cover
Contact Name
Jurnal Teknik Lingkungan ITB
Contact Email
jurnaltlitb@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
jurnaltlitb@gmail.com
Editorial Address
http://journals.itb.ac.id/index.php/jtl/about/editorialTeam
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Teknik Lingkungan
ISSN : 08549796     EISSN : 27146715     DOI : -
Core Subject : Social, Engineering,
Jurnal Teknik Lingkungan ITB merupakan jurnal resmi yang dipublikasikan oleh Program Studi Teknik Lingkungan, Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung. Jurnal ini mencakup seluruh aspek ilmu Teknik Lingkungan sebagai berikut (namun tidak terbatas pada): pengelolaan dan pengolahan air bersih, pengelolaan dan pengolahan air limbah, pengelolaan dan pengolahan persampahan, teknologi pengelolaan lingkungan, pengelolaan dan pengolahan udara, kebijakan air, serta kesehatan dan keselamatan kerja.
Articles 438 Documents
ALTERNATIF PENYEIMBANG STOK KARBON UNTUK PENGGUNAAN KAWASAN HUTAN (STUDI KASUS : PT. PERTAMINA GEOTHERMAL ENERGY (PGE)/ STAR ENERGY GEOTHERMAL WAYANG WINDU LIMITED (SEGWWL) DI KABUPATEN BANDUNG) Subiantoro, Aris Dwi; Sudradjat, Arief
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 1 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1225.131 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.1.4

Abstract

Abstrak: Rencana penggunaan kawasan hutan oleh PT. PGE/SEGWWL untuk eksploitasi panas bumi seluas ± 78,31 ha di Kabupaten Bandung, diperkirakan akan melepaskan karbon yang disimpan sebagai biomassa. PLTP merupakan kegiatan strategis nasional, sehingga untuk mendukung kebijakan penurunan emisi GHG diperlukan kajian alternatif penyeimbang stok karbon. Penghitungan pelepasan karbon dan potensi penyerapan karbon menggunakan metode Sampling tanpa pemanenan (Non destructive sampling) dan menggunakan persamaan allometric dari penelitian-penelitian sebelumnya. Metode Analytic Hierarchi Process (AHP) digunakan untuk memilih alternatif terbaik penyeimbang stok karbon. Dari hasil penelitian diperoleh hasil yaitu perkiraan pelepasan karbon dari rencana penggunaan kawasan hutan sebesar 11.066,99 ton C. Reboisasi calon lahan kompensasi diperkirakan dapat menyerap karbon sebesar 5.016,66 ton C tahun-1 untuk menyetarakannya. Kekurangan penyetaraan karbon sebesar 6.050,32 ton C tahun-1 dapat dipenuhi dengan 3 alternatif membangun hutan rakyat yaitu 1) Jatiputih (Gmelina Arborea Roxb) seluas 50,17 ha, 2) Mindi (Melia Azedarach L) seluas 94,14 ha, dan 3) Eukaliptus  (Eucalyptus Pellita F. Muell) seluas 86,86 ha. Alternatif terbaik yang dipilih menggunakan metode AHP yaitu dengan membangun hutan rakyat Jati putih (Gmelina Arborea Roxb). Kata kunci: Karbon, Penggunaan Kawasan Hutan, Hutan Rakyat, AHP Abstract : The intended use of forest areas by PT. PGE / SEGWWL for geothermal exploitation of ± 78.31 ha in Bandung regency, is expected release carbon stored as biomass. PLTP is a strategic national initiative, so as to support the GHG emission reduction policies is necessary to study alternative carbon stock balancer. Sampling methods without harvesting (Non-destructive sampling) and using allometric equations from previous studies are used for calculation of carbon release and carbon sequestration potential. Analytic Hierarchy Process (AHP) was used to select the best alternative carbon stock balancer. The results of the research showed that estimate carbon release from forest area use plan is equal to 11.066,99 tons C. For balance,reforestation prospective land compensation is expected to sequester carbon by 5.016,66 tons C yr-1. Shortage of carbon equivalency of 6.050,32 tons C yr-1 can be filled with 3 alternative building private forests are 1) Jatiputih (Gmelina arborea Roxb) area of 50,17 ha, 2) Mindi (Melia azedarach L) covering an area of 94.14 ha, and 3) Eukaliptus  (Eucalyptus Pellita F. Muell) covering an area of 86,86 ha. The best alternative selected using AHP method is to build a private forest of Jatiputih (Gmelina arborea Roxb) Key words: Carbon, Use of Forest Areas, Private Forest, AHP.
PENYISIHAN BESI-MANGAN, KEKERUHAN DAN WARNA MENGGUNAKAN SARINGAN PASIR LAMBAT DUA TINGKAT PADA KONDISI ALIRAN TAK JENUH STUDI KASUS: AIR SUNGAI CIKAPUNDUNG Makhmudah, Nisaul; Notodarmodjo, Suprihanto
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 16, No 2 (2010)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.357 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2010.16.2.5

Abstract

Abstrak: Sistem penyaringan pasir lambat merupakan salah satu proses paling awal yang digunakan untuk menghilangkan kontaminan dari permukaan air untuk menghasilkan air minum. Karena kesederhanaan, efisiensi dan keekonomisannya, menjadikan saringan pasir lambat sebagai sarana pengolahan air yang tepat, khususnya bagi pemenuhan kebutuhan air masyarakat di negara-negara berkembang. Saringan pasir lambat (SPL) beroperasi pada tingkat filtrasi sangat rendah (0,1 mL jam-1) dan menggunakan pasir yang sangat halus (0,2 mm). Pada Saringan Pasir Lambat, proses pemisahan kotoran dari air baku terjadi melalui kombinasi beberapa proses yang berbeda seperti (1) mechanical straining, (2) adsorpsi, (3) sedimentasi dan (4) aktivitas biologis serta bio-kimia pada lapisan schmutzdecke. Pada penelitian ini air baku dialirkan menuju saringan pasir lambat dua tingkat dengan kondisi aliran tak jenuh. Kondisi tak jenuh dapat meningkatkan proses aerasi dan biologis yang terjadi pada proses filtrasi.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui performansi kinerja dari saringan pasir lambat dua tingkat dalam menyisihkan parameter Besi, Mangan, kekeruhan dan warna yang terkandung dalam air Sungai Cikapundung. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saringan pasir lambat ini memiliki efisiensi penyisihan Fe sebesar 77,08 %, Mn sebesar 89,3 %, kekeruhan sebesar 78,96 %, dan warna sebesar 52 %.Absctract : A slow sand filtration system is one of the earliest processes used for removing contaminants from surface waters to produce drinking water. Slow sand filters because of their simplicity, efficiency and economy are appropriate means of water treatment, particularly for community water supply in developing countries. Slow sand filters (SSF) operate at very low filtration rates (0.1 mL h?1) and using very fine sand (0.2 mm). The overall removal of impurities associated with the process of filtration, is brought by a combination of different processes. The most important of which are (1) mechanical straining, (2) adsorbtion, (3) sedimentation, (4) chemical and biological activities in schmutzdecke layer. In this research, double stage slow sand filtration was operated in unsaturated flow condition. The objective of this research  is to determine the performance of double stage slow sand filter during unsaturated flow condition in reducing iron, manganese, turbidity and color  that contained in Cikapundung river water.The results showed that slow sand filter has a removal efficiency: 77.08% of Fe, 89.3 % of Mn, 78.96% of  turbidity, and 52 %  of color. Keyword: Slow Sand Filtration, ,double stage, drinking water, schmutzdecke, unsaturated flow, Cikapundung river, removal efficiency
KAJIAN AWAL PENETAPAN TEKNOLOGI LOW IMPACT DEVELOPMENT/GREEN INFRASTRUCTURE PADA PENGELOLAAN LIMPASAN HUJAN MENGGUNAKAN SISTEM INFORMASI GEOGRAFI (STUDI KASUS : DAS CITARUM HULU BUKAN KOTA) Hanastasia S, Yanita; Sudradjat, Arief
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 22, No 2 (2016)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (700.474 KB) | DOI: 10.5614/j.tl.2016.22.2.10

Abstract

Abstrak : Meningkatnya pembangunan di DAS Citarum Hulu menyebabkan berkurangnya wilayah resapan air yang mengakibatkan meningkatnya limpasan hujan. Oleh karena itu suatu teknologi pengelolaan limpasan hujan dibutuhkan untuk menahan limpasan hujan agar tidak terjadi banjir dan meningkatkan penyerapan limpasan hujan ke dalam tanah sebagai upaya menjaga ketersediaan air tanah. Low Impact Development adalah paradigma baru pengelolaan air yang menekankan upaya konservasi dan penggunaan fitur alami untuk melindungi kualitas air serta menjaga kesetimbangan hidrologi agar sama kondisinya saat sebelum dan sesudah pembangunan. Dalam penelitian ini, analisa dilakukan dengan menggunakan Sistem Informasi Geografi (SIG) untuk menentukan teknologi yang tepat (Best Management Practices) dalam pengelolaan limpasan hujan sesuai dengan konsep LID. Analisa spatial dilakukan terhadap fitur alami DAS Citarum Hulu sesuai dengan kriteria teknologi BMPs yang ditetapkan. Sebagian besar wilayah DAS Citarum Hulu merupakan terrain pegunungan dengan lereng curam (slope>15%) dan 84% wilayahnya merupakan zona resapan air. Jenis tanah dominan di wilayah studi DAS Citarum Hulu, 58% cenderung memiliki laju infiltrasi tinggi, terdiri dari alluvial (16%) dan andosol (42%). Kedalaman air tanah dangkal wilayah studi bervariasi, dipengaruhi kontur, tata guna lahan, zona resapan dan curah hujan. Berdasarkan fitur alami wilayah studi, 43% dari total kelurahan sesuai mengaplikasikan kelompok BMPs yang dapat memenuhi parameter Rev, sedangkan 57% sesuai mengaplikasikan kelompok BMPs yang tidak dapat memenuhi parameter Rev. Recharge volume requirements (Rev) adalah parameter untuk mempertahankan tingkat peresapan air ke dalam tanah yang ada di situs.    Kata Kunci :     BMPs, DAS Citarum Hulu, LID, limpasan hujan , Rev, SIG Abstract : Increased development in The Upstream Citarum River Basin has led to reduce water catchment areas that result in increased runoff. Therefore, stormwater management technologies are needed to prevent flooding and improve absorption of runoff into the ground in an effort to maintain the availability of groundwater. Low Impact Development is a new paradigm of water management that emphasizes conservation and use of natural features to protect water quality and maintain hydrology balance for  same condition as before and after construction. In this study, analysis is done using Geographic Information System (GIS) to determine the right technology (Best Management Practices) in the management of stormwater in accordance with the concept of LID. Natural features in The Upstream Citarum River Basin will be analyzed spatially based on criteria of BMPs. Most area in Upstream Citarum River Basin is mountains with steep slopes (slope> 15% and 84% of  area is water catchment zone. Type of soil that dominates in Upstream Citarum River Basin, 58% tend to has high infiltration rate, consist of alluvial(16%) and andosol(42%). Depth of shallow ground water in study areas has many variations, influenced by contours, landuse, presence of water catchment zone, and rainfall. Based on the natural features of study area, 43% of total villages appropriate to apply BMPs design that can meet parameters of Rev, while 57% appropriate to apply BMPs design that can not meet the Rev. parameter. Recharge volume requirements (Rev) is parameter to maintain existing groundwater recharge rates at sites. Key Words : BMPs, GIS, LID, Rev, runoff , Upstream Citarum River Basin
OPTIMASI EFISIENSI PENGOLAHAN LINDI DENGAN MENGGUNAKAN CONSTRUCTED WETLAND Sembiring, Elsa Try Julita; Muntalif, Barti Setiani
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 17, No 2 (2011)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (697.617 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2011.17.2.1

Abstract

Abstrak: Lindi (leachate) dari landfill menjadi permasalahan bagi lingkungan khususnya untuk air permukaan dan air tanah. Teknologi pengolahan yang diterapkan landfill pada umumnya masih mengeluarkan effluen yang belum memenuhi baku mutu. Dengan demikian masih diperlukan pengolahan lanjutan yang mampu menurunkan kadar pencemar di dalam lindi. Sistem constructed wetland merupakan salah satu metode yang dapat diterapkan. Constructed wetland merupakan suatu alternatif sederhana dengan biaya rendah yang telah terbukti efektif dalam perbaikan kualitas air. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kondisi optimum constructed wetland aliran bawah permukaan dengan variasi jenis vegetasi, beban COD initial, dan waktu detensi dalam menyisihkan COD, BOD, NTK, Total Fosfat (TP) dan total suspended solid (TSS) pada lindi. Pada penelitian ini digunakan lima buah reaktor constructed wetland yang terdiri dari dua jenis tanaman: Cyperus papyrus dan Canna sp. Salah satu reaktor digunakan sebagai kontrol yakni diberi perlakuan tanpa tanaman. Nilai beban COD initial yang digunakan terdiri dari dua variasi yaitu 1000 mg/l COD dan 1500 mg/l COD, dengan waktu detensi (Td) 2 hari dan 4 hari. Dari hasil penelitian diketahui bahwa penyisihan tertinggi COD, BOD, dan TSS terjadi pada reaktor Cyperus papyrus dengan efisiensi penyisihan sebesar 94,81 % dan 94,72% untuk BOD dan COD (beban 1000 mg/l COD, Td 2 hari) serta 97,47% untuk TSS (beban 1000 mg/l COD, Td 4 hari). Penyisihan NTK dan TP terjadi pada tanaman Cyperus papyrus dengan efisiensi sebesar 96,36% (beban 1000 mg/l COD, Td 2 hari) dan 92,15%  (beban 1500 mg/l COD, Td 4 hari) Kata kunci: constructed wetland, efisiensi penyisihan, lindi, vegetasi wetland, waktu detensi. Abstract : Leachate from landfills becomes problem for environment, particulary for surface water and groundwater.  Leachate treatment technology applied in landfill generally still discharges effluent that is not meet the quality standards given yet. Thus, following treatment is required to decrease pollutant concentration. The constructed wetland is a method that can be applied. It is a simple low cost technology that has been proven effective in amelioring. This experiment puposes to identify the optimum condition of subsurface flow (SSF) constructed wetland with the variation of vegetations, initial COD loading, and detention time in order to remove COD, BOD, TKN, Total Phosphate (TP) and total suspended solid (TSS) in leachate. In the experiment, there were five reactors consisted of two types vegetation: Cyperus papyrus and Cyperus papyrus. One of the reactor was used as a control that had no vegetation. The COD initial loadings were 1000 mg / l and 1500 mg / l and the detention times (Td) used were 2 days and 4 days. The experiment showed that highest efficiency of COD, BOD, and TSS conducted in Cyperus papyrus reactor with removal efficiency 94.81% and 94.72% for COD and BOD (organic loading 1000 mg / l COD, Td 2 days) and 97.47% for TSS. The highest removal of TKN and TP conducted in Cyperus papyrus with efficiency 96.36% (organic loading 1000 mg / l COD, Td 2 days) and 92.15% (organic loading 1500 mg / l COD, Td 4 days). Key words: constructed wetland,removal effeciency, leachate, wetland vegetation, detention time
STUDI PENGELOLAAN LIMBAH B3 (BAHAN BERBAHAYA DAN BERACUN) LABORATORIUM LABORATORIUM DI ITB Sidik, Ari Abdurrakhman; Damanhuri, Enri
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 18, No 1 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (571.817 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2012.18.1.2

Abstract

Abstrak: Sistem pengelolaan dan pengolahan limbah B3 (bahan berbahaya dan beracun) di Kampus ITB khususnya di beberapa laboratorium selama beberapa tahun terakhir dapat dikatakan gagal dan belum ada sistem pengelolaan yang baik, terstruktur, sistematis, dan tanpa ada masukan teknologi yang memadai. Tujuan dari penelitian ini adalah mengevaluasi dan memberikan usulan pengelolaan limbah B3 di laboratorium-laboratorium ITB berdasarkan Peraturan Pemerintah No.18 Tahun 1999. Metode yang digunakan adalah wawancara dan menyebarkan kuesioner kepada pihak-pihak laboratorium penghasil limbah B3, selain itu dilakukan juga pengambilan dokumentasi langsung di laboratorium-laboratorium tersebut. Dari metode tersebut dilakukan analisis perhitungan jenis dan jumlah limbah B3 yang dihasilkan. Hasil perhitungan menunjukkan limbah asam yang dihasilkan berjumlah 34,85 kg/minggu, basa 43,91 kg/minggu, solvent 83,91 kg/minggu, infectious waste 0,152 kg/minggu, logam berat 27,47 kg/minggu, dan campuran bahan kimia 267,23 kg/minggu. Melihat jumlah dan jenis-jenis limbah B3 yang dihasilkan upaya pengelolaan pun berbeda untuk setiap jenis limbahnya. Meskipun telah ada upaya minimisasi dari setiap laboratorium, upaya tersebut masih sangat terbatas dan tidak dapat berkelanjutan. Oleh karena itu penelitian ini dibuat untuk membuat usulan pengelolaan yang baru, terpadu, dan cocok dengan jenis limbah B3 yang dihasilkan oleh laboratorium-laboratorium tersebut dan untuk membantu mewujudkan program ITB Eco-Campus yang berkelanjutan. ITB Eco-Campus adalah satu program yang dibuat untuk mewujudkan kampus ITB sebagai kampus yang berwawasan lingkungan.Kata Kunci: ITB Eco-Campus, limbah B3,,laboratorium, pengelolaan, usulan pengelolaan. Abstract:. Hazardous waste management system in particular ITB Campus in several laboratories over the past years can be said failed and there is no proper management system, structured, systematic, and without adequate input technology. The purpose of this study was to evaluate and make suggestions about hazardous waste management in laboratories of ITB based on Peraturan Pemerintah No.18 1999. The methods used were interviews and distributing questionnaires to the parties of laboratories, also making the documentation directly in the laboratories. From the methods, the amount of each type of hazardous waste is calculated. Calculation results show that acid waste generated amounted to 34.85 kg / week, base 43.91 kg / week, solvent 83.91 kg / week, infectious waste 0.152 kg / week, heavy metals 27.47 kg / week, and the mixture chemistry 267.23 kg / week. Looking at the number and types of  hazardous waste, management efforts are different for each type of waste. Although there have been attempts minimization of each laboratory, the effort is still very limited and can not be sustained. Therefore, this final task made to create a new integrated management proposals which suitable to the type of hazardous waste produced by these laboratories and to help realize the sustainable ITB Eco-Campus. ITB Eco-Campus is a program which created to realize ITB campus as environmentally sustainable campus. Key words: hazardous waste, ITB Eco-Campus, laboratory, management, management proposals.
STUDI PERBANDINGAN KITOSAN CANGKANG KERANG HIJAU DAN CANGKANG KEPITING DENGAN PEMBUATAN SECARA KIMIAWI SEBAGAI KOAGULAN ALAM Arif, Maulana Nur; Sinardi, Sinardi; Soewondo, Prayatni
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 19, No 1 (2013)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (737.092 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2013.19.1.7

Abstract

Abstrak: Koagulasi merupakan proses pengolahan air untuk menghilangkan materi tersuspensi dan koloid. Tawas adalah bahan kimia yang sering dipakai sebagai koagulan. Penggunaan tawas menimbulkan masalah karena residu anorganik yang dihasilkan bersifat karsinogenik dan dapat mengganggu lingkungan dan kesehatan serta tidak mudah dibiodegradasi. Ini mendorong pemanfaatan koagulan dari bahan alami seperti kitosan. Kitosan dapat dihasilkan dari cangkang kerang hijau dan cangkang kepiting yang keberadaannya melimpah di Indonesia. Produksi cangkang kerang hijau dan cangkang kepiting berpotensi menjadi limbah karena belum dirmanfaatkan dengan baik. Salah satu pemanfaatan cangkang kerang hijau dan cangkang kepiting adalah dengan membuat kitosan sebagai koagulan. Tujuan penelitian ini adalah untuk menguji efisiensi penggunaan kitosan cangkang kerang hijau dan cangkang kepiting sebagai koagulan. Tahapan penelitian meliputi karakterisasi  kitosan,  preparasi  air  sintetis  sebagai  sampel,  uji  jartest,  dan  uji  parameter  yang  meliputi kekeruhan,  zat  organik,  dan  besi.  Pada  penelitian ini  didapat  bahwa  kitosan  cangkang  kerang hijau  dan cangkang kepiting memiliki kadar air rendah, 1,02% dan 2,21%. Hasil pengukuran FTIR juga menunjukan bahwa kitosan cangkang kerang hijau dan cangkang kepiting memiliki derajat deasetilasi besar, 77,80% dan 87,64%. Ini menyebabkan koagulasi menjadi lebih efektif. Dari jartest, didapatkan bahwa pH optimum kitosan cangkang kerang hijau adalah pH 7-9 dan untuk kitosan cangkang kepiting adalah pH 5. Pada penelitian didapatkan dosis optimum kitosan cangkang kerang hijau pada pH 5, 7, dan 9 adalah 200, 350, dan 250 mg/l serta kitosan cangkang kepiting pada pH 5, 7, dan 9 yaitu 6, 10, dan 14 mg/l.
PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP DIFUSIVITAS SAMPLER PASIF TIPE TUBE UNTUK PENGUKURAN NO2 EFFECT OF TEMPERATURE ON THE DIFFUSIVITY OF PASSIVE SAMPLER TUBE TYPE FOR NO2 MEASUREMENT Hastuti, Yulinda; Irsyad, moh; Driejana, Driejana
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 18, No 2 (2012)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (862.515 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2012.8.2.10

Abstract

Abstrak: Nitrogen dioksida merupakan gas polutan yang cukup penting. Sumber utama nitrogen dioksida adalah emisi kendaraan bermotor dan proses pembakaran di industri. NO2 merupakan polutan penyebab hujan asam dan dapat menyebabkan kerusakan paru-paru kronis pada konsentrasi yang tinggi. Untuk mengantisipasi hal tersebut, diperlukan adanya  pemantauan kualitas  udara  terhadap konsentrasi NO2 di  udara  ambien. Salah satu  metode pemantauan yang dapat dilakukan adalah metode pasif menggunakan sampler pasif. Sampler pasif yang digunakan pada penelitian ini diproduksi oleh Gradko Company, Inggris. Untuk pengukuran di dalam negeri, koefisien difusi yang digunakan perlu dihitung ulang, dikoreksi dan disesuaikan dengan kondisi lingkungan di Indonesia terutama dari segi temperatur dan kelembaban yang cukup berbeda dengan luar negeri. Penelitian dilakukan dalam sebuah lingkungan terkontrol berbentuk reaktor tertutup, yang dilengkapi dengan pengatur temperatur, kelembaban, kecepatan angin, dan konsentrasi gas polutan. Sebelum digunakan, sampler perlu dibersihkan terlebih dahulu dari senyawa-senyawa  pengganggu  seperti  SO2,  Nitrit,  dan  PAN  (Peroxyacetil  Nitrate).  Hasil  dari  penelitian menunjukkan bahwa rerata temperatur sebesar 26,140C menghasilkan perubahan pada laju pengambilan tube sampler sebesar 3,167% dan konsentrasi NO2 sebesar 131,2 µg/m³. Hasil konsentrasi ini memiliki akurasi sebesar 14,62 % jika dibandingkan dengan metode aktif manual. Data dengan akurasi kurang dari 25% terhadap metode acuan dapat dikatakan akurat, sehingga koefisien difusi yang digunakan dalam perhitungan tidak perlu dikoreksi. Secara keseluruhan, pengaruh temperatur terhadap performansi tube sampler di Indonesia tidak begitu signifikan karena Indonesia berada di zona tropis dan tidak mengalami temperatur ekstrim tinggi dan ekstrim rendah
ANALISIS HASIL ISOLASI BAKTERI LOKAL TERHADAP KEMAMPUANNYA MENDEGRADASI BERBAGAI JENIS MINYAK BUMI Ganjar P, Himawan; Kardena, Edwan
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 20, No 1 (2014)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (900.09 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2014.20.1.10

Abstract

Abstrak: Salah satu yang kasus yang sering terjadi di Indonesia yang berkaitan dengan minyak bumi adalah terjadinya kontaminasi minyak ke tanah. Salah satu cara penanganannya adalah dengan pengolahan secara biologi dengan menggunakan bakteri. Sebelum dilakukan pengolahan, bakteri harus diuji terlebih dahulu untuk mengetahui kemampuannya dalam mendegradasi minyak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh isolat terbaik yang mampu mendegradasi beberapa jenis minyak bumi.  Penelitian ini menggunakan bakteri lokal yang terdapat pada tanah yang diindikasikan tercemar oleh oli. Penelitian diawali dengan mengisolasi bakteri yang berasal dari tanah tercemar oli ke media agar kaya nutrisi. Bakteri yang tumbuh dipilih beberapa untuk kemudian dimurnikan dan diuji pada media cair SBS (Standar Basal Salt) dengan tambahan berbagai jenis minyak yang akan diuji. Minyak yang akan diujikan berupa minyak tanah, solar, dan oli. Masing-masing minyak yang diujikan akan divariasikan dengan komposisi 0,1%, 0,2%, 0,3%, 0,4%, 0,5%, dan 0,6%. Uji degradasi minyak dilakukan selama 7 hari dengan rentang waktu 1 hari sekali. Hasilnya pertumbuhan diperoleh dua isolat yang memiliki kemampuan mendegradasi minyak yaitu isolat A-1 (Bacillus simplex) dan A-2 (Bacillus firmus). Uji pendegradasian bakteri terhadap minyak tanah, solar, dan oli dilakukan untuk mengetahui kinetika pertumbuhan bakteri. Hasil dari kinetika menunjukkan bahwa Bacillus simplex memiliki Ks = 4,26 g/L dan µmaks = 0,090/hari pada minyak tanah, Ks = 3,68 g/L dan µmaks = 1,240/hari pada solar, dan Ks = 2,06 g/L dan µmaks = 0,240/hari pada oli. Untuk Bacillus firmus Ks = 0,69 g/L dan µmaks = 0,056/hari pada minyak tanah, Ks = 8,00 g/L dan µmaks = 1,127/hari pada solar, dan Ks = 13,36 g/L dan µmaks = 0,543/hari pada oli. Dari hasil tersebut diketahui bahwa Bacillus simplex paling baik untuk mendegradasi minyak terutama pada jenis solar. Kata kunci: bakteri lokal, degradasi, isolat bakteri, minyak , Standard Basal Salt  Abstract : One of the cases that often occur in Indonesia which associated with petroleum is oil contaminated to soil. One of the methode to handling this is with biology process using the bacteria. Before do the process, bacteria must have tested before to know that ability for petroleum degradation. The purpose of this research is to get the best isolate for degrading some kind of petroleum. This reasearch is used local bacteria that obtained from soil indicated contaminated with oil. The research begin with isolation bacteria from contaminated soil with oil to rich nutrition agar. Bacteria were grown selected some for later purified and tested in liquid SBS medium with the addition of various types of oil to be tested. The oil will be tested in the form of kerosene, diesel, and oil. Each oil is tested to be varied with the composition of  0.1%, 0.2%, 0.3%, 0.4%, 0.5%, and 0.6%. Oil degradation test performed for 7 days with 1 day of observation time span once. The results are found two kind of isolates that have skill to degradation oil that isolates are isolate A-1 (Bacillus simplex) and A-2 (Bacillus firmus). Bacteria degaradation test of kerosene, diesel, and oil did to know kinetic growth bacteria. Result from kinetic growth show that Bacillus simplex had Ks = 4,26 g/L and µmaks = 0,090/day on kerosene, Ks = 3,68 g/L and µmaks = 1,240/day on diesel, and Ks = 2,06 g/L and µmaks = 0,240/day on oil. For Bacillus firmus Ks = 0,69 g/L and µmaks = 0,056/day on kerosene, Ks = 8,00 g/L and µmaks = 1,127/day on diesel, and Ks = 13,36 g/L and µmaks = 0,543/day on oil. From that result know Bacillus simplex is the best for petroleum degradation especially for diesel.Keywords : bacterial isolates, degradation, local bacteria, oil , Standard Basal Salt
PENGARUH FAKTOR-FAKTOR EKONOMI DAN KEPENDUDUKAN TERHADAP TIMBULAN SAMPAH DI IBU KOTA PROVINSI JAWA DAN SUMATERA Prajati, Gita; Padmi, Tri; Rahardyan, Benno
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (397.553 KB) | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.5

Abstract

Abstrak: Pertumbuhan penduduk, industrialisasi, urbanisasi dan pertumbuhan ekonomi mempengaruhi limbah padat perkotaan. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pola-pola lokal terkait perkembangan persampahan di Jawa dan Sumatera, menganalisis hubungan antara  variabel ekonomis dan demografi terhadap timbulan sampah, serta proyeksi timbulan sampah menggunakan uji model di pusat-pusat pertumbuhan. Penelitian ini melakukan analisis klaster, kuadran dan tipologi klassen untuk mengetahui pola karakteristik dan timbulan di Jawa dan Sumatera. Kemudian dilakukan analisis hubungan antara variabel demografi dan ekonomi terhadap timbulan sampah dan uji model Daskalopoulus, Khajuria serta pengembangan model Khajuria. Berdasarkan hasil analisis klaster, kuadran dan klasen typology diperoleh tiga pola timbulan di ibu kota provinsi Jawa dan Sumatera. Hasil analisis hubungan variable menunjukkan bahwa indeks harga konsumen, jumlah penduduk dan PDRB mempengaruhi timbulan sampah. Hasil uji coba model Daskalopoulos menunjukkan timbulan sampah di Jawa dan Sumatera dapat dijelaskan sebesar 33,7% oleh indeks harga konsumen per kategori. Hasil uji coba model Khajuria menunjukkan timbulan sampah di Jawa dan Sumatera dapat dijelaskan sebesar 42,5% oleh jumlah penduduk, PDRB, dan lama sekolah. Hasil uji pengembangan model Khajuria menunjukkan timbulan sampah di Jawa dan Sumatera dapat dijelaskan oleh jumlah penduduk, PDRB, lama sekolah, angka melek huruf, kepadatan penduduk dan pertumbuhan ekonomi sebesar 65,6%. Proyeksi timbulan sampah dilakukan menggunakan pengembangan model Khajuria dan persamaan diskriminan. Hasil proyeksi timbulan sampah menunjukkan bahwa kota Pangkalpinang dan Tanjungpinang merupakan kota dengan timbulan sampah tertinggi per lima tahun ke depan. Biaya pengelolaan sampah yang dibutuhkan oleh kedua kota tersebut cukup besar, yaitu di atas 0,8% dari PDRB.Kata kunci: timbulan sampah, uji model, proyeksi, PDRBAbstract: Population growth, industrialization, urbanization and economic growth increasing municipal solid waste. The purposes of this study were to identify patterns associated local waste development in Java and Sumatra, to analyze the relationship between economic and demographic variable to waste generation and to do the projection of waste generation using test models. Cluster, quadrant and Tipologi klassen analysis was done to determine the pattern of characteristics and waste generation in Java and Sumatra. Then analyzed the relationship between economic and demographic variables against waste generation and also performed Daskalopoulus, kahjuria and development of Khajuria model test. Based on cluster, quadrant and tipologi klassen analysis, there are three patterns of waste generation in Java and Sumatera. Population, consumer price index and GDP indicate the amount of waste generations. The test result of Daskalopoulos model was waste generation in Java and Sumatra can be explained 33.7% by consumption expenditure per category. The test result of Khajuria model was waste generation in Java and Sumatra can be explained 42.5% by total population, GDP, and school?s period. The development of Khajuria model showed that waste generation in Java and Sumatra can be explained 65.6% by total population, GDP, school?s period, literacy, economic growth and population density. Waste generations projected by the development of Khajuria model. Waste generation?s projection showed that Tanjungpinang and Pangkalpinang are cities with the highest waste generation in per five years. The cost that is spent for waste management also bigger in these city, above 0.8% from the GDP. Keywords: Waste generation, test model, projection, GDP
DEGRADASI SURFAKTAN SODIUM LAURYL SULFAT DENGAN PROSES FOTOKATALISIS MENGGUNAKAN NANO PARTIKEL ZNO Maretta, Aldila; Helmy, Qomarudin
Jurnal Teknik Lingkungan Vol 21, No 1 (2015)
Publisher : ITB Journal Publisher, LPPM ITB

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.5614/jtl.2015.21.1.1

Abstract

Abstrak: Sodium lauryl sulfat (SLS) merupakan salah satu surfaktan anionik yang terkandung di dalam sabun, shampo, deterjen, dan bahan pembersih lainnya. Penggunaan surfaktan SLS dalam aktivitas sehari ? hari menghasilkan limbah yang mengandung surfaktan SLS yang selanjutnya akan masuk ke dalam lingkungan. Keberadaan SLS pada lingkungan perairan dapat menggangu ekosistem seperti busa yang ditimbulkan dapat menurunkan konsentrasi oksigen terlarut dan dapat mengganggu perkembangbiakan organisme perairan. Diperlukan suatu teknologi pengolahan limbah yang mengandung surfaktan untuk mencegah efek buruk terhadap lingkungan. Fotokatalisis merupakan salah satu solusi dalam mengolah limbah yang mengandung surfaktan khususnya SLS. Tujuan dari penelitian ini untuk menentukan kondisi optimum pada proses fotokatalisis dalam mendegradasi senyawa SLS. Proses fotokatalisis dilakukan menggunakan sinar UV-C dengan panjang gelombang 200 ? 280 nm dan fotokatalis nano partikel ZnO. Fotokatalis nano partikel ZnO dibuat melalui proses presipitasi dan dilakukan analisis SEM yang menunjukan bahwa fotokatalis ZnO memiliki ukuran partikel yang termasuk dalam skala nano partikel. Kondisi optimum proses fotokatalisis didapat melalui percobaan menggunakan sebuah reaktor batch. Percobaan dilakukan dengan melakukan tiga jenis variasi percobaan yaitu variasi konsentrasi nano partikel ZnO sebesar 0,05, 0,1, 0,2, 0,4, dan 0,8 g. l?1, variasi pH sebesar 3, 5, 7, 9, dan 11, dan variasi proses yaitu menggunakan nano partikel ZnO saja, nano partikel ZnO dan sinar UV, sinar UV saja, dan tanpa menggunakan fotokatalis nano partikel ZnO maupun sinar UV. Hasil percobaan yang didapat menunjukkan bahwa kondisi optimum proses fotokatalisis yaitu menggunakan fotokatalisis nano partikel ZnO dan sinar UV dengan konsentrasi nano partikel ZnO sebesar 0,4 g. l?1, dan pada pH 9. Kata kunci: surfaktan, sodium lauryl sulfat (SLS), fotokatalisis, sinar UV, nano partikel ZnO, pH. Abstract: Sodium Lauryl Sulfat (SLS) is one of anionic surfactant which is contained in soap, shampoo, detergent, and other cleansers. Using SLS surfactant in daily activities produces wastewater which contains SLS surfactant that will be go into the environment. The presence of SLS surfactant in the water environment can disupt ecosystems such as reducing the dissolved oxygen by the presence of foam and can disrupt organisms breeding. A SLS surfactant wastewater treatment technology is needed to avoid the bad effect to the enviroment. Photocatalytic is one of solution to treat wastewater which contains surfactant especially SLS. The objective of this research is to determine the optimum conditions of photocatalytic process for SLS surfactant degradation. Photocatalytic process has done using UV-C ray with wavelength in range 200 ? 280 nm and ZnO nano particle as the photocatalyst. ZnO nano particle photocatalyst was made by precipitation process and the SEM anaysis has been done to show that the ZnO photocatalyst has particle size in nano particle scale. The optimum condition of photocatalytic process was obtained by experiment using a batch reactor. The experiment has been done by doing three kind of variations, that are Zno nano particle concentration variations as 0,05, 0,1, 0,2, 0,4, and 0,8 g. ?1, pH variations as 3, 5, 7, 9, amd 11, and process variations as just using ZnO nano particle, using ZnO nano particle and UV ray at the same time, just using UV ray, and without ZnO nano particle photocatalyst and UV ray. The result of the experiments show that the optimum condition of photocatalytic process is using ZnO nano particle photocatalysist and UV ray at the same time with ZnO nano particle concentration as 0,4 g. ?1at pH 9. Keywords: surfactant, sodium lauryl sulfate (SLS), Photocatalytic, UV ray, ZnO nano particle, pH.

Page 8 of 44 | Total Record : 438