cover
Contact Name
Dita Archinirmala
Contact Email
dorotea.ditaarchinirmala@kalbe.co.id
Phone
+6281806175669
Journal Mail Official
cdkjurnal@gmail.com
Editorial Address
http://www.cdkjournal.com/index.php/CDK/about/editorialTeam
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Cermin Dunia Kedokteran
Published by PT. Kalbe Farma Tbk.
ISSN : 0125913X     EISSN : 25032720     DOI : 10.55175
Core Subject : Health,
Cermin Dunia Kedokteran (e-ISSN: 2503-2720, p-ISSN: 0125-913X), merupakan jurnal kedokteran dengan akses terbuka dan review sejawat yang menerbitkan artikel penelitian maupun tinjauan pustaka dari bidang kedokteran dan kesehatan masyarakat baik ilmu dasar, klinis serta epidemiologis yang menyangkut pencegahan, pengobatan maupun rehabilitasi. Jurnal ini ditujukan untuk membantu mewadahi publikasi ilmiah, penyegaran, serta membantu meningkatan dan penyebaran pengetahuan terkait dengan perkembangan ilmu kedokteran dan kesehatan masyarakat. Terbit setiap bulan sekali dan disertai dengan artikel yang digunakan untuk CME - Continuing Medical Education yang bekerjasama dengan PB IDI (Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia)
Articles 2,961 Documents
Terapi Bifosfonat untuk Pasien Osteoporosis Pasca Menopause Joenputri, Noviana
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 10 (2020): Optalmologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (152.807 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v47i10.1083

Abstract

Osteoporosis lebih sering pada wanita pasca menopause karena perubahan hormon yang menyebabkan ketidakseimbangan antara resorpsi dan pembentukan tulang. Osteoporosis dapat menyebabkan patah tulang yang akan berdampak meningkatkan morbiditas dan mortalitas. Terapi saat ini bertujuan untuk mencegah patah tulang serta menjaga dan meningkatkan densitas mineral tulang. Bifosfonat merupakan obat yang paling sering digunakan untuk terapi osteoporosis pasca menopause. The US Food and Drug Administration (FDA) telah menyetujui 4 agen bifosfonat, yaitu alendronat, risedronat, ibandronat, dan asam zoledronat. Bifosfonat memiliki beberapa efek samping yang perlu diperhatikan akibat penggunaan jangka panjang. Kepatuhan pengobatan osteoporosis memiliki hubungan kuat dengan risiko patah tulang.Osteoporosis is more common in post-menopausal women, as hormonal changes cause an imbalance between bone resorption and formation. Osteoporosis can cause fractures that may contribute to morbidity and mortality. Current therapies aim to prevent fractures, maintain and increase bone mineral density. Biphosphonates are the most widely used drugs for postmenopausal osteoporosis treatment. The US Food and Drug Administration (FDA) has approved 4 biphosphonate agents: alendronate, risedronate, ibandronate, and zoledronic acid. Biphosphonates have several side effects that need to be considered due to long-term use. Compliance and adherence in the treatment of osteoporosis has a strong relationship to risk of fractures.
The Neuropharmacogenomical Perspectives of Bipolar Disorders Anurogo, Dito
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 8 (2016): Infeksi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (380.327 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i8.93

Abstract

Bipolar disorder (BD), also known as manic-depressive illness, is a brain disorder causing unusual shifts in mood, energy, activity levels, and the ability to carry out daily tasks, caused by multifactorial and enigmatic etiologies. The main objective of this overview is to review recent findings and critically evaluate BD based on neurogenomics and pharmacogenomics perspectives, through searching appropriate online database sources and relevant bibliographies. Recent studies and references explain genome-wide significant loci for bipolar disorder (polygenetics), potential biomarkers (apoptosis and neurotrophic factors, immuno-inflammatory factors, neurotrophins, BDNF, IGF-1, VEGF, etc.), dysregulation  of immuno-inflammatory mechanisms, the role of neuroplasticity in the pathophysiology and treatment of BD, genetic effect of lithium response in BD. Stem cells, omics technologies, and optogenetics is considered to be effective strategies to overcome BD.
Asupan Serat Pangan dan Hubungannya dengan Keluhan Konstipasi pada Kelompok Dewasa Muda di Indonesia Bardosono, Saptawati; Surjadi Handoko, Iwan; Audy Alexander, Ruth; Sunardi, Diana; Devina, Almira
Cermin Dunia Kedokteran Vol 47, No 12 (2020): Dermatologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (110.26 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v47i12.1247

Abstract

Walaupun sampai saat ini konstipasi fungsional masih beragam definisinya, gejalanya sering dikeluhkan karena dirasakan mengganggu kualitas hidup khususnya, pada kelompok dewasa muda, dan bila tidak ditangani dengan baik akan berdampak negatif bagi kesehatan. Asupan serat yang memadai merupakan salah satu alternatif yang efektif untuk mengatasi masalah tersebut, namun asupan sayur dan buah masyarakat di Indonesia masih jauh dari angka kecukupan yang dianjurkan; jumlah asupan serat harian pekerja dewasa muda di Jakarta bervariasi antara 3,3-27,4 g. Tambahan serat pangan dalam diet sehari-hari diharapkan dapat meningkatkan asupan serat sehingga dapat bermanfaat untuk mengatasi keluhan konstipasi.Although until now functional constipation still has various definitions, the symptoms are often interfering with quality of life, especially in young adults. If not managed properly, it may have a serious negative impact on health. Adequate fiber intake is an effective alternative to overcome this problem, but vegetables and fruits intake in Indonesia is still far from adequate. A recent pilot study found that the daily fiber intake among young adult workers in Jakarta is varied between 3.3–27.4 g. Additional dietary fiber in daily diet is expected to increase fiber intake so that it can be useful for dealing with complaints of constipation. 
Acute Embolic Stroke as the Sole Presentation of Infective Endocarditis in Mitral Valve Prolapse Santoso, Andreas Hartanto; Suciadi, Leonardo Paskah; Susatia, Frandy
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46, No 11 (2019): Kesehatan Anak
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.947 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v46i11.410

Abstract

Case : A 43 yo. male was hospitalized with acute drowsiness and left-sided hemiparesis. Stroke was confirmed by head CT scan. Diagnosis of definite infective endocarditis (IE) was made by 1 major criterion (vegetation at mitral valve on echocardiography) and 3 minor criteria (mitral valve prolapse, persistent fever, and stroke). However, blood cultures were negative presumably due to early antibiotics administration. He was treated with parenteral antibiotics for 10 days, and continued with outpatient parenteral antibiotic therapy (OPAT). A clinical improvement was observed. Conclusion: Acute stroke can be an early manifestation of IE without any cardiac symptoms.Kasus :Laki-laki 43 tahun masuk rumahsakit dengan penurunan kesadaran dan hemiparesis sinistra. CT scan kepala sesuai gambaran stroke nonhemoragik. Diagnosis endokarditis infektif berdasarkan kriteria Duke yaitu 1 kriteria mayor (vegetasi katup mitral pada ekokardiografi) dan 3 kriteria minor (prolapsus katup mitral sebagai faktor predisposisi, demam menetap, dan stroke). Hasil kultur darah negatif dapat disebabkan pemberian antibiotik dini. Pasien diterapi dengan antibiotik parenteral selama 10 hari di rumahsakit dilanjutkan pada rawat jalan. Kondisi klinis pasien membaik. Simpulan: Stroke akut dapat merupakan manifestasi awal endokarditis infektif, meskipun tanpa keluhan jantung. 
Human Papillomavirus Infection as the Risk Factor to Retinoblastoma Tito, Albert; Elida, Sri Yuliani
Cermin Dunia Kedokteran Vol 46, No 1 (2019): Obstetri - Ginekologi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (146.441 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v46i1.546

Abstract

Retinoblastoma (Rb) is the most common malignant tumor of the retina in children. Two main types of retinoblastoma are heritable and non-heritable retinoblastoma. Retinoblastoma can emerge because of loss or inactivation of Rb protein (pRb), RB1 gene product in chromosome 13. HPV infection may play a role as risk factor to non-heritable retinoblastoma.Retinoblastoma (Rb) merupakan tumor ganas retina yang paling umum terjadi pada anak-anak. Dua tipe retinoblastoma adalah yang diturunkan dan yang tidak diturunkan. Retinoblastoma dapat terjadi akibat inaktivasi protein Rb (pRb) yang merupakan produk gen RB1 pada kromosom 13. Infeksi HPV mungkin berperan sebagai salah satu faktor risiko retinoblastoma. 
Scabies : Terapi Berdasarkan Siklus Hidup Tansil Tan, Sukmawati; Angelina, Jessica; -, Krisnataligan
Cermin Dunia Kedokteran Vol 44, No 7 (2017): THT
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.003 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v44i7.753

Abstract

Skabies merupakan salah satu infeksi parasit yang cukup banyak dan menjadi isu penting terutama daerah padat penduduk. Penyakit ini dapat menyerang segala usia dan berbagai kalangan sosial. Beberapa penyebab tingginya angka kejadian skabies adalah penularan yang cepat, siklus hidup Sarcoptes scabiei yang pendek, dan ketidakpatuhan pasien pada terapi. Tulisan ini mengusulkan terapi permethrin 5% diberikan tiga kali, dengan jarak satu minggu; didasarkan pada siklus hidup Sarcoptes scabiei sekaligus mencegah kegagalan terapi.Scabies is a common parasitic infection and a very important issue especially in densely populated areas. The disease can affect all ages and social strata. The high incidence is caused by rapid transmission, short life cycle of Sarcoptes scabiei, and poor compliance. This paper proposes therapy with permethrin 5 % given three times, with one week interval, based on the life cycle of Sarcoptes scabiei. This regimen can prevent treatment failure.
Obesitas di Tempat Kerja Firman, Sugih
Cermin Dunia Kedokteran Vol 42, No 8 (2015): Nutrisi
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (165.037 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v42i8.977

Abstract

Obesitas dikaitkan dengan peningkatan risiko beberapa penyakit komorbid, mulai dari penyakit jantung dan pembuluh darah hingga kanker. Penyebab obesitas multifaktor, meliputi interaksi kompleks antara genetis, hormon, lingkungan, beberapa penyakit tertentu, dan obat-obatan. Di beberapa tempat kerja, obesitas membatasi pekerja untuk melakukan beberapa jenis pekerjaan karena postur, kekuatan otot, kapasitas kardiorespirasi, rentang gerak, dan sebagainya. Penatalaksanaan penurunan berat badan yang berhasil meliputi penentuan tujuan dan membuat perubahan gaya hidup, seperti mengkonsumsi kalori lebih rendah dan menjadi aktif secara fisik. Penatalaksanaan perilaku merupakan pendekatan untuk membantu pasien obese mengembangkan suatu ketrampilan untuk mencapai berat yang lebih sehat.Obesity is associated with an increased risk of developing several comorbid diseases, ranging from cardiovascular diseases to cancer. The etiology of obesity is multifactorial, involving a complex interaction of genetics, hormones, environment, any diseases, and drugs. Obesity limits the employee to certain work type due to their posture, muscle strength, cardiorespiratory capacity, range of motion, etc. Successful weight-loss treatments include setting goals and making lifestyle changes, such as fewer calories intake and being physically active. Behavioral treatment is an approach used to help individuals develop a set of skills to achieve a healthier weight.
Trombosis pada Pasien COVID-19 Tan, Christine
Cermin Dunia Kedokteran Vol 48, No 12 (2021): General Medicine
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (174.105 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v48i12.1571

Abstract

Penyakit Coronavirus 2019 (COVID-19) memiliki spektrum klinis yang luas. Salah satu gejala berat penyakit ini dan menunjukkan prognosis buruk adalah trombosis. Risiko tinggi trombosis pada COVID-19 ditunjukkan dari peningkatan D-dimer yang merupakan perubahan paling signifikan parameter koagulasi, yang menandakan produksi trombin dan aktivasi fibrinolisis. Namun, D-dimer adalah reaktan fase akut non spesifik dan dapat meningkat karena penyebab dan inflamasi lain. Identifikasi risiko dini dan tanda trombosis pada pasien COVID-19 dapat mencegah kejadian trombotik dan gagal organ lainnya, memandu tenaga kesehatan pada strategi intervensi awal, dan fokus pada kelompok pasien yang berisiko prognosis buruk.Coronavirus disease 2019 (COVID-19) has a broad clinical spectrum. Thrombosis may herald severe symptom and indicates a poor prognosis. Risk of thrombosis in COVID-19 is indicated by increased D-dimer, which is the most significant change in coagulation parameters, indicating thrombin production and fibrinolysis activation. However, D-dimers are nonspecific acute-phase reactants and may increase due to other causes and inflammation. Identifying early risks and signs of thrombosis in COVID-19 patients to prevent thrombotic events and other organ failure, may guide health professionals on early intervention strategies, and to focus on groups of patients at risk of poor prognosis.
Pengaruh Infeksi Malaria Vivax pada Kehamilan Surya, Raymond
Cermin Dunia Kedokteran Vol 43, No 12 (2016): Kardiovaskular
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (155.432 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v43i12.901

Abstract

Latar Belakang: Malaria merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak balita, ibu hamil. Malaria pada kehamilan meningkatkan risiko kematian janin karena restriksi pertumbuhan fetus, prematuritas, berat badan lahir rendah (BBLR), dan anemia maternal. Laporan kasus ini akan membahas kontribusi infeksi malaria vivax pada kehamilan terhadap luaran neonatus. Laporan kasus: Wanita 30 tahun, G2P0A1 usia kehamilan 39-40 minggu dengan keluhan keluar darah pervaginam, riwayat anemia sepanjang kehamilan. Pasien dua kali menderita malaria vivax dan mendapat dihidroartemisin-piperakuin. Lahir bayi perempuan, spontan, Apgar Score (AS) 8/9/10, dengan berat badan 2100 g, panjang badan 49 cm, lingkar kepala 31 cm, lingkar dada 30 cm. Simpulan: Berat badan lahir rendah (BBLR) dikaitkan dengan infeksi malaria vivax saat kehamilan yang diperparah oleh anemia. Profilaksis intermiten sulfadoksin pirimetamin pada kehamilan sebaiknya dianjurkan pada daerah endemis malaria.Background: Malaria is one of the public health problems which contributes to mortality especially in high risk groups. Malaria in pregnancy increases fetal death risk due to fetal growth restriction (FGR), prematurity, low birth weight, and maternal anemia. This report discusses the impact of P.vivax infection in pregnancy to neonates outcome. Case : A 30 year-old woman, G2P0A1 39-40 weeks of gestation, came with vaginal bleeding. During pregnancy, she had malaria vivax infection twice and got dihydroartemisinin-piperaquine regimen. She was anemic. She delivered spontaneously a female baby with birthweight 2100 g, length 49 cm, head circumference 31 cm, chest circumference 30 cm, and APGAR score 8/9/10. Conclusion: Factors contributed to low birth weight are malaria during pregnancy and maternal anemia. Intermittent preventive treatment with sulfadoxin-pirimetamine should be implemented for pregnant women in malaria-endemic areas.
Manajemen Perioperatif Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Masna, Ina Ariani Kirana; Fachri, Muhammad
Cermin Dunia Kedokteran Vol 41, No 8 (2014): Pediatrik
Publisher : PT. Kalbe Farma Tbk.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (342.247 KB) | DOI: 10.55175/cdk.v41i8.1115

Abstract

Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyebab kematian ke empat tersering di dunia dan diperkirakan akan menjadi penyebab kematian ke tiga tersering tahun 2020. Dengan banyaknya pasien PPOK dan meningkatnya angka harapan hidup, tindakan bedah pada pasien-pasien PPOK juga akan meningkat baik berupa tindakan invasif minimal maupun tindakan bedah besar. Manajemen perioperatif yang baik dapat mengurangi insidens komplikasi paru pascabedah (postoperative pulmonary complications, PPC).Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) is currently the fourth leading cause of death in the world, and will be the third in 2020. The increase of COPD patients with improved life expectancy will likely increase the need of surgical procedures. Best perioperative management will reduce the incidence of postoperative pulmonary complications (PPC).

Page 8 of 297 | Total Record : 2961


Filter by Year

2014 2023


Filter By Issues
All Issue Vol 50 No 11 (2023): Pediatri Vol 50 No 10 (2023): Kedokteran Umum Vol 50 No 9 (2023): Penyakit Dalam Vol 50 No 8 (2023): Dermatiologi Vol 50 No 7 (2023): Kardiovaskular Vol 50 No 6 (2023): Edisi CME Vol 50 No 5 (2023): Kedokteran Umum Vol 50 No 4 (2023): Anak Vol 50 No 3 (2023): Kardiologi Vol 50 No 2 (2023): Penyakit Dalam Vol 50 No 1 (2023): Oftalmologi Vol 49, No 4 (2022): Infeksi - COVID-19 Vol 49 No 12 (2022): Dermatologi Vol. 49 No. 11 (2022): Neurologi Vol 49 No 10 (2022): Oftalmologi Vol. 49 No. 9 (2022): Neurologi Vol. 49 No. 8 (2022): Dermatologi Vol 49, No 7 (2022): Vitamin D Vol 49 No 7 (2022): Nutrisi - Vitamin D Vol 49 No 6 (2022): Nutrisi Vol 49, No 6 (2022): Nutrisi Vol 49, No 5 (2022): Jantung dan Saraf Vol 49 No 5 (2022): Neuro-Kardiovaskular Vol 49 No 4 (2022): Penyakit Dalam Vol 49 No 3 (2022): Neurologi Vol 49, No 3 (2022): Saraf Vol 49, No 2 (2022): Infeksi Vol 49 No 2 (2022): Infeksi Vol 49 (2022): CDK Suplemen-2 Vol 49 (2022): CDK Suplemen-1 Vol 49 No 1 (2022): Bedah Vol 49, No 1 (2022): Bedah Vol 48 No 11 (2021): Penyakit Dalam - COVID-19 Vol 48, No 7 (2021): Infeksi - [Covid - 19] Vol 48 No 1 (2021): Infeksi COVID-19 Vol. 48 No. 10 (2021): Continuing Medical Education - Edisi 4 Vol 48 No 8 (2021): Continuing Medical Education - Edisi 3 Vol 48 No 5 (2021): Continuing Medical Education - Edisi 2 Vol. 48 No. 2 (2021): Continuing Medical Education - Edisi 1 Vol 48, No 12 (2021): General Medicine Vol 48 No 12 (2021): Penyakit Dalam Vol 48, No 11 (2021): Kardio-SerebroVaskular Vol 48, No 10 (2021): CME - Continuing Medical Education Vol 48 No 9 (2021): Neurologi Vol 48, No 9 (2021): Nyeri Neuropatik Vol 48, No 8 (2021): CME - Continuing Medical Education Vol 48 No 7 (2021): Infeksi Vol 48 No 6 (2021): Kardiologi Vol 48, No 6 (2021): Kardiologi Vol 48, No 5 (2021): CME - Continuing Medical Education Vol 48, No 4 (2021): Dermatologi Vol 48 No 4 (2021): Dermatologi Vol. 48 No. 3 (2021): Obstetri - Ginekologi Vol 48, No 3 (2021): Obstetri dan Ginekologi Vol 48, No 2 (2021): Farmakologi - Vitamin D Vol 48, No 1 (2021): Penyakit Dalam Vol 47, No 12 (2020): Dermatologi Vol 47, No 11 (2020): Infeksi Vol 47, No 10 (2020): Optalmologi Vol. 47 No. 10 (2020): Dermatologi Vol 47 No 9 (2020): Infeksi Vol 47, No 9 (2020): Neurologi Vol 47, No 8 (2020): Kardiologi Vol. 47 No. 8 (2020): Oftalmologi Vol. 47 No. 7 (2020): Neurologi Vol 47, No 7 (2020): Bedah Vol 47 No 6 (2020): Kardiologi & Pediatri Vol. 47 No. 5 (2020): Bedah Vol 47, No 5 (2020): CME - Continuing Medical Education Vol 47, No 4 (2020): Arthritis Vol. 47 No. 4 (2020): Interna Vol. 47 No. 3 (2020): Dermatologi Vol 47, No 3 (2020): Dermatologi Vol 47, No 2 (2020): Penyakit Infeksi Vol 47 No 2 (2020): Infeksi Vol 47, No 1 (2020): Bedah Vol 47 No 1 (2020): Bedah Vol 47, No 1 (2020): CME - Continuing Medical Education Vol. 46 No. 7 (2019): Continuing Medical Education - 2 Vol 46 No 12 (2019): Kardiovakular Vol 46, No 12 (2019): Kardiovaskular Vol. 46 No. 11 (2019): Pediatri Vol 46, No 11 (2019): Kesehatan Anak Vol 46, No 10 (2019): Farmasi Vol. 46 No. 10 (2019): Farmakologi - Continuing Professional Development Vol 46 No 9 (2019): Neurologi Vol 46, No 9 (2019): Neuropati Vol 46, No 8 (2019): Kesehatan Anak Vol. 46 No. 8 (2019): Pediatri Vol 46, No 7 (2019): CME - Continuing Medical Education Vol 46, No 6 (2019): Diabetes Mellitus Vol 46 No 6 (2019): Endokrinologi Vol. 46 No. 5 (2019): Pediatri Vol 46, No 5 (2019): Pediatri Vol 46, No 4 (2019): Dermatologi Vol. 46 No. 4 (2019): Dermatologi Vol 46, No 3 (2019): Nutrisi Vol. 46 No. 3 (2019): Nutrisi Vol. 46 No. 2 (2019): Interna Vol 46, No 2 (2019): Penyakit Dalam Vol 46, No 1 (2019): CME - Continuing Medical Education Vol 46, No 1 (2019): Obstetri - Ginekologi Vol 46 No 1 (2019): Obstetri-Ginekologi Vol 45 No 12 (2018): Interna Vol 45, No 12 (2018): Farmakologi Vol. 45 No. 11 (2018): Neurologi Vol 45, No 11 (2018): Neurologi Vol. 45 No. 10 (2018): Muskuloskeletal Vol 45, No 10 (2018): Muskuloskeletal Vol 45, No 9 (2018): Infeksi Vol 45 No 9 (2018): Infeksi Vol. 45 No. 8 (2018): Dermatologi Vol 45, No 8 (2018): Alopesia Vol 45, No 7 (2018): Onkologi Vol 45 No 7 (2018): Onkologi Vol. 45 No. 6 (2018): Interna Vol 45, No 6 (2018): Penyakit Dalam Vol 45, No 5 (2018): Nutrisi Vol. 45 No. 5 (2018): Nutrisi Vol 45, No 4 (2018): Cedera Kepala Vol 45 No 4 (2018): Neurologi Vol 45, No 4 (2018): Cidera Kepala Vol 45, No 3 (2018): Muskuloskeletal Vol. 45 No. 3 (2018): Muskuloskeletal Vol. 45 No. 2 (2018): Urologi Vol 45, No 2 (2018): Urologi Vol 45 No 1 (2018): Dermatologi Vol 45, No 1 (2018): Suplemen Vol 45, No 1 (2018): Dermatologi Vol 44, No 12 (2017): Neurologi Vol 44, No 11 (2017): Kardiovaskuler Vol 44, No 10 (2017): Pediatrik Vol 44, No 9 (2017): Kardiologi Vol 44, No 8 (2017): Obstetri-Ginekologi Vol 44, No 7 (2017): THT Vol 44, No 6 (2017): Dermatologi Vol 44, No 5 (2017): Gastrointestinal Vol 44, No 4 (2017): Optalmologi Vol 44, No 3 (2017): Infeksi Vol 44, No 2 (2017): Neurologi Vol 44, No 1 (2017): Nutrisi Vol 43, No 12 (2016): Kardiovaskular Vol 43, No 11 (2016): Kesehatan Ibu - Anak Vol 43, No 10 (2016): Anti-aging Vol 43, No 9 (2016): Kardiovaskuler Vol 43, No 8 (2016): Infeksi Vol 43, No 7 (2016): Kulit Vol 43, No 6 (2016): Metabolik Vol 43, No 5 (2016): Infeksi Vol 43, No 4 (2016): Adiksi Vol 43, No 3 (2016): Kardiologi Vol 43, No 2 (2016): Diabetes Mellitus Vol 43, No 1 (2016): Neurologi Vol 42, No 12 (2015): Dermatologi Vol 42, No 11 (2015): Kanker Vol 42, No 10 (2015): Neurologi Vol 42, No 9 (2015): Pediatri Vol 42, No 8 (2015): Nutrisi Vol 42, No 7 (2015): Stem Cell Vol 42, No 6 (2015): Malaria Vol 42, No 5 (2015): Kardiologi Vol 42, No 4 (2015): Alergi Vol 42, No 3 (2015): Nyeri Vol 42, No 2 (2015): Bedah Vol 42, No 1 (2015): Neurologi Vol 41, No 12 (2014): Endokrin Vol 41, No 11 (2014): Infeksi Vol 41, No 10 (2014): Hematologi Vol 41, No 9 (2014): Diabetes Mellitus Vol 41, No 8 (2014): Pediatrik Vol 41, No 7 (2014): Kardiologi Vol 41, No 6 (2014): Bedah Vol 41, No 5 (2014): Muskuloskeletal Vol 41, No 4 (2014): Dermatologi Vol 41, No 3 (2014): Farmakologi Vol 41, No 2 (2014): Neurologi Vol 41, No 1 (2014): Neurologi More Issue