cover
Contact Name
Jurnal Teknik Lingkungan ITB
Contact Email
jurnaltlitb@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltlitb@gmail.com
Editorial Address
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Lingkungan
ISSN : 08549796     EISSN : 27146715     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Teknik Lingkungan ITB merupakan jurnal resmi yang dipublikasikan oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Jurnal ini mencakup seluruh aspek ilmu Teknik Lingkungan sebagai berikut (namun tidak terbatas pada): pengelolaan dan pengolahan air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah, pengelolaan dan pengolahan persampahan, teknologi pengelolaan lingkungan, pengelolaan dan pengolahan udara, kebijakan air, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Articles 438 Documents
PEMAKAIAN REAKTOR ADSORPSI MENGGUNAKAN ADSORBEN LIMBAH LAS KARBID UNTUK MENGOLAH CO2 Perdanawati, Ulfi; Dewi, Kania
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 16, No 2 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1123.831 KB) | DOI: 10.5614/tl.2010.16.2.10

Abstract

Abstrak: Adsorpsi merupakan proses penyerapan fluida tertentu pada permukaan solid. Aplikasi adsorpsi banyak digunakan dalam pengendalian pencemaran udara. Pemilihan adsorben merupakan faktor yang penting dalam desain unit adsorpsi. Adsorben yang digunakan selain mampu mereduksi zat pencemar, diharapkan juga memiliki nilai ekonomi rendah dan pada kondisi jenuh tidak berbahaya bagi lingkungan. Limbah las karbid merupakan produk samping dari pengelasan menggunakan gas asetilen. Dalam United States Patent nomor 5997833, disebutkan bahwa slurry limbah las karbid mengandung Ca(OH)2, senyawa alkali hidroksida yang dapat dimanfaatkan untuk mengolah CO2 melalui proses karbonatasi mineral. Pada penelitian ini digunakan reaktor adsorpsi dengan adsorben limbah las karbid dalam dua variasi bentuk dan empat variasi massa digunakan untuk mereduksi CO2. Penentuan kapasitas adsorpsi CO2 dilihat menggunakan persamaan isotherm Linear, Freundlich, dan Langmuir. Selain itu juga ditentukan kesetimbangan massa antara adsorbat dan adsorben, sehingga dapat diketahui, penyisihan CO2 yang terjadi merupakan hasil reaksi adsorpsi. Dari hasil penelitian diketahui bahwa efisiensi penyishian CO2 berbeda pada kedua bentuk adsorben, di mana adsorben serbuk memiliki efisiensi penyisihan terbesar. Hasil analisis isotherm membuktikan proses adsorpsi terjadi mengikuti isotherm Langmuir. Analisis kesetimbangan massa menunjukkan bahwa reaksi yang terjadi merupakan reaksi antara Ca(OH)2 dengan CO2 menghasilkan CaCO3.
KAJIAN PENCEMARAN AIR TANAH DANGKAL AKIBAT LINDI DI SEKITAR TPA SUPIT URANG MALANG Fitri, Listari Husna; Sembiring, Emenda
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 1 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (422.929 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.1.5

Abstract

 Abstrak: Lindi merupakan salah satu masalah yang diakibatkan pengurugan sampah ke TPA. Lindi adalah limbah cair dari dekomposisi sampah di TPA yang dapat merembes ke dalam tanah sehingga dapat mencemari air tanah dangkal dan memberikan dampak bagi masyarakat yang menggunakan air tersebut. Penelitian ini dilakukan di TPA Supit Urang dan RW 5 Kelurahan Mulyorejo, Malang dengan tujuan untuk mengidentifikasi parameter klorida dan COD yang terkandung di dalam lindi dan air sumur penduduk serta untuk menguji model Domenico dan Robbins (1985) dan Domenico (1987) dalam memprediksi penyebaran kontaminan di dalam air tanah di Kelurahan Mulyorejo. Dengan menggunakan model Domenico dan Robbins (1985) dan Domenico (1987) yang dikembangkan menggunakan MATLAB, konsentrasi prediksi model didapatkan. Dari analisis yang dilakukan, konsentrasi BOD (405,003 mg/L), COD (782 mg/L) dan TKN (391,51 mg/L) pada lindi sudah melebihi baku mutu yang berlaku. Nilai COD yang terukur pada air tanah dari sumur warga dan sumur pantau juga sudah melebihi baku mutu yang berlaku, sedang konsentrasi klorida di dalam air tanah masih berada pada baku mutu yang berlaku. Simulasi model 1 dan 2 dimensi klorida memberikan hasil bahwa model kurang bisa memprediksi persebaran kontaminan sedangkan model 1 dan 2 dimensi COD memberikan hasil bahwa model dapat memprediksi persebaran kontaminan di daerah RW 5 Mulyorejo. Kata kunci: TPA Supit Urang, lindi, air tanah, domenico, robbins Abstract: Leachate is one of the problems caused by waste dumping to landfill. Leachate as liquid from decomposition of waste in landfill will infiltrate to soil so it can contaminate ground water and will make an impact for people who use the ground water. This study was conducted at Supit Urang Landfill and RW 5 Kelurahan Mulyorejo, Malang, with aim to identify the chloride and COD contained in leachate and groundwater and to test Domenico and Robbins (1985) and Domenico (1987) model in predicting contaminant spreading in groundwater. Using Domenico and Robbins (1985) and Domenico (1987) models were developed using MATLAB, concentration of model predictions was obtained. From the analysis, BOD concentrations (405,003 mg/L), COD (782 mg/L) and TKN (391,51 mg/L) in leachate have exceeded the standard. The COD concentration in groundwater from wells and monitoring wells have also exceeded the quality standards, while the concentration of chloride in groundwater is still in the quality standard. 1 and 2 dimensional chloride and COD models simulations give results that models can not predict the spread of contaminant in RW 5 Mulyorejo. Keywords: Supit Urang Landfill, leachate, ground water, domenico, robbins
EFISIENSI PENYISIHAN ORGANIK AIR SODETAN SUNGAI CITARUM MENGGUNAKAN CONSTRUCTED WETLAND DENGAN TANAMAN TYPHA SP. DAN SCIRPUS GROSSUS (STUDI KASUS : DESA DARAULIN, KABUPATEN BANDUNG Fandya, Arie; Soewondo, Prayatni
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 17, No 2 (2011)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (308.73 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2011.17.2.6

Abstract

Abstrak: Sungai Citarum adalah sungai terpanjang dan terbesar di Provinsi Jawa Barat, Indonesia. Setiap musim hujan di sepanjang Sungai Citarum di wilayah Bandung Selatan selalu dilanda banjir, oleh karena itu pemerintah membuat proyek normalisasi Sungai Citarum. Tetapi hasil proyek itu sia-sia karena tidak ada sosialisasi terhadap masyarakat sekitar sehingga sungai tetap menjadi tempat pembuangan sampah dan limbah pabrik. Kampung Daraulin dikelilingi oleh Sungai Citarum yang sudah tercemar yang diperkirakan mengandung beberapa parameter tercemar seperti BOD, COD, Total Nitrogen, Total Fosfat, serta TSS. Salah satu konsep yang dapat digunakan untuk menjadi solusi yaitu menggunakan constructed wetland dengan tanaman Typha sp. dan Scirpus grossus. Penelitian dilakukan sebanyak 2 kali running dengan media ijuk, kerikil, dan tanah lembang. Efisiensi penyisihan rata-rata pada constructed wetland untuk parameter COD adalah 89,7%  untuk reaktor I dan 87.6% untuk reaktor II;  untuk parameter NTK sebesar 31,4% untuk reaktor I dan sebesar 26,4 untuk reaktor II; untuk parameter nitrit adalah sebesar 90,5%  untuk reaktor I dan sebesar 94,1% untuk reaktor II; untuk parameter nitrat sebesar  94,9% untuk reaktor I dan sebesar 84.6% untuk reaktor II; untuk parameter ammonium mengalami kenaikan sebesar  142,4% untuk reaktor I dan sebesar 121,9% untuk reaktor II ; untuk parameter total fosfat sebesar  72,7% untuk reaktor I dan sebesar 62,04% untuk reaktor II; untuk parameter TSS sebesar  95,5% untuk reaktor I dan sebesar 92,4% untuk reaktor II; untuk parameter BOD sebesar  86,9% untuk reaktor I dan sebesar 69,9 untuk reaktor II. Nilai efluen reaktor memenuhi  baku mutu PP No. 82 Tahun 2001 kelas II.Kata kunci: constructed wetland, Desa Daraulin, Scirpus Grossus, Sungai Citarum, Typha sp. Abstract : The Citarum River is the longest and largest river in West Java province, Indonesia. Every rainy season along the Citarum River in South Bandung area is always flooded, therefore the government makes the normalization of the Citarum River project. But the project was in vain because there is no socialization of the surrounding community so that the river remains in landfills and sewage plants. Daraulin village surrounded by the already polluted Citarum River is estimated to contain several parameters such as polluted BOD, COD, Total Nitrogen, Total Phosphate, as well as TSS. One concept that can be used to be a solution that uses a constructed wetland plants Typha sp. and Scirpus Grossus. The research was conducted two times running with the fiber media, gravel, and bare soil. Elimination of average efficiency in constructed wetland to 89.7% COD parameter for reactor I and 87.6% for reactor II; to NTK parameters of 31.4% for reactors I and II at 26.4 for the reactor, because nitrite parameters amounting to 90.5% for reactors I and 94.1% for reactor II; parameters for nitrate 94.9% for reactors I and at 84.6% for reactor II; to the parameters of ammonium increased by 142.4% to the reactor I and 121.9% with the reactor II; to the parameters of the total phosphate 72.7% for reactors I and at 62.04% for reactors II; to 95.5% TSS parameters for reactors I and at 92.4% for reactor II; for the parameter BOD of 86.9% for reactors I and II at 69.9 for the reactors. The reactor effluent meets the standards of quality PP. 82 of 2001 class II. Key words: Citarum River, constructed wetlands, Daraulin Village, Scirpus grossus,Typha sp. 
ANALISIS DISPERSI POLUTAN DARI MULTIPLE SOURCES OPERASIONAL PLTU BATUBARA X SEBAGAI MEDIA PERHITUNGAN VALUASI EKONOMI Jenned, Mardhika Lunaria; Dewi, Kania
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 23, No 2 (2017)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (540.48 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2017.23.2.6

Abstract

Abstrak: Dalam kegiatan operasional nya PLTU menghasilkan polutan yang berasal dari gas buang hasil pembakaran kegiatan industri, pembakaran bahan bakar dari transportasi operasional dan tumpukan batu bara yang tertiup oleh angin. Hasil model menunjukkan keadaan udara ambien di sekitar lokasi penelitian terjadi beberapa kejadian dimana konsentrasi polutan menjadi sangat besar melebihi baku mutu, CO pada periode tahunan dengan waktu running 1 jam mencapai 91.489,31 ug/m3, 24 jam mencapai 7.380,355 ug/m3 dan annual sebesar 2.580,604 ug/m3, konsentrasi NOx untuk waktu simulasi 1 jam, 24 jam dan annualsebesar 67.276,63 ug/m3, 4.373,796 ug/m3 dan 183,1157 ug/m3. Konsentrasi SO2pada lokasi penelitian mencapai 32.840,63 ug/m3 untuk 1 jam, 2.089,144 ug/m3 untuk 24 jam dan 51.887 untuk waktu simulasi annual, sedangkan konsentrasi TSP yang terjadi untuk 24 jam sebesar 937,7436 ug/m3 dan 43.4765 ug/m3 untuk waktu simulasi annual. Jika dibandingkan dengan jumlah kejadian dalam setiap waktu simulasi, kondisi konsentrasi yang melebihi baku mutu untuk simulasi 1 jam dan 24 jam tidak ada yang mencapai 0.1 % dari keseluruhan data, bisa di anggap kejadian konsentrasi yang sangat ekstrim terjadi sangat jarang pada setiap waktu simulasi. Beban emisi per tahun yang dihasilkan oleh PLTU menyebabkan biaya tanggung jawab sebesar Rp. 5.766.491.487,23 sebagai biaya pengganti udara yang tercemar dan Rp. 12.060.026.700 untuk pergantian nilai ekonomi change of productivity, sedangkan untuk nilai ekonomi prevention cost untuk menanggulangi penurunan produktivitas tanaman sebesar Rp. 592.703.800 sehingga nilai TEV yang terhasilkan sebesar Rp. 18.419.221.987,23 / Tahun.  Kata kunci: AERMOD, Gaussian, Pemodelan Dispersi, Valuasi Ekonomi Abstract : In its operational activities coal-fired power station produces pollutants derived from the exhaust gases the results of combustion industrial activity , the combustion of fuel of transport operating and a pile of stones coals that blew by the wind. The results of the model showed the state of the air ambient around the location research happened instances where concentration pollutants be huge exceeds of quality standard, CO in the period annual with time running 1 hour reached 91.489,31 ug/m3, 24 hours reached 7.380,355 ug/m3 and annual of 2.580,604 ug/m3, concentration of NOx to the simulation time 1 hour, 24 hours and annual of 67.276,63 ug/m3, 4.373,796 ug/m3 and 183,1157 ug/m3. Concentration SO2 on the site of research reached 32.840,63 ug/m3 for 1 hou, 2.089,144 ug/m3 for 24 hours and 51.887 ug/m3 to the simulation time annual, while concentration the TSP that happens to 24 hour is 937,7436 ug/m3 and 43.4765 ug/m3 for the simulation time annual. Compared to the number of occurrences in any the simulation time , the condition of concentration exceeds of quality standard for the simulations 1 hour and 24 hours of no at 0.1% of the overall data, can be consider scene concentration very extreme happen very rarely in every the simulation time. Burden emission per year produced by coal-fired power to cause the cost responsibility Rp. 5.766.491.487,23 as a charge a substitute for air tainted and Rp. 12.060.026.700 to the economic value change of productivity, while for economic value prevention cost to address the decline in productivity plants Rp. 592.703.800 so that the TEV is Rp. 18.419.221.987,23 / year  Key words: AERMOD, Dispersion model, Economic valuation, Gaussian
INVESTIGASI TEKNIK “CLUSTERING” DALAM METODE PERHITUNGAN EMISI SECARA TOP-DOWN DARI INDUSTRI SEMEN Maulidiany, Nopa Dwi; Tomo, Haryo S.
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 18, No 1 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (609.722 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2012.18.1.7

Abstract

Abstrak: Industri semen sering dipertimbangkan sebagai salah satu industri kunci yang cenderung mencerminkan aktivitas ekonomi secara umum suatu negara. Di Indonesia industri semen juga termasuk dalam industri lahap energi yang memberikan kontribusi melepas pencemar udara yang cukup banyak ke udara ambien. Sumber emisi pencemar udara pada proses pembuatan semen Portland dikategorikan menjadi dua yaitu, sumber emisi  dari  proses  produksi  (tanpa  pembakaran) dan  sumber  emisi  dari  proses  pembentukkan  energi  dari pembakaran bahan bakar untuk kebutuhan produksi. Pada proses produksi pembuatan semen, terdapat tiga proses utama yang dikategorikan menghasilkan pencemar udara, yaitu : persiapan bahan baku, pembuatan klinker di kiln, dan pembuatan semen itu sendiri. Pada penelitian ini dilakukan perhitungan inventarisasi emisi dari sektor industri semen dengan parameter CO, NOx, SOx, dan PM. Untuk mendapatkan data mendetail yang dibutuhkan dalam inventarisasi emisi dilakukan metode clustering. Prinsip teknik clustering adalah membagi beban emisi dari sumber titik menjadi sumber area. Dasar pembagiannya adalah satuan wilayah terkecil dengan proporsi terbesar pada daerah yang terdapat industri pembuatan semen. Untuk mengetahui signifikansi data yang digunakan untuk teknik clustering maka dilakukan uji ANOVA.Kata kunci: Industri semen, Indonesia, emisi pencemar udara, clustering, ANOVA. Abstract: Cement industry is often considered as one of the key industries that tend to reflect the economy activity of a country. In Indonesia, cement industry is included as one of hunger energy industries that contribute enough emit air pollution to ambient. Sources of air pollutant emissions in the production of Portland cement generally are categorized into two categories, the source of emissions from the production process (without combustion) and the source of emissions from fuel combustion for production energy needs. There are three maincategorized that generate air pollutants in the production process of cement manufacture: preparation of raw materials, clinker making in the kiln, and cement-making itself. This research calculates the emissions inventory from cement industry with the parameters are CO, NOx, SOx, and PM. To obtain  the  data  required  for  detailed  emissions inventory  conducted clustering method. The  principle of clustering techniques is to divide the load emissions from point sources into the source area. Basically, the division is a unit of the smallest region with the largest proportion which located the cement manufacturing industry. To know the significance of the data used for clustering technique, this research performs ANOVA test.Key words: Cement Industry, Indonesia, pollutant emission, clustering, ANOVA.
SIMULASI KOMPUTER PENGARUH RELOKASI KERAMBA JARING APUNG TERHADAP KANDUNGAN NITRAT DI DALAM AIR WADUK JATILUHUR Ashuri, Amallia; Sudjono, priana
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 19, No 2 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1084.669 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.2.2

Abstract

Abstrak: Kegiatan keramba jaring apung yang dikembangkan di Waduk Jatiluhur berfungsi untuk memenuhi kebutuhan pangan. Namun, akibat pertumbuhannya yang cepat dan tidak terkendali maka kegiatan keramba jaring apung telah menjadi sumber pencemar utama, termasuk nitrat, dalam Waduk Jatiluhur. Nitrat sebagai salah satu nutrien yang dapat digunakan langsung oleh biota air merupakan salah satu pemicu terjadinya eutrofikasi dalam waduk. Degradasi kualitas air akibat eutrofikasi dapat mengganggu fungsi waduk sebagai pembangkit listrik dan penyedia pasokan air baku air minum serta irigasi pertanian. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan merelokasi keramba jaring apung dari daerah disekitar outlet waduk menuju lokasi yang lebih jauh dari outlet waduk. Untuk melihat sejauh mana pengaruh kegiatan keramba jaring apung dalam waduk maka dilakukan simulasi konsentrasi nitrat dalam air waduk dengan menggunakan pendekatan segmentasi vertikal. Simulasi konsentrasi nitrat juga dilakukan dengan menerapkan skenario perbaikan berupa relokasi keramba jaring apung. Simulasi terhadap skenario perbaikan dilakukan sebagai suatu langkah optimasi dalam rangka mereduksi konsentrasi nitrat di outlet waduk. Hasil simulasi menunjukkan bahwa upaya pengelolaan dengan merelokasikan keramba jaring apung menuju lokasi yang lebih jauh dari outlet wasuk telah berhasil menurunkan konsentrasi nitrat di segmen terakhir waduk. Dari hasil simulasi didapat bahwa reduksi konsentrasi nitrat tertinggi didapatkan dengan cara merelokasi keramba jaring apung dari segmen kedelapan menuju segmen kedua. Dengan merelokasikan keramba jaring apung menuju segmen kedua sebanyak 20%, 50%, dan 100% dari jumlah keramba jaring apung di segmen kedelapan masing-masing telah berhasil menurunkan konsentrasi nitrat sebesar 16,67%, 41,52%, dan 82,37% pada segmen terakhir waduk. Kata kunci: keramba jaring apung, nitrat, Waduk Jatiluhur, kualitas air. Abstract: Fish cagesin Jatiluhur reservoir are developed in order to meet the food demands. However, due to its rapid and uncontrollable growth, fish cages turn to be the major pollutant source in Jatiluhur reservoir. Nitrate, as one of nutrient that can be use directly by aquatic biota, is one of the factor that trigger eutrophication in a reservoir. Water quality degradation caused by eutrophication can hinder reservoir function as a hydro-electric generation and water resources that provided raw water for drinking water and irrigation. An effort that is possibly done to overcome the problem was by relocating the fish cages to upstream site. The simulation of nitrate concentration that approached by vertical segmentation then being done to see to what extent fish cage number affected the nitrate concentration in reservoir. The simulation was also being done by implementing improved scenario. The simulation with improved scenario carried out as an optimization measure in order to reduce the nitrate concentration in reservoir outlet. The results of the simulation indicated that by relocated the fish cage to further location from reservoir outlet has been successful reduce nitrate concentration in the last segment of the reservoir. The highest nitrate concentration reduction was obtained when the fish cage was relocated from the eighth segment to the second segment of the reservoir. By relocate the fish cage as much as 20%, 50%, and 100% of the number of fish cage in the eighth segment the nitrate concentration reduction in the last segment is 16.67%, 41.52%, and 82.37% respectively. Keywords: fish cage, nitrate, Jatiluhur reservoir, water quality.
PERSEBARAN PELAKU DAUR ULANG INFORMAL AKI BEKAS KENDARAAN BERMOTOR DI KOTA BANDUNG Respati, Bambang; Damanhuri, Enri
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 15, No 2 (2009)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (896.115 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2009.15.2.3

Abstract

Abstrak: Aki digunakan sebagai sumber tenaga pada sepeda motor, mobil, truck, traktor, perahu dan berbaga jenis kendaraan bermotor lainnya. Berbeda dengan baterai primer atau baterai alkaline yang banyak digunakan dalam peralatan rumah tangga, aki merupakan baterai yang dapat diisi ulang setelah energi yang terdapat dalam aki telah digunakan. Penggunaan kembali material aki bekas kendaraan bermotor dengan cara mendaur ulang merupakan salah satu cara yang efektif untuk menghindari polusi lingkungan dan mengurangi volume timbulan aki bekas kendaraan bermotor di Tempat Pembuangan Akhir. Reduksi timbulan aki bekas kendaraan bermotor di Kota Bandung tidak terlepas dari peranan para pelaku daur ulang sektor informal. Aliran material aki bekas kendaraan bermotor pada pelaku daur ulang sektor informal di Kota Bandung secara garis besar adalah pemulung/tukang loak ? lapak ? bandar kecil ? bandar besar dan akhirnya menuju pabrik daur ulang. Dari hasil survei yang dilakukan di Kota Bandung terdapat 159 pelaku daur ulang yang terdiri dari 48 orang pemulung, 59 orang tukang loak, 28 buah lapak, 8 buah bandar kecil dan 16 buah bandar besar. Jumlah aki bekas pada pemulung dan tukang loak, yaitu sebesar 19,5 ton/bulan pada pemulung dan 5,9 ton/bulan pada tukang loak, 1,2 ton/bulan pada lapak dan 1,6 ton/bulan pada bandar kecil. Sedangkan jumlah aki bekas kendaraan bermotor pada bandar besar adalah 24,7 ton/bulan. Di Kota Bandung pada tahun 2009, harga beli aki bekas kendaraan bermotor pada pelaku daur ulang berkisar antara Rp. 4.600/kg-Rp.5.900/kg, sedangkan harga jualnya berkisar antara Rp.5.600/kg-Rp.7.400/kg. Kata kunci: aki bekas kendaraan bermotor, daur ulang, sektor informal, aliran material Abstract: Lead acid batteries are relatively simple electrochemical devices able to store electrical energy, and deliver it to motors and other appliances when needed. Unlike common dry cell or alkaline batteries used in torches and other household appliances, lead acid batteries may be recharged after the stored energy has been used. As a result of these degradation processes batteries become unusable and are then known as used lead acid batteries (ULABs), and are waste. The utilization of ULABs by recycling is an effective method to avoid pollution of the environment and reduce the ULABs generation in the final disposal. The reduction of ULABs in Bandung City is not leave apart from the role of the recycle performers of informal sector. The material flow of ULABs in Bandung City by the informal sector of recycle performers are by pemulung/tukang loak ? lapak ? bandar kecil ? bandar besar ? and finally are going to recycling factory. Survey's result that is done at Bandung City exists 159 informal recycling performers that consist with 48 pemulung, 59 tukang loak, 28 lapak, 8 bandar kecil, and 16 bandar besar outgrow. The utilization of ULABs by recycling is an effective method to avoid pollution of the environment and reduce the lead generation in the final disposal site. The amount of vehicle?s ULABs in the pemulung and tukang loak are 19.5 tons / month in pemulung and 5.9 ton / month on the tukang loak, 1.2 ton / month on the lapak and 1.6 tons / month in the bandar kecil. Whereas the vehicle?s ULAB is 24.7 ton / month in bandar besar. In Bandung City in 2009, the buying price of ULABs is between Rp.4,600/kg- Rp.5,900/kg, whereas the selling price revolved between Rp.5,600/kg-Rp.7,400/kg.  Keywords: motor vehicle?s ULABS, recycling, informal sector, material flow
PEMILIHAN PROGRAM PENGENDALIAN KEHILANGAN AIR SERTA PENGARUH IMPLEMENTASINYA TERHADAP PENINGKATAN PENDAPATAN PDAM el-Ahmady, Imanullah Imsawan; Sembiring, Emenda
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 20, No 2 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2446.25 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2014.20.2.5

Abstract

Abstrak: Tingkat air tak berekening (NRW) di Indonesia yang rata-rata sebesar 37% menunjukkan bahwa PDAM telah kehilangan 37% potensi pendapatan sehingga dapat menyebabkan buruknya kondisi keuangan dan pelayanan PDAM. NRW terdiri dari komponen kehilangan air dan konsumsi resmi tak berekening, di  mana  komponen  kehilangan air  lebih  mungkin  untuk  diintervensi untuk  diturunkan. Perlunya pengendalian kehilangan air disamping merupakan bentuk kepekaan terhadap menurunnya kuantitas air secara global, juga dapat memantapkan kinerja keuangan PDAM, mendukung peningkatan cakupan pelayanan, menunda investasi pembangunan sistem baru, penguatan manajemen dan SDM, serta peningkatan fokus  pelayanan pada  pelanggan dengan  menerapkan  prinsip  kepengusahaan. Dengan didasari keterbatasan sumber daya yang dimiliki oleh PDAM, maka perlu dipilih alternatif program yang dinilai paling efektif dan efisien dalam menurunkan tingkat kehilangan air dengan mempertimbangkan aspek keuangan, aspek pelayanan, aspek teknis operasional dan aspek SDM. Pemilihan alternatif program dilakukan dengan metode AHP, kemudian alternatif program yang terpilih disimulasikan dalam tiga skenario untuk mengetahui tingkat profitabilitasnya dengan  menggunakan metode  analisis finansial Skenario tersebut adalah penurunan hingga 20%, penurunan tingkat lanjut dan  penurunan hingga mendekati 0%. Seluruh skenario tersebut juga mensimulasikan pengendalian kehilangan air komersil, fisik dan kombinasi keduanya. Dari seluruh simulasi tersebut kemudian diberikan skor berdasarkan kriteria dalam analisis finansial sehingga diperoleh peringkat skenario program yang dipilih. Hasil dari AHP menunjukkan bahwa upaya pengendalian kehilangan air komersil lebih dipilih untuk menjadi prioritas karena dari empat program yang barada pada posisi teratas, tiga di antaranya adalah program pengendalian air komersil. Sedangkan dari analisis finansial dan pemeringkatan, program pengendalian kehilangan air komersil hingga 20% berada di urutan kedua setelah skenario kombinasi hingga 20%. Perbedaan hasil ini dikarenakan dalam AHP tidak ada skenario kombinasi. Sehingga secara umum kenario pengendalian kehilangan air komersil masih unggul dibandingkan skenario fisik. Dari hasil penelitian ini, disarankan bahwa  sebagai  langkah  awal  PDAM  setidaknya  harus  memiliki  program  pengendalian kehilangan air komersil.Kata kunci: PDAM, kehilangan air, AHP, analisis finansial, ranking Abstract : The average of Non-Revenue Water (NRW) in Indonesia is about 37% which means that PDAM has lost 37% of its potential revenues causing less efficiency in PDAM?s service and financial health. NRW consists of water loss and unbilled authorized consumption, where the water loss component is more possible to be intervened and reduced. In addition to the water quantity degradation as one global issue, control of water loss is also important to improve the financial performance of PDAM, develop the coverage of service area, delay the investment of new system development, strengthen the management and human resources, and also increase the focus on consumer?s service according to the principles of entrepreneurship. Based on the limitation of PDAM?s resources, selection of the most effective and efficient program to decrease the water losses by considering the financial, service, technical and human resources aspects is needed. The selection of program is prioritized by AHP method, then the selected programs are simulated in three scenarios to define its profitability rate using financial analysis. The scenarios are the decreasing rate up to 20%, the advanced decreasing rate and the decreasing rate until close to 0%. All scenarios also simulate three conditions of water loss control; the first is about commercial water loss, the second is physical and the last one is the combination of both. From the entire simulations, then scores are given based on financial analysis criterias to obtain ranks of the scenarios. Based on AHP result, it is known that from the four high-prioritized programs, three of them are about commercial water loss control. From the financial analysis and ranking result, commercial water loss control up to 20% scenario is at the second rank after the combination of up to 20% scenario. This different result is because there is no combination scenario in the AHP. Generally, the commercial water loss control scenario is still superior than the physical. From this research it is recommended that as the first step PDAM at least must have a commercial water loss control program. Key words: PDAM, water loss, AHP, financial analysis, ranking
KAJIAN PENGEMBANGAN SISTEM PENGELOLAAN SAMPAH DI KABUPATEN TANGERANG Widyarsana, I Made Wahyu; Zafira, Athaya Dhiya
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (482.235 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.10

Abstract

Abstrak: Sampah merupakan masalah yang dihadapi di hampir seluruh Negara di dunia termasuk Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhinya yakni jumlah penduduk yang sangat tinggi. Wilayah studi dalam laporan ini yakni Kabupaten Tangerang, dengan total penduduk pada tahun 2014 mencapai 3.264.776 jiwa. Peningkatan jumlah penduduk, perubahan pola konsumsi, dan gaya hidup masyarakat telah meningkatkan jumlah timbulan sampah, jenis, dan keberagaman karakteristik sampah. Untuk itu perlu ada penanganan yang dilakukan untuk meminimalisir dampak negatif terhadap kesehatan dan gangguan kelestarian fungsi lingkungan akibat sampah. Hal ini tidak terlepas dari hal penyediaan sarana dan prasarananya, oleh sebab itu dalam laporan ini akan dievaluasi terkait sarana prasarana yang dibutuhkan dimulai dari penanganan di sumber hingga ke tempat pemrosesan akhir. Kondisi pengelolaan sampah Kabupaten tangerang saat ini yakni 60% warga tidak memiliki wadah sampah, sistem pengumpulan sampah dominan tidak ada karena jumlah TPS yang ada sangat minim. Sehingga tidak adanya reduksi sampah dan sistem pengelolaan hanya kumpul angkut buang. TPA Jatiwaringin sebagai TPA yang menampung sampah Kabupaten Tangerang masih menggunakan metoda open dumping dengan fasilitas TPA yang sangat minim. Tidak adanya proteksi lingkungan dan manajemen landfill dengan baik berdampak pada usia layan pakai TPA dan wilayah sekitar TPA. Untuk mencapai universal akses 100-0-100 maka pada tahun 2019 diperlukan pengadaan 760.928 set bin, 159 TPST, penambahan 487 truk sampah, dan optimalisasi TPA dengan berpedoman pada peraturan menteri pekerjaan umum tentang penyelenggaraan prasarana dan sarana persampahan dalam penanganan sampah rumah tangga dan sejenis sampah rumah tangga. Dengan pengadaan sarana prasarana tersebut, usia layan pakai TPA meningkat 1 tahun 26 hari. Selain rekomendasi teknis penanganan sampah yang ada harus ditunjang oleh berbagai aspek yakni pembiayaan dengan konsep sunsidi silang, regulasi terkait peraturan pengelolaan sampah, kerjasama dan koordinasi antar instansi terkait, serta peningkatan peran serta dan partsipasi masyarakat. Biaya satuan pengelolaan sampah yang dibutuhkan untuk perbaikan penanganan sampah Kabupaten Tangerang sejumlah Rp. 439.381/ton (tanpa depresiasi).  Kata kunci : pengelolaan sampah, kabupaten tangerang, universal akses, TPA, biaya satuan.  Abstract: Waste is a problem faced in almost all countries in the world including Indonesia. One of the factors that influence it is the high number of the Indonesian?s resident. The study area in this report are Tangerang District, with a total population in 2014 reached 3,264,776 inhabitants. Increasing population, changes in consumption patterns and lifestyles of people have increased the amount of generated waste, types and diversity of characteristics of the waste. For that we need immediate treatment that is done to minimize negative impacts on health and disruption of environment preservation function that caused by the waste. This is not apart from the provision of facilities and infrastructure, therefore, this report will be evaluated relating the infrastructure needed start from the handling at the source until to the landfill. Tangerang regency waste management conditions nowadays is that 60% of citizens do not have waste containers, dominant waste collection system does not exist because the number of polling stations was minimal. Therefore, no waste reduction and management systems just piling-haul-waste. Jatiwaringin landfill as landfill to accommodate the trash of Tangerang District that still use the method of open dumping with minimum landfill facilities. The absence of environmental protection and a good landfill management, have an impact on the usability age of landfill and the area around the landfill. To achieve universal access of 100-0-100 then by 2019 required the procurement of 760.928 sets bin, 113 TPST, adding 127 dump truck, and optimization of the landfill based on the public works minister regulations concerning implementation of infrastructure and waste facility in the handling of household waste and similar household waste. With the provision of means of the working paper, landfill disposable age (usability age) increased the service life of 1 year 26 days. In addition to technical recommendations of waste handling that is to be supported by the various aspects of the financing with the concept ?cross subsidy?, regulations related to regulation of waste management, cooperation and coordination among relevant agencies, as well as increased participation and of participation of society. The unit cost of waste management is needed Rp. 439.381 / ton (without depreciation). Keywords: waste management, Tangerang district, universal access, TPA, unit cost
DISTRIBUSI RADIONUKLIDA CS-134 PADA IKAN NILA (OREOCHROMIS NILOTICUS) YANG HIDUP DI AIR TERCEMAR CS-134 I.Purba, Sylvia; S. Salami, Indah Rachmatiah; Intan, Poppy
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 15, No 2 (2009)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (371.159 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2009.15.2.2

Abstract

Abstrak: Kontaminasi Cs-134 pada sistem perairan tawar akibat kasus kecelakaan nuklir dapat menimbulkan dampak radiologi jangka panjang karena radiocesium dapat masuk ke dalam rantai makanan. Cs-134 dalam tubuh manusia dapat menjadi sumber radiasi interna apabila manusia mengkonsumsi bahan makanan yang terkontaminasi Cs-134. Distribusi radionuklida Cs-134 pada ikan nila (Oreochromis niloticus) telah diteliti dengan cara memelihara ikan dalam air yang dikontaminasi Cs-134 dengan konsentrasi 9,87 Bq/ml. Pengamatan dilakukan setiap 5 hari sekali dengan cara mengambil 3 ekor ikan pada masing-masing bak untuk dipreparasi menjadi daging, tulang dan organ dalam. Kemudian dilakukan pengukuran berat setiap sampel ikan yang telah dipreparasi.  Selanjutnya, setiap sampel air dan ikan yang telah dipreparasi diukur aktivitasnya dengan menggunakan spektrometer gamma yang dilengkapi detektor NaI (TI). Nilai konsentrasi Cs-134 dalam sampel ikan nila diperoleh dari perbandingan aktivitas Cs-134 pada sampel ikan terhadap berat sampel ikan. Sedangkan, nilai konsentrasi Cs-134 dalam air didapat dari perbandingan aktivitas Cs-134 dalam air dengan volume sampel air. Dari hasil penelitian selama 60 hari diketahui bahwa konsentrasi dari Cs-134 pada organ dalam dan daging memiliki pola yang sama, yaitu organ dalam>daging dengan nilai tertinggi masing-masing yaitu 202 1279.46Bq/g dan 1005.65Bq/g pada hari ke 55; sedangkan konsentrasi tertinggi pada tulang sebesar 387,14Bq/g pada hari ke 50. 

Page 7 of 44 | Total Record : 438