cover
Contact Name
SMIPT
Contact Email
seminar.smipt@gmail.com
Phone
+628124100568
Journal Mail Official
seminar.smipt@gmail.com
Editorial Address
Jalan Perintis Kemerdekaan Km 12. Blok EC 10 Makassar
Location
Kota makassar,
Sulawesi selatan
INDONESIA
Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (SMIPT)
ISSN : 26220520     EISSN : 2622593x     DOI : -
Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi adalah publikasi hasil diseminasi ilmiah berkala yang diterbitkan oleh Yayasan Pendidikan dan Research Indonesia (YAPRI) Kerjasama dengan Forum Riset Multidisiplin Indonesia (FORMIN). Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi diterbitkan satu kali dalam satu tahun. Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi mencakup multidisiplin ilmu pengetahuan yang disebarluaskan melalui media cetak dan online.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 320 Documents
Analisa Sifat Mekanik Material Komposit Resin Epoksi Serat Daun Nanas Raja Dengan Perlakuan Pengasapan Tertutup Pabontong, Niel; Bondaris Palungan, Musa; Tangaran, Benyamin
Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 6 (2023): Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Joi
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Research Indonesia (YAPRI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui kekuatan tarik serat tunggal daun nanas raja akibat pengaruh pengasapan tertutup, Untuk mengetahui kekuatan bending material komposit akibat penguat serat daun nanas raja, Untuk mengetahui kekuatan impak material komposit akibat penguat serat daun nanas raja. Penelitian ini menggunakan bahan Serat penguat utama yang digunakan adalah daun tanaman nanas raja, Perbandingan resin dan katalis dengan daun tanaman daun nanas raja menggunakan fraksi massa, Perlakuan pengasapan tertutup dengan variasi waktu (1,2,3 dan 4) jam, Pengujian yang dilakukan adalah uji serat tunggal, uji bending dan uji impak. Pada hasil Pengasapan tertutup berpengaruh terhadap kekuatan tarik serat tunggal nanas raja, kekuatan tarik tanpa pengasapan = 256,31 MPa dan kekuatan tarik setelah pengasapan pada pengasapan 3 jam sebesar = 681,93 MPa, Serat nanas raja dengan P3J sebagai penguat berpengaruh terhadap kekuatan bending material komposit, kekuatan bending tanpa penguat = 0,095 MPa. Dari kekuatan bending tertinggi diperoleh pada perbandingan 10% dengan nilai = 226,66 MPa, Serat nanas raja sebagai penguat berpengaruh terhadap kekuatan impak material komposit kekuatan impak tanpa serat (HI) = 11,734 Joule/mm2, dari kekuatan impak tertinggi diperoleh pada perbandingan 10 : 90% (HI) = 11,737 Joule/mm2. Abstract This study aims to determine the tensile strength of a single fiber of king pineapple leaf due to the effect of closed smoking, to determine the bending strength of composite materials due to fiber reinforcement of king pineapple leaves, to determine the impact strength of composite materials due to fiber reinforcement of king pineapple leaves. This study used the main reinforcing fiber material used was the leaves of the king pineapple plant. Comparison of resin and catalyst with the leaves of the king pineapple leaf plant using mass fractions. single fiber test, bending test and impact test. In the closed smoking effect on the tensile strength of single fiber king pineapple, the tensile strength without smoking (σ) = 256.31 MPa and the tensile strength after smoking in 3 hours smoking is (σ) = 681.93 MPa, Fiber king pineapple with P3J as reinforcement affects the bending strength of composite materials, unreinforced bending strength (S) = 0.095 MPa. From the highest bending strength obtained at a ratio of 10% with a value of (S) = 226.66 MPa, Raja pineapple fiber as reinforcement has an effect on the impact strength of composite materials impact strength without fiber (HI) = 11.734 Joule/mm2, from the highest impact strength obtained in ratio 10 : 90% (HI) = 11.737 Joule/mm2
Analisa Defleksi Pada Balok Menerus Beban Terpusat Dengan Tumpuan Banyak Junaidi, Ray Liandy; Bondaris Palungan, Musa; Tikupadang, Karel
Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 6 (2023): Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Joi
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Research Indonesia (YAPRI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui momen lentur, lendutan atau defleksi serta penyimpangan pada Analisa actul serta teoritis pada specimen baja dan aluminium penelitian ini dibatasi oleh Batasan masalah,yaitu hanya membahas persoalan defleksi yang terjadi pada batang menerus (Baja dan Aluminium) yang ditumpu dengan tiga tumpuan penelitian ini bertujuan untuk memberi pedoman kepada pembaca untuk mengetahui momen lentur, defleksi serta penyimpangan actual dan teoritis pada pengujian ini. Metode yang digunakan untuk pemecahan masalah dalam penelitian ini ialah Perhitungan momen yang terjadi pada tumpuan 2 (M2) adalah dengan menggunakan Persamaan Tiga Momen (Three Moment Equation). Perhitungan defleksi dengan metode Luas Diagram Momen (Moment Area Metode) dan Metode Superposisi Konstruksi batang yang digunakan untuk pengujian adalah Batang Kontiniue (Engsel-Roll-Roll). Besarnya Defleksi hasil pengujian (????????) dan hasil perhitungan (????????) dapat dilihat Aluminium (????????) (L1 : 0,517, 0,538, 0,392) (L2 : 0,392, 0,538, 0,517) untuk (????????) (L1 : 0,492, 0,515, 0,377) (L2 : 0,377, 0,515, 0,492) dan Baja (????????) (L1 : 0,186, 0,197, 0,142) (L2 : 0,142, 0,197, 0,186) untuk (????????) (L1 : 0,179, 0,188, 0,137) (L2 : 0,137, 0,188, 0,179) Dari hasil pengujian dan perhitungan defleksi diperoleh besar defleksi pada bentang L_1 (Engsel-Roll-Roll) sama dengan besar defleksi pada bentangan L_2 (Roll-Roll) hal ini terjadi sebab pada tumpuan 1 dan tumpuan 3 tidak bekerja momen (M1 dan M2=0) Berdasarkan tabel diatas, diperoleh besar defleksi yang terjadi pada batang baja adalah lebih kecil bila dibandingkan dengan defleksi yang terjadi pada batang Aluminium. Abstract This study aims to determine bending moments, deflections or deflections as well as deviations in actual and theoretical analysis of steel and aluminum specimens. This study is limited by problem limitations, which only discuss deflection problems that occur in continuous rods (steel and aluminum) supported by three supports. This study aims to provide guidance to the reader to determine the actual and theoretical bending moments, deflections and deviations in this test. The method used to solve the problem in this study is the calculation of the moment that occurs at support 2 (M2) by using the Three Moment Equation. Calculation of deflection using the Moment Area Method and the Superposition Method The construction of the rods used for testing is the Continuous Bar (Hinges- Roll-Roll). The magnitude of the deflection test results (ya) and calculation results (yt) can be seen Aluminum (ya) (L1 : 0.517, 0.538, 0.392) (L2 : 0.392, 0.538, 0.517) for (yt) (L1 : 0.492, 0.515, 0.377) (L2 : 0.377, 0.515, 0.492) and Steel (y_a) (L1 : 0.186, 0.197, 0.142) (L2 : 0.142, 0.197, 0.186) for (yt) (L1 : 0.179, 0.188, 0.137) (L2 : 0.137, 0.188, 0.179) From the test results and deflection calculations, it is obtained that the deflection on the L_1 span (Hinges-Roll-Roll) is the same as the deflection on the L2 stretch (Roll-Roll). and M2=0 Based on the table above, it is obtained that the deflection that occurs in steel rods is smaller when compared to the deflections that occur in aluminum rods.
Analisa Pengaruh Root Gap Pada Proses Pengelasan Mig Terhadap Kekuatan Bending Dan Impact Pada Pipa Black Steel vini, Vini; Bondaris Palungan, Musa; Pasau, Kristiana
Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 6 (2023): Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Joi
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Research Indonesia (YAPRI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh root gap pada proses pengelasan MIG terhadap kekuatan bending dan impact pada pipa black steel. Penelitian ini dilakukan pada Laboratorium Ilmu Logam Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Kristen Indonesia Paulus Makassar. Metode yang digunakan adalah dengan membuat spesimen dengan Gap 1mm, 1,2mm, dan 1,4mm. Untuk mengetahui kekuatan material dilakukan uji mekanik dengan dimensi merujuk kepada standar ASTM E23-02 untuk uji bending dan ASTM A730 untuk uji impact. Root gap berpengaruh pada kekuatan bending, diketahui bahwa semakin besar gap pengelasan maka kekuatan bending akan semakin meningkat. Pada gap pengelasan 1 mm diketahui kekuatan bending sebesar 373,34 MPa, pada pengelasan dengan gap 1,2 mm sebesar 823,75 MPa dan pada gap pengelasan 1,4 mm kekuatan bendingnya sebesar 1073,96 MPa. Meskipun terjadi peningkatan tetapi kondisi maksimum terjadi pada spesimen tanpa proses pengelasan dengan nilai rata-rata kekuatan bending sebesar 1913,77 MPa.Root gap berpengaruh pada kekuatan Impact pada sambungan, semakin besar root gap maka semakin besar kekuatan impact yang ditunjukkan dengan harga impact bahan, pada gab pengelasan 1 mm diketahui harga impact 0,23 Joule/mm2, pada 1,2 mm harga impact sebesar 0,31 Joule/mm2 dan pada 1,4 mm harga impact sebesar 0,41 Joule/mm2 Abstract This study aims to analyze the effect of the root gap in the MIG welding process on the bending and impact strength of black steel pipes.This research has carried out at the Mechanical Engineering Metal Science Laboratory, Faculty of Engineering, Christian University of Indonesia Paulus Makassar. The method used is to make specimens with a Gap of 1 mm, 1.2 mm and 1.4 mm. To determine the strength of the material, a mechanical test was carried out with dimensions referring to ASTM E23-02 standards for bending tests and ASTM A730 for impact tests. The root gap affects the bending strength, it is known that the larger the welding gap, the bending strength will increase. At a welding gap of 1 mm, the bending strength was 373.34 MPa, for welding with a gap of 1.2 mm it was 823.75 MPa and at a welding gap of 1.4 mm the bending strength was 1073.96 MPa. Even though there was an increase, the maximum condition occurred in the specimen without a welding process with an average bending strength value of 1913.77 MPa. The root gap affects the Impact strength at the joint, the larger the root gap, the greater the impact strength as indicated by the material impact price. on a 1 mm welding gab, it is known that the impact value is 0.23 Joule/mm2, at 1.2 mm the impact value is 0.31 Joule/mm2 and at 1.4 mm the impact value is 0.41 Joule/mm2.
Karakteristik Hrs-Base Menggunakan Agregat Batu Sungai To Magelli Kecamatan Balusu Kabupaten Barru Allo, Apriani Lomo Pole; Alpius, Alpius; Kamba, Charles
Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 6 (2023): Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Joi
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Research Indonesia (YAPRI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Perkembang sebuah kota dapat dilihat peningkatan jumlah penduduk,kepadatan bangunan,dan infrastruktur yang memadai.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik agregat, komposisi campuran HRS-Base, serta nilai karakteristik HRS-Base dalam pengujian Marshall Konvensional dengan menggunakan agregat dari Sungai ToMagelli berdasarkan pengujian Laboratorium. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode Marshall Konvensional untuk mendapatkan karakteristik campuran , memperoleh nilai Stabilitas Marshall Sisa (SMS). Hasil penelitian berdasarkan karakteristik agregat, memenuhi spesifikasi yang telah ditetapkan Bina Tahun 2018. Berdasarkan komposisi pada campuran HRS-BASE dengan komposisi agregat kasar 15,81%, agregat halus 66,00%, dan filler 7,39%. Berdasarkan hasil pengujian karakteristik Marshall Konvensional campuran HRS-Base diperoleh nilai dengan kadar aspal optimum 66,00%, VIM 4,89%, Stabilitas 1942,59kg, VMA 21,16%, VFB 73,47% dan MQ 474,96 kg. Abstract The development of a city can be seen from the increase in population, building density, and adequate infrastructure. This study aims to determine the characteristics of the aggregate, the composition of the HRS-Base mixture, and the value of the HRS-Base characteristics in the Conventional Marshall test using aggregate from the ToMagelli River based on Laboratory testing . The method used in this study is the Conventional Marshall method to obtain mixed characteristics, obtaining the value of Residual Marshall Stability (SMS). The results of the research based on aggregate characteristics met the specifications set by Bina in 2018. Based on the composition of the HRS-BASE mixture with a composition of 15.81% coarse aggregate, 66.00% fine aggregate and 7.39% filler. Based on the results of Marshall Conventional characteristic test of HRS-Base mix, the optimum asphalt content was 66.00%, VIM 4.89%, Stability 1942.59kg, VMA 21.16%, VFB 73.47% and MQ 474.96 kg.
Analisa Pengaruh Hambatan Samping Terhadap Biaya Operasional Kendaraan pada Ruas Jalan Perintis Kemerdekaan KM 12 Lopuhaa, Bethmarch C; Rachman, Rais; Radjawane, Louise Elizabeth
Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 6 (2023): Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Joi
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Research Indonesia (YAPRI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Ruas jalan Perintis Kemerdekaan KM 12 sering mengalami kepadatan volume lalu lintas yang cukup tinggi pada waktu tertentu akibat banyaknya aktivitas disisi jalan seperti kendaraan parkir dan berhenti untuk menurunkan dan menaikkan penumpang, jumlah kendaraan keluar masuk pada jam pergi dan pulang kantor, ditambah jumlah pejalan kaki yang berjalan atau menyeberang sepanjang segmen jalan serta arus kendaraan yang bergerak lambat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui bagaimana kinerja (volume, kecepatan, dan kapasitas) pada kondisi jam puncak menggunakan metode Pedoman Kapasitas Jalan Indonesia 2014 dan bagaimana pengaruh hambatan samping terhadap biaya operasional kendaraan menggunakan metode yang dikembangkan oleh LAPI-ITB 1997. Volume lalu lintas tertinggi sebesar 4977,3 skr/jam dengan kecepatan rata-rata 8,41 km/jam, kapasitas ruas jalan 1753,5 skr/jam dan derajat kejenuhan 2,84. Pengaruh jumlah frekuensi hambatan samping terhadap biaya operasional kendaraan adalah 27,4%. Semakin tinggi frekuensi hambatan samping, maka biaya operasional kendaraan akan semakin tinggi. Abstract The Perintis Kemerdekaan KM 12 road section often experiences quite high traffic volume density at certain times due to the many activities on the side of the road such as vehicles parking and stopping to drop off and pick up passengers, the number of vehicles going in and out during hours going to and from work, plus the number of pedestrians walking or crossing along road segments as well as slow moving traffic. The purpose of this study was to find out how the performance (volume, speed, and capacity) during peak hour conditions used the 2014 Indonesian Road Capacity Guidelines method and how side friction affected vehicle operating costs using the method developed by LAPI-ITB 1997. The highest traffic volume was 4977.3 cur/hour with an average speed of 8.41 km/hour, the road capacity is 1753.5 cur/hour and the degree of saturation is 2.84. The effect of the number of side friction frequencies on vehicle operating costs is 27.4%. The higher the frequency of side friction, the higher the operational costs of the vehicle
Penyelidikan Tanah Menggunakan Metode N-Spt dan Pengujian Sondir (Studi Kasus Pembangunan Mall Pelayanan Publik Kota Makassar) Julianto, Anugrah; Wong, Irwan Lie Keng; Apriyani, Ika
Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 6 (2023): Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Joi
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Research Indonesia (YAPRI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Penyelidikan tanah memegang peranan penting dalam pembangunan konstruksi bangunan sipil dan merupakan salah satu persyaratan yang wajib dilakukan dalam perencanaan konstruksi bangunan bawah. Tanah dari pandangan ilmu Teknik Sipil merupakan himpunan mineral, bahan organik dan endapan-endapan yang relative lepas (loose) yang terletak di atas batu dasar (bedrock). Tanah didefinisikan secara umum adalah kumpulan dari bagian-bagian yang padat dan tidak terikat antara satu dengan yang lain rongga-rongga diantara material tersebut berisi udara dan air (Verhoef,1994). Ikatan antara butiran yang relatif lemah dapat disebabkan oleh karbonat, zat organik, atau oksida-oksida yang mengendap-ngendap diantara partikel-partikel. Ruang diantara partikel-partikel dapat berisi air, udara, ataupun yang lainnya. CPT atau dikenal dengan uji sondir merupakan penyelidikan tanah dilapangan yang banyak digunakan di Indonesia. Pengujian SPT atau sering disebut uji boring merupakan pengujian yang bertujuan untuk mengetahui besar perlawanan dinamik dari tanah dengan teknik penumbukan. Tanah merupakan peranan penting dalam suatu pekerjaan konstruksi. Semua bangunana umunya dibuat di atas dan di bawah permukaan tanah, maka dari itu diperlukan perencanaan pondasi yang mampu menyalurkan beban dari bangunan atas ke tanah. Untuk menentukan dan mengklasifikasikan tanah diperlukan suatu pengamatan lapangan, jika mengandalkan pengamatan di lapangan, maka kesalahan-kesalahan yang disebabkan oleh perbedaan pengamatan perorangan akan menjadi sangat besar. Untuk memperoleh hasil klasifikasi yang objektif, biasanya tanah itu dibagi dalam tanah berbutir kasar dan berbutir halus berdasarkan suatu analisis mekanis. Selanjutnya tahap klasifikasi tanah berbutir halus diadakan berdasarkan percobaan konsistensi. Hardiyatmo menjelaskan bahwa penyelidikan mendetail dengan pengeboran yang diikuti dengan pengujian di laboratorium dan atau di lapangan, selalu dilakukan untuk penyelidikan tanah pada proyek-proyek besar, seperti gedung bertingkat, jembatan, bendungan, bangunan bangunan industri, dan lain lainnya. Bergantung pada maksud dan tujuannya, penyelidikan dapat dilakukan dengan cara menggali lubang uji (test-pit), pengeboran, dan uji secara langsung di lapangan (in-situ test). Dari data yang diperoleh, sifat-sifat teknis dipelajari, kemudian digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam menganalisis kapasitas dukung dan penurunan. Abstract Soil from the view of Civil Engineering is a collection of minerals, organic matter and relatively loose deposits that lie on bedrock. Soil is defined in general as a collection of parts that are solid and not bound to one another, the voids between these materials are filled with air and water (Verhoef, 1994). The relatively weak bonds between the grains can be caused by carbonates, organic matter, or oxides precipitating between the particles. The space between the particles can contain water, air, or something else. CPT or known as the sondir test is a field soil investigation that is widely used in Indonesia. The SPT test or often called the boring test is a test that aims to determine the dynamic resistance of the soil using the impact technique. Soil is an important role in a construction work. All buildings are generally made above and below ground level, therefore it is necessary to design a foundation that is able to transfer the load from the superstructure to the ground. To determine and classify soil, a field observation is needed. If you rely on field observations, the errors caused by differences in individual observations will be very large. In order to obtain objective classification results, the soils are usually divided into coarse-grained and fine-grained soils based on a mechanical analysis. Furthermore, the fine-grained soil classification stage was held based on consistency experiments. Hardiyatmo explained that a detailed investigation by drilling followed by testing in the laboratory and/or in the field is always carried out for soil investigations on large projects, such as high-rise buildings, bridges, dams, industrial buildings, and others. Depending on the aims and objectives, investigations can be carried out by digging test pits, drilling and in-situ tests. From the data obtained, the technical properties are studied, then used as a material consideration in analyzing the carrying capacity and settlement
Hubungan Nilai Cbr Laboratorium Dan Dcp Pada Tanah Dasar Parrangan, Dedes; Wong, Irwan Lie Keng; Apriyani, Ika
Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 6 (2023): Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Joi
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Research Indonesia (YAPRI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Dalam setiap aspek perkembangan tanah selalu memiliki peranan penting. Tanah menjalankan perannya dalam bidang konstruksi sebagai salah satu komponen dan tempat berdirinya suatu konstruksi. Untuk mengetahui daya dukung tanah dasar, salah satu cara yang dapat digunakan adalah dengan melakukan uji CBR (California Bearing Ratio). Walaupun pengujian CBR dapat dilakukan di laboratorium, namun pada saat proses pengambilan contoh tanah di lapangan sering menemui beberapa kendala terkait kondisi wilayah, jarak antara lokasi dengan laboratorium, keterbatasan transportasi dan ketersediaan alat pengujian. Oleh karena itu diperlukan pengujian alternatif untuk mendapatkan nilai CBR secara cepat dan efisien di lapangan. Salah satu alternatifnya adalah dengan menggunakan alat DCP (Dynamic Cone Penetrometer). Maka dari hasil analisa dari 10 titik pada ruas Moncongloe Bulu, Kecamatan Moncongloe Bulu, Kelurahan Moncongloe Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Berdasarkan metode AASHTO tanah tersebut diklasifikasikan dalam jenis tanah A-7-5 dan A-7-6 tanah berlempung, Dari hubungan CBR Laboratorium dan CBR Lapangan didapatkan persamaan y = 0,0024x + 1,4247 dan memiliki koefisien korelasi (r) = 0,064573 maka dapat disimpulkan hubungan antara nilai CBR Laboratorium dan nilai CBR Lapangan memiliki Hubungan Langsung Positif Lemah. dan koefisien determinasi (R²) = 0,0042 menunjukkan akurasi model tidak baik, ini menjukkan bahwa nilai CBR Laboratorium tidak ada hubungan yang signifikan dengan CBR lapangan dikarenakan perendaman tanah selama 4 hari. Abstract In every aspect of land development always has an important role. Land performs its role in the field of construction as one of the components and as a place for a construction to stand. To find out the bearing capacity of subgrade, one of the methods that can be used is to do a CBR (California Bearing Ratio) test. Although CBR testing can be carried out in the laboratory, during the process of taking soil samples in the field, it often encounters several difficulties related to regional conditions, the distance between the location and the laboratory, transportation limitations and the availability of testing equipment. Therefore, alternative testing is needed to get CBR values ​​quickly and efficiently in the field. One alternative is to use a DCP (Dynamic Cone Penetrometer) tool. So from the results of an analysis of 10 points on the Moncongloe Bulu segment, Moncongloe Bulu District, Moncongloe Village, Maros Regency, South Sulawesi. Based on the AASHTO method, the soil is classified into soil types A-7-5 and A-7-6 clay soil. From the relationship between CBR Laboratory and CBR Field, the equation is y = 0.0024x + 1.4247 and has a correlation coefficient (r) = 0 .064573, it can be concluded that the relationship between Laboratory CBR values ​​and Field CBR values ​​has a Weak Positive Direct Relationship. and the coefficient of determination (R²) = 0.0042 indicates poor model accuracy, this indicates that the laboratory CBR value has no significant relationship with field CBR due to soil soaking for 4 days.
Pengaruh Fly Ash Dan Tempurung Kelapa Sebagai Bahan Substitusi Pada Beton Normal Songko, Imelda; Phengkarsa, Frans; Febriani, Lisa; Wong, Irwan Lie Keng
Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 6 (2023): Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Joi
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Research Indonesia (YAPRI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Beton merupakan suatu campuran yang terdiri dari agregat halus, agregat kasar, air dan semen yang menjadi pengikat dan disatukan dalam perbandingan tertentu. Pada penelitian ini digunakan tempurung kelapa dan fly ash sebagai bahan substitusi pada beton normal dengan mutu rencana 25 MPa. Variasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah variasi normal, 3%, 3,5% dan 4% yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh dan perbandingan dari fly ash dan tempurung kelapa sebagai bahan substitusi. Pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu pengujian kuat tekan, kuat tarik belah, kuat lentur, dan pengujian modulus elastisitas beton. Dari hasil pengujian diperoleh nilai rata – rata kuat tekan beton pada umur 28 hari sebesar 25,412 MPa, 28, 264 MPa, 25,059 MPa, dan 20,656 Mpa. Nilai pengujian kuat tarik belah beton umur 28 hari diperoleh nilai rata - rata sebesar 2,734 MPa, 2,875 Mpa, 2,640 Mpa dan 2,451 Mpa. Nilai rata – rata pengujian kuat lentur beton umur 28 hari diperoleh berturut – turut sebesar 2,871 MPa, 2,921 MPa, 2,770 MPa dan 2,619 MPa. Dan nilai rata – rata pengujian modulus elastisitas beton umur 28 hari diperoleh sebesar 23631,659; 23846,63; 23585,448; dan 23319,164 Kata Kunci : , , , , Abstract Concrete is a mixture consisting of fine aggregate, coarse aggregate, water and cement which become binders and are put together in a certain ratio. In this study, coconut shell and fly ash were used as substitute materials for normal concrete with a plan quality of 25 MPa. The variations used in this study are normal variations, 3%, 3.5% and 4% which aim to determine the effect and comparison of fly ash and coconut shell as substitution materials. The tests carried out in this study are testing compressive strength, tensile strength, flexural strength, and testing the modulus of elasticity of concrete. From the test results, the average compressive strength of concrete at the age of 28 days was 25.412 MPa, 28, 264 MPa, 25.059 MPa, and 20.656 Mpa. The tensile strength test value of 28-day-old concrete obtained average values of 2,734 MPa, 2,875 Mpa, 2,640 Mpa and 2,451 Mpa. The average value of the 28-day concrete flexure test was obtained respectively of 2,871 MPa, 2,921 MPa, 2,770 MPa and 2,619 MPa. And the average value of testing the modulus of elasticity of 28-day-old concrete was obtained at 23631,659; 23846,63; 23585,448; and 23319,164.
Analisis Perbandingan Pelat Dengan Balok Dan Pelat Tanpa Balok Payung, Keren Tangke; Tanijaya, Jonie; Sanggaria, Olan Jujun; Wong, Irwan Lie Keng
Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 6 (2023): Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Joi
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Research Indonesia (YAPRI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Setiap gedung memiliki elemen struktur yang disebut sebagai pelat dengan fungsi sebagai lantai atau atap. Pelat membentuk satu kesatuan struktur dengan elemen struktur lainnya seperti balok dan kolom, yang kemudian disebut sebagai sistem pelat. Pelat dengan balok (konvensional) merupakan pelat dengan balok yang sering dijumpai pada bangunan pada umumnya, yaitu pelat yang ditumpu oleh balok sebelum kemudian beban dari pelat tersebut ditransfer ke kolom atau pondasi. Sedangkan pelat tanpa balok (flat plate) merupakan jenis pelat dua arah tanpa balok yang langsung menumpu pada kolom. Pelat tanpa balok dapat mengurangi ketinggian struktur dan waktu pengerjaan konstruksi. Namun, pelat tanpa balok membutuhkan pelat yang lebih tebal dari biasanya untuk mengatasi lendutan. Dalam tugas akhir ini, suatu struktur beton bertulang sekolah 3 lantai akan ditinjau pada lantai 2 dengan bentang 5000 mm x 6000 mm. Dan akan dibandingkan tebal pelat, tulangan pelat, dan juga lendutan pada pelat. Analisis dan desain menggunakan metode Direct Design Method dengan memperhitungkan akibat beban gravitasi (beban mati dan beban hidup). Dari hasil analisis, lendutan pada pelat tanpa balok lebih besar dibandingkan pelat dengan balok, dimana semakin tebal pelatnya maka nilai lendutan pelat akan semakin kecil dan jarak tulangan akan semakin rapat. Abstract Each building has structural elements known as slabs that function as floors or roofs. Slabs form a single structural unit with other structural elements such as beams and columns, which are then referred to as slab systems. Plates with beams (conventional) are plates with beams that are often found in buildings in general, namely plates that are supported by beams before then the load from the plates is transferred to the columns or foundations. While the plate without beams (flat plate) is a type of two-way plate without beams which directly supports the column. Slabs without beams can reduce the height of the structure and construction time. However, slabs without beams require thicker slabs than usual to overcome deflections. In this final project, a 3-storey school reinforced concrete structure will be examined on the 2nd floor with a span of 5000 mm x 6000 mm. And will be compared plate thickness, plate reinforcement, and also the deflection on the plate. Analysis and design using the Direct Design Method by taking into account the effects of gravity loads (dead loads and live loads). From the results of the analysis, the deflection on the slab without beams is greater than the slab with beams, where the thicker the slab, the smaller the deflection value of the plates and the spacing of the reinforcement bars will be denser
Perbandingan Kapasitas Pelat dengan Balok dan Pelat Tanpa Balok dengan Drop Panel Bua’, Stevany Arrang; Tanijaya, Jonie; Sanggaria, Olan Jujun; Wong, Irwan Lie Keng
Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Vol 6 (2023): Prosiding Seminar Nasional Sinergitas Multidisiplin Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Joi
Publisher : Yayasan Pendidikan dan Research Indonesia (YAPRI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak Sistem struktur pelat dan balok biasa (konvensional) merupakan bagian struktur bangunan yang menahan beban permukaan (beban vertikal), biasanya mempunyai arah horisontal, dengan permukaan atas dan bawahnya sejajar. Sedangkan pelat tanpa balok dengan drop panel atau disebut juga lantai cendawan adalah pelat beton bertulang yang langsung ditumpu oleh kolom-kolom, dicirikan dengan tidak adanya balok sepanjang garis kolom dalam, namun balok tepi luar boleh jadi ada atau tidak disesuaikan dengan kebutuhan. Pelat dengan balok dan pelat tanpa balok dengan drop panel direncanakan seragam dengan dimensi 6000x5000 mm sebanyak 9 panel, dengan mutu beton 25 Mpa, mutu tulangan 420 Mpa dan berdasarkan ketentuan SNI 1727:2020, SNI 2847:2019 dan SNI 2052:2017. Analisis pelat menggunakan metode portal ekivalen dan Microsoft Excel.Berdasarkan hasil analisis nilai perbandingan yang diperoleh dari kedua pelat ialah, jika menggunakan tebal pelat yang sama yaitu sebesar =170 mm didapatkan lendutan pada pelat dengan balok sebesar = 1,715 mm, sedangkan pada pelat tanpa balok dengan drop panel didapatkan lendutan sebesar = 3,819 mm. Adapun, jika menggunakan lendutan yang sama yaitu = 1,186 mm didapatkan tebal pelat pada pelat dengan balok =180 mm, sedangkan pada pelat tanpa balok dengan drop panel didapatkan tebal pelat =211,454 mm. Abstract An ordinary (conventional) plate and beam structural system is a part of a building structure that resists surface loads (vertical loads), usually in a horizontal direction, with the upper and lower surfaces parallel. Meanwhile, slabs without beams with drop panels or also known as mushroom floors are reinforced concrete slabs directly supported by columns, characterized by the absence of beams along the inner column line, but the outer edge beams may or may not be adjusted as needed. Slabs with beams and slabs without beams with drop panels are designed to be uniform with dimensions of 6000x5000 mm for 9 panels, with 25 MPa concrete quality, 420 MPa reinforcement quality and based on the provisions of SNI 1727:2020, SNI 2847:2019 and SNI 2052:2017. Plate analysis using the equivalent portal method and Microsoft Excel. Based on the analysis results, the comparative value obtained from the two plates is, if using the same plate thickness, i.e. =170 mm, the deflection on the plate with beams is ∆cr= 1.715 mm, while on the plate without beams with drop panels, the deflection is ∆cr = 3.819 mm. Meanwhile, if you use the same deflection, namely ∆cr= 1.186 mm, you get a plate thickness of the plate with beams =180 mm, while on the plate without beams with drop panels, you get a plate thickness of =211,454 mm.