cover
Contact Name
Dr. Ir., Nurtati Soewarno, M.T
Contact Email
nurtati@itenas.ac.id
Phone
+6222-7272215
Journal Mail Official
terracotta@itenas.ac.id
Editorial Address
Tata Usaha Prodi Arsitektur Institut Teknologi Nasional Bandung - Itenas Gedung 17 Lantai 1 Jl. P.H.H. Mustofa No 23 Bandung - Jawa Barat 40124
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA
ISSN : -     EISSN : 27164667     DOI : https://doi.org/10.26760/terracotta
Core Subject : Engineering,
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA adalah Jurnal Ilmiah yang berisi tulisan yang diangkat dari hasil penelitian dan pengembangan teknologi dalam bidang-bidang utama : Perancangan Arsitektur (gedung), Stuktur dan Konstruksi, Teknologi Bangunan, Perencanaan Kota dan Asitektur Kota, Perumahan dan Permukiman, serta Teori-Metoda dan Sejarah Arsitektur.
Articles 125 Documents
Comparative Study on the Comfort of Public Space in Residential Settlement (Case Study: RBRA Kalpataru & RPTRA Anggrek) Wenny Arminda
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 4, No 1 (2023)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v4i1.8124

Abstract

In addition to its roles as a water catchment and green space, a city's public space is a location for people to congregate and participate in activities together. For these reasons, public space is a vital component of the design of a city. As study objects, we will be using Child-Friendly Playrooms (RBRA) Kalpataru and Child-Friendly Integrated Public Spaces (RPTRA)Anggrek in our investigation. It is anticipated that the availability of child-friendly public places would facilitate the fulfilment of children's rights, making it possible for them to live, grow, develop, and engage in social activities to the fullest extent possible. The primary topics discussed in this research are the design and requirements of both public spaces in communities with varied environmental and cultural settings. Observation and interviews are the methods that were used in this investigation. This research aims to discover how the general population feels about the comfort level in public spaces. Aspects of thermal comfort, safety, circulation, amenities, noise, and view are evaluated as part of the comfort assessment. RPTRA Anggrek was found to have a comfort level with an average score of 94.5 (very good), which was higher than RBRA Kalpataru, which got an average score of 68 (moderate). 
Pola Dan Karakteristik Kualitas Spasial Ruang Pada Pantai Di Kecamatan Kuta, Bali. Ni Wayan Nurwarsih
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 4, No 1 (2023)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v4i1.7330

Abstract

Pemanfaatan ruang pada Daya Tarik Kawasan Wisata Pantai di Kecamatan Kuta diasumsikan sebagai tuntutan dari kebutuhan ekonomi, sosial, budaya dan politik. Pariwisata selanjutnya dianggap telah mendefinisi ulang penggunaan ruang pada area wisata pantai di Bali. Ruang-ruang yang hadir tidak memiliki regulasi dan tidak terorganisir, sehingga menciptakan tata kelola dan memunculkan praktik konsumsi ruang yang mungkin terbentur oleh era digital saat ini. Kehadiran praktik konsumsi ruang ini menandakan adanya perbedaan antara konsep atas ruang yang dirancang sebelumnya, yang ternyata tidak sesuai representasi. Konsep dalam representasi ruang menyatakan bahwa ruang-ruang pada Daya Tarik Kawasan Wisata Pantai dibuat untuk memperlakukan semua pengguna sama, tidak menghadirkan fungsi lain, yaitu untuk kepentingan fungsi sosial dan budaya. Penelitian ini mengkaji bagaimana pola dan karakteristik kualitas spasial ruang secara sosial, sehingga persepsi dan kualitas terhadap efek kombinasi sifat-sifat yang tanggap terhadap kondisi budaya dan pengalaman serta ketertarikan pengguna didapatkan dan bagaimana gambaran perubahan fungsi dan kualitas toleransi kepada dampak kebutuhan ruang masyarakat lokal dan wisatawan, agar dapat mengetahui bentuk kualitas ruang secara arsitektur dalam bentuk diagram bentuk dan hakikatnya. Temuan pada akhirnya akan mengidentifikasi pola kualitas ruang secara arsitektur, sehingga masyarakat paham kombinasi ruang secara spasial dan lebih spesifik lagi pada ruang pantai di Daya Tarik Kawasan Wisata Pantai di Kecamatan Kuta.
Pemindaian Ruang pada Bangunan dengan Mobile LiDAR Camera Nitih Indra Komala Dewi; Wahyu Buana Putra
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 4, No 1 (2023)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v4i1.8146

Abstract

ABSTRAKDokumentasi merupakan bagian integral dari pengumpulan, penyimpanan, dan pengelolaan catatan arsitektur, penelitian, dan dokumen bangunan dalam arsitektur.  Lamanya waktu dalam proses pendataan lapangan dan keakuratan data yang diperoleh merupakan kendala yang dihadapi dalam proses pendataan lapangan untuk mendapatkan data dokumentasi arsitektur.  Kemajuan teknologi kamera pada smartphone semakin meningkat.  Dengan kemajuan teknologi saat ini, fungsi kamera pada smartphone tidak hanya sebagai alat pengambilan gambar fotografi tetapi sudah berkembang ke arah pemindaian objek.  Pemindaian benda bangunan telah banyak menggunakan teknologi pemindaian objek untuk mendapatkan tangkapan visual tiga dimensi dari ruang atau massa bangunan, salah satunya dengan metode 3D Scanner.  Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan membandingkan metode 3D Scanner dengan menggunakan dua metode pengumpulan data yaitu kamera spot dan kamera dinamis.  Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sensor LiDAR yang terdapat pada iPhone memungkinkan pengguna menggunakannya dalam kegiatan survei untuk mengumpulkan data outdoor dan indoor yang ada. Berdasarkan analisis uji One Way Anova diperoleh P-value sebesar 0.976.  nilai P-value<0.05, yang berarti tidak ada perbedaan antara Dimensi yang dipindai dengan metode statis (X1), metode dinamis (X2), dan penggunaan laser distance (X3). Pelaksanaan pemindaian dengan metode statis memerlukan ketelitian dan kecermatan, mengingat keterbatasan jarak pemindaian dan pergerakan alat putar 360-tracking iPhone.  Pada penggunaan metode pemindaian statis, diperlukan beberapa titik pemindaian dan intensitas pemindaian.Kata kunci: sensor lidar, pemindaian statis, pemindaian dinamis, ABSTRACTDocumentation is integral to the collection, storage, and management of architectural records, research, and building documents in architecture. The length of time in the field data collection process and the accuracy of the data obtained are the obstacles encountered in obtaining architectural documentation data. Advances in camera technology on smartphones are increasing. With current technological advances, the function of the camera on a smartphone is not only a tool for taking photographic images but has developed for scanning objects. Scanning of building objects has widely used object scanning technology to obtain a three-dimensional visual capture of the space or mass of a building, one of which is the 3D Scanner method. This study aims to test and compare the 3D Scanner method using two data collection methods, namely spot cameras and dynamic cameras. The results of this study indicate that the LiDAR sensor found on the iPhone allows users to use it in survey activities to collect existing outdoor and indoor data. Based on the One Way Anova test analysis, a P-value of 0.976 was obtained. The P-value <0.05 means there is no difference between the Dimensions scanned with the static method (X1), the dynamic method (X2), and the use of laser distance (X3). Scanning using the static method requires accuracy and precision, considering the limitations of the scanning distance and the movement of the iPhone's 360-tracking rotary device. Several scanning points and intensities are necessary when using the static scanning method.Keywords: lidar sensor, static scanning method, dynamic scanning method,
Kajian Penerapan Konsep Arsitektur Humanisme pada Bangunan UPTD Liponsos Kampung Anak Negeri Fatimatuz Zahroh
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 4, No 1 (2023)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v4i1.7376

Abstract

Dalam merancang beberapa hal sering dilewatkan, baik sengaja maupun tidak oleh arsitek, salah satunya adalah rasa kepemilikan. Dikarenakan tendensi arsitek untuk menganggap rancangannya sebagai karya seni, sering pengguna bangunan akhirnya tidak bisa memodifikasi atau mem-personalisasi ruang yang tercipta. Hal ini mengasingkan arsitektur dari isu sosial maupun penggunanya sendiri, menciptakan rancangan yang tidak fleksibel dan disalahpahami. Salah satu solusi dalam menyelesaikan permasalahan adalah menggunakan arsitektur humanisme dalam sudut pandang teori kebutuhan oleh Maslow. Dengan mengambil studi kasus UPTD Lingkungan Pondok Sosial Kampung Anak Negeri di Surabaya, dilakukan suatu analisa hubungan pemenuhan kebutuhan bertingkat dengan munculnya identitas pada bangunan. Pemunculan identitas ini sebagai upaya untuk memunculkan rasa kepemilikan dari pengguna kepada bangunan yang ditempatinya. Simpulan kajian menunjukkan adanya keterkaitan arsitektur humanisme sebagai salah satu landasan pertimbangan dalam merancang.
Analysis of Architectural Needs for Passive Low-Tech Fog and Dew Collector Building Design: A Narrative Literature Review Muhammar Khamdevi; Matius MLT
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v4i2.8544

Abstract

Global warming and climate change have negative effects on life on earth. One of the consequences is a water crisis or water scarcity, both in quantity and quality. Indonesia also cannot avoid this problem. Therefore it is necessary to prepare an alternative water supply solution, one of which is from water vapor (atmospheric water), especially in the form of dew and fog. This study aimed to formulate the design requirements for passive low-tech dew and fog collector building by comparing several technologies and projects in the world that have been realized recently that have a relationship with architectural science. This research used qualitative research with a narrative literature review approach. This research produced design requirements in the form of principles and technical requirements in designing and realizing dew and fog collector building, especially in terms of function, construction, and appearance.Keywords: dew collector, fog collector, low-tech, water scarcity, architecture
Perubahan Morfologi Koridor Jalan dan Pengaruhnya Terhadap Aktivitas Komersial di Jalan Lawu Karanganyar Adhitya Permana
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v4i2.8145

Abstract

AbstrakPerubahan morfologi jalan akibat proyek jalan berdampak terhadap aktivitas ekonomi pada ruang samping kanan dan jalan kiri. Adanya perubahan dimensi pada elemen ruang jalan mengakibatkan perubahan pola aktivitas komersial yang mendekati koridor jalan. Penelitian ini menjelaskan secara teoritik tentang perubahan morfologi ruang jalan dan pengaruhnya terhadap aktivitas komersial di Jalan Lawu. Metode penelitian ini adalah metode deduktif kualitatif dengan pendekatan teorisasi deduktif untuk menguji variabel yang telah dideduksi dari kajian teori dengan elemen tetap, semi tetap, tidak tetap dan variabelnya yaitu badan Jalan Lawu, jalur pejalan kaki dan jalan bersama, bangunan komersial permanen dan non permanen , street furniture, area parkir dan vegetasi, aktivitas rutin dan insidental. Pengambilan data untuk variabel tersebut dengan teknik time sampling saat weekday dan weekend pada waktu pagi, siang, malam. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan dan morfologi koridor Jalan Lawu periode tahun 2011 hingga 2016 (sebelum perubahan) dan tahun 2016 hingga 2022 (setelah perubahan), intensitas kepadatan dan pola sebaran aktivitas komersial, lalu permintaan variabel perubahan yang signifikan. Hasil penelitian ini yaitu pengaruh perubahan morfologi koridor jalan dengan perubahan aktivitas komersial pada koridor Jalan Lawu yaitu adanya aksesibilitas koridor jalan baru seperti jalur pejalan kaki dan jalan bersama. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan dan morfologi koridor Jalan Lawu periode tahun 2011 hingga 2016 (sebelum perubahan) dan tahun 2016 hingga 2022 (setelah perubahan), intensitas kepadatan dan pola sebaran aktivitas komersial, lalu permintaan variabel perubahan yang signifikan. Hasil penelitian ini yaitu pengaruh perubahan morfologi koridor jalan dengan perubahan aktivitas komersial pada koridor Jalan Lawu yaitu adanya aksesibilitas koridor jalan baru seperti jalur pejalan kaki dan jalan bersama. Analisis dilakukan dengan mengidentifikasi perubahan penggunaan lahan dan morfologi koridor Jalan Lawu periode tahun 2011 hingga 2016 (sebelum perubahan) dan tahun 2016 hingga 2022 (setelah perubahan), intensitas kepadatan dan pola sebaran aktivitas komersial, lalu permintaan variabel perubahan yang signifikan. Hasil penelitian ini yaitu pengaruh perubahan morfologi koridor jalan dengan perubahan aktivitas komersial pada koridor Jalan Lawu yaitu adanya aksesibilitas koridor jalan baru seperti jalur pejalan kaki dan jalan bersama.Kata kunci : morfologi jalan, aktivitas komersial, pengaruh perubahan
Penerapan Kualitas Akustik pada Ruang Kelas Studio Arsitektur (Studi Kasus: Kelas Studio Gambar Laboratorium Teknik 2, Institut Teknologi Sumatera) Verza Dillano Gharata; Widi Dwi Satria; Wenny Arminda
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v4i2.8545

Abstract

Dalam kegiatan proses pembelajaran dibutuhkan tempat yang nyaman dengan kualitas akustik yang baik. Pembelajaran dalam suatu ruang kelas dibutuhkan kejelasan suara yang baik agar dapat tersampaikan secara baik dan jelas sehingga proses belajar mengajar dalam berjalan lancar. Agar dapat berjalan dengan baik maka diperlukan ruangan dengan kualitas akustik yang baik pula. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengamati dan melakukan pengukuran pada ruang kelas studio gambar arsitektur Institut Teknologi Sumatera.Kebisingan pada ruang kelas tentunya akan menyebabkan proses belajar mengajar terganggu karena suara tidak dapat tersampaikan dengan baik, menganggu kenyamanan, dan konsentrasi pelajar. Dalam mendukung proses belajar mengajar yang baik suatu ruangan harus mempunyai kualitas akustik yang baik agar tidak menimbulkan cacat akustik seperti dengung dan echo. Penelitian ini difokuskan untuk mengamati kualitas akustik pada ruang kelas studio gambar arsitektur  Institut Teknologi Sumatera sudah memadai ataukah belum untuk memenuhi kenyamanan akustik yang dibutuhkan ruang tersebut. Penelitian ini akan dilakukan dengan cara mengamati kualitas akustik dan kenyamanan, serta melakukan pengukuran elemen elemen (dinding, lantai, plafon, waktu dengung, jendela) yang ada pada ruang kelas dengan menggunakan alat alat seperti meteran laser dan meteran. Tujuan penelitian ini adalah mengamati kualitas akustik  ruang kelas studio gambar arsitektur Institut Teknologi Sumatera dan akan dilakukan pembahasan mendalam mengenai material dan elemen akustik dalam ruangan tersebut. 
Kenyamanan Sirkulasi Bangunan Kampus Berdasarkan Persepsi Pengguna (Studi Kasus Gedung E ITERA) Widi Dwi Satria; Puspita Sari Sinaga; Yoga Hadi Wibowo
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v4i2.8428

Abstract

Institut Teknologi Sumatera (ITERA) merupakan salah satu institut teknologi yang berada di Pulau Sumatera. ITERA haruslah menyediakan fasilitas gedung yang memadai untuk menunjang kegiatan perkuliahan. Salah satu gedung perkuliahan yang disediakan oleh ITERA yakni Gedung E. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi mahasiswa terhadap kenyamanan sirkulasi Gedung E ITERA. Penelitian ini dilakukan secara kualitatif dengan pendekatan observasi dan penilaian kuesioner terhadap 50 responden dengan tujuan untuk memperdalam analisa yang dilakukan antara kondisi lapangan dengan persepsi pengguna terhadap suatu fenomena yang terjadi secara apa adanya. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari 50% sirkulasi pada area ruang dalam Gedung E ITERA masih dapat dikategorikan nyaman. Adapun berdasarkan hasil kusesioner tentang kelayakan, kesesuaian, kenyamanan, kebisingan, dan keamanan gedung E menunjujukkan hasil yang masih dirasakan nyaman oleh penghuni. Beberapa hal yang masih dirasa kurang oleh pengguna Gedung E adalah tingkat kesesuaian ruang kelas yang dinilai kurang oleh pengguna.
Kesesuaian Penggunaan Bahan Bangunan Rumah Tinggal Di Indonesia Wandi Krisdian
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v4i2.8096

Abstract

Indonesia terletak di jajaran gunung api aktif pasifik, yang sering disebut cincin api atau ring of fire merupakan penyebab seringnya Indonesia mengalami  gempa bumi. Leluhur sudah memberikan contoh hunian yang cocok dan sudah teruji untuk ditinggali di daerah gempa. Kondisi geografis yang berbeda di setiap daerah menyebabkan rumah tradisional setiap suku di Indonesia berbeda-beda juga. Namun akibat gencarnya budaya luar masuk ke Indonesia, banyak dari masyarakat membangun huniannya mengikuti budaya luar.Tentu saja hunian ini kurang cocok di Indonesia karena berbeda kondisi alamnya. Banyak hunian yang rusak atau hancur ketika terjadi gempa bumi. Hal ini karena ketidakcocokan bahan bangunan yang digunakan. Oleh karena itu, kajian ini dibuat untuk mengetahui material bangunan apa yang tidak cocok digunakan di daerah rawan gempa. Kajian ini menggunakan metoda kuantitatif dengan mengumpulkan dan menganalisa data-data dari Badan Pusat Statistik Nasional dan sumber lainnya. Kajian ini juga menawarkan solusi berupa informasi kepada masyarakat tentang material bangunan yang sebaiknya digunakan di daerah rawan gempa. Bahan bangunan yang sudah teruji oleh alam dan leluhur. Dengan adanya hasil kajian ini diharapkan bisa meminimalisir terjadinya kerusakan bangunan ketika terjadi gempa bumi.
Study of Layout, Circulation, and Ornaments in Temple Building (Case Study: Satya Budhi Temple, Bandung) Mustika Wardhani; Aldo Praseta; Salman Ramadhan; Thinka S Cahyowati; Debby N Achsanta
Jurnal Arsitektur TERRACOTTA Vol 4, No 2 (2023)
Publisher : Itenas, Institut Teknologi Nasional Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26760/terracotta.v4i2.8694

Abstract

The existence of temple buildings in Indonesia is part of the acculturation of Chinese culture that develops time by time. The temple, which is functionally used as a place of worship, has a unique role in historical developments in Indonesia, especially in Bandung. Satya Budhi Temple is one of the temple buildings in Bandung, which is more than 50 years old and is the oldest temple in this city. This building is part of the cultural heritage of Bandung, whose sustainability should be studied in terms of architecture. This research seeks to dig deeper into how the temple building's layout, circulation flow, and ornaments manifest the values of the Chinese philosophy of life, society, and culture. The research method uses a qualitative descriptive method accompanied by sketches of the elements forming space and circulation. The findings in this study show that the architecture of the temple has a distinctive spatial layout accompanied by a linear circulation which represents the journey towards the profane-sacred transition of humans towards God. From the findings of this study, it is hoped that cultural heritage buildings with a typology of worship places can continue to be preserved through preservation and revitalization efforts so that their historical value is well maintained.Keywords: Layout, Circulation flow, Ornament, Temple building, Cultural heritage building

Page 10 of 13 | Total Record : 125