Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
ABIP adalah Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan , yang terbit tiap tahun, merupakan jurnal yang sebelumnya terbit secara intern dalam lingkungan Sekolah Tinggi Agama Buddha Raden Wijaya Wonogiri Jawa Tengah. Dalam periode September 2014 ABIP terbit dalam skala yang lebih luas, menjadi jurnal nasional. Penulisan jurnal dalam edisi September 2014, melingkupi penelitian yang terkait dengan hasil penelitian pengembangan, maupun penelitian penerapan. Penulisan dalam hasil pengembangan khususnya dalam lingkungan agama Buddha, sangat diperlukan, karena masih sangat kurang pengembangan produk-produk baru, yang bersesuaian dengan perkembangan ilmu pengetahuan. Seperti adanya perkembangan kurikulum 2013, maka diperlukan adanya pengembangan lebih lanjut dalam pendidikan Agama Buddha, seperti dalam hal asesmen otentik. Perhatian kepada guru, perlu dilakukan dengan pengembangan penilaian motivasi dan atau kinerjanya. Penulisan penerapan, diperlukan sebagai salah satu mediasi dalam melihat dan mengkaji ulang hal – hal yang menarik dan terdapat pengaruh dalam pengembangan ilmu dan pengetahuan. Para penulis jurnal dalam periode September 2014 meliputi para dosen dalam lingkungan STAB N Raden Wijaya dan Sekolah Tinggi Agama Hindu. Bentuk keterbukaan penulisan dilakukan guna menjamin relevansi dan nilai guna hasil tulisan yang lebih bermutu dan diperlukan bagi masyarakat, serta pengembangan ilmu dan pengetahuan.
Articles
107 Documents
Upaya Mempertahankan Ajaran Agama Buddha Melalui Literasi di Indonesia
Sanjaya, Rama
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 8 No. 2 (2022): Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.53565/abip.v8i2.664
Agama Buddha di Indonesia sudah ada sejak sebelum Indonesia merdeka. Agama Buddha sangat penting bagi keberagaman di Indonesia. Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui tulisan-tulisan apa saja yang telah dibuat oleh cendekiawan Buddhis di Indonesia dan bagaimana tulisan tersebut dapat mempertahankan ajaran agama Buddha sebagai produk dari literasi. Penelitian ini belum pernah dilakukan sehingga sangat penting untuk dilakukan. Metode dalam penelitian ini yaitu penelitian pustaka, selanjutnya peneliti memaparkan hasil penelitian dalam bentuk deskriptif. Hasil penelitian ini adalah terdapat enam buku yang merupakan produk literasi tulisan karya cendikiawan Buddhis di Indonesia. Pentingnya melakukan literasi tulisan yaitu membuat karya-karya mengenai ajaran agama Buddha agar ajaran ini dapat dilestarikan di Indonesia. Produk literasi ini memberikan kemudahan untuk mendalami ajaran Sang Buddha sehingga pemeluk agama Buddha di Indonesia dapat menjalankan ajaran agamanya sebagai mestinya.
Pengaruh Pendidikan Monastik terhadap Adversity Quotient Anak Asuh Pusdiklat Buddhis Bodhidharma
Mujiyanto, Mujiyanto
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 8 No. 2 (2022): Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.53565/abip.v8i2.677
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh pendidikan monastik terhadap tingkat kecerdasan mengatasi kesulitan. Latar belakang penelitian ini menekankan pada peraturan yang berkaitan dengan kedisiplinan, pelatihan, kegiatan, dan kerohanian. Permasalahan yang terjadi pada anak asuh yaitu mengenai kecerdasan mengatasi kesulitan (AQ) untuk individu beradaptasi dengan program di Pusdiklat. Ada empat dimensi yang dihadapi dalam AQ menurut Stoltz yaitu: kendali, asal-usul dan pengakuan, jangkauan, daya tahan. Metode yang digunakan yaitu dengan penyebaran angket dan teknik analisis data yang digunakan untuk menjawab permasalahan penelitian telah dirumuskan, data yang dikumpulkan dianalisis menggunakan teknik statistik. Hasil dari analisis data tersebut bahwa ada pengaruh yang signifikan antara kedua variabel ditunjukkan dari standar koefisiensi sebesar 0,957 dengan demikian berarti kecerdasan mengatasi kesulitan anak asuh Pusdiklat Buddhis Bodhidharma Bandungan dipengaruhi oleh pendidikan monastik. Persamaan regresi linier sederhana antara pendidikan monastik dengan kecerdasan mengatasi kesulitan yaitu: Y = -13.170 + 1.073. X1. Dengan demikian terjadi pengaruh yang positif antara pendidikan monastik terhadap kecerdasan mengatasi kesulitan.
Artikulasi Wacana pada Hasrat Asketisme Kaum Bhikkhu Theravada
Leonora, Xandra;
Mubarok, Muhamad Husni
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 8 No. 2 (2022): Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.53565/abip.v8i2.678
Sebagai kelompok pelaku monastik, Bhikkhu harus menjalankan kehidupan asketisme. Perbedaan kehidupan umat awam agama Buddha dengan kehidupan para Bhikkhu sangat terlihat dari gaya hidup dan keseharian mereka, di mana kehidupan awam terbilang bebas dari peraturan yang membatasi aktivitas, ekspresi, dan lain sebagainya seperti Bhikkhu. Praktik asketisme ini merupakan pelatihan bagi para Bhikkhu, untuk mengikuti konsep agama Buddha, yakni diri tanpa Ego. Gaya hidup seperti ini menjadi menarik untuk diketahui faktor yang mendorong seseorang ingin tergabung dalam kelompok monastik. Penelitian ini menggunakan teori psikoanalisis Jacques Lacan untuk melihat bagaimana Ego tercipta dari diri tanpa Ego, yang dapat terlihat dari struktur wacana dalam mencoba mengetahui simtom pembentukan hasrat subjek. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Penulis menggunakan menggunakan metode studi kasus, dengan pendekatan fenomenologi. Hasil penelitian ini menemukan bahwa hasrat asketisme Bhikkhu merupakan hasrat yang terbentuk dari ketertundukan pada wacana tujuan tertinggi agama Buddha, guna memberikan perasaan aman dan nyaman setelah merealisasikannya.
Keugaharian: Memaknai Konsep Kesederhanaan dalam Ajaran Yesus dan Ajaran Buddha terhadap Konteks FOMO Syndrome
Ginting, Eikel
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 8 No. 2 (2022): Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.53565/abip.v8i2.672
Fenomena sosial yang terjadi dalam budaya teknologi sekarang, adalah FOMO (Fear Of Missing Out). Fenomena ini mengarah pada pola kehidupan manusia menjadi lebih cemas, dan terasing di tengah dunia yang saling terhubung dalam teknologi. Sindrom kecemasan dan ketakutan ini, berdampak kepada pola hidup yang tidak teratur. Juga berdampak pada tindakan konsumerisme dan hedonisme. Ini terjadi karena keinginan, mempertahankan eksistensi dalam hal materil (uang, barang-barang mewah). Dampak kontemporer yang dirasakan ini, menjadi relevan ketika diperhadapkan dengan ajaran agama-agama. Terkhusus dalam tulisan ini, melihat dari perspektif Kristen yang menceritakan kisah Yesus dalam Injil Lukas. Juga teks Buddha mengenai nilai-nilai kesederhanaan, melalui ajaran pengendalian hawa nafsu (tanha). Melalui kisah Yesus dalam Injil Lukas dan pengajaran Buddha mengenai pengendalian hawa nafsu, dapat diaktualisasikan dalam fenomena FOMO saat ini. Pemaknaan dari kedua agama ini, diharapkan memberi nilai pengajaran bagi kehidupan manusia. Terlebih di tengah perkembangan budaya modern saat ini.
Sejarah Perkembangan Agama Buddha Mahayana di Kabupaten Jepara Pasca Kemerdekaan
Widodo, Hadi
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 8 No. 2 (2022): Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.53565/abip.v8i2.689
Mahayana merupakan salah satu sekte agama Buddha yang berkembang di negara Indonesia dan memiliki penganut yang cukup banyak. Mahayana tumbuh dengan baik di kabupaten Jepara yang notabene penduduknya adalah masyarakat pribumi. Hal ini kontras dengan pandangan masyarakat umum bahwa Mahayana lebih banyak dianut oleh masyarakat Tionghoa. Penelitian ini bertujuan untuk menggali informasi lebih dalam tentang bagaimana sebelum, awal masuk dan berkembangnya Mahayana di Kabuten Jepara. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif deskriptif pendekatan historis. Masyarakat Jepara lebih dahulu mengenal aliran kepercayaan Jawa (kejawen), agama Islam dan agama Buddha Theravada. Informasi tentang bagaimana Mahayana mulai dikenal oleh masyarakat Jepara juga disampaikan dengan gamblang oleh informan yang terlibat pada masa sebelum, awal dan saat Mahayana berkembang di Jepara. Secara umum umat Buddha Mahayana di Jepara mengalami perkembangan yang positif, dari segi keaktifan, jumlah umat dan keyakinan, namun saat ini sedang kehilangan sosok panutan.
Makna Tradisi Rejeban dalam Perspektif Buddha Dhamma di Desa Widarapayung Kulon Cilacap
Siswoyo, Eko
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 8 No. 2 (2022): Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.53565/abip.v8i2.698
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis makna tradisi Rejeban di Desa Widarpayung Kulon dari sudut pandang agama Buddha. Tradisi Rejeban di Desa Widarapayung Kulon merupakan tradisi rutin yang dilaksanakan satu tahun sekali. Tradisi ini dilaksanakan dengan dua tahapan dan dilaksanakan di dua tempat. Di pagi hari, masyarakat meletakkan bunga dan kemenyan di batu nisan keluarga yang telah meninggal. Menjelang siang hari, masyarakat mengadakan kenduri. Semua proses yang dilakukan mempunyai makna bahwa anak harus berbakti kepada orang tua walaupun orang tua sudah meninggal dunia. Tujuan dari rangkaian rejeban yaitu mengirimkan doa kepada sanak saudara yang telah meninggal dunia agar memperoleh kebahagiaan. Hal yang sama diajarkan oleh Buddha Gautama tentang pattidana dan ullambana, yaitu seorang anak harus melimpahkan jasa dan pahala kepada orang tuanya yang telah meninggal. Buddha mengajarkan kepada Sigalo tentang kewajiban anak kepada orang tuanya bahwa setelah orang tuanya meninggal, anak harus mengadakan upacara keagamaan.
ASKETISME BUDDHA DALAM TOKOH BUBUKSAH DI RELIEF PENDOPO CANDI PANATARAN
Sutadi, Sutadi
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.53565/abip.v9i1.708
Penelitian ini bermula dari terdapatnya relief Bubuksah yang disebutkan sebagai seorang pertapa Buddha yang digambarkan di Pendopo teras Candi Panataran yang merupakan Candi bercorak Hindu. Candi ini memiliki posisi penting dalam pendidikan keagamaan masa Kerajaan Majapahit. Relief ini memiliki hubungan dengan kepercayaan negara yang membentuk Siwa Buddha dengan ajaran Bhinneka Tunggal Ika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai-nilai Buddhisme yang membentuk karakter tokoh Bubuksah dalam Relief Pendopo Candi Panataran tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kepustakaan. Analisis data dalam penelitian ini dengan analisis konten bahan pustaka. Penelitian ini menghasilkan kesimpulan bahwa cerita Bubuksah merupakan perbandingan antara cara bertapa dari penganut Buddha dan Siwa yang menunjukkan adanya perbedaan dalam cara beragama namun mengarah pada tujuan yang sama. Hal ini merupakan wujud praktik dalam menjalankan ajaran Siwa Buddha secara nasional pada era Majapahit yang digambarkan dalam karakter lokal. Hal ini merupakan bentuk kearifan lokal masyarakat Jawa dalam menerima perbedaan ajaran Hindu dan Buddha. Pemilihan pada Pendopo Candi Panataran dapat dipahami karena candi ini berfungsi sebagai pusat pendidikan agama kerajaan. Tokoh Bubuksah merupakan penggambaran ajaran Buddha tentang praktik asketis Bodhisattwa yang merupakan salah satu konsep utama dalam tradisi Buddha Mahayana. Praktik kemurahan hati dengan memberikan diri kepada makhluk lain yang membutuhkan secara tulus sebagai bagian dari tujuan mulia mencapai pembebasan sejati.
MODERASI BERAGAMA DALAM BINGKAI TOLERANSI ANTAR UMAT BERAGAMA DI DESA MARGOREJO
Sugeng Sugeng;
Agus Subandi
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.53565/abip.v9i1.709
Keberagaman merupakan fenomena yang tidak bisa dihindari. Keberagaman ini di satu sisi dapat menjadi keistimewaan, namun di sisi lain juga dapat menjadi sumber potensi terjadinya konflik di masyarakat. Moderasi beragama merupakan sikap beragama yang seimbang antara pengamalan agama sendiri dan penghormatan kepada praktik beragama orang lain. Adanya keberagaman agama tidak menjadi kendala bagi terwujudnya kehidupan masyarakat yang rukun dan damai di Desa Margorejo. Penelitian deskriptif kualitatif ini bertujuan untuk menggambarkan moderasi beragama di Desa Margorejo. Adanya moderasi beragama tercermin dari terwujudnya toleransi antar-umat beragama di Desa Margorejo. Kerukunan antar-umat beragama di Desa Margorejo menjadi tradisi turun-temurun yang terus diwariskan sampai dengan generasi yang ada saat ini hingga memunculkan kesadaran dan penerimaan masyarakat akan adanya perbedaan agama di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Terwujudnya moderasi beragama di Desa Margorejo tidak terlepas dari adanya sinergitas pemerintah desa, para tokoh agama, dan masyarakat khususnya para pemuda lintas agama dalam berupaya untuk menjaga dan memperkuat moderasi beragama.
INTENSITAS MENGIKUTI SEKOLAH MINGGU BUDDHA DAN KEMANDIRIAN SISWA VIHARA VIPASSANA KUSALACITTA
Eling Widiyono
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.53565/abip.v9i1.710
Intensitas siswa dalam mengikuti kegiatan Sekolah Minggu Buddha mampu menumbuhkan sikap kemandirian siswa. Adapun ciri-ciri dari beberapa sikap kemandirian siswa adalah: tanggung jawab, jarang meminta bantuan orang lain, kreatif dan inisiatif, memiliki kemampuan menyelesaikan masalah, percaya diri, dan dapat melayani diri sendiri. Kemampuan ini dapat diperoleh dari hasil belajar di sekolah minggu yang banyak mengajarkan sikap-sikap kemandirian siswa seperti mendengarkan cerita tentang sifat-sifat luhur Buddha dan Bodhisatva, mewarnai yang dapat menumbuhkan kemampuan motorik anak, bernyanyi yang dapat meningkatkan rasa percaya diri. Hal demikian dapat dikuasai oleh siswa jika dilakukan secara intens dan intensitas di sini mengacu pada durasi dan kesungguhan siswa dalam melakukan kegiatan di Sekolah Minggu Buddha
MAKNA PINDAPATA DI HARI UPOSATHA SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEYAKINAN UMAT BUDDHA
Tri Suyatno
Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan Vol. 9 No. 1 (2023): Jurnal Agama Buddha dan Ilmu Pengetahuan
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Buddha Negeri Raden Wijaya
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.53565/abip.v9i1.712
Tujuan dari penelitian ini adalah menguraikan makna pindapata sebagai praktik keyakinan umat Buddha di hari uposatha. Fokus pada penelitian ini adalah membahas bagaimana pindapata dapat meningkatkan keyakinan umat Buddha. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif. Pindapata adalah pengumpulan dana makanan oleh Bhikkhu atau menerima persembahan makanan dari perumah tangga. Berdana makanan kepada Bhikkhu akan mendapatkan manfaat yang tiada tara: usia panjang (ayu), ketampanan atau kecantikan (vanno), kebahagiaan (sukha), dan kekuatan (bala). Konsep kepercayaan didasari ehipassiko (lihat, datang dan buktikan). Keyakinan dalam agama Buddha tidak semata-mata hanya percaya namun harus dibuktikan sendiri. Kondisi batin dalam melaksanakan dana, dapat mendorong karma baik ketika dilaksanakan. Citta dan cetasika, faktor batin dan pikiran, seorang pendana akan menghasilkan karma. Faktor kebijaksanaan setelah melaksanakan dana akan menjadi faktor penerima bahagia.