Articles
9 Documents
Search results for
, issue
"Vol 4 No 2 (2021): Volume 4 Nomor 2, Juli - Desember 2021"
:
9 Documents
clear
DI/TII DI POLEANG: 1953-1965
Diky Fikriansyah;
Ali Hadara;
Aswati Aswati
Journal Idea of History Vol 4 No 2 (2021): Volume 4 Nomor 2, Juli - Desember 2021
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33772/history.v4i2.1452
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendeskripsikan awal masuknya DI/TII di Poleang. (2) Untuk Menjelaskan struktur komando pada pasukan DI/TII selama di Poleang. (3) Menjelaskan Gerakan yang dilakukan oleh DI/TII selama di Poleang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode sejarah yang terdiri dari lima tahap penelitian, yaitu: (a) Pemilihan topik, terbagi dua bagian yaitu kedekatan emosional dan kedekatan intelektual, (b) Heuristik sumber, terdiri dari studi dokumen, studi kepustakaan, wawancara, dan pengamatan, (c) Verifikasi sumber, yang dilakukan melalui kritik eksteren dan kritik interen, (d) Interpretasi sumber, yang dilakukan dengan analisis data dan sintesis, (e) Historiografi, yang dilakukan secara sistematis dan objektif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) Awal masuknya DI/TII di Poleang tidak terlepas dari masuknya DI/TII di Sulawesi Tenggara yang dimulai dengan masuknya gerakan ini di wilayah Tondonbasi, Kolaka Utara, hingga akhirnya tiba di Poleang. (2) Setelah DI/TII berhasil masuk di Poleang, langkah selanjutnya adalah membentuk struktur komando yang bermarkas di daerah Poleang. (3) Gerakan yang dilakukan oleh DI/TII selama di Poleang adalah mendirikan markas sebagai pusat gerakan agar lebih tertata dan terarah serta mengembangkan bidang pendidikan yang membuat Gerakan DI/TII ini semakin berkualitas.
BENTENG LIAMOPUTE DI KECAMATAN TONGKUNO KABUPATEN MUNA : 1575-1968
Marlini Marlini;
La Ode Ali Basri;
Hamuni Hamuni
Journal Idea of History Vol 4 No 2 (2021): Volume 4 Nomor 2, Juli - Desember 2021
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33772/history.v4i2.1453
Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan latar belakang pembangunan Benteng Liamopute dan fungsi Benteng Liamopute yang terletak di Kecamatan Tongkuno (Kabupaten Muna). Selain membahas latar belakang dan fungsinya, penelitian ini juga akan menguraikan benda-benda peninggalan sejarah yang terdapat di Benteng Liamopute. Penelitian ini menggunakan metode sejarah menurut Louis Gottschalk dengan melalui empat tahapan kerja antara lain: heuristik atau pengumpulan sumber, kritik sumber, interpretasi sumber, dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa latar belakang pembangunan Benteng Liamopute yang berlokasi di Kecamatan Tongkuno bertujuan untuk membentengi diri atau sebagai benteng pertahanan dan keamanan masyarakat di masa lalu. Benteng Liamopute dibangun pada masa pemerintahan Lapatola Kamba yakni pada tahun 1575. Benteng ini memiliki letak yang strategis dimana berada di atas bukit dengan dikelilingi oleh jurang yang cukup curam sehingga sangat urgen untuk menjadi tempat persembunyian para pasukan perang dari kalangan musuh. Alasan masyarakat di masa itu memberikan nama “Liamopute” sebagai nama Benteng Liamopute dikarenakan gua yang berada di sekitaran benteng tersebut memiliki dinding yang berwarna putih. Sejak tahun 1968 hingga masa kini, Benteng Liamopute digunakan sebagai tempat kunjungan wisata sejarah bagi masyarakat Muna bahkan masyarakat dari luar Pulau Muna. Selain berfungsi sebagai kunjungan wisata, keberadaan Benteng Liamopute juga sangat membantu ingatan masyarakat Muna melalui benda-benda peninggalan sejarah yang berada di benteng tersebut. Peninggalan sejarah yang terdapat di dalam maupun di luar Benteng Liamopute terdiri atas bangunan fisik Benteng Liamopute, pintu masuk Benteng Liamopute, koinaha (tapak kaki), koburu (kuburan), Gua Liamopute, dan benda-benda peninggalan sejarah lainnya.
PERAN SULTAN DAYANU IKHSANUDDIN DALAM PENYEBARAN AGAMA ISLAM DI BARATA KULISUSU: 1597-1631
Rini Hidhayati;
Hayari Hayari
Journal Idea of History Vol 4 No 2 (2021): Volume 4 Nomor 2, Juli - Desember 2021
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33772/history.v4i2.1454
Artikel ini mengkaji tentang peran Sultan Dayanu Ikhsanuddin dalam penyebaran agama Islam di Barata Kulisusu: 1597-1631 dengan tujuan untuk: (1) Mengetahui proses masuknya Agama Islam di Barata Kulisusu (2) Mengetahui peran Sultan Dayanu Ikhsanuddin dalam menyebarkan agama Islam di Barata Kulisusu (3) Mengetahui dampak penyebaran agama Islam terhadap kehidupan masyarakat di Barata Kulisusu. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari lima tahapan yakni: (1) Pemilihan topik, (2) Heuristik sumber, (3) Verifikasi sumber, (4) Interpretasi, dan (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan, (1) Masuknya agama Islam di Barata Kulisusu pada masa Sultan Dayanu Ikhsanuddin dibawa oleh Syekh Gau Malanga/Buraku. Terjadinya proses islamisasi di Barata Kulisusu ketika Syekh Gau Malanga/Buraku mulai mengikuti ajaran dan menikah dengan masyarakat pribumi. Pernihakan Syekh Gau Malanga/Buraku mendapat kepercayaan dari masyarakat terutama dari anggota keluarga dan kerabat dekat istrinya. Posisi inilah yang digunakan Syekh Gau Malanga/Buraku untuk menanamkan ajaran Islam pada masyarakat Kulisusu secara perlahan-lahan sampai akhirnya Islam menjadi agama yang dianut masyarakat Kulisusu. (2) Peran Sultan Dayanu Ikhsanuddin dalam penyebaran Islam di Barata Kulisusu melaui jalur pernikahan dengan Wa Ode Bilahi (3) Penyebaran agama Islam memiliki dampak dalam kehidupan masyarakat Kulisusu yaitu: sosial, politik, serta ekonomi.
SENJATA TRADISIONAL KINIA (PERISAI): BENTUK, STRUKTUR DAN FUNGSI BAGI SUKU TOLAKI DI SULAWESI TENGGARA
Basrin Melamba;
Marwati Marwati;
Muhammad Sabaruddin Sinapoy;
Syahrun Syahrun
Journal Idea of History Vol 4 No 2 (2021): Volume 4 Nomor 2, Juli - Desember 2021
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33772/history.v4i2.1456
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan identitas senjata tradisional kinia (perisai atau tameng) dari segi bentuk, struktur, bahan atau kelengkapan, model, dan fungsi kinia bagi suku Tolaki di Sulawesi Tenggara. Senjata kinia khususnya dipakai oleh kaum pria, terutama dari kalangan Raja (Mokole/Bokeo), bangsawan (anakia), dan para kesatria (Tamalaki dan Tadu). Kinia merupakan salah satu peralatan perang (momuho) yang berfungsi sebagai alat pelindung atau pertahanan pada suku Tolaki. Kinia terbuat dari kayu ringan (taliawa) yang berukuran kecil. Kinia sejenis perisai tongkat berbentuk memanjang (lonjor) dan pegangannya dihiasi dengan rambut serta cara penggunaannya yakni digenggam dengan tangan. Kinai memiliki panjang 60-75 cm dan lebar 20-30 cm. Pada bagian dalam kinia terdapat gagang tempat pegangan para Tamalaki dan Tadu. Sedangkan pada bagian pinggir dan luar diukir dengan motif pinetobo atau pinengisi olipa. Pada masa lalu kinia memiliki fungsi pertahanan, sosial, dan religi bagi para Tamalaki dan Otadu. Di masa kini, fungsi kinia telah pengalami perubahan yakni lebih kepada fungsi kesenian berupa tarian umoara.
KEKRISTENAN DI KOTA RAHA: 1909-1950
Lili Samrila;
Fatma Fatma
Journal Idea of History Vol 4 No 2 (2021): Volume 4 Nomor 2, Juli - Desember 2021
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33772/history.v4i2.1457
Masalah penelitian ini adalah: (1) Apa yang melatar belakangi kekristenan di Kota Raha pada 1909-1950? (2) Bagaimana perkembangan kekristenan di Kota Raha pada 1909-1950? (3) Apa saja dampak Kekristenan di Kota Raha pada 1909-1950? Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari lima tahap kegiatan yaitu, sebagai berikut: (1) Pemilihan Topik, (2) Heuristik Sumber, (3) Verifikasi Sumber, (4) Interpretasi Sumber, (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Kekristenan di Kota Raha dilatarbelakangi oleh datangnya pastor P.I Onel sebagai langkah awal untuk memberikan pelayanan pada masyarakat yang kurang mampu berupa bantuan sandang dan pangan. Jalur penyebaran agama Kristen di pulau Muna berawal dari penyebaran ajaran Kristen oleh Pastor Asselberg yang menjadi pastor pertama di Makassar serta beberapa pembaptisan pada 1912 oleh seorang Putra dari David Salmon Pella, seorang pendiri organisator dan koordinator umat Katolik di Raha; (2) Perkembangan Agama Katolik di Kota Raha pada 1909-1942 terbagi menjadi tiga periode, yaitu (a) 1909-1930 saat Kristen Katolik diizinkan untuk melakukan misi di Pulau Muna, (b) 1942-1945 saat masa pendudukan Jepang, dan (c) 1945-1950 yang ditandai oleh penyebaran Kristen di luar Kota Raha melalui jalur pendidikan dan kesehatan; (3) Kekristenan di Kota Raha berdampak pada aspek sosial dan kebudayaan setempat.
TRADISI KAHAWOTINO LAMBU (MENEMPATI RUMAH BARU) PADA ETNIS MUNA DI DESA KORIHI, KECAMATAN LOHIA, KABUPATEN MUNA
Samsul Samsul;
La Ode Dirman;
Rahman Samusu;
Sitti Hermina
Journal Idea of History Vol 4 No 2 (2021): Volume 4 Nomor 2, Juli - Desember 2021
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33772/history.v4i2.1458
Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menggambarkan eksistensi tradisi kahawotino lambu pada etnis Muna di Desa Korihi Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna; 2) menjelaskan pola pewarisan tradisi kahawotino lambu di Desa Korihi Kecamatan Lohia Kabupaten Muna. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah observasi atau pengamatan, yaitu peneliti terjun langsung ke lapangan untuk memperoleh data dan mengumpulkan data. Proses pada kegiatan ini lebih ditekankan pada ketelitian dalam eksistensi dan pola pewarisan tradisi kahawotino lambu. Wawancara dilakukan dengan menggali informasi secara mendalam tentang eksistensi dan pola pewarisan tradisi kahawotino lambu di Desa Korihi, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna dengan informan yang telah ditentukan. Dokementasi dilakukan agar dapat memperkuat data hasil dari wawancara dan observasi. Teknik penentuan informan dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik purposive sampling. Data dianalisis dengan teknik reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa tradisi kahawotino lambu merupakan tradisi memasuki rumah baru yang dilakukan oleh suku Muna ketika hendak menempati rumah baru. Tradisi ini oleh suku Muna dianggap sebagai salah satu bentuk rasa syukur kepada Allah Swt., atas rahmat dan rezeki. Tanggapan generasi muda terhadap tradisi kahawotino lambu saat ini, yaitu generasi muda sudah tidak terlalu mempercayai adanya kepercayaan terhadap nenek moyang, mereka beranggapan bahwa tradisi tersebut sudah tidak penting lagi dan mereka lebih mengikuti perkembangan zaman dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Adapun pola pewarisan tradisi kahawotino lambu di Desa Korihi Kecamatan Lohia Kabupaten Muna terdiri dari tiga cara, yaitu (1) melalui keluarga, (2) dengan berguru, dan (3) pewarisan dalam pertunjukan.
PELABUHAN RAHA KABUPATEN MUNA: 1986-2019
Nur Aini;
Ajeng Kusuma Wardani
Journal Idea of History Vol 4 No 2 (2021): Volume 4 Nomor 2, Juli - Desember 2021
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33772/history.v4i2.1462
Tujuan dalam penelitian ini meliputi: (1) Bagaimana latar belakang pembangunan pelabuhan Raha Kabupaten Muna (2) Bagaimana perkembangan pelabuhan Raha Kabupaten Muna: 1969-2019 (3) Bagaimana fungsi pelabuhan Raha Kabupaten Muna dalam jaringan pelayaran dan perniagaan (4) Bagaimana dampak adanya pelabuhan Raha Kabupaten Muna terhadap perekonomian masyarakat Muna. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini yaitu metode sejarah yang dikemukakan oleh Kuntowijoyo yang menjelaskan lima tahap penelitian sejarah yaitu sebagai berikut: (a) Pemilihan topik, (b) Heuristik sumber, (c) Verifikasi sumber, (d) Interpretas i sumber, (e) Historiografi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa: (1) Latar belakang pembangunan pelabuhan Raha berkembang sebagai pelabuhan penyeberangan yaitu melalui jalur pelayaran rakyat (PELRA) dengan menggunakan perahu motor kategori sedang dan kecil. Pada tahun 1970 pelabuhan Raha digunakan sebagai jalur penyeberangan, kemudian dikembangkan menjadi pusat kegiatan pelayaran dan perniagaan. (2) Perkembangan pelabuhan Raha Kabupaten Muna yaitu untuk menghubungkan Raha dengan daerah lain dengan menggunakan kapal kecil yang pengoperasiannya menggunakan teknologi sederhana hingga mengenal pelayaran modern. (3) Fungsi pelabuhan Raha Kabupaten Muna yaitu sebagai mata rantai dalam memperlancar kegiatan pendistribusian barang serta naik turunnya penumpang. (4) Dampak adanya pelabuhan Raha Kabupaten Muna adalah para pedagang masyarakat Muna, serta masyarakat secara umum semakin mudah untuk mendistribusikan barang dagangannya, terutama proses pengangkutannya atau pemasarannya di Kota Raha Kabupater Muna.
KESULTANAN BUTON PADA MASA PEMERINTAHAN SULTAN ANHARUDDIN: 1823-1824
Yuni H;
Aslim Aslim;
Faika Burhan
Journal Idea of History Vol 4 No 2 (2021): Volume 4 Nomor 2, Juli - Desember 2021
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33772/history.v4i2.1463
Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan profil Sultan Anharuddin yang menjadi Sultan Buton ke-28 pada tahun 1823-1824, untuk mengetahui proses pengangkatan Anharuddin sebagai Sultan Buton pada tahun 1823, serta untuk mengetahui kondisi Kesultanan Buton pada masa pemerintahan Sultan Anharuddin. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode sejarah yang terdiri dari lima tahap kegiatan, yaitu: (a) Pemilihan topik; (b) Heuristik sumber; (c) Verifikasi sumber; (d) Interpretasi, dan (e) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sultan Anharuddin atau La Dani, yang lahir pada tanggal 4 Rajab 1152 Hijriah, merupakan keturunan bangsawan dari golongan Tapi-Tapi. Orang tua Sultan Anharuddin bernama La Masalimu dan ibunya bernama Wa Ode Bawine Putri Kapitalao Itembana Walanda La Ode Ungkuabuso. Sultan Anharuddin menikah dengan Wa Ode Mufti. Anak Sultan Anharuddin dan Wa Ode Mufti adalah Wa Ode Baawu, Wa Ode Moha Raja Tiworo, Wa Ode Ramli Wolowo, Wa Ode Hinusu, Sapati Baadia, dan Wa Ode Aidi Baluna Kapitalao Waale-ale. Proses pengangkatan Anharuddin sebagai Sultan Buton dilakukan setelah Sultan Anharuddin berhasil mengusir Bajak Laut Tobelo. Pemerintahan Sultan Anharuddin sebagai seorang sultan tidak berjalan dengan baik. Hal ini terjadi karena Sultan Anharuddin tidak bersedia menjalankan isi kontrak Dewan Syara Kesultanan Buton dengan pemerintah Belanda sehingga keadaan ekonomi, sosial, dan budaya pada masa pemerintahannya tidak berjalan dengan baik. Kondisi pertahanan dan keamanan Kesultanan Buton pada masa pemerintahan Sultan Anharuddin juga kurang kondusif.
PERJUANGAN MASSALINRI DAENG MALLIRA DALAM MENENTANG BELANDA DI KERAJAAN TELLU LIMPOE: 1861-1871
Yelda Yanti;
Arman Arman
Journal Idea of History Vol 4 No 2 (2021): Volume 4 Nomor 2, Juli - Desember 2021
Publisher : Jurusan Ilmu Sejarah Fakultas Ilmu Budaya Universitas Halu Oleo
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.33772/history.v4i2.1466
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menjelaskan latar belakang masuknya Belanda di Kerajaan Tellu Limpoe, (2) Menjelaskan alasan Massalinri Daeng Mallira menentang Kolonial Belanda di Kerajaan Tellu Limpoe pada tahun 1861-1871, (3) Menjelaskan strategi Massalinri Daeng Mallira dalam menentang Kolonial Belanda di Kerajaan Tellu Limpoe. Penelitian ini menggunakan metode sejarah dengan tahapan-tahapan kerja sebagai berikut: (1) pemilihan topik, (2) pengumpulan sumber, (3) kritik sumber, (4) Interpretasi sumber, (5) Historiografi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) Belanda masuk di Sinjai pada tahun 1636 melalui ekspansi wilayah dengan menjalankan politik devide et impera (politik pecah belah). Kerajaan-kerajaan di Sinjai menentang upaya Belanda untuk memisahkan hubungan persatuan antarkerajaan yang ada di Sulawesi Selatan. Rakyat Sinjai tetap berupaya berpegang pada perjanjian Topekkong. Kolonial Belanda kemudian menyerang Kerajaan Tellu Limpoe dan berhasil menguasainya. Pasukan Sinjai pada masa itu dipimpin oleh Andi Mandasini dan Baso Kalaka pada tahun 1859. (2) Alasan Massalinri Daeng Mallira menentang Belanda di Kerajaan Tellu Limpoe karena tidak tahan dengan perlakuan Belanda terhadap rakyat Tellu Limpoe, selain karena faktor siri, faktor agama dan faktor ekonomi, Belanda juga menngganti sistem pemerintahan tradisional menjadi sistem pemerintahan Kolonial, mengadakan pemecatan raja-raja dan mengadakan pembuatan jalan yang dikerjakan oleh rakyat Tellu Limpoe dengan upah rendah, (3) Strategi yang ditempuh Massalinri Daeng Mallira dalam menentang Belanda di kerajaan Tellu Limpoe yakni bergerilya. Massalinri juga melakukan penyerangan selama tiga kali. Pada tahun 1863 perang yang dilakukan akhirnya menewaskan Raja Bulo-bulo yaitu Abd. Ganing yang diangkat oleh Belanda. Massalinri juga berhasil melumpuhkan pasukan Belanda dalam penyerangannya di Cakeppong. Penyerangan kedua dilakukan pada tahun 1870 dengan cara bergerilya dan berhasil melumpuhkan pasukan Belanda di tempat pangkalan militer yaitu di gerbang Benteng Balangnipa. Perang ketiga terjadi pada tahun 1871 dan merupakan akhir perjuangan Massalinri. Pada perang ketiga, pasukan Belanda berhasil melumpuhkan pasukan Massalinri dan menewaskan Massalinri Daeng Mallira tepatnya di Cappa Galung (diujung sawah) Bola Roman, Bikeru.