cover
Contact Name
Fenny Sumardiani
Contact Email
jurnallitbang@gmail.com
Phone
+6285712816604
Journal Mail Official
jurnallitbang@gmail.com
Editorial Address
Balai Pengelola Alih Teknologi Pertanian Jalan Salak No.22, Bogor 16151 E-mail : jurnallitbang@gmail.com Website : http://bpatp.litbang.pertanian.go.id
Location
Kota bogor,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian
ISSN : 02164418     EISSN : 25410822     DOI : http://dx.doi.org/10.21082
Core Subject : Agriculture,
Jurnal ini memuat tinjauan (review) mengenai hasil-hasil penelitian pertanian pangan hortiikultura, perkebunan, peternakan, dan veteriner yang telah diterbitkan, dikaitkan dengan teori, evaluasi hasil penelitian dan atau ketentuan kebijakan, yang ditujukan kepada pengguna meliputi pengambil kebijakan, praktisi, akademisi, penyuluh, mahasiswa dan pengguna umum lainnya. Pembahasan dilakukan secara komprehensif serta bertujuan memberi informasi tentang perkembangan teknologi pertanian di Indonesia, pemanfaatan, permasalahan dan solusinya. Ruang lingkupnya bahasan meliputi bidang ilmu: pemuliaan, bioteknologi perbenihan, agronomi, ekofisiologi, hama dan penyakit, pascapanen, pengolahan hasil pertanian, alsitan, sosial ekonomi, sistem usaha tani, mikro biologi tanah, iklim, pengairan, kesuburan, pakan dan nutrisi ternak, integrasi tanaman-ternak, mikrobiologi hasil panen, konservasi lahan.
Articles 221 Documents
DISEMINASI DAN KINERJA INOVASI TEKNOLOGI BUDI DAYA PADI PADA BEBERAPA AGROEKOSISTEM DI SUMATERA UTARA / The Dissemination and Performance of Rice Cultivation Technology Innovation in Several Agro-ecosystems in North Sumatera Musfal Musfal
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 38, No 2 (2019): DESEMBER, 2019
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v38n2.2019.p77-85

Abstract

Rice cultivation technology developed in farmers currently is not yet the best (best management practices), so the obtained result is still relatively low. This is because farmers do not get information about cultivation technology innovation that is appropriate to the local agro-ecosystem. This paper discusses the dissemination and performance of rice cultivation technology innovation in several agro-ecosystems in North Sumatera in 2018. The discussion is directed at sosialization and technical guidance to Farmers and Field Agriculture Instructor and application of rice cultivation technology in the three types of land. The implemeted rice cultivation innovations include: (1) Jarwo Super technology in irrigated paddy fields in Pematang Setrak Village, Teluk Mengkudu, Serdang Bedagai District, (2) Raisa technology in tidal land in Sei Tuan Village, Pantai Labu, Deli Serdang District, and (3) Largo Super technology in dry land in Sena Village, Batang Kuis, Deli Serdang District, North Sumatera. From the result of the study, it can be concluded that interest and response of Farmers and Field Agriculture Instructor to technology innovation developed were quite good. They were eager to follow the technical guidance that took place at the assessment site. The highest result was obtained from the application of Jarwo Super technology in irrigated paddy fields about 10.50 ton/ha Harvested Dry Grain (HDG). The application of Raisa technology in tidal land produced 5,80 ton/ ha HDG and from the application of Largo Super technology in dry land about 2,65 ton/ha HDG.Keywords: Rice, cultivation, paddy field, tidal land, dry land  AbstrakTeknologi budi daya padi yang berkembang di petani saat ini belum yang terbaik (best management practices) sehingga hasil yang diperoleh relatif masih rendah. Hal ini disebabkan karena petani tidak mendapatkan informasi inovasi teknologi budi daya yang sesuai dengan agroekosistem setempat. Tulisan ini membahas diseminasi dan kinerja inovasi teknologi budi daya padi pada beberapa agroekosistem di Sumatera Utara pada tahun 2018. Pembahasan diarahkan pada sosialisasi dan bimbingan teknis kepada petani dan Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) serta penerapan teknologi budi daya padi pada tiga tipe lahan. Inovasi budi daya padi yang diterapkan antara lain: (1) teknologi Jarwo Super pada lahan sawah irigasi di Desa Pematang Setrak, Kecamatan Teluk Mengkudu, Kabupaten Serdang Bedagai, (2) teknologi Raisa pada lahan pasang surut di Desa Sei Tuan, Kecamatan Pantai Labu, Kabupaten Deli Serdang, dan (3) teknologi Largo Super pada lahan kering di Desa Sena, Kecamatan Batang Kuis, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara. Dari hasil pengkajian dapat disimpulkan bahwa minat dan respon petani serta PPL terhadap inovasi teknologi yang dikembangkan cukup baik. Mereka bersemangat mengikuti bimbingan teknis yang berlangsung di lokasi pengkajian. Hasil tertinggi diperoleh dari penerapan teknologi Jarwo Super pada lahan sawah irigasi 10,50 t/ha gabah kering panen (GKP). Penerapan teknologi Raisa pada lahan sawah pasang surut menghasilkan 5,80 t/ha GKP dan dari penerapan teknologi Largo Super pada lahan kering 2,65 t/ha GKP.Kata kunci: Padi, budi daya, lahan sawah, lahan pasang surut, lahan kering 
PROSPEK PENGEMBANGAN KOMODITAS SUMBER KARBOHIDRAT KAYA ANTOSIANIN MENDUKUNG DIVERSIFIKASI PANGAN FUNGSIONAL / Prospects of Anthocyanin-Rich Carbohydrates Sources Commodity Development to Support Functional Food Diversification Suarni suarni; Muh. Aqil; Muh. Azrai
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 39, No 2 (2020): Desember, 2020
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v39n2.2020.p117-128

Abstract

One of the sources of functional foodstuff is carbohydrate-based commodities which contain anthocyanin. These commodities include black rice, purple corn, and purple sweet potato. The anthocyanin compound is a pigment which is responsible for the purple color to the produced commodities. This compound possesses antioxidative activities which are able to bind with free radical compounds and protect human body against various diseases.Physiological function of the anthocyanin in foodstuff has attract particular interest for further exploration, particularly on its bioavailability nature, functional food ingredients, and its product’s appearances. Several anthocyanin-rich varieties such as Jeliteng black rice, Srikandi Ungu corn, and Antin purple sweet potato has been released by Indonesian Agency for Agricultural Research and Development (IAARD). In the future, development of processed functional food product is expected to raise in line with the increase in the public’s interest on the important of the health. The specific function of antioxidant derived from the anthocyanin compound enable human immunity increase which is recently getting popular, particularly during Covid-19 pandemic. Potential development of the foodstuffs associated with anthocyanin involves various research from upstream to downstream, starting from superior varieties development which contain higher anthocyanin content, by product creation with higher functional values and preferred by the consumers.Keywords: Carbohydrates, anthocyanin, functional food, diversification. AbstrakSalah satu sumber bahan pangan fungsional adalah komoditas berbasis karbohidrat dan mengandung antosianin. Komoditas tersebut antara lain padi beras hitam, jagung ungu, dan ubi jalar ungu. Senyawa antosianin merupakan pigmen yang memberikan warna ungu pada produk yang dihasilkan. Antosianin memiliki aktivitas antioksidan, yang mampu mengikat senyawa radikal dan melindungi tubuh dari penyakit. Fungsi fisiologis dari antosianin dalam bahan pangan telah menarik perhatian untuk dilakukan eksplorasi sifat bioavailability, fungsi pangan fungsional, dan tampilan produknya. Beberapa varietas unggul komoditas sumber karbohidrat kaya antosianin seperti padi hitam Jeliteng, jagung Srikandi Ungu, dan ubi jalar ungu Antin telah dilepas oleh Balitbangtan. Ke depan, pengembangan produk olahan pangan fungsional diharapkan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya perhatian masyarakat akan pentingnya kesehatan. Fungsi khusus antioksidan dari senyawa antosianin dapat menaikkan imun tubuh yang sangat dibutuhkan masyarakat, apalagi dalam masa pandemi Covid-19. Potensi pengembangan bahan pangan berantosianin memerlukan penelitian dari hulu hingga hilir, mulai dari perakitan varietas unggul mengandung antosianin lebih tinggi sampai teknologi pengolahan untuk menghasilkan produk olahan yang lebih berkualitas, dengan sifat fungsional yang lebih tinggi, dan disenangi oleh konsumen.Kata kunci: Karbohidrat, antosianin, pangan fungsional, diversifikasi.
STRATEGI PENINGKATAN PRODUKSI DAN EKSPOR JAGUNG DI PROVINSI LAMPUNG / Strategy to Improve Corn Production and Export in Lampung Province Yulia Pujiharti; Ratna Wylis Arief
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 40, No 1 (2021): June, 2021
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v40n1.2021.p31-43

Abstract

The population of Lampung continues to increase and the rapid development of the industry causes the need for maize in this area to continue to increase as well. This paper provides alternative steps to increase the production and export of maize in Lampung Province. Maize production can be increased by increasing the harvest area by expanding the planted area to suboptimal untapped land, such as in Mesuji, Pesisir Barat, and West Lampung districts. Another effort that can be made to increase maize production is to apply an intercropping pattern on the same land. Another strategy is to increase productivity by using hybrid maize such as varieties NK-22, P-21, and Bisi-2, providing manure, balanced fertilizers, integrated pest and disease management (IPM), and application of post-harvest technology. Efforts to increase harvested area and productivity need to be continued to increase corn production sustainably. The strategy to increase exports is to increase production and reduce the need for corn for feed and other uses (other than foodstuffs). In this case, the corn that will be used for feed and other uses can be replaced by sorghum.Keywords: Corn, production, export, strategy AbstrakJumlah penduduk Lampung yang terus meningkat dan perkembangan industri yang pesat menyebabkan kebutuhan jagung di daerah ini terus pula meningkat. Tulisan ini memberikan alternatif langkah-langkah peningkatan produksi dan ekspor jagung di Provinsi Lampung. Produksi jagung dapat ditingkatkan melalui penambahan luas panen dengan memperluas areal tanam ke lahan suboptimal yang belum dimanfaatkan, seperti di Kabupaten Mesuji, Pesisir Barat, dan Lampung Barat. Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produksi jagung adalah menerapkan pola tumpangsari pada lahan yang sama. Strategi lainnya yaitu meningkatkan produktivitas dengan penggunaan jagung hibrida seperti varietas NK-22, P-21, dan Bisi-2, pemberian pupuk kandang, pupuk berimbang, pengelolaan hama dan penyakit secara terpadu (PHT), dan penerapan teknologi pascapanen. Upaya peningkatan luas panen dan produktivitas perlu diteruskan agar produksi jagung meningkat secara berkelanjutan. Strategi peningkatan ekspor yaitu dengan meningkatkan produksi dan mengurangi kebutuhan jagung untuk pakan dan penggunaan lain (selain bahan makanan). Dalam hal ini, jagung yang akan digunakan untuk pakan dan penggunaan lain dapat digantikan oleh sorgum.Kata kunci: Jagung, produksi, ekspor, strategi
PROSES DAN PENDEKATAN REGENERASI PETANI MELALUI MULTISTRATEGI DI INDONESIA / Process and Approach to Farmer Regeneration Through Multi-strategy in Indonesia Oeng Anwarudin; Sumardjo Sumardjo; Arif Satria; Anna Fatchiya
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 39, No 2 (2020): Desember, 2020
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v39n2.2020.p73-85

Abstract

The low share of young farmers in Indonesia must be a serious concern of the government in the future agricultural development program. The results of the agricultural census in 2013 showed that the portion of young farmers (<35 years) was 12.87%, far lower than the middle age (35-54 years) 54.37%, and the elderly (> 54 years) 32.76%. This situation encourages the importance of finding solutions to realize farmers’ regeneration. This paper describes the regeneration of farmers (processes, approaches, and strategies) through increasing the role of families, agricultural extension, community, agricultural modernization, and farmer corporations. Regeneration has the same terms as the succession and inheritance of agricultural business, which is the process of presenting new actors in agricultural business. Farmer regeneration can be in the family environment which means that the management of agricultural businesses is inherited from parents to their children, and non-family regeneration, namely inheritance of agricultural businesses, is shifted to newcomers who have no family relations. The regeneration process can be planned that is driven by outsiders and without a plan that is driven by the community itself. Approaches and strategies for farmers’ regeneration processes can be through strengthening the role of families, agricultural extension, community, agricultural modernization, and farmer corporations. The role of the family can be increased through the cultivation of respect, socialization, and inheritance of agricultural businesses. The role of agricultural extension workers as facilitators, communicators, motivators, consultants, and institutional development of young farmers can be strengthened. The role of the community through outreach, information transfer, and consultation can be intensified. Modernization of agriculture can be through the application of agricultural mechanization technology and smart farming or digital farming. Farmer corporations can be developed to attract the interest of the younger generation because they open opportunities for the availability of economically viable land, based on the specialization of expertise, the use of agricultural machinery, and improving the bargaining position of farmers.Keywords: Farmers, regeneration, corporation, agriculture, modernization AbstrakPorsi petani muda yang rendah di Indonesia harus menjadi perhatian serius pemerintah dalam program pembangunan pertanian ke depan. Hasil sensus pertanian tahun 2013 menunjukkan porsi petani muda (<35 tahun) 12,87%, jauh lebih rendah dibanding usia menengah (35-54 tahun) 54,37% dan usia lanjut (>54 tahun) 32,76%. Keadaan ini mendorong pentingnya mencari solusi mewujudkan regenersi petani. Tulisan ini memaparkan regenerasi petani (proses, pendekatan dan strategi) melalui peningkatan peran keluarga, penyuluhan pertanian, komunitas, modernisasi pertanian, dan korporasi petani. Regenerasi memiliki istilah yang sama dengan suksesi dan pewarisan usaha pertanian, yaitu proses menghadirkan pelaku baru dalam usaha pertanian. Regenerasi petani dapat di lingkungan keluarga yang berarti pengelolaan usaha pertanian diwariskan dari orang tua kepada anaknya, dan regenerasi nonkeluarga yaitu pewarisan usaha pertanian beralih kepada pendatang baru yang tidak memiliki hubungan keluarga. Proses regenerasi dapat terencana yang digerakkan pihak luar dan tanpa rencana yang digerakkan masyarakat sendiri. Pendekatan dan strategi proses regenerasi petani dapat melalui penguatan peran keluarga, penyuluhan pertanian, komunitas, modernisasi pertanian, dan korporasi petani. Peranan keluarga dapat ditingkatkan melalui penanaman sikap respek, sosialisasi, dan pewarisan usaha pertanian. Peranan penyuluh pertanian sebagai fasilitator, komunikator, motivator, konsultan, dan penumbuhkembangan kelembagaan petani muda dapat dikuatkan. Peranan komunitas melalui sosialisasi, transfer informasi, dan konsultasi dapat diintensifkan. Modernisasi pertanian dapat melalui penerapan teknologi mekanisasi pertanian dan smart farming atau digital farming. Korporasi petani dapat dikembangkan sebagai penarik minat generasi muda karena membuka peluang tersedianya lahan yang layak secara ekonomi, berbasis spesialisasi keahlian, penggunaan alat-mesin pertanian dan meningkatkan posisi tawar petani.Kata kunci: Petani, regenerasi, korporasi, pertanian, modernisasi 
PEMANFAATAN MEDIA INTERNET OLEH PENYULUH DALAM UPAYA PERCEPATAN DISEMINASI INFORMASI PERTANIAN / The Utilization of Internet By Extension Specialist in Efforts to Accelerate Agriculture Information Disemination Eni Kustanti; Agus Rusmana; Purwanti Hadisiwi
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 39, No 2 (2020): Desember, 2020
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v39n2.2020.p129-139

Abstract

One of the internet utilization inagricultural developmentby the Ministry Agriculture is to disseminate information of technology innovations to the agricultural extension specialist as intermediary users. This paper discusses the use of the internet by agricultural extension specialist in an effort to accelerate the dissemination of agricultural information. Several internet application used in the dissemination of agricultural information such as the IAARD(Indonesia Agency of Agricultural Research dan Development) website, cyber extension, agricultural digital libraries and social media.The intensity of using the internet by agricultural extension specialist for dissemination of agricultural informastion is still low with the frequency of 2-3 times a day and the duration of 1-2 hours a day because the task of agricultural extension in the field. The used of the internet by agricultural extension are depend on individual characteristic (age, length of work, media ownershipand education), perception on the internet, information needs, motivation and support of agencies. The agricultural extension used the internet for reports, content creation, and extension methods designed. Low internet acces capability and limited access facilities become obstacles on using the internet to obtain the necessary information. The ability of extension specialist to access the internet can meet the needs of agricultural information users and improve the competence of extension specialist themselves.Keyword: Internet, dissemination, agricultural technology, extension. AbstrakSalah satu pemanfaatan internet di Kementerian Pertanian adalah untuk diseminasi informasi teknologi pertanian kepada penyuluh sebagai pengguna perantara sebelum disampaikan ke petani dengan bahasa yang mudah dicerna. Tulisan ini membahas pemanfaatan internet oleh penyuluh dalam upaya percepatan diseminasi informasi pertanian. Beberapa aplikasi internet untuk diseminasi informasi pertanian diantaranya web Balitbangtan, cyber extension, perpustakaan digital pertanian, dan media sosial. Intensitas penggunaan internet oleh penyuluh untuk diseminasi informasi pertanian masih rendah dengan frekuensi 2-3 kali sehari dan durasi 1-2 jam sehari karena mereka lebih banyak berada di lapangan untuk tugas penyuluhan kepada petani. Penggunaan internet oleh penyuluh antara lain dipengaruhi oleh karakteristik individu (usia, lama bekerja, kepemilikan media, dan pendidikan), persepsi terhadap internet, kebutuhan informasi, motivasi dan dukungan lingkungan. Bagi penyuluh, internet digunakan untuk penyusunan laporan, pembuatan materi, program, dan mendesain metode penyuluhan. Kemampuan akses yang rendah dan keterbatasan sarana parasarana menjadi hambatan dalam pemanfaatan internet untuk memperoleh informasi yang diperlukan. Kemampuan penyuluh mengakses internet berperan penting dalam memenuhi kebutuhan pengguna informasi pertanian dan meningkatkan kompetensi penyuluh itu sendiri.Kata kunci: Internet, diseminasi, teknologi pertanian, penyuluh.
REVITALISASI PENGEMBANGAN EKONOMI KAWASAN KELAPA DI SULAWESI UTARA / Revitalization of Economic Development of Coconut Area in North Sulawesi Yusuf Yusuf; Jantje G. Kindangen; Muchamad Yusron
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 40, No 1 (2021): June, 2021
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v40n1.2021.p44-57

Abstract

Coconut is a potential commodity in North Sulawesi Province. At national level, this province contributes of about 9% of the national coconut production, however, the contribution of coconut to regional income is still low. This is due to the condition of coconut plantation which is not managed optimally, both in land resource and its products. This condition causes the level of welfare of coconut farmers to be relatively low. In order to improve coconut productivity and farmer welfare, government has been developed a program to revitalize coconut commodities through a farmer corporations’ institutional development. The development of economic institutions in rural areas will accelerate the absorption of technology, develop economic scale businesses, change the management of farming systems to become more productive. The development of farmer economic institutions in the coconut area is directed at the formation of institutions that are legal entities in the form of Farmer-Owned Enterprises (BUMP). In the concept of developing corporate-based farmer economic institutions, several BUMPs are directed to be integrated vertically to form a limited liability company. This paper aims to: 1) describe the existing conditions of coconut farming in North Sulawesi, 2) determine the potential for developing coconut farming in North Sulawesi and 3) formulate a strategic concept for economic development and the implications of coconut policy in North Sulawesi. The approach taken is based on the results of previous research, and other references and the experience of the authors. It was concluded that: 1) Coconut farming is generally managed by the people, including land resources and coconut byproducts, 2) The potential for coconut farming is quite large because it is supported by area, production, intercrops and livestock, various processing of products and 3) Efforts to develop coconut farming in North Sulawesi can be carried out through the revitalization of the establishment of economic institutions in coconut farming centers.Keywords: Coconut, farming, revitalization, economy institutions AbstrakKelapa merupakan komoditas potensial di Provinsi Sulawesi Utara. Secara nasional, provinsi ini menyumbang sekitar 9% dari produksi kelapa nasional, namun kontribusi kelapa terhadap pendapatan daerah masih rendah. Hal ini disebabkan kondisi perkebunan kelapa yang belum dikelola secara optimal, baik sumber daya lahan maupun hasil produksinya. Kondisi ini menyebabkan tingkat kesejahteraan petani kelapa relatif rendah. Dalam rangka meningkatkan produktivitas kelapa dan kesejahteraan petani, pemerintah menyusun program pengembangan revitalisasi komoditas kelapa melalui pengembangan kelembagaan perusahaan tani. Berkembangnya kelembagaan ekonomi di pedesaan akan mempercepat penyerapan teknologi, mengembangkan usaha skala ekonomi, mengubah pengelolaan sistem pertanian menjadi lebih produktif. Pengembangan kelembagaan ekonomi petani di kawasan kelapa diarahkan pada pembentukan lembaga yang berbadan hukum berupa Badan Usaha Milik Petani (BUMP). Dalam konsep pengembangan lembaga ekonomi petani berbasis korporasi, beberapa BUMP diarahkan untuk diintegrasikan secara vertikal membentuk perseroan terbatas. Makalah ini ditulisa dengan tujuan untuk: 1) mendeskripsikan kondisi usahatani kelapa yang ada di Sulawesi Utara, 2) mengetahui potensi pengembangan usahatani kelapa di Sulawesi Utara dan 3) merumuskan konsep strategis untuk pembangunan ekonomi dan implikasi dari kebijakan kelapa di Sulawesi Utara. Pendekatan yang dilakukan didasarkan pada hasil penelitian sebelumnya, dan referensi lain serta pengalaman penulis. Disimpulkan bahwa: 1) Usahatani kelapa umumnya dikelola oleh masyarakat, meliputi sumberdaya lahan dan hasil samping kelapa, 2) Potensi usahatani kelapa cukup besar karena didukung oleh luas areal, produksi, tanaman sela dan peternakan, berbagai pengolahan hasil produksi. dan 3) Upaya pengembangan usahatani kelapa di Sulawesi Utara dapat dilakukan melalui revitalisasi pembentukan kelembagaan ekonomi di sentra-sentra usahatani kelapa.Kata kunci: Kelapa, perkebunan, revitalisasi, kelembagaan ekonomi
PERAN TEKNOLOGI BUDI DAYA DAN POLA TANAM PILIHAN PETANI DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS KARET RAKYAT / Role of Cultivation Technology and Planting Patterns of Farmer Choice for Improving Smallholding Rubber Productivity Junaidi Junaidi
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 39, No 2 (2020): Desember, 2020
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v39n2.2020.p86-95

Abstract

Smallholding rubber productivity in Indonesia is still relatively low due to low cultivation technology adoption. The characteristics of smallholder plantations, with limited land tenure and capital, require a specific approach compared to large plantations. This article is aimed to inform rubber cultivation innovations to improve smallholder rubber productivity. Land conservation can increase the opportunity for developing rubber in sub-optimal environments such as peatlands, tides and high-elevated areas. Plant breeding activities in Indonesia have resulted IRR superior clones series with high yield potential (more than 1,500 kg/ha/yr), vigorous growth, and resistance to main diseases. Modification of planting space can increase land productivity and alternative income for farmers during immature period. To obtain the high yield, the clonal typology harvesting system supported by latex diagnosis can optimize the potential of clones and prevent tapping panel dryness (TPD). To increase technology adoption at the farm level, the role of extension workers, farmer groups, and support from the government is required.Keywords: Rubber, farmers, technology, productivity AbstrakProduktivitas tanaman karet rakyat di Indonesia masih tergolong rendah, terutama disebabkan oleh adopsi teknologi budi daya belum optimal. Karakteristik perkebunan karet rakyat, terutama penguasaan lahan dan modal yang terbatas, memerlukan pendekatan spesifik dibanding perkebunan besar. Tulisan ini menginformasikan inovasi teknologi budidaya karet yang dapat meningkatkan produktivitas karet rakyat. Konservasi lahan dapat meningkatkan potensi pengembangan tanaman karet di lahan suboptimal seperti lahan gambut, pasang surut, dan daerah berelevasi tinggi. Pemuliaan tanaman di Indonesia telah menghasilkan klonklon unggul seri IRR dengan potensi hasil tinggi (rata-rata di atas 1.500 kg/ha/th), pertumbuhan jagur, dan tahan terhadap penyakit. Modifikasi pola tanam dapat meningkatkan produktivitas lahan dan sumber pendapatan petani selama tanaman belum menghasilkan (TBM). Untuk mendapatkan produksi yang tinggi dan berkelanjutan, sistem pemanenan lateks tipologi klon yang didukung oleh diagnosis lateks dapat mengoptimalkan potensi klon dan mencegah kering alur sadap (KAS). Untuk meningkatkan adopsi teknologi di tingkat petani diperlukan dukungan penyuluh, kelompok tani, dan pemerintah.Kata kunci: Karet, petani, teknologi, produktivitas.
SISTEM PENYAMPAIAN INOVASI MENDUKUNG PERCEPATAN HILIRISASI DAN ADOPSI TEKNOLOGI INTRODUKSI PERTANIAN / Innovation Delivery System to Support the Downstream Acceleration and the Adoption of Agricultural Introduction Technology Wahyuni, Rahmi
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 40, No 1 (2021): June, 2021
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v40n1.2021.p1-8

Abstract

Many technology innovations have been disseminated by agricultural research and study institutions, but have not been utilized or have not been continuously adopted by farmers so that they have not been able to significantly boost the economy of agricultural communities. This is partly due to gaps in the delivery of innovation (delivery system) and innovation acceptance (receiving system). This paper aims to identify the process of delivering innovation to support speeding up of adoption and downstreaming of introduce inovation technology application, as recommendations in preparing dissemination strategy effective agricultural technology that could be implemented in a sustainable way by farmers. In speeding up of adoption and downstreaming of introduce inovation technology application, extension workers are the spearhead in the dissemination of agricultural technology innovations. So far, counseling has focused too much on the delivery of program activities such as input supply and technical services so as to ignore farmers (farmer empowerment) and extension workers (competence or credibility extension workers) that should need to be improved.The essence of a counseling is empowering farmers. Associated with the credibility of an agricultural instructor must have competence, 1) threshold competencies, namely the main characteristics that must be owned by an instructor such as basic knowledge and expertise, and 2) differentiating competencies, are the distinguishing factors between one instructor with another high-performing with the other low performance. So as to create counseling that functions as a motivator, dynamic, facilitator and consultant for farmers.Keywords: Agricultural, innovation, extension, adoption AbstrakBanyak inovasi teknologi yang sudah terdiseminasikan oleh lembaga penelitian dan pengkajian pertanian, tetapi tidak termanfaatkan atau belum diadopsi oleh petani secara berkesinambungan sehingga tidak mampu mendongkrak perekonomian masyarakat pertanian secara signifikan. Hal ini antara lain disebabkan oleh kesenjangan dalam penyampaian inovasi (delivery system) dengan penerimaan inovasi (receiving system). Tulisan ini mengidentifikasi proses penyampaian inovasi dalam mendukung upaya percepatan adopsi dan hilirisasi penerapan teknologi introduksi, sebagai rekomendasi dalam menyusun strategi diseminasi teknologi pertanian yang efektif agar dapat diimplementasikan secara berkelanjutan oleh petani. Dalam percepatan adopsi dan hilirisasi teknologi menjadikan penyuluh sebagai ujung tombak diseminasi inovasi pertanian. Selama ini penyuluhan lebih fokus pada penyampaian program kegiatan seperti suplai input dan layanan teknis sehingga mengabaikan pemberdayaan petani dan penyuluh (kompentensi atau kredibilitas) yang seharusnya perlu ditingkatkan. Esensi penyuluhan pada prinsipnya adalah pemberdayaan petani. Terkait dengan kredibilitas, penyuluh pertanian harus mempunyai kompetensi: 1) threshold competencies, yaitu karakteristik utama yang wajib dimiliki seperti pengetahuan dan keahlian dasar, dan 2) differentiating competencies, faktor pembeda antara penyuluh yang memiliki kinerja tinggi dengan kinerja rendah, sehingga penyuluh mampu berfungsi sebagai motivator, dinamisator, fasilitator, dan konsultan bagi petani.Kata kunci: Pertanian, inovasi, penyuluhan, adopsi 
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INDEKS GLIKEMIK RENDAH PADA BERAS DAN POTENSI PENGEMBANGANNYA DI INDONESIA / Factors Affecting the Low Glycemic Index on Rice and Its Potential for Development in Indonesia Indrasari, Siti Dewi
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 38, No 2 (2019): DESEMBER, 2019
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v38n2.2019.p105-113

Abstract

Diabetes Mellitus (DM) is a disorder of glucose metabolism due to insulin deficiency both in absolute and relative terms caused by changes in dietary habits that result in obesity. Nationally in Indonesia, the prevalence of DM based on a doctor’s diagnosis in the population aged over or equal to 15 years is 2%. Consumption of rice with a low glycemic index is one way to regulate dietary patterns for people with type 2 diabetes. In Indonesia, rice varieties that have a low glycemic index (GI) value have been successfully identified. This paper aims to provide information and understanding of GI rice, influencing factors and strategies for developing rice with low GI. Some rice varieties that have low GI are include IR 36, Logawa, Batang Lembang, Ciherang, Cisokan, Margasari, Martapura, Air Tenggulang, Hipa 7, Inpari 12, Inpari 13, Situ Patenggang, Pandanwangi, Inpari 1, Beras Hitam Subang, Inpara 4. Factors affecting rice GI include rice varieties and amylose-amylopectin ratio, processing method, protein and fat, dietary fiber content and starch digestibility. The target of developing rice with a low GI is a community with a high prevalence of DM. While the development strategy is to strive so that rice varieties with a low GI that are beneficial to health can be regulated in the Ministry of Agriculture Regulation as part of special rice. Rice varieties with these advantages can be developed through the process of releasing varieties, followed by the certification process for Labelled Rice Variety Assurances (LRVA). The certification process aims to provide functional rice that has added value, has a high selling power for farmers and producers and guarantees the rights of consumers who consume it.Keywords: Rice. glycemic index, diabetes melitus  Abstrak Penyakit diabetes melitus (DM) merupakan gangguan metabolisme glukosa akibat kekurangan insulin, baik secara absolut maupun relatif yang disebabkan oleh perubahan kebiasaan pola makan yang mengakibatkan obesitas. Di Indonesia, prevalensi DM berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur lebih dari atau sama dengan 15 tahun rata-rata 2%. Konsumsi beras dengan indeks glikemik rendah merupakan salah satu cara mengatur pola diet bagi para diabetesi tipe 2. Di Indonesia, varietas padi yang mempunyai nilai IG rendah telah berhasil diidentifikasi. Tulisan ini bertujuan untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang IG beras, faktorfaktor yang mempengaruhi dan strategi untuk mengembangkan beras dengan IG rendah. Beberapa varietas padi yang mempunyai IG rendah antara lain IR36, Logawa, Batang Lembang, Ciherang, Cisokan, Margasari, Martapura, Air Tenggulang, Hipa-7, Inpari- 12, Inpari-13, Situ Patenggang, Pandanwangi, Inpari-1, Beras Hitam Subang, Inpara-4. Faktor yang mempengaruhi IG beras antara lain varietas padi dan rasio amilosa-amilopektin, cara pengolahan, protein dan lemak, kadar serat pangan dan daya cerna pati. Sasaran pengembangan beras dengan IG rendah adalah masyarakat dengan prevalensi DM yang tinggi. Strategi pengembangannya adalah mengupayakan agar varietas padi dengan IG rendah yang bermanfaat untuk kesehatan dapat diatur dalam Permentan sebagai bagian dari beras khusus. Varietas padi dengan keunggulan tersebut dapat dikembangkan melalui proses pemutihan atau pelepasan varietas yang dilanjutkan dengan proses sertifikasi Beras Berlabel Jaminan Varietas (BBJV). Proses sertifikasi ini bertujuan agar beras-beras fungsional tersebut memperoleh nilai tambah, berdaya jual tinggi bagi petani dan menjamin hak konsumen yang mengonsumsi.Kata kunci: Beras, indeks glikemik, diabetes melitus 
STRATEGI MEMPERTAHANKAN INDONESIA SEBAGAI PRODUSEN UTAMA PALA DUNIA / The Strategy to Maintain Indonesia as a Main Nutmeg Producer in the World Hafif, Bariot
Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pertanian Vol 40, No 1 (2021): June, 2021
Publisher : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jp3.v40n1.2021.p58-70

Abstract

Indonesia is currently still the world’s prime exporter of nutmeg. Meanwhile, the quality requirements demanded by the world market continue to increase that needs Indonesian intention seriously. This article reveals the performance of Indonesian and global nutmeg production, competitiveness and potential, challenges and opportunities of Indonesia to survive as the major world’s producer and supplier of nutmeg. In 2019, Indonesia produced 37 thousand tons and exported 20 thousand tons to fill 52 thousand tons of the nutmeg world market, with India (12 thousand tons), Sri Lanka (3 thousand tons), and other countries. Unfortunately, Indonesian nutmeg price is lower than Grenada and India, even European Union (EU), the USA, and Japan rejected Indonesian nutmeg 54 times from 2014 to 2016. Indonesia’s potential as a major producer of nutmeg is still good because this commodity is an indigenous plant of Indonesia, the land and climate are suitable for the nutmeg development, and the cultivation method is in line with GAP (Good Agricultural Practices). The challenge is that the quality standard of nutmeg products is getting higher, so be necessary to develop the farmers to meet the standard. The strategy to maintain Indonesia as the world’s main nutmeg producer and supplier is; 1) increasing the intensity of assistance to improve farmers knowledge regarding quality, health, food safety, and sustainable production as well as post-harvest technology, 2) improving professionalism, skill, and adequacy of assistant officers, 3) continuing to encourage nutmeg cultivation following GAP, and 4) lessons learned from the country of Grenada in policy intervention to improve quality, product diversification, and product safety of nutmeg.Keywords: Myristica fragrans, production, export, quality AbstrakIndonesia saat ini masih berstatus sebagai eksportir utama pala dunia. Sementara itu, persyaratan mutu pala di pasar dunia terus meningkat yang perlu mendapat perhatian serius agar Indonesia tetap menjadi produsen utama pala. Artikel ini mengungkapkan tren produksi pala Indonesia dan dunia, daya saing, potensi, tantangan, dan peluang untuk bertahan sebagai produsen dan pemasok utama pala dunia. Pada tahun 2019 Indonesia menghasilkan 37 ribu ton pala dan mengekspor 20 ribu ton untuk mengisi 52 ribu ton pasar pala dunia, bersama India (12 ribu ton), Srilangka (3 ribu ton), dan beberapa negara lainnya. Sayangnya, harga pala Indonesia lebih rendah dari pala Grenada dan India, bahkan pada tahun 2014-2016 terjadi 54 kasus penolakan ekspor pala Indonesia ke Uni Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Potensi Indonesia sebagai produsen utama pala masih baik karena komoditas ini merupakan tanaman asli Indonesia, lahan dan iklim sesuai untuk pengembangan pala, dan cara budi daya sejalan dengan GAP (Good Agricultural Practices). Tantangan yang dihadapi adalah semakin tingginya standar mutu produk pala di pasar dunia sehingga perlu pembinaan petani untuk memenuhi standar tersebut. Strategi untuk mempertahankan Indonesia sebagai penghasil dan pemasok utama pala dunia adalah sebagai berikut: 1) meningkatkan intensitas pendampingan agar petani lebih paham terhadap aspek mutu, kesehatan, keamanan pangan, keberlanjutan produksi, dan pengelolaan pascapanen untuk memperbaiki mutu pala; 2) memperbaiki profesionalitas, kecakapan, dan kecukupan petugas pendamping; 3) mendorong petani untuk mengikuti budi daya pala sesuai GAP; dan 4) mengambil pembelajaran dari Grenada dalam mengintervensi kebijakan untuk meningkatkan produksi, mutu, diversifikasi, dan keamanan produk pala.Kata kunci: Pala, produksi, ekspor, mutu