Articles
142 Documents
LINGKUNGAN PEMBELAJARAN YANG EFEKTIF
Sardiyanah sardiyanah
Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan Vol 6 No 2 (2014): Volume 6 Nomor 2 Desember 2014
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47435/al-qalam.v6i2.173
Lingkungan Pembelajaran yang Efektif. Salah satu aspek penting keberhasilan dalam proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru menurut Muhammad Saroni adalah penciptaan kondisi pembelajaran yang efektif. Lingkungan belajar adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan tempat proses pembelajaran dilaksanakan. Lingkungan ini mencangkup dua hal utama, yaitu lingkungan fisik dan lingkungan sosial. Untuk menciptakan lingkungan belajar yang efektif diperlukan strategi manajemen kelas, dan strategi positif untuk membuat anak mau bekerja sama. Agar proses pembelajaran dapat berjalan lancar, maka kelas perlu punya aturan dan prosedur yang jelas. karakteristik lingkungan pembelajaran yang efektif adalah semua apa yang diciptakan dalam kelas pembelajaran/ruang kelas “berbicara” artinya mempunyai perang masing-masing sehingga suasana pembelajaran menggairahkan dan mencapai tujuan pembelajaran. Lingkungan belajar menjadikan siswa dalam belajar terasa gembira, tidak ada tekanan, tidak ada usaha yang tidak dihargai, tercipta masyarakat belajar (learning Communiy), dan maju bersama tiap siswa untuk mewujudkan belajar yang berenergi.
PERAN REINFORCEMENT DALAM PENDIDIKAN
suriati bu suri
Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan Vol 6 No 2 (2014): Volume 6 Nomor 2 Desember 2014
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47435/al-qalam.v6i2.174
Reinforcement diartikan sebagai pengurangan terhadap kebutuhan biologis yang dihubungkan dengan teori pengurangan kebutuhan oleh Hull. Namun dalam pengertian yang sering digunakan dalam pergaulan sehari-hari, reinforcement diartikan “hadiah” yang dapat memperkuat tingkah laku organisme. Akan tetapi kajian-kajian psikologi terutama bila dihubungkan dengan Skiner, Dimyati Mahmud menjelaskan bahwa reinforcement merupakan suatu tipe konsekuensi yang memiliki efek memperkuat tingkah laku berikutnya, sehingga tingkah laku yang diikuti oleh reinforcement akan diulang-ulang pada waktu-waktu yang akan datang. Begutupula dengan Nana Sudjana yang menjelaskan bahwa reinforcement merupakan stimulus yang mengikuti respon dan yang memperkuat atau memuaskan kemungkinan respon.Pemberian hadiah dalam proses belajar mengajar sebagai reinforcement positif sangat menunjang keberhasilan proses belajar mengajar. Namun lebih lanjut dikatakan bahwa pemberian hadiah yang diberikan terlalu sering akan kehilangan maknanya sebagai hadiah. Malahan pada waktu si anak itu telah nyata budi pekerti yang baik dan perbuatan yang terpuji, maka seyogyanya ia dihargai, dibalas dengan sesuatu yang menggembirakan dan dipuji di hadapan orang banyak (diberikan hadiah)
SIKAP NEPOTISME
Burhanuddin Burhanuddin
Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan Vol 6 No 2 (2014): Volume 6 Nomor 2 Desember 2014
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47435/al-qalam.v6i2.175
Sikap atau praktek Nepotisme dalam arti mengutamakan seseorang atau kelompok tertentu untuk mendapatkan bagian, apakah hadiah atau jabatan telah terjadi sejak zaman Nabi Saw.Praktek itu ternyata berlanjut dari generasi ke generasi berikutnya. Sejak Nabi Saw wafat (632 M) kaum Anshar menuntut untuk dipilih dan diangkat menjadi khalifah, karena pada masa hidup Nabi Saw merekalah yang banyak membantu Nabi Saw, baik dalam keadaan aman maupun dalam keadaan genting. Pada sisi lain, kaum muhajirin juga meminta untuk dipilih dan diangkat untuk menjai khalifah dengan mencalonkan Abu Bakar sebagai pilihan tunggal yang terbaik.Demikian gambaran umum sikap sahabat Nabi Saw, mereka pada awalnya juga tetap mementingkan sikap nepotisme.
KAIDAH-KAIDAH KEBAHASAAN
Amir Hamzah
Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam dan Pendidikan Vol 7 No 1 (2015): Volume 7 Nomor 1 Juni 2015
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47435/al-qalam.v7i1.177
Ilmu Tafsir bertujuan untuk memahami makna yang terkandung dalam Al-Qur’an. Disiplin ilmu yang menjadi syarat bagi para mufasir adalah Ilmu al-qawā’id al-lugawiyah karena bahasa Al-Qur’an adalah bahsa Arab, Sehubungan dengan itu, maka tulisan ini akan membahas tentang kaidah kebahasa-an yang diperlukan dalam menafsirkan makna Al-Qur’an. Hasil kajian menunjukkan bahwa, al-qawā’id al-Lugawiyah adalah kaidah kebahasaan (bahasa arab) yang dipergunakan oleh mufasir dalam memahami kandungan makna Al-Qur’an. Kaidah yang dimaksud di sini, bukan hanya sebatas kaidah tekstual (nahwu wa sharfu), akan tetapi seluruh kaidah bahasa Arab yang mencakup kaidah makna teks dan konteks; Mengetahui kaidah kebahasaan dalam ilmu tafsir adalah salah satu jalan agar terhindar dari pemahaman yang batil, sebab dalam memahami makna yang dikandung oleh Al-Qur’an, harus mengetahui lafal asli dari teks Al-Qu’an itu sendiri sehingga dapat mengkolaborasi antara makna bahasa dengan makna syara’ yang telah ditentukan. Penguasaan terhadap kaidah-kaidah kebahasaan, akan dapat memberikan kemampuan untuk menggunakan nash Al-Qur’an dalam istinbat hukum yang benar. Ketidaktahuan terhadap kaidah kebahasaan dapat menimbulkan ketidak pahaman terhadap kaidah hukum syara’ dan berpotensi terjadinya penyalahgunaan hukum syari’at yang tidak sesuai dengan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
PERKEMBANGAN PENDIDIKAN ISLAM: MERESPON TANTANGAN GLOBALISASI
Burhanuddin Burhanuddin
Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan Vol 7 No 1 (2015): Volume 7 Nomor 1 Juni 2015
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47435/al-qalam.v7i1.178
Dalam konteks ke-Indonesiaan, banyak hal perlu dicermati dalam kerangka terhadap Pendidikan Islam dan Globalisasi. Karena itu, secara konsesional umat Islam Indonesia bertanggung jawab dan memiliki kontribusi besar atas perkembangan dan kemajuan Indonesia dalam semua aspek pembangunan, tidak terkecuali dalam bidang pendidikan. Untuk menguraikan pembahasan tentang perkembangan pendidikan Islam dalam merespon tantangan globalisasi, maka pembahasan di arahkan melalui tiga rumusan masalah yaitu: 1) Bagaimana hakikat pendidikan Islam?; 2) Globalisasi dan Dampaknya Dalam Dunia Pendidikan?; dan 3) Tantangan dan Peluang Pendidikan Islam? Hasi pembahasan menunjukkan diperlukan adanya perombakan pada kebijakan yang menyangkut masalah pendidikan dengan menelurkan kebijakan-kebijakan yang berpihak pada kaum miskin, komersialisasi pendidikan mutlak harus dihentikan karena hanya memunculkan sekelompok orang yang menggunakan pendidikan sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan. Upaya memformulasikan kembali teori dan praktek pendidikan Islam sehingga dapat dilakukan kontekstualisasi arus global dengan menghilangkan batas pendidikan Islam yang dikotomik menuju pendidikan yang integralistik.
PENELITIAN PERSAMBUNGAN SANAD HADIS
Firdaus firdaus
Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan Vol 7 No 1 (2015): Volume 7 Nomor 1 Juni 2015
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47435/al-qalam.v7i1.179
Berdasarkan kesepakatan ulama kritikus hadis bahwa criteria suatu hadis dengan kualitas shahih adalah : 1) persambungan sanad; 2) seluruh periwatnya bersifat adil; 3) seluruh periwayatnya bersifat dhabith; 4) terhindar dari syadz; dan 5) terhindar dari ‘illat. Pada setiap unsur tersebut memilki kaidah tersendiri. Pembahasan utama dalam tulisan ini mengacu kepada kaidah pertama yaitu tentang persambungan sanad. Hasil kajian menunjukkan, Hadis-hadis yang memiliki sanad bersambung biasa diistilahkan dengan hadis muttashil atau musnad. Untuk mengetahui bersambung atau terputusnya sanad dalam suatu hadis, ada beberapa langkah-langkah yang dapat ditempuh yaitu: 1) mencatat seleuruh nama periwayat dalam sanad hadis; 2) menelusuri sejarah, kualitas pribadi dan kapasitas intelektual masing-masing periwayat; dan 3) meneliti shighat al-tahammul wa al-ada’ yang menghubungkan antar periwayat hadis dalam satu sanad.
PEMBELAJARAN PAI DALAM KERANGKA PENDIDIKAN NILAI
Hardianto Rahman
Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan Vol 7 No 1 (2015): Volume 7 Nomor 1 Juni 2015
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47435/al-qalam.v7i1.180
Pendidikan nilai pada hakikatnya adalah memanusiakan manusia, membentuk generasi bangsa yang lebih unggul dan berkepribadian humanis, intelektual dan spiritual, pada realitasnya kini pendidikan belum dapat dimaksimalkan peranannya dalam membentuk nilai peserta didik tersebut, pengaruh negatif lingkungan serta kemajuan globalisasi turut menggeser kadar nilai peserta didik dari waktu kewaktu sehingga degradasi moral pun kian tak terbendung, penyakit sosial yang kian hari mewarnai dunia pendidikan dan lingkup suatu masyarakat. Maka pendidikan nilai disini sangat urgen diperlukan sebagai langkah terdepan dalam membawa kondisi generasi bangsa kearah yang lebih bernilai dan berkarakter. Pendidikan Islam yang didalamnya mengandung unsur kegiatan pembelajaran PAI merupakan mata pelajaran yang sangat mendominasi dalam pembentukan nilai ilahiyah. Pembelajaran PAI merupakan kegiatan pembelajaran yang lebih menekankan pada arah pembentukan kepribadian peserta didik melalui ranah psikomotorik, kognitif maupun afektif, sehingga pembelajaran PAI dianggap berpotensi dalam kerangka pendidikan nilai bagi peserta didik.
PENDIDIKAN BERBASIS MASYARAKAT
Hasmiati Hasmiati
Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan Vol 7 No 1 (2015): Volume 7 Nomor 1 Juni 2015
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47435/al-qalam.v7i1.181
Pendidikan berbasis masyarakat merupakan perwujudan pendidikan melalui perluasan pelayanan pendidikan untuk kepentingan masyarakat. Pendidikan berbasis masyarakat menjadi sebuah gerakan penyadaran masyarakat untuk terus belajar sepanjang hayat dala mengatasi tantanan kehidupan yang beubah-ubah semakin berat. Secara konseptual model pendidikan berbasis masyarakat adalah model penyelenggaraan pendidikan yang bertumpu pada prinsip “dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat" pendidikan dari masyarakat maksudnya pendidikan yang memberikan jawaban kebutuhan masyarakat. Pendidikan oleh masyarakat artinya masyarakat dapat diposisiskan sebagai penyelenggara pendidikan atau pelaku pendidikan itu sendiri, masyarakat diberikan kebebasan
PENDIDIKAN KARAKTER BERBASIS RELIGIUS
Ismail Ismail
Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan Vol 7 No 1 (2015): Volume 7 Nomor 1 Juni 2015
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47435/al-qalam.v7i1.182
Tulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan pendidikan karakter religius dan implementasi pendidikan karakter berbasis religius. Metodologi penelitian yang digunakan adalah metode penelitian Library Research. Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data yang berkaitan dengan pendidikan karakter berbasis religius dari beberapa buku kemudian memberikan deskripsi lalu di simpulkan. Hasil pembahasan pada tulisan ini adalah pertama, pendidikan karakter religus di kogkritkan pada nilai-nilai karakter Rasulullah Muhammad SAW yang terdiri atas karkater shiddiq, amanah, tabligh, dan fatanah. Kedua, implementasi pendidikan karkater religius dilakukan dalam lingkungan sekolah, lingkungan keluarga, dan lingkungan masyarakat.
KREATIVITAS GURU AGAMA ISLAM DALAM MENUMBUHKAN MOTIVASI BELAJAR
Jamaluddin Jamaluddin
Jurnal Al-Qalam: Jurnal Kajian Islam & Pendidikan Vol 7 No 1 (2015): Volume 7 Nomor 1 Juni 2015
Publisher : LP2M Institut Agama Islam Muhammadiyah Sinjai
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.47435/al-qalam.v7i1.183
Prestasi belajar merupakan hal yang tidak dapat dipisahkan dari kegiatan belajar karena kegiatan belajar merupakan proses, sedangkan prestasi merupakan hasil dari proses belajar. Motivasi dapat berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Seseorang melakukan suatu usaha karena adanya motivasi yang baik akan menunjukkan hasil yang baik pula. Dengan demikian dituntut peran orang tua dan guru untuk selalu memotivasi peserta didik diberbagai rana kehidupan maupun lingkungan belajarnya. Salah satu inisiatif guru agama yang dapat menumbuhkan kreativitas belajar siswa pada tujuan utama pendidikan yaitu dengan menggunakan metode probing question (pertanyaan menggali) dengan menggunakan metode probing question menjadikan siswa lebih kreatif dalam berfikir dan siswa mendapatkan informasi dari jawaban yang lengkap dan jelas.