H2S dan produksi asam laktat lebih besar. Efisiensi penyisihan karbon organik sekitar 50%, penyisihan NTK sekitar 60%, penyisihan posphat total sekitar 70% dan penyisihan indikator bau yaitu H2S mencapai 90%. Pembentukan asam laktat pada akhir reaksi mencapai 3,9%.  Kata kunci: terra preta sanitation, laktofermentasi, Effective Microorganism 4, tangki septik Abstract : Human excrement (faeces and urine) have small in volume of domestic wastewater but it is the main causes of water pollution. Ecological sanitation considers human wastes as resources rather than waste. A new emerging concept in ecological sanitation is Terra Preta Sanitation (TPS). Terra Preta Sanitation is sanitation concept with final purpose for improve soil fertility, but able to overcome odor problem with lactic acid fermentation and vermicomposting process. Today, TPS concept is adopted and developed to be alternative concept for domestic waste treatment. The main objective of this research is optimizing lactic acid fermentation process in sludge of septic tank treatment. This research conducted with black water treatment from three septic tanks with variation of water content. Water content variations are with 10% sample water reduction, 0%, 10%, and 20% mixing water addition Reactor that used is anaerobic reactor with 2.5 liter capacity. Effective Microorganism 4 (EM4) is used as source of lactic acid bacteria for treat sludge from septic tank. Glucose is used as co-substrate and tap water as mixing water. The study was conducted in 21 days at room temperature. pH, water content, volatile content, Total Organic Carbon (TOC), Total Kjedahl Nitrogen (TKN), Total phosphate, Total Volatile Acid (TVA), ammonium, and H2S are analyzed.  Characteristic of sample have organic content approximately 25000 mg/L. In the end of treatment, the result show, that the sample with 10% sample water reduction had better degradation, lower H2S and greater lactic acid production. Organic carbon removal efficiency about 50%, TKN removal efficiency about 60%, total phosphate efficiency about 70%, and H2S removal efficiency about 90%. Production of lactic acid in the end of reaction time about 3.9%  Key words: terra preta sanitation, lactic acid fermentation, Effective Microorganism 4, septic tank 
PENYEDIAAN AIR MINUM DI DAERAH PESISIR KOTA BANDAR LAMPUNG MELALUI RAINWATER HARVESTING Rahmayanti, Ade Esti; Soewondo, Prayatni
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 2 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (444.417 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.2.2

Abstract

Abstrak: Atap rumah merupakan komponen utama dalam sistem pemanenan air hujan, sehingga selain dari kondisi lingkungan yang mempengaruhi kualitas air hujan, atap rumah juga memberikan pengaruh terhadap kualitas air hujan yang dipanen. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari waktu Panen Air Hujan, lokasi pemanenan air hujan, dan beberapa jenis atap (asbes, seng dan genting tanah liat) terhadap kualitas air hujan terpanen. Beberapa parameter uji kualitas air (pH, kekeruhan, suhu, TDS, Fluorida, Nitrit, Nitrat, Besi, Seng, Kadmium, Kromium, Kesadahan, Mangan, Sulfat, Klorida) dianalisa dan hasilnya dibandingkan dengan standard baku mutu untuk air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 492 Tahun 2010 tentang Persyaratan Kualitas Air Minum.Konsentrasi Kadmium (Cd) yang terkandung pada air hujan terpanen saat hujan kedua (0,0204 mg/L) lebih tinggi dibandingkan dengan hujan pertama (0,0123 mg/L). Atap genting merupakan jenis atap yang paling ideal untuk melakukan pemanenan air hujan dan kualitas air hujan yang jatuh di lokasi industri maupun lokasi yang jauh dari industri tidak jauh berbeda. Kuantitas air hujan dalam rangka penyediaan air minum melalui pemanenan air hujan ditunjukkan dengan tingkat keandalan atau reliabilitas (Re) melalui simulasi tampungan air hujan untuk kapasitas tangki 1 m3 menggunakan data hujan selama tiga tahun berturut-turut dan simulasi tersebut menunjukkan bahwa keandalan air hujan sebagai alternatif sumber air minum, sumber air untuk memasak pada saat musim penghujan berlangsung yang jatuh di lokasi studi bisa mencapai 79,84% dan 45,80%. Sedangkan tingkat keandalan air hujan sebagai alternatif sumber air minum sesuai dengan hasil survey bisa mencapai 91,97%. Survey sosial ekonomi menunjukkan bahwa tidak banyak masyarakat menyadari manfaat penggunaan air hujan dan beberapa dari mereka bahkan memiliki kesalahpahaman tentang kualitas air hujan. Persepsi negatif mengenai pemanenan air hujan adalah bahwa pemanenan air hujan bukan merupakan hal yang umum dilakukan terutama di daerah dekat dengan perkotaan. Kata kunci: Pemanenan air hujan, penyediaan air minum, kualitas air, kuantitas air hujan Abstract : Roof of the house is the main component in a rainwater harvesting system that gives direct impact towards the quality of the harvested rainwater regardless the environmental conditions. This study aims to determine the effect of time, location, and roofing material (asbestos, metal sheet and clay tiles)on the quality of rainwater harvested. Some water quality parameters (pH, turbidity, temperature, TDS, Fluoride, Nitrite, Nitrate, Iron, Zinc, Cadmium, Chromium) were analyzed and the results were compared to drinking water standard based on the Regulation of the Minister of Health No. 492 of 2010. Cadmium (Cd) concentration contained in harvested rainwater after several rain events (0.0204 mg/L) is higher than the first rains (0.0123 mg/L). Clay tile roof is the most ideal roofing material for harvesting rainwater and the quality of rainwater that falls on industrial area and the residential area is not very different. The quantity of rainwater as a supporting capacity in drinking water through rainwater harvesting is indicated by the level of reliability (Re) through simulated rainwater tank capacity of 1 m3 using daily rainfall data for three consecutive years and simulations showed that the reliability of rainwater as an alternative source of drinking water attained 91.97% and 45.80% for cooking purpose. While the level of reliability of rainwater as an alternative source of drinking water based on the socio-economic survey is 79.84%.Socio-economic survey shows that not manylocal people are aware of the benefits of utilizing rainwaterandsome of them even have a misunderstanding regardingthe quality of rainwater. Negative perceptions about rainwater harvesting is that rainwater harvesting is not a common thing to do, especially in areas close to urban. Key words: Rainwater Harvesting, Water Supply, Water Quality, Rainwater Quantity
ANALISIS MULTI KRITERIA PEMILIHAN TEKNOLOGI PENGOMPOSAN SAMPAH Susangka, Adi; Chaerul, Mochammad
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 16, No 1 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (232.352 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2010.16.1.1

Abstract

Abstrak : Sampah organik merupakan komponen sampah yang paling dominan di Indonesia, dimana jenis ini sangat layak untuk dikomposkan. Terdapat beberapa macam jenis teknologi pengomposan, dimana pihak pemerintah sebaiknya mempertimbangkan beberapa macam kriteria untuk memilih teknologi pengomposan yang paling sesuai. Kriteria yang digunakan meliputi aspek sosial, ekonomi, lingkungan, dan teknis. Sebagai bentuk pemecahan masalah, digunakan metode Analytic Hierarchy Process. Wawancara interaktif dilakukan untuk mendapatkan perbandingan berpasangan dari berbagai pihak stakeholder, termasuk expert, pegawai pemerintahan, operator teknologi pengomposan, dan masyarakat umum. Sebagai studi kasus, kota Bandung dipilih menjadi obyek penelitian untuk merepresentasikan karakteristik negara berkembang. Penelitian ini melibatkan pihak stakeholder dari perguruan tinggi sebanyak 12 responden. Berdasarkan hasil perhitungan, windrow merupakan teknologi pengomposan yang paling sesuai untuk diaplikasikan di Indonesia.Abstract: Organic waste is the highest percentage of Muncipal Solid Waste component in Indonesia, which suitable mostly to composted. There are various kind of composting technologies, which the municipality should consider various criteria to choose a particular composting technology. The criteria include social, economic, environment, and technical aspects. To solve the problem, Analytical Hierarchy Process was proposed. Interactive interview was conducted to get a pairwise comparison from various stakeholder, include the expert, the municipality officer, operator of composting technology, public mass. For a case study, Bandung city was chosen to represent a developing country characteristic.The research was involved in 12 respondents. Based on the calculation, windrow technology was the most suitable composting technology to be applied in Indonesia.    Key words: organic waste, composting, decision making, multi criteria, analytic hierarchy process
PENGARUH FREKUENSI DAN WAKTU BACKWASH MEMBRAN TERHADAP PENINGKATAN BIOMASSA PADA BIOREAKTOR MEMBRAN Samatha, Dissa; Effendi, Agus Jatnika
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 16, No 2 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (594.119 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2010.16.2.2

Abstract

Abstrak: Penyumbatan (fouling) membran terjadi pada penggunaan bioreaktor membran (BRM) saat mengolah zat warna azo, zat warna yang paling sering digunakan dalam industri tekstil. Hal tersebut terjadi karena biomassa yang digunakan dalam pengolahan tertahan di permukaan membran, saat membran melakukan penyaringan. Penyumbatan biomassa biasanya diatasi dengan melakukan pencucian (backwash), dimana frekuensi banyaknya dan lamanya waktu pencucian dapat dilakukan bervariasi sesuai kebutuhan membran untuk menghilangkan biomassa di permukaannya. Pada penelitian ini, BRM yang memiliki tiga tangki, yaitu tangki anoksik, kontak, dan stabilisasi serta saluran pembuangan yang disebut permeat dioperasikan dengan tiga variasi waktu filtrasi dan backwash yang berbeda. Perbedaan waktu filtrasi dan backwash yang dioperasikan pada bioreaktor membran membuat keadaan operasional BRM berbeda tiap variasinya sehingga lingkungan pengolahan akan otomatis berubah juga. Lingkungan pengolahan ini sendiri merupakan faktor yang sangat penting dalam mendukung kehidupan biomassa di dalam pengolahan sehingga perubahan lingkungan akan memberikan efek kepada kehidupan biomassa. Hal tersebut terlihat pada tiap variasi yang dioperasikan mempunyai perbedaan jumlah biomassa yang cukup signifikan satu sama lainnya. Perbedaan ini menandakan bahwa waktu filtrasi dan backwash memberikan pengaruh terhadap peningkatan biomassa di dalam suatu pengolahan dengan bioreaktor membran. Kata Kunci: Backwash, Peningkatan Biomassa, Penyumbatan, Waktu filtrasi dan Backwash  Abstract: Membrane fouling found on membrane bioreactor (MBR) operated for the treatment of azo dye, the most common dye used in textile industry. This fouling phenomenon occurred because the biomass, which used in this treatment, restrained on membrane surface during the filtration process. Usually, this biomass fouling cleaned with operating backwash, which the frequency and duration can vary depend on needs to remove biomass from membrane?s surface. In this research, MBR, which has three tanks, anoxic, contact, and stabilization tank and also one waste system called permeate, operated in three different variations of filtration and backwash time. The Difference in filtration and backwash time made the MBR operational condition changed depends on which variation applied and this changed automatically affected the treatment?s environment. Moreover, the treatment?s environment has been an important factor in supporting biomass life, so it?s changed would have an effect on biomass too. This condition happened when three different variations operated in the treatment and gave a significant difference on total biomass. The difference indicated that different filtration and backwash time would give an effect on biomass increasement in the treatment using membrane bioreactor. Key words: Backwash, Biomass Increasement, Filtration and Backwash Time, Fouling
PERENCANAAN SISTEM DRAINASE BERWAWASAN LINGKUNGAN (ECODRAINAGE) DI KELURAHAN JATISARI, KECAMATAN MIJEN, KOTA SEMARANG Kamila, Nisaul; Wardhana, Irawan Wisnu; Sutrisno, Endro
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 2 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (223.55 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.2.7

Abstract

Abstrak: Penerapan sistem drainase konvensional di daerah padat penduduk dapat mengakibatkan genangan banjir hulu atau hilir. Tujuan dari proyek ini adalah untuk menentukan curah hujan, kapasitas sistem drainase yang ada, sistem drainase dan perencanaan lingkungan (Eco-drainase) di wilayah studi. Perencanaan dimulai dari evaluasi saluran drainase yang ada di wilayah studi melalui analisis curah hujan dengan metode Log Person III di mana data curah hujan diperoleh dari Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Prov. Jawa Tengah, dan Departemen Manajemen Sumber Daya Air (PSDA) Prov. Jawa Tengah, kemudian merencanakan sistem Ecodrainage dengan menerapkan bangunan infiltrasi air hujan yang dapat diterapkan di daerah studi, serta membandingkan dengan sistem drainase yang ada, terutama pada kapasitas drainase dan debit, debit diserap dengan baik, serta sisanya dari debit air overflow ke saluran drainase. Dari perencanaan yang dilakukan menunjukkan bahwa setelah menerapkan Ecodrainage, banyak saluran yang awalnya tidak bertemu untuk menampung semua limpasan air, memenuhi. Dengan membandingkan debit ke sistem drainase yang ada: limpasan air ke saluran: 8.64 3m3/dt dan tidak ada debit air yang diserap, sedangkan untuk Ecodrainage, debit limpasan air hujan: 8.64 3m3/dt, aliran air diserap 4.419 m3/dt, dan buang sisanya masuk ke saluran: 4.224 m3/s.Kata Kunci: Eco-drainase, Log Person III, Drainase dan Debit.Abstract: Application of conventional drainage systems in densely populated areas can result in inundation upstream or downstream flooding. The purpose of this project is to determine the rainfall, the capacity of the existing drainage systems, drainage systems and environmental planning (Ecodrainage) in the study area. Planning is starting from the evaluation of the existing drainage channel in the study area through analysis of rainfall with Log Person III method in which rainfall data obtained from the Meteorology, Climatology and Geophysics (BMKG) Prov. Central Java, and the Department of Water Resources Management (PSDA) Prov. Central Java, then planned Ecodrainage system by implementing rain water infiltration buildings that may be applied in the study area, as well as comparing with the existing drainage system, especially on the capacity of drainage and discharge, discharge well absorbed, as well as the rest of the over flow water discharge into the drainage channel. Of planning done showed that after applying Ecodrainage, many channels that were not initially meet to hold all the water runoff, be fulfilling. By comparison discharge to the existing drainage system: water runoff into the channel: 8.643 m3/s and no discharge of water is absorbed, while for Ecodrainage, rain runoff water discharge: 8.643 m3/s, the flow of water absorbed 4.419 m3/s, and discharge the rest goes into the channel: 4.224 m3/s.Keywords: Ecodrainage, Log Person III, Drainage and Debit.
PENGEMBANGAN ALAT UKUR PASIF BERBAHAN LOKAL DALAM METODE PEMANTAUAN OZON DI UDARA AMBIEN Imami, Ahmad Daudsyah; Driejana, Driejana
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 17, No 1 (2011)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.441 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2011.17.1.9

Abstract

Abstrak: Ozon yang berada pada lapisan troposfer merupakan zat pencemar yang berbahaya bagi kesehatan manusia antara lain gangguan pernapasan, iritasi mata dan telinga, serta menimbulkan beberapa penyakit spesifik. Oleh karena itu pemantauan terhadap parameter ini perlu dilakukan. Pada banyak kasus penggunaan difussive sampler  dapat menghasilkan hasil yang valid dan merupakan metoda alternatif dengan biaya efektif apabila dibandingkan dengan metoda aktif. Oleh karena itu pengembangan mengenai alat ukur pasif ini dibutuhkan. Alat ukur pasif yang lazim digunakan merupakan alat ukur pasif yang seluruh bagiannya berasal dari luar negeri sehingga akses terhadap teknologi ini cukup terhambat baik dari sisi dana maupun kemudahan aplikasi. Dengan studi literatur yang cukup dan pengetahuan mengenai bahan material dan bahan kimia, segala bahan untuk bagian dari alat ukur pasif tersebut dapat didapatkan tanpa import. Bahan tersebut antara lain Teflon untuk tabung utama, stainless steel untuk mesh, polimer etilen untuk tutup tabung, dan PTFE untuk filter. Kemudian bahan tersebut dirakit dengan mencontoh Ogawa Passive Sampler. Dari hasil yg diperoleh presisi pengukuran alat ukur pasif berbahan berada dalam rentang 73-93% sedangkan rerata perbedaan dengan alat ukur pasif Gradko dalam rentang 20-42%.Kata kunci: Alat ukur pasif, bahan lokal, Ion kromatografi, Metode pemantauan pasif, OzonAbstract : The ozone compound which is in the troposphere layer is a pollutant that is harmful to human health such as respiratory problems, irritation of the eyes and ears, and also raises some specific diseases. Therefore, monitoring of these parameters is a need. In many cases the use of diffusive sampler can produce valid results and is an alternative method with a cost effective when compared with active methods.  Passive sampler commonly used is a passive sampler that all parts come from overseas so that access to this technology is quite constrained in funds and lack of application. With sufficient literature study and knowledge of materials and chemicals, all materials for passive sampler part can be obtained without import. Materials include Teflon for the main tube, stainless steel for the mesh, polymers of ethylene for the caps, and PTFE for the filter. Then the material is assembled with the example of Ogawa Passive Sampler. Results obtained from measurement of precision the local passive sampler in the range 73-93%, while mean of difference compared to Gradko passive sampler in the range 20-42%.Key words: Ion Chromatograph, local based materials, Ozone, Passive sampler
BIOASSESSMENT KUALITAS AIR SUNGAI CIKARO KABUPATEN BANDUNG MENGGUNAKAN STATUS EKOLOGI Handinata, Luppy; Muntalif, Barti Setiani
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (378.174 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.2.3

Abstract

Abstrak: Makrozoobenthos telah umum digunakan untuk bioassessement kualitas air sungai, Indeks Biotik secara luas digunakan untuk kegiatan monitoring kualitas air di seluruh dunia, termasuk negara berkembang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui status ekologi Sungai Cikaro dengan menggunakan makrozoobenthos, Hasil penelitian menunjukkan makrozoobenthos yang ditemukan Berdasarkan hasil penelitian ditemukan sebanyak  ditemukan sebanyak  4 Filum, 5 kelas, 17 Ordo, 33 famili dan  39 genus makrozoobenthos, Kepadatan makrozoobenthos bervariasi pada setiap lokasi sampling dan periode pengambilan sampel dengan kisaran 13-151 individu/m2. Indeks Shannon-Wienner berkisar antara 1,05 sampai dengan 2,50 termasuk katagori tercemar ringan sampai tercemar sedang,  Hal ini sejalan dengan penilaian status ekologis menggunakan Indeks terbaru dimana kisaran nilai berada pada 2,67 ? 4,78 dan berada dalam sedikit tercemar sampai tercemar sedang Kata kunci: Bioassessment, Kualitas Air, Makrozoobenthos, Status Ekologi Abstract : Macrozoobenthos are commonly used in river health biomonitoring. In monitoring program biotic indices are now widely established in water quality monitoring around the world, including in the tropical countries. The aim of this study was to reveal the ecological status of Cikaro River by using Macrozoobenthos The results of the study found 4 Phylum, 5 classes, 17 Ordo, 33 families and 39 genus makrozoobenthos. The density of macrozoobenthos varied at each sampling site, . The density ranged from 13-151 individuals / m2. Shannon Wienner Index (H ') Index range 1.05 - 2.50 and classified slightly polluted to quite polluted  The Result in line with The Assessment of Ecological Status using the scoring system, the ecological status in Cikaro River range 2,67? 4,78 and classified quite polluted  to moderately polluted Key words: . Bioassessment, Water Quality, Macrozoobenthos, Ecological Status 
PROFIL DISTRIBUSI PENCEMARAN LOGAM BERAT PADA AIR DAN SEDIMEN ALIRAN SUNGAI DARI AIR LINDI TPA SARI MUKTI Mahardika, Dwiki Irvan; S. Salami, Indah Rachmatiah
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 18, No 1 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (781.909 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2012.18.1.4

Abstract

Abstrak  :  Keberadaan  air  lindi  yang  dihasilkan  TPA  Sarimukti  mengakibatkan  pencemaran  lingkungan perairan. Pembuangan jenis sampah yang beraneka macam ini memungkinkan air lindi menagdung zat beracun dan logam berat, terutama timbal (Pb), kadmium (Cd), tembaga (Cu), dan kromium (Cr). Tujuan penelitian ini adalah bertujuan memperoleh gambaran profil logam timbal (Pb), kadmium (Cd), tembaga (Cu), kromium (Cr) dan mengetahui kecenderungan konsentrasi logam tersebut di air dan sedimen setelah menerima efluen air lindi TPA Sarimukti.  Konsentrasi  logam berat  dianalisis  dengan  Atomic  Absorption  Spectrophotometry  (AAS). Preparasi sampel air dilakukan dengan metode pemekatan asam nitrat (SNI 6989.17:2009) sedangkan untuk sedimen digunakan ekstraksi asam (EPA Method 200.2, 1994). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa konsentrasi logam berat Pb, Cd, Cu, dan Cr dalam air setelah menerima efluen utama TPA Sarimukti (Titik 2) terjadi peningkatan yang siginifikan dimana sebelum menerima efluen tersebut: 0,0031 ppm; < 0,001 ppm; 0,0001 ppm; 0,0094 ppm sedangkan setelah menerima efluen (Titik 3) : 0,0228 ppm; 0,0043 ppm, 0,0495 ppm, 0,1767 ppm. Sementara, pada sedimen sungai, konsentrasi logam berat Pb, Cd, Cu, dan Cr sebelum menerima efluen tersebut: 1,57 ppm; 0,23 ppm; 18,36 ppm; 13,66 ppm, sedangkan setelah menerima efluen (Titik 3) : 1,92 ppm; 0,17 ppm; 16,99 ppm; 9,82 ppm. Dapat disimpulkan bahwa masukan efluen lindi cenderung meningkatkan logam berat dalam air dibandingkan dengan sedimen. Konsentrasi logam dalam sedimen cenderung lebih tinggi daripada dalam air. Hal ini dapat disebabkan adsorpsi logam berat ke dalam sedimen.Kata kunci : TPA Sarimukti, air lindi, logam berat, profil, air, sedimen Abstract : The presence of landfill leachate generated Sarimukti cause water pollution.  Variation types of disposal waste allows leachate containing toxic substances and heavy metals, particularly lead (Pb), cadmium (Cd), copper (Cu), and chromium (Cr). The purpose of this study is aimed to obtain the profile picture of the metal lead (Pb), cadmium (Cd), copper (Cu), chromium (Cr) and identify trends that metal concentrations in water and sediment after receiving effluent landfill leachate Sarimukti. Concentrations of heavy metals were analyzed by Atomic Absorption Spectrophotometry (AAS). Sample preparation was conducted by the water concentration of nitric acid (SNI 6989.17:2009) while for the sediment used acid extraction (EPA Method 200.2, 1994). The results of this study indicate that the concentrations of heavy metals Pb, Cd, Cu, and Cr in the water after receiving primary effluent landfill Sarimukti (Point 2) a significant increase before receiving effluent which is: 0,0031 ppm; 0,001 ppm; 0,0001 ppm ; 0,0094 ppm, while after receiving the effluent (point 3): 0,0228 ppm; 0,0043 ppm; 0,0495 ppm; 0,1767 ppm. Meanwhile, the sediments, concentrations of heavy metals Pb, Cd, Cu, and Cr before receiving such effluents: 1.57 ppm, 0.23 ppm, 18.36 ppm, 13.66 ppm, while after receiving the effluent (Point 3) : 1.92 ppm, 0.17 ppm, 16.99 ppm, 9.82 ppm. It can be concluded that the effluent leachate tends to increase the input of heavy metals in water compared with the sediment. Metal concentrations in sediments tend to be higher than in water. This could be due to the adsorption of heavy metals in sediments.Keywords : Sarimukti landfill, leachate, heavy metals, profiles, water, sediment
VALUASI EKONOMI DAN UPAYA PENGELOLAAN HUTAN MANGROVE DI KECAMATAN MUARA GEMBONG KABUPATEN BEKASI Muntalif, Barti setiani; Hasian, Olva; Sembiring, Emenda
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 19, No 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (586.632 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.9

Abstract

Abstrak: Kecamatan Muara Gembong merupakan salah satu daerah di Indonesia yang telah mengalami degradasi mangrove di wilayah pesisirnya akibat perubahan lahan. Perubahan lahan terbesar digunakan untuk membuka lahan tambak ikan untuk kegiatan budidaya. Dampak ekologi yang timbul akibat rusaknya ekosistem hutan mangrove  di wilayah Muara Gembong saat ini adalah abrasi. Melihat permasalahan yang terjadi, analisis terhadap aspek ekologis dan ekonomi yang saling berkaitan perlu dilakukan agar sumberdaya pesisir yang ada dapat digunakan secara lebih optimal dan efisien serta berkelanjutan. Analisis valuasi ekonomi dilakukan dengan perhitungan Total Economic Value (TEV) yang terdiri dari perhitungan nilai pemanfaatan (Use Value) dan nilai non-pemanfaatan (Non-Use Value). Dengan total luasan mangrove seluas 103,75 hektar, manfaat yang dapat diberikan baik secara langsung maupun tidak langsung adalah sebesar Rp. 23.690.709.886,-. Enam skenario pemanfaatan lahan hutan mangrove disiapkan. Untuk melihat skenario mana yang layak untuk dijadikan acuan dalam rencana pengembangan daerah, maka dilakukan perhitungan analisis kelayakan usaha. Dari analisa tersebut terlihat bahwa skenario 4 (80% hutan mangrove dan 20% tambak ikan) merupakan skenario paling layak, dimana nilai NPV yang didapatkan selama 10 tahun memiliki nilai tertinggi sebesar Rp. 4.100.769.095.248,-  dan benefit-cost rasio (BCR) yang dihasilkan adalah 4,84 yang berarti apabila nilai BCR > 1 maka usaha dinyatakan layak untuk diterapkan.
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TINGKAT KEPERCAYAAN MASYARKAT TERHADAP PEMILAHAN SAMPAH Sari, Prima Puspita; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 18, No 2 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (584.735 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2012.18.2.9

Abstract

 Abstrak: Pemilahan sampah memegang peranan penting dalam pengelolaan persampahan. Partisipasi masyarakat sebagai penghasil sampah sangat diperlukan agar program pengelolaan sampah dapat berjalan efektif. Memahami apa yang memotivasi orang untuk memilah sampah dan apa yang menghambat mereka dari melakukannya adalah langkah pertama menuju peningkatan partisipasi. Penelitian dilakukan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat kepercayaan masyarakat terhadap pemilahan sampah dan dampaknya terhadap kesediaan masyarakat pada kegiatan pemilahan sampah. Penelitian dilakukan pada masyarakat di lima wilayah di Kota Bandung. Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner dibagikan ke 217 responden di wilayah penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa partisipasi masyarakat untuk memilah sampah sangat kurang. Perilaku memilah sampah mempengaruhi persepsi responden terhadap tingkat kesulitan memilah sampah. Bagi responden yang tidak memilah, kesulitan memilah sampah adalah suatu persepsi negatif. Tingkat kepercayaan responden terhadap terlaksananya pemilahan sampah di lingkungan tempat tinggal mereka cenderung positif. Namun, terdapat persepsi negatif mengenai tingkat kepercayaan pada responden yang sampahnya tidak diangkut oleh petugas. Sarana dan prasarana yang tidak memadai mempengaruhi turunnya kepercayaan responden terhadap terlaksananya kegiatan pemilahan sampah. Kesediaan responden terhadap kegiatan pemilahan sampah dipengaruhi oleh tingkat kepercayaan. Namun, sarana dan prasarana yang tidak memadai   mempengaruhi   kesediaan   responden   untuk   menyediakan   wadah   terpisah.   Responden   yang menganggap sarana dan  prasarana sebagai  kendala lebih tidak bersedia menyediakan wadah terpisah dan cenderung tidak percaya terhadap terlaksananya kegiatan pemilahan sampah.