cover
Contact Name
Jurnal Teknik Lingkungan ITB
Contact Email
jurnaltlitb@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltlitb@gmail.com
Editorial Address
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Lingkungan
ISSN : 08549796     EISSN : 27146715     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Teknik Lingkungan ITB merupakan jurnal resmi yang dipublikasikan oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Jurnal ini mencakup seluruh aspek ilmu Teknik Lingkungan sebagai berikut (namun tidak terbatas pada): pengelolaan dan pengolahan air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah, pengelolaan dan pengolahan persampahan, teknologi pengelolaan lingkungan, pengelolaan dan pengolahan udara, kebijakan air, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Articles 428 Documents
KANDUNGAN MERKURI PADA URIN DAN RAMBUT SEBAGAI INDIKASI PAPARAN MERKURI TERHADAP PEKERJA TAMBANG EMAS TANPA IZIN (PETI) DI DESA PASAR TERUSAN KECAMATAN MUARA BULIAN KABUPATEN BATANGHARI – JAMBI Zaharani, Fairuz; S. Salami, Indah Rachmatiah
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 2 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (611.926 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.2.7

Abstract

Abstrak: Penambangan Emas Tanpa Izin (PETI) yang terdapat di Desa Pasar Terusan Kecamatan Muara Bulian diketahui telah berlangsung sejak tahun 1980-an. Kegiatan penambangan berlangsung di DAS Batanghari hingga berpotensi menyebabkan penurunan kualitas lingkungan serta gangguan kesehatan terhadap penambang maupun masyarakat sekitar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pajanan merkuri pada penambang. Desain studi yang digunakan adalah Cross Sectional dengan pendekatan obesrvasional analitik dan kuantitatif yang kemudian dideskripsikan untuk menggambarkan hubungan faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi kadar merkuri dalam urin dan rambut penambang. Wawancara dilakukan untuk mengetahui karateristik responden. Pengambilan sampel urin dan rambut dilakukan terhadap penambang yang kontak secara langsung maupun yang tidak kontak secara langsung dengan merkuri. Sampel urin dan rambut diuji Total Merkuri (T-Hg) dengan menggunakan metode CV-AAS dan kreatinin urin (U-Kreatinin) diuji dengan metode Jaffe Reaction. Pekerja tambang yang kontak langsung dengan merkuri diketahui memiliki rata-rata kadar merkuri pada rambut sebesar 3,57±4,134 µg/g  dan urin 24,08±46,322 µgHg/g-kreatinin. Sedangkan kadar rambut pada pekerja non-amalgamasi diketahui 6,37±11,951 µg/g dan urin 19,72±38,542 µgHg/g-kreatinin. Berdasarkan hasil uji Chi-Square pada tingkat kepercayaan 95%  terdapat 1 faktor yang secara statistik memiliki hubungan signifikan dengan kadar merkuri pada rambut penambang yaitu jam kerja pekerja non-amalgamasi terhadap kadar merkuri rambut (p=0,0302) (OR=1,250). Sedangkan hasil uji Chi-Square terhadap faktor lainnya diketahui tidak ada yang menyatakan hubungan yang signifikan antar variabel uji dengan kadar merkuri pada urin dan rambut pekerja amalgamasi maupun pekerja non-amalgamasi. Kata kunci: DAS Batanghari; PETI; Paparan Merkuri; Urin; Rambut. Abstract : Artisanal Small-Scale Gold Mining (ASGM) in Desa Pasar Terusan, Kecamatan Muara Bulian has been ongoing since the 1980?s. The mining activities that took place in DAS Batanghari lead to environmental degradation and health problems for the workers and people residing the mining areas. This research aims to find out the factors influencing the mercury exposure in gold miners. Methode we conducted a Cross-Sectional study, with a quantitative and observational analytical approaches that aiming to determine the relationship the factors that influencing mercury levels in urin and hair of the miners. Interviews were conducted to determine the characteristics of respondents. Urine and hair sampling is conducted on miners who are directly and indirectly exposed to mercury. Total Mercury in urine and hair (T-Hg) is examined using CV-AAS method and Creatinine Urine (U-Creatinine) is analysed using Jaffe Reaction method. Mine workers with  direct contact to the mercury found having average mercury levels in the hair of 3.57± 4.134 µg/g  and urine 24.08± 46.322 ?gHg /g-creatinine. While urine level in non-amalgamation workers known to 19.72± 38.542 ?gHg/ g creatinine and hair 6.37±11.951  µg /g. Based on Chi-Square test with a confidence level of 95%, statistikally there is only work hour variable has a significant relationship with the mercury levels in the hair of non-amalgamation worker against to hair mercury levels with (p=0.0302) (OR=1.250) On the other hand Chi-Square test statically showed there is no significant relationship between variables with mercury levels in urine and hair of amalgamation workers as well as non-amalgamation workers. Key words: DAS Batanghari; PETI; Mercury Exposure; Urine-Mercury; Hair-Mercury.
IDENTIFIKASI KEBERAGAMAN BAKTERI PADA COMMERCIAL-SEED PENGOLAH LIMBAH CAIR CAT Mayanti, Bening; Ariesyady, Herto
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 16, No 1 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (395.425 KB) | DOI: 10.5614//jtl.2010.16.1.6

Abstract

Abstrak : Pengolahan secara biologis merupakan pengolahan yang efektif dan efisien dalam mendegradasi materi organik dengan prinsip memanfaatkan aktivitas mikroorganisme untuk menguraikan/memecahkan senyawa kimia yang terkandung dalam air buangan menjadi bentuk yang lebih sederhana, dengan kata lain. mikroorganisme memegang peranan penting dalam proses biologis. Bakteri yang digunakan dapat berupa commercial seed maupun bakteri yang secara alami tumbuh pada suatu limbah . Untuk itulah, tujuan dari penelitian ini adalah untuk  mempelajari keragaman bakteri yang terdapat dalam commercial seed pengolah limbah cair cat dengan menggunakan metode isolasi dan pewarnaan Gram serta metoda konvensional menggunakan serangkaian uij biokimia. Identifikasi bakteri pendegradasi cat perlu dilakukan karena sekitar 10.000 zat warna dan pigmen yang berbeda digunakan untuk keperluan industri. Isolat yang didapat terdiri atas  bakteri gram positif Genus Bacillus. Pada penelitian ini berhasil diidentifikasi spesies dari bakteri yang terdapat pada commercial seed tersebut, yaitu Bacillus licheniformis, Bacillus subtilis, dan Bacillus cereus. Keberadaan bakteri-bakteri tersebut menunjukkan proses pengolahan yang menggunakan bakteri konsorsium yang setiap bakterinya memiliki pola pertumbuhan yang berbeda dalam media Nutirent Broth. Hal tersebut ditunjukkan oleh perbedaan kurva pertumbuhan yang ditandai waktu generasi(g), yaitu waktu yang diperlukan untuk memperbanyak diri sebanyak dua kali lipat, yang berbeda dan dengan konstanta  laju pertumbuhan (k)  yang nilainya berbeda pula baik untuk kultur murni maupun kultur campuran. Waktu generasi dan konstanta laju pertumbuhan untuk Bacillus licheniformis adalah 25,20 menit dan 1,52 jam-1; Bacillus subtilis  sebesar 33,43 menit dan 1,15 jam-1 ; Bacillus cereus sebesar 30,95 menit dan 1,28 jam-1 ; dan mixed culture sebesar 42,48 menit dan 0,90 jam-1.Abstract: Biological treatment is a kind of treatment which can breakdown organic matter effectively and efficiently. The basic principle to treat the waste which has the high level of organic matter is utilization of microorganism activities to breakdown the chemical compounds and turn them into a simple one, in the other word, microorganism play a role of a biological process. To treat the waste, the bacteria can be isolated from the commercial seed contain a package of bacteria or from the waste itself. Studying the diversity of bacteria inside the commercial seed used to treat paint liquid waste through isolation process and Gram reaction, then conventional method with biochemical tests is the purpose of this research. Identification of commercial seed is important because Approximately 10,000 different dyes and pigments are used industrially.Genus for all of the bacteria from commercial seed is Bacillus. In this research, three species from commercial seed were identified successfully. They were Bacillus licheneformis, Bacillus subtilis, and Bacillus cereus. The presence of three kinds bacteria indicates that the biological process used a consortium bacteria.Every bacteria has different growth pattern in Nutrient Broth media. It was shown by the difference of growth curve which has been  indicated by  generation time(g),interval for binary fision, and growth rate constant of (k)both pure cultures and mixed culture.. The value of generation time and  growth rate constant for Bacillus licheniformis were 25.20 minutes and 1.52 hour-1; Bacillus subtilis 33.43 minutes and 1.15 hour-1 ; Bacillus cereus  30.95 minutes and 1.28 hour-1 ; mixed culture  42.48 minutes and 0.90 hour-1.   Key words: Bacillus, commercial seed, generation time, growth rate constant
BASELINE BEBAN EMISI SEKTOR TRANSPORTASI DI KORIDOR PASTEUR-CILEUNYI DAN UJUNGBERUNG-GEDEBAGE, BANDUNG, JAWA BARAT, INDONESIA Sidjabat, Filson Maratur; Driejana, Driejana; Sjafruddin, Ade
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1551.302 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.6

Abstract

Abstrak: Sektor transportasi merupakan salah satu penyumbang emisi gas rumah kaca yang besar saat ini, dan menjadi tantangan besar di abad 21, khususnya dalam pengembangan pembangunan transportasi yang berkelanjutan. Inventori emisi merupakan salah satu alat yang dapat digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan dalam permasalahan pencemaran udara. Baseline emisi dihitung di beberapa titik akurat pada jalan, yang paralel dengan proyek BIUTR. Penelitian ini dilakukan di 7 ruas jalan dalam koridor Pasteur-Cileunyi dan Ujungberung-Gedebade, untuk gas rumah kaca (CO2 dan HC), dan pencemar udara lainnya (CO, NOx, dan PM10) dari sektor transportasi. Faktor emisi Inggris dignakan dalam perhitungan beban emisi karena lebih detail dan sesuai dengan kondisi di lapangan (ragam kecepatan dan jenis kendaraan). Hasil menunjukkan skenario proyek BIUTR meningkatkan beban emisi, berkaitan dengan meningkatnya volume kendaraan. Peningkatan beban emisi yang dihitung untuk proyeksi tahun 2015-2030 dari beban emisi driving adalah (34,9 - 152,13)%, (100,94 - 441,74)%, (17,53 - 70,51)%, (12,83 - 55,5)%, dan (16,65 - 70,87) %, untuk CO2, NOx, PM10, CO, dan HC, secara berurutan. Kata kunci: Baseline emisi, transportasi berkelanjutan, pencemar udara, faktor emisi Abstract : Transportation sector as one of the biggest contributors of greenhouse gas emission, becoming one of the biggest challenges in the 21st century; especially on the way people build a sustainable transportation system. Inventory emission is one of the tools that is commonly be used as a foundation tool for decision makers in managing pollution problems. Emission baseline is calculated in some precisely exact points on the road, parallel with BIUTR project which plans to the extend to the existing and put some new fly over road links. This research was done in 7 lines of roads within the route between Pasteur-Cileunyi and Ujungberung-Gedebage. The research is focused on greenhouse gases, of CO2 and HC, and air pollutants (CO, NOx, and PM10) focusing on transportation as the source. British emission factor was used because it is the best implicated emission factors as it is better in details and the field condition, e.g. various speed and vehicle type. The results shows that BIUTR project scenario increases emission load, related to the increase of vehicles volume. The increase of emission calculated for 2015-2030 from driving emission load are (34,9 - 152,13)%, (100,94 - 441,74)%, (17,53 - 70,51)%, (12,83 - 55,5)%, and (16,65 - 70,87) %, for CO2, NOx, PM10, CO, and HC, respectively.Key words: Emission baseline, sustainable transportation, air pollutant, emission factor
PENGARUH PENAMBAHAN BIOETANOL TERHADAP KONSENTRASI EMISI GAS HC, CO, DAN CO2 PADA MOTOR 2 LANGKAH Octaviani, Ruri; Irsyad, moh; Reksowardojo, Iman Kartolaksono
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 16, No 2 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.668 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2010.16.2.7

Abstract

Abstrak : Bioetanol adalah bahan bakar alternatif yang sedang dikembangkan di dunia. Bioetanol memiliki beberapa keuntungan dalam penggunaannya sebagai bahan bakar selain karena sifatnya yang terbarukan bioetanol juga dipercaya dapat menurunkan beberapa emisi kendaraan  bermotor. Bioetanol memiliki kelebihan dibandingkan dengan bensin yaitu bilangan oktan yang lebih tinggi. Maksud dan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan campuran bioetanol pada emisi gas pada motor 2 langkah  dengan variasi putaran mesin dan gigi. Metode pengujian ini dilakukan pada saat keadaan terbebani dan tidak terbebani (idle) dengan parameter pengukuran HC, CO, dan CO2. Pengujian terhadap kendaraan motor dilakukan sebanyak 3 variasi yaitu : uji emisi bahan bakar bensin murni (BE0), uji emisi bahan bakar bioetanol 5% (BE5), dan uji emisi bahan bakar bioetanol 10% (BE10). Dari hasil pengujian diketahui bahwa bioetanol tidak dapat menurunkan emisi gas buang secara keseluruhan. Penambahan bahan bakar bioetanol juga dapat meningkatkan nilai bilangan oktan (RON) dan berat jenis pada campuran bahan bakar. Penambahan bioetanol meningkatkan emisi HC sebanyak 30,65% untuk BE5 dan 188,71% untuk BE10 pada variasi rpm, dan untuk variasi gear 35,54% untuk BE5 dan 221,79% untuk BE10. Sedangkan emisi CO untuk variasi rpm menurun sebanyak 3,7% untuk BE5 dan 14,82% untuk BE10, sedangkan pada variasi gear menurun 18,75% untuk BE5 dan 43,75% untuk BE10. Sementara itu CO2 cenderung menurun pada variasi rpm sebanyak 9% untuk BE5 dan 18% untuk BE10 sedangkan untuk variasi gear terjadi penurunan konsentrasi sebanyak 10% untuk BE5 dan 20,12% untuk BE10.Kata kunci : bioetanol, emisi gas buang, motor 2 langkah. Abstract: Bioethanol is one of the alternative fuels that are being developed in the world. Bioethanol have several advantages in its use because of its renewable and it is also believed to reduce the number of motor vehicle emissions. Bioethanol has advantages compared to the higher octane number of gasoline. Purpose and objective of this study was to determine the effect on the use of bioetanol to the gas emissions concentrations on 2-stroke motorcycle in the variation of rpm and gear. This test method was made during loaded and idle condition with the parameter measurement of HC, CO, and CO2. Tests of motor vehicles conducted three variations, namely: test the pure gasoline fuel emissions (BE0), test of bioethanol fuel emissions 5% (BE5), and test of bioethanol fuel emissions 10% (BE10). BE0 test results will be compared with BE5 and BE10. From the test results, we can conclude that bioetanol can?t reduce emissions overall. Addition of bioetanol fuel can also increase the value of octane number (RON) and the weight of the fuel mixture. HC concentrations of bioetanol increases emissions as 30,65%  for BE5 to 188,71%  for BE10 in the variation parameters of  rpm, while for the gears to 35,54%  for BE5 and to 221,79% for BE10 on variation of gear parameters. While the CO emission?s concentrations decreased by 3,7% for BE5 to 14,82  for BE10 on variation of  rpm parameters, in addition it also decreased by 18,745%  for BE5 and 43,75%  for  BE10 on variation of gear parameters. Meanwhile, CO2 concentration tends to decrease with the decrease emissions as much as 9% to 18% for BE5 and BE10 on variation of rpm parameters while for the variation of gear parameters the concentrations decrease of 10% to BE5 and 20.12% for BE10.  Key words : bioetanol, gas emission, 2-stroke motorcycle.
PENGARUH PLAT GRAFIT DAN TEMBAGA TERHADAP KINERJA PROSES PENGOLAHAN LIMBAH CAIR INDUSTRI BATIK YANG MENGANDUNG LOGAM ZN MENGGUNAKAN METODE ELEKTROLISIS Hermawan, Robby; Syafila, Mindriany
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 1 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (302.049 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.1.2

Abstract

Abstrak: Batik merupakan salah satu budaya warisan dunia yang telah ditetapkan UNESCO. Semenjak saat itu permintaan produksi batik meningkat. Limbah cair batik telah banyak diolah dengan berbagai macam proses biologi. Namun pada penelitian ini akan mengolah limbah cair batik dengan pengolahan secara fisika-kimia. Elektrolisis akan memecah molekul air limbah dengan aliran arus listrik searah dan bantuan senyawa elektrolit seperti NaCl sehingga dihasilkan reaksi redoks. Limbah cair berasal dari industri batik rumahan yang terletak di kawasan lembang. Limbah cair diolah menggunakan dua macam variasi elektrolisis yaitu, tegangan dan jenis elektroda. Variasi pertama elektroda yang digunakan adalah grafit pada anoda maupun katoda dan akan dialirkan tegangan yang bervariasi mulai dari 5 volt, 15 volt dan terakhir 48 volt. Variasi yang kedua adalah penggunaan grafit pada anoda dan tembaga pada katoda dengan tegangan yang dialirkan sebesar 5 volt, 15 volt dan 48 volt. Berdasarkan uji karakteristik awal limbah ditemukan bahwa Zn sebesar 340,76 mg/l. Dengan pengolahan elektrolisis variasi pertama menggunakan elektroda grafit-grafit dihasilkan penyisihan Zn optimum pada tegangan 48 volt selama 8 jam sebesar 89,74% dan variasi dengan grafit-tembaga optimum pada tegangan 48 volt selama 48 jam sebesar 90,26%. Variasi menggunakan pH dan NaCl pada elektroda grafit-grafit dihasilkan 92,73% penyisihan pada pH 10 dan NaCl 0 gr/l. pada elektroda grafit-tembaga penyisihan sebesar 94,7% dengan pH 10 dan NaCl 5 gr/l. Kata kunci: elektrolisis, anoda, katoda, grafit, tembaga Abstract: Batik is one of the world's cultural heritage that has been designated by UNESCO. Since that time the demand for batik production increases. Batik wastewater has been treated with a variety of biological processes. In this study, Batik wastewater will treat with physico-chemical process. Electrolysis will break down the wastewater molecules to flow electric current direction and assistance electrolyte compounds such as NaCl so that the resulting redox reactions. Home industrial wastewater which located in the lembang. Wastewater is processed using two kinds of electrolysis variations, those are voltage and type of electrodes. First variation electrode used is graphite on the anode or cathode and will be streamed voltages ranging from 5 volts, 15 volt and 48 volt. The second variation is the use of graphite in the anode and copper cathode supplied with the voltage of 5 volts, 15 volts and 48 volts. Based on preliminary detected metal is Zn amounted to 340,76 mg/L. With the first variation electrolysis process using graphite-graphite electrodes most optimum Zn removal at 8 th hour with 48 volt is 89,74% and using graphite-copper electrodes most optimum zn removal at 48 th hour and 48 volt is 90,26%. Variation using pH and NaCl with graphite-graphite electrodes resulted 92,73% zn removal at pH 10 and NaCl 0 gr/l.Using graphite-copper electrodes resulted 94,7% zn removal at pH 10 and NaCl 5 gr/l. Keywords: electrolysis, anode, catode, graphite, copper
KONSEP SISTEM PENGUMPULAN SAMPAH PENGEMAS PLASTIK OLEH PRODUSEN SEBAGAI BENTUK PENERAPAN EXTENDED PRODUCER RESPONSIBILITY (EPR) Irawan, Gendis Ayu Satiti; Chaerul, Mochammad
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 17, No 2 (2011)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (309.2 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2011.17.2.3

Abstract

Abstrak: Di Kota Bandung sampah pengemas plastik memilki timbulan sebesar 0,49/orang/hari. Pemanfaatan timbulan tersebut didominasi oleh sektor informal seperti pemulung karena memiliki nilai ekonomis. Timbulan sampah pengemas plastik yang ada di sektor informal sebesar 10,1 kg/hari di tingkat pemulung, di tingkat lapak sebesar 50,6 kg/hari dan 1279,4 kg/hari di tingkat bandar. Timbulan plastik pengemas juga ditemukan di TPA dengan komposisi sebesar 22,36%. Timbulan tersebut dapat dijadikan sebagai potensi untuk dijalankannya program EPR di Kota Bandung. Sesuai dengan UU No 18 Tahun 2008 Pasal 15 yang mewajibkan produsen untuk mengelola sampahnya. Kewajiban produsen tersebut dapat dipenuhi dengan bantuan pihak ketiga yaitu PRO. Tugas dari PRO adalah sebagai perpanjangan dari produsen untuk melakukan kegiatan pengumpulan dan pengelolaan sampah pengemas yang seluruhnya didanai oleh produsen atau sebagian dari subsidi pemerintah. Dalam mengumpulkan sampah pengemasnya, produsen dapat melibatkan pihak-pihak tertentu seperti konsumen, retailer, dan pelaku daur ulang di sektor informal, kerjasama tersebut dijalin dengan bantuan PRO. Penarikan kemasan dari konsumen dapat dilakukan dengan deposit-refund di retailer, depot pengumpulan khusus yang dibangun produsen atau langsung diangkut oleh petugas kebersihan.Kata kunci: daur ulang, deposit-refund, EPR, PRO, sampah kemasan plastik, Abstract : Plastic packaging waste in Bandung has a generation of 0.49 / person / day, use of the generation is dominated by the informal sector such as scavenger because it has economic value. Plastic packaging waste in informal dirty of 10.1 kg / day in the level of scavengers, in the shanties of 50.6 kg / day and 1279.4 kg / day at the airport. The generation of plastic packaging was also found in a landfill with a composition of 22:36%. generation such as the potential for the exercise of EPR programs in the city of Bandung, in accordance with UU No 18 of2008 Section 15 which obligate the manufacturers to manage their packaging waste. In collecting plastic packaging waste, manufacturers can involve certain parties such as consumers, retailers, and actors in the informal sector recycling. Withdrawal of consumer packaging can be done with a deposit-refund on retailers, special collection depot built by the manufacturer or directly transported janitor.  Key words: EPR , deposit-refund,  plastic packaging waste, PRO, recycle
PENGARUH FAKTOR LINGKUNGAN KERJA DAN BEBAN KERJA TERHADAP FAKTOR KELELAHAN KERJA PADA PEKERJA FULL-MACHINERY MANUFAKTUR BAN DI CIKARANG Abiseno, Pratikto; Salami, Indah Rachmatiah Siti
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (247.941 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.2.8

Abstract

Abstrak: PT. X Cikarang adalah sebuah perusahaan manufaktur ban kendaraan bermotor roda empat dan dua. Dalam prosesnya, perusahaan sudah menggunakan mesin secara menyeluruh dalam proses produksinya seperti pada proses tire building dan curing. Proses tersebut melibatkan pekerja untuk mengoperasikan mesin dalam keadaan berdiri selama 8 jam atau satu shift kerja dan memerlukan pekerja dalam kondisi fit dan penuh konsentrasi dalam pengerjaannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fisik lingkungan kerja seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan kebisingan dan beban kerja terhadap indikator kelelahan pekerja pada proses tire building dan curing. Analisis yang digunakan adalah dengan menggunakan faktor-faktor lingkungan kerja, beban kerja dan karakteristik responden sebagai variabel bebas dan kelelahan akibat pekerjaan sebagai variabel terikat. Pengukuran kelelahan dilakukan saat sebelum dan sesudah bekerja, mengunakan metode dry chemistry system dengan pengujian aktivitas enzim saliva alpha-amilase (sAA). Nilai Beban Kerja fisik pada divisi TBM dikategorikan pekerjaan dengan beban kerja sedang dan untuk divisi Curing juga dikategorikan sebagai pekerjaan dengan beban kerja yang sedang. Berdasarkan analisis korelasi Spearman, karakteristik responden tidak berpengaruh signifikan terhadap terjadinya kelelahan, tetapi faktor lingkungan seperti kelembaban dan kebisingan serta beban kerja fisik berpengaruh signifikan pada konsentrasi sAA di TBM. Berdasarkan hasil regresi linier, beban kerja fisik merupakan faktor yang paling signifikan dalam kenaikan nilai konsentrasi sAA pada kelelahan pekerja di divisi TBM. Untuk divisi Curing berdasarkan hasil regresi didapat bahwa beban kerja mental merupakan variabel yang paling berpengaruh dalam kenaikan nilai konsentrasi sAA. Kata kunci: faktor fisik lingkungan kerja, beban kerja, saliva alpha-amilase, manufaktur ban,  dan kelelahan pekerja   Abstract : PT. X Cikarang is a tire manufacturing company for 4-wheels and 2-wheels automobile. This company is using machine throughout their working process such as in tire building and curing process. Those process requires the workers to do their work while standing for 8 hours or one shift of work and in their top condition in high concentricity. The aim of this study is to find the effect of work environment factors such as temperature, humidity, light intensity and noise, and work load to work fatigue indicator at tire building and curing process. To test workers fatigue, the method used is dry chemistry system with enzyme salivary alpha-amylase (sAA) test. The physical workload value of the TBM division is categorized as moderate and for the Curing division is also categorized as work with moderate work. Based on Spearman correlation analysis, respondent's characteristic did not have significant effect to fatigue, but environmental factors such as humidity, noise and physical work load significantly influenced sAA concentration in TBM. Based on the analyzed data, physical work load is showing a positive response to the cause of fatigue in TBM. Based on the results of linear regression, physical workload is the most significant factor in increasing the value of sAA concentration in worker fatigue in TBM division. For Curing division based on the regression result it is found that mental work load is the most influential variable in increasing the value of sAA concentration  Key words: physical work environment factors, workload, salivary alpha-amylase, reaction timer, tyre manufacture and worker fatigue
EFISIENSI PENYISIHAN SENYAWA ORGANIK PADA BIOWASTE FASA CAIR MENGGUNAKAN UPFLOW ANAEROBIC FIXED BED (UAFB) REACTOR DENGAN MEDIA PENUNJANG BATU APUNG Bachtiar, Wulandari; Soewondo, Prayatni
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 18, No 1 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (436.737 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2012.18.1.9

Abstract

Abstrak: Timbulan sampah kota yang semakin meningkat tidak disertai dengan meningkatnya luas lahan untuk TPA sehingga diperlukan suatu penanganan dan pengolahan sampah kota yang baik. Dilihat dari komposisi sampah, sebagian besar sampah kota di Indonesia tergolong sampah organik (biowaste). Pada penelitian ini digunakan biowaste yang berasal dari Pasar Induk Caringin Kota Bandung dengan proses biologi yang dilakukan adalah pengolahan secara anaerob menggunakan  reaktor  kontinu  Upflow  Anaerobic  Fixed  Bed  (UAFB)  dengan  media  penunjang  batu  apung, resirkulasi efluen, dan tanpa pengatur pH. Penelitian ini  bertujuan untuk  melihat kinerja proses dan efisiensi penyisihan senyawa organik dengan reaktor UAFB skala laboratorium dalam mendegradasi biowaste fasa cair. Digunakan reaktor dengan volume operasi sebesar 9  liter dengan HRT ditentukan sebesar 6  hari dan variasi konsentrasi influen ±12.000, ±10.000, ±8.000, ±6.000, dan ±4.000 mg/L COD terlarut. Efisiensi penyisihan COD berkisar antara 60,67-91,70% dan pada variasi konsentrasi influen ±4.000 mg/L COD dengan beban organik sebesar 0,67 kg COD/m3/hari memberikan efisiensi penyisihan COD terbesar yaitu 91,70%. Biogas berupa gas metan yang terbentuk sebesar 52,14-77,42% (v/v) dengan pembentukan gas metan terbesar pada variasi konsentrasi influen ±4.000 mg/L COD. Besarnya gas metan yang terbentuk menunjukkan proses metanogenesis telah terjadi. Semakin  rendah konsentrasi influen, maka efisiensi penyisihan COD dan pembentukan gas metan semakin tinggi.Kata kunci: anaerob, batu apung, biowaste fasa cair, fixed bed, konsentrasi influen. Abstract: The increase of solid waste in urban areas has not been accomodated by the availability of landfill so that the proper handling and processing of municipal solid waste is necessary. From the view of waste composition, the majority of municipal solid waste in Indonesia is classified as organic waste (biowaste). One of the technological processes that can be used to process biowaste is Mechanical Biological Treatment (MBT) that involves the process of sorting, counting, mixing, and separation. Biowaste used in this study is obtained from the Caringin Market in Bandung with the biological processes that are applied in the anaerobic process using a continuous reactor Upflow Anaerobic Fixed Bed (UAFB) with pumice supporting media, effluent recirculation, and without pH control. This study aims to investigate a process performance and removal efficiency of organic compounds with UAFB reactor in laboratory scale to degrading liquid phase of bio-waste. A reactor with a volume of 9 liters was used for the operation applying 6 days HRT and influent concentration ±12.000, ±10.000, ±8.000, ±6.000, and ±4.000 mg/L soluble COD. The COD removal efficiency ranged from 60.67 to 91.70% and with variation of influent concentration 4,000 mg/L soluble COD with organic loading 0.67 kg COD/m3/day, the COD removal efficiency reach its highest level which is 91.70%. Biogas formed in the methane form ranged 52.14 to 77.42% (v/v) with the largest biogas formation occurs in the variation of influent concentration 4,000 mg/L soluble COD. The amount of methane formed indicates methanogenesis process has occurred. The lower influent concentration, the higher the COD removal efficiency and methane formation will be. Keyword: anaerobic, fixed bed, influent concentration, liquid phase of biowaste, pumice.
PERBEDAAN PERGERAKAN ANGIN PADA MUSIM HUJAN DAN MUSIM KEMARAU DAN PENGARUHNYA TERHADAP DISPERSI PENCEMAR UDARA DI KOTA SURABAYA Budaya, Betha Januardi; Lestari, Puji; Sofyan, Asep
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 19, No 2 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1920.113 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.2.4

Abstract

Abstrak: Dinamika atmosfer merupakan faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam studi tentang pencemaran udara. Kondisi atmosfer dari suatu wilayah sangat berpengaruh terhadap distribusi pencemar udara di wilayah tersebut. Kota Surabaya memiliki topografi yang unik dimana di wilayah barat dan selatan merupakan daerah perbukitan landai sedangkan di wilayah utara dan timur merupakan daerah tepi laut. Kondisi geografis Kota Surabaya yang terletak di tepi pantai utara dari Provinsi Jawa Timur akan menyebabkan adanya pengaruh dari angin lokal seperti angin darat dan angin laut. Dengan melakukan studi terhadap pergerakan angin maka akan diketahui pola pergerakan udara di Kota Surabaya dan efeknya terhadap pencemar udara yang diemisikan dari berbagai sumber di Kota Surabaya. Salah satu cara untuk mempelajari pola pergerakan udara adalah dengan melakukan pemodelan meteorologi skala meso WRF. Output dari model WRF kemudian akan digunakan sebagai input data meteorologi dalam model Calpuff yang digunakan untuk melihat pola dispersi pencemar udara di Kota Surabaya pada musim hujan dan musim kemarau. Hasil simulasi menunjukkan bahwa pada musim kemarau angin bergerak dari arah timur pada siang hari hingga sore hari yang akan menyebabkan pencemar udara bergerak ke arah barat dari Kota Surabaya, sedangkan pada malam hari pencemar udara akan bergerak ke arah timur kemudian berbelok arah karena terbawa angin yang bergerak dari arah tenggara menuju ke arah utara dan barat laut dari Kota Surabaya. Pada musim hujan, angin bergerak dari arah barat laut pada siang hari hingga sore hari yang akan menyebabkan pencemar udara ke arah tenggara dari Kota Surabaya, sedangkan pada malam hari hingga pagi hari pencemar udara akan bergerak secara dominan ke arah timur dari Kota Surabaya.
ANALISIS KONSENTRASI FORMALDEHIDA DI DAERAH PERKOTAAN PADAT LALU LINTAS CONCENTRATION ANALYSIS IN HIGH TRAFFIC URBAN AREA Jiwandono, Kandu; Driejana, Driejana; Irsyad, moh
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 20, No 1 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (927.011 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2014.20.1.1

Abstract

Abstrak: Formaldehida memiliki rumus molekul HCHO dan memiliki berat molekul sebesar 30 g/mol. Formaldehida diproduksi secara tidak langsung oleh oksidasi fotokimia dari hidrokarbon atau dari prekursor formaldehida yang lain yang dihasilkan dari proses pembakaran. Pada penelitian ini pemantauan menggunakan metode aktif dengan metode Colorimetri. Prinsip dari metode ini adalah formaldehida diudara dialirkan kedalam sebuah tabung yang berisi larutan asam kromotopik. Formaldehida diudara akan bereaksi dengan asam kromotopik dan akan membentuk larutan monokationik kromogen yang berwarna ungu. Selanjutnya intensitas warna akan diukur pada spektrofotometer dengan panjang gelombang 580nm. Pengukuran formaldehida dilakukan untuk menganalisa hubungan konsentrasi formaldehida dengan oksidan, ozon, dan faktor meteorologi. Pengukuran konsentrasi formaldehida di Jakarta dilakukan di Bundaran Hotel Indonesia di Jl. M.H. Thamrin, Jakarta Pusat. Dari penelitian ini didapatkan bahwa ketika konsentrasi oksidan naik, maka konsentrasi formaldehida akan cenderung naik juga dengan angka Pearson Correlation 0,678 (p = 0,000). Konsentrasi ozon pada udara ambien juga berpengaruh dalam konsentrasi formaldehida di udara ambien. Rasio rata-rata dari konsentrasi formaldehida dalam oksidan didapatkan sebesar 21,22%. Selain dari gas oksidan dan ozon, pembentukan formaldehida juga dipengaruhi oleh beberapa faktor meteorologi seperti intensitas sinar matahari. Menurut Haagen-Smit (1952) sinar matahari akan membantu hidrokarbon untuk bereaksi dengan Nox untuk membentuk ozon dan formaldehida melalui reaksi fotokimia. Hasil Pearson Correlation menunjukkan bahwa ada hubungan yang cukup kuat antara intensitas matahari dengan formaldehida dengan R = 0,648 (p = 0,000). Kata kunci: Colorimetri, faktor meteorologi, formaldehida, oksidan, ozon Abstract : Formaldehyde has formula HCHO and has a molecular weight 30 g / mol. Formaldehyde was indirectly produced by hydrocarbon photochemical oxidation or other formaldehyde precursors which is produced by combustion process. In this research, measurement of formaldehyde was done by Colorimetri method . The principle of this method is formaldehyde in the air flowed into a tube containing chromotopic acid solution . Formaldehyde in the air will react with chromotopic acid to form a purple monocationic chromogen solution. After then, color intensity will be measured on a spectrophotometer at wavelength of 580nm. Formaldehyde measurement was done to analyze the correlation between formaldehyde with oxidant, ozone, and meteorogical. Measurement of formaldehyde in Jakarta was done at the Bundaran Hotel Indonesia on Jl . M.H. Thamrin , Central Jakarta . From this study, found that when oxidant concentration increases, the formaldehyde concentration will tend to rise as well with Pearson Correlation value 0,678 (p = 0,000). Ozone concentration in ambient airalso has an effect to formaldehyde concentration. The average ratio of formaldehyde concentration in oxidant obtained at 21,22%. Aside from oxidant and ozone, formaldehyde formation was also influenced by some of meteorogical such as the intensity of sunlight. According to Haagen-smit (1952) sunlight will help hydrocarbons to react with Nox to form ozone and formaldehyde through photochemical reactions. The pearson correlation shows that there is a very strong relationship between sunlight intensity and formaldehyde with R = 0,648 (p = 0,000). Key words: Colorimetri, formaldehyde, meteorological, oxidant, ozone