cover
Contact Name
Soni Akhmad Nulhaqim
Contact Email
jkrk.fisip@gmail.com
Phone
+6281322312268
Journal Mail Official
jkrk.fisip@gmail.com
Editorial Address
Pusat Studi Konfilk dan Resolusi Konflik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Padjadjaran Gedung A FISIP-UNPAD Lt. 2 Jl. Raya Bandung Sumedang km 21 Jatinangor, Sumedang
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik
ISSN : 26558823     EISSN : 26561786     DOI : https://doi.org/10.24198/jkrk.v1i1
Fokus dan Ruang Lingkup Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik yakni memuat hasil-hasil penelitian lapangan dan dan atau kajian pustaka mengenai isu-isu konflik dan resolusi konflik di tingkat nasional, regional dan internasional.
Articles 5 Documents
Search results for , issue "Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik" : 5 Documents clear
TEKNOLOGI DIGITAL DALAM UPAYA MEDIASI KONFLIK SOSIAL: KAJIAN LITERATUR NARATIF Jatnika, Dyana Chusnulitta; Adiansah, Wandi; Jatnika, Dimas Dwiki
Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkrk.v7i1.60615

Abstract

Perkembangan teknologi digital yang pesat telah membawa perubahan dan dampak terhadap manajemen resolusi konflik. Pemanfaatan kecerdasan buatan atau AI dalam resolusi konflik, salah satunya, menangani konflik sosial yang berpotensi dipincu oleh disinformasi pada media sosial. Artikel ini bertujuan untuk mengeksplorasi peran kecerdasan buatan dalam upaya penanganan konflik sosial, khususnya disinformasi pada media sosial. Penelitian ini menggunakan metode studi kepustakaan dengan menganalisis literatur yang relevan. Hasil kajian menunjukkan bahwa teknologi digital dalam bentuk kecerdasan buatan mampu memberikan dampak terhadap upaya mediasi konflik sosial. Seperti halnya pemanfaatan untuk analisis dinamika sosial, identifikasi potensi pemicu konflik, memfasilitasi komunikasi dan mediasi, serta membantu dalam perancangan strategi intervensi berbasis data. Namun, tantangan utama dalam implementasi teknologi digital untuk upaya mediasi konflik sosial diantaranya termasuk keterbatasan akses teknologi, potensi bias algoritma pada kecerdasan buatan, serta literasi digital dan resistensi masyarakat terhadap sistem otomatisasi dalam proses mediasi. Oleh karena itu, implementasi teknologi digital dalam upaya mediasi konflik digital perlu disertai dengan literasi digital yang tepat dan terukur. Kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan masyarakat sipil diperlukan untuk guna mendorong terciptanya strategi resolusi konflik yang holistik dan berkelanjutan.  The rapid development of digital technology has brought changes and impacts on conflict resolution management. One of its applications is the use of artificial intelligence (AI) in conflict resolution, particularly in addressing social conflicts potentially triggered by disinformation on social media. This article aims to explore the role of artificial intelligence in handling social conflicts, specifically disinformation on social media. This study employs a literature review method by analyzing relevant literature. The findings indicate that digital technology, in the form of artificial intelligence, can significantly impact social conflict mediation efforts. AI can be utilized for analyzing social dynamics, identifying potential conflict triggers, facilitating communication and mediation, and assisting in the design of data-driven intervention strategies. However, key challenges in implementing digital technology for social conflict mediation include limited access to technology, potential algorithmic bias in AI, as well as digital literacy and societal resistance to automation in mediation processes. Therefore, the implementation of digital technology in digital conflict mediation efforts must be accompanied by appropriate and measurable digital literacy. Collaboration between the government, academics, and civil society is essential to promote the development of a holistic and sustainable conflict resolution strategy.
KONFLIK ORANG TUA DENGAN REMAJA DALAM KELUARGA: MEDIA PEMBELAJARAN DAN PENGEMBANGAN KAPASITAS REMAJA DALAM MENGELOLA KONFLIK Santoso, Meilanny Budiarti; Nulhaqim, Soni Akhmad
Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkrk.v7i1.61064

Abstract

Relasi yang terbentuk di dalam keluarga tidak selalu berjalan baik, ada kalanya terjadi permasalahan berupa konflik di antara orang tua dengan anak terutama ketika anak memasuki usia remaja, yaitu ketika remaja mengalami perubahan secara signifikan dalam dirinya serta tuntutan sosial menuju usia dewasa. Konflik yang terjadi di antara orang tua dengan remaja dalam keluarga sejatinya dapat dijadikan sebagai media pembelajaran dan pengembangan kapasitas remaja dalam mengelola konflik. Metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Teknik studi literatur dilakukan terhadap sumber data yang digunakan yaitu berbagai referensi yang relevan dengan topik penelitian. Validasi dan analisis data dilakukan menggunakan analisis isi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengelolaan konflik yang terjadi di antara orang tua dengan remaja yang dilakukan dengan cara-cara yang konstruktif yaitu berupa negosiasi dan pelibatan pihak penengah, sehingga dapat menghasilkan solusi dalam penyelesaian konflik. Pengelolaan konflik secara konstruktif di antara orang tua dengan remaja dapat dijadikan sebagai strategi bagi orang tua dalam mensosialisasikan kepada remaja mengenai cara-cara menyelesaikan konflik, sehingga menjadi media pembelajaran dan pengembangan kapasitas pada diri remaja untuk dapat mengelola konflik di masa mendatang dalam lingkungan sosialnya.
URGENSI KEBIJAKAN INKLUSIF DALAM KONFLIK TREN PARADE SOUND HOREG: KAJIAN LITERATURE Puspita, Dian Permata; Adiansah, Wandi; Jatnika, Dyana Chusnulitta
Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkrk.v7i1.65695

Abstract

Fenomena parade sound horeg telah menjadi tren sosial-budaya yang menjamur di berbagai daerah Indonesia, terutama di wilayah Jawa Timur. Di satu sisi, parade ini menjadi wadah ekspresi budaya dan penggerak ekonomi kreatif berbasis komunitas. Namun, praktiknya yang tidak terkendali telah memicu konflik sosial, gangguan kesehatan, dan pelanggaran hak-hak kelompok rentan. Kajian literatur ini bertujuan untuk menganalisis urgensi kebijakan inklusif dalam menangani konflik akibat tren sound horeg, dengan menelaah tiga aspek utama: kelemahan regulasi daerah, rendahnya kesadaran hukum masyarakat, dan pendekatan penyelesaian konflik yang terlalu formalistik. Hasil kajian menunjukkan bahwa regulasi daerah kerap tidak dirancang secara partisipatif dan adaptif terhadap konteks lokal. Sosialisasi kebijakan tidak efektif, menciptakan kesenjangan pemahaman yang memicu resistensi. Pendekatan restoratif, seperti mediasi komunitas dan perlindungan afirmatif terhadap kelompok rentan, direkomendasikan sebagai strategi alternatif yang lebih berkeadilan. Studi ini menekankan pentingnya pergeseran paradigma kebijakan dari pendekatan represif menuju inklusif dan partisipatif, guna menjembatani ekspresi budaya dengan hak atas lingkungan yang aman dan sehat.
ANALISIS KONFLIK AL ZAYTUN DENGAN FORUM INDRAMAYU MENGGUGAT Nulhaqim, Soni Ahmad; Nadilla, Hanifah Fatwa; Rahma Putri, Nadila Auludya; Irfan, Maulana; Hidayat, Eva Nuriyah
Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkrk.v7i1.66109

Abstract

Konflik merupakan ketidaksesuaian antara dua pihak atau lebih sehingga, jika konflik tidak dikelola dengan baik maka dapat berdampak terhadap timbulnya kerusuhan dan kerusakan fisik maupun non fisik. Konflik yang marak terjadi saat ini yaitu konflik horizontal berbasis keagamaan salah satunya yaitu konflik antara Forum Indramayu Menggugat (FIM) dengan Pondok Pesantren Al-Zaytun yang disebabkan oleh tuntutan dari FIM terhadap penyimpangan ajaran agama Pondok Pesantren Al-Zaytun. Tujuan penelitian ini yaitu mendeskripsikan dan menjelaskan tahapan resolusi konflik menurut Nulhaqim, et al. (2017) mengenai konflik antara Forum Indramayu Menggugat (FIM) dan Al-Zaytun meliputi peristiwa konflik, pemicu konflik, penyebab konflik, dan resolusi konflik. Metode penelitian ini menggunakan metode studi literatur dengan mencari berbagai sumber referensi melalui jurnal ilmiah serta website berita terkait topik penelitian. Hasil penelitian menjelaskan bahwa konflik antara FIM dengan Al-Zaytun terjadi karena tindakan penyimpangan yang dilakukan oleh Al-Zaytun yang tidak sesuai ajaran agama dan FIM sebagai perwakilan masyarakat Indramayu melakukan tuntutan agar pimpinan Al-Zaytun dapat diselidiki secara hukum. Conflict is a mismatch between two or more parties so that, if the conflict is not managed well, it can have an impact on riots and physical and non-physical damage. The conflicts that are currently rife are religious-based horizontal conflicts, one of which is the conflict between the Forum Indramayu Menggugat (FIM) and the Al-Zaytun Islamic Boarding School which is caused by demands from the FIM regarding deviations from the Al-Zaytun Islamic Boarding School's religious teachings. The aim of this research is to describe and explain the stages of conflict resolution according to Nulhaqim, et al. (2017) regarding the conflict between the Forum Indramayu Mengguggat (FIM) and Al-Zaytun including conflict events, conflict triggers, conflict causes, and conflict resolution. This research method uses a literature study method by searching for various reference sources through scientific journals and news websites related to the research topic. The results of the research explain that the conflict between FIM and Al-Zaytun occurred due to deviant acts committed by Al-Zaytun which were not in accordance with religious teachings and FIM as a representative of the Indramayu community demanded that Al-Zaytun's leadership be legally investigated.
RESOLUSI KONFLIK AGRARIA PADA MASYARAKAT AGAMA DI WILAYAH ADAT SUKU TAMBEE : TELAAH TEOLOGI SOSIAL Guntu, Natanael
Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik Vol 7, No 1 (2025): Jurnal Kolaborasi Resolusi Konflik
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/jkrk.v7i1.65289

Abstract

Penelitian ini hendak membahas resolusi konflik agraria pada masyarakat agama di wilayah adat suku Tambee. Konflik agraria muncul akibat tumpang tindih klaim kepemilikan lahan di wilayah adat tersebut. Penelitian menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik wawancara. Teknik snowball sampling digunakan untuk memperoleh data dari berbagai pihak yang terlibat konflik agraria. Data juga diperoleh dari observasi partisipatif peneliti selama hidup bersama dalam ruang lingkup masyarakat agama di wilayah adat tersebut. Analisis dilakukan melalui reduksi data, penyederhanaan, dan transformasi data lapangan secara sistematis. Konflik agraria diidentifikasi menjadi tiga kategori utama berdasarkan tipologi konflik yang terjadi. Pertama, konflik struktural antara masyarakat Tambee dan PTPN XIV periode 1998-2000. Kedua, konflik internal komunitas yang melibatkan warga asli dan pendatang dalam perebutan lahan kosong. Ketiga, antisipasi konflik dengan elit politik terkait upaya penyerobotan lahan oleh oknum aparat dan pejabat daerah. Temuan penelitian menunjukkan ciri khas masyarakat Tambee dalam resolusi konflik agraria. Ciri khas yang dimaksud ialah nilai Kearifan lokal yang terus dijunjung tinggi oleh masyarakat tersebut hingga pada saat ini. Selanjutnya, telaah teologi sosial dipakai untuk melihat solidaritas dan keadilan dalam upaya resolusi konflik agraria.  Pendekatan ini pun menunjukan transformasi yang terjadi pada masyarakat agama di wilayah adat Tambee. Hal ini tentu saja dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat adat lainnya ketika diperhadapkan dengan konflik agraria.  Penelitian ini menyimpulkan bahwa resolusi konflik agraria melalui nilai kearifan lokal yang diintegrasikan dengan pendekatan teologi sosial, efektif menjaga keberlanjutan wilayah adat Tambee.  This study examines agrarian conflict resolution within religious communities in the Tambee tribal customary territory. Agrarian disputes emerged from overlapping land ownership claims in this traditional area. The research employs descriptive qualitative methods through interview techniques, utilizing snowball sampling to gather data from various parties involved in the agrarian conflict. Additional data was collected through participatory observation during the researcher's immersion within the religious community of this customary territory. Analysis was conducted through systematic data reduction, simplification, and field data transformation. Three primary categories of agrarian conflict were identified based on conflict typology. First, structural conflict between the Tambee community and PTPN XIV during 1998-2000. Second, internal community conflict involving indigenous residents and newcomers competing for vacant land. Third, anticipatory conflict with political elites regarding land seizure attempts by corrupt officials and regional authorities. Research findings reveal distinctive characteristics of the Tambee community in agrarian conflict resolution, specifically their unwavering commitment to local wisdom values that continue to be upheld today. Furthermore, social theology analysis was applied to examine solidarity and justice in agrarian conflict resolution efforts. This approach demonstrates transformation occurring within the religious community of the Tambee customary territory, potentially inspiring other indigenous communities facing similar agrarian conflicts. The study concludes that agrarian conflict resolution through local wisdom values integrated with social theology approaches effectively maintains the sustainability of the Tambee customary territory. 

Page 1 of 1 | Total Record : 5