cover
Contact Name
Yahyah
Contact Email
yahyahrachim@gmail.com
Phone
+628113828906
Journal Mail Official
baharipapadak00@gmail.com
Editorial Address
Kota Kupang, Nusa Tenggara Timur, Indonesia
Location
Kota kupang,
Nusa tenggara timur
INDONESIA
JURNAL BAHARI PAPADAK
ISSN : -     EISSN : 27236536     DOI : -
Jurnal Bahari Papadak adalah sebuah jurnal nasional dalam bidang ilmu-ilmu kelautan dan perikanan yang di kelolah oleh Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan, Fakultas Kelautan dan Perikanan, Universitas Nusa Cendana. Tujuan utamanya adalah menyajikan artikel-artikel hasil riset atau penelitian yang berkualitas yang meliputi semua sub-bidang kajian dalam lingkup ilmu kelautan dan perikanan. Jurnal ini menyediakan ruang publikasi bagi akademisi, peneliti, mahasiswa dan kalangan professional lainnya. Artikel ilmiah yang diajukan untuk diterbitkan dalam jurnal ini harus memenuhi kriteria-kriteria tertentu, merupakan paper asli (bebas plagiarisme), tidak dipublikasikan atau tidak sedang diajukan ke jurnal lain. Lingkup topik Jurnal Bahari Papadak meliputi manajemen sumberdaya perairan, perikanan tangkap, pengolahan hasil perikanan, sosial ekonomi perikanan, ilmu kelautan, bioteknologi perikanan, biologi dan ekologi biota perairan, serta penilaian dan pengelolaan ekosistem perairan.
Articles 19 Documents
Search results for , issue "Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Bahari Papadak" : 19 Documents clear
PERUBAHAN SEBARAN MANGROVE MENGGUNAKAN CITRA LANDSAT 8 DI DESA BIPOLO KECAMATAN SULAMU Paa, Beatrix Fernanda; Sine, Kiik G.; Kangkan, Alexander L.
Jurnal Bahari Papadak Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - Perubahan yang terjadi pada wilayah pesisir dan laut tidak hanya sekedar gejala alam, tetapi kondisi tersebut sangat dipengaruhi oleh aktifitas manusia yang berada disekitarnya. Wilayah pesisir merupakan salah satu ekosistem yang terpadu dan saling berkolerasi secara timbal balik. Masing-masing elemen dalam ekosistem tersebut memiliki peran dan fungsi yang saling mendukung. Salah satu perubahan yang terjadi di wilayah pesisir yaitu ekosistem hutan mangrove yang mengalami perubahan penutupan lahan dan luasan lahan. Tujuan dari penelitian ini adalah Mengkaji Perubahan Sebaran mangrove dan tingkat kerapatan mangrove menggunakan Citra Landsat 8 tahun 2015-2020 di Desa Bipolo Kecamatan Sulamu. Dengan menggunakan penginderaan jauh (Remote Sensing) dengan memanfaatkan Citra Landsat 8 tahun 2015-2020. Metode yang digunakan dalam Penelitian ini berupa teknik klasifikasi data citra Landsat 8 yaitu menginterpretasi perubahan lahan hutan mangrove yang terjadi dari tahun 2015-2020. Proses pembuatan peta luasan dan sebaran, software yang digunakan dalam pemetaan digital antara lain : Software ENVI 4.6, Ermapper 6.4, Software ArcGIS 10. Analisis data yang diperoleh dari hasil citra landsat kemudian dianalisis dengan menggunakan nilai Normalized Difference Vegetation index (NDVI). Hasil perhitungan menunjukan perubahan Luasan Mangrove mengalami perubahan tiap tahun dari Tahun 2015-2016 berkurang 4,5 Ha, Tahun 2016-2017 berkurang 0,97 Ha, Tahun 2017-2018 berkurang 0,24 Ha, Tahun 2018-2019 berkurang 2,22 Ha, Tahun 2019-2020 berkurang 2,04 Ha. Berdasarkan hasil perubahan luasan mangrove dilihat bahwa mangrove di Desa Bipolo mengalami perubahan luasan tiap tahun dari Tahun 2015-2020 dengan total perubahan sebesar 9,97 Ha. Kata Kunci : Mangrove, Desa Bipolo, Landsat 8 Abstrak – Changes that occur in coastal and marine areas are not just natural phenomena, but these conditions are strongly influenced by human activities around them. The coastal area is an integrated ecosystem and reciprocally correlated. Each element in the ecosystem has a role and function that supports each other. One of the changes that occur in coastal areas is the mangrove forest ecosystem which has changed land cover and land area. The purpose of this study was to assess changes in mangrove distribution and mangrove density using Landsat 8 Imagery 2015-2020 in Bipolo Village, Sulamu District. By using remote sensing (Remote Sensing) by utilizing Landsat 8 Imagery 2015-2020. The method used in this study is a Landsat 8 image data classification technique, which is to interpret changes in mangrove forest land that occurred from 2015-2020. The process of making an area and distribution map, the software used in digital mapping, among others : ENVI 4.6 software, Ermapper 6.4, ArcGIS 10 software. Analysis of the data obtained from the Landsat imagery was then analyzed using the Normalized Difference Vegetation index (NDVI) value. The calculation results show that changes in Mangrove Area change every year from 2015-2016 reduced by 4.5 Ha, 2016-2017 reduced by 0.97 Ha, 2017-2018 reduced by 0.24 Ha, 2018-2019 reduced by 2.22 Ha , the year 2019-2020 reduced by 2.04 Ha. Based on the results of changes in mangrove area, it can be seen that the mangrove in Bipolo Village changes in area every year from 2015-2020 with a total change of 9.97 Ha. Keyword : Mangrove, Bipolo Village , Landsat 8
SEBARAN SPASIAL KLOROFIL-A DAN SUHU PERMUKAAN LAUT MENGGUNAKAN PENGINDERAAN JAUH DAN SIG DI PERAIRAN TELUK KUPANG Tasik, Marlin Fanggi; Paulus, Chaterina A; Kangkan, Alexander L.
Jurnal Bahari Papadak Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - Teknik penginderaan jauh melalui satelit merupakan metode yang efisien untuk mengetahui sebaran klorofil-a dan sebaran suhu permukaan laut. Penentuan suhu dan klorofil-a optimum membantu dalam mengidentifikasi daerah penangkapan ikan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sebaran dari klorofil-a dan suhu permukaan laut menggunakan metode penginderaan jauh dan SIG di perairan Teluk Kupang. Penginderaan jauh yang digunakan dalam penelitian ini adalah software SeaDAS versi 8.2.0 untuk cropping daerah yang dijadikan lokasi penelitian, sedangkan SIG menggunakan software ArcGIS versi 10.8 untuk layout tampilan peta, dan microsoft excel 2007 untuk menampilkan titik koordinat lokasi penelitian dan nilai sebaran klorofil-a dan suhu permukaan laut. Nilai sebaran klorofil-a di perairan Teluk Kupang tertinggi pada bulan Agustus dengan nilai 8,26 mg/m³ dan terendah pada bulan Oktober dengan nilai 1,97 mg/m³; dan pada sebaran suhu permukaan laut di perairan Teluk Kupang tertinggi pada bulan April dengan nilai 31,25°C dan terendah pada bulan Agustus dengan nilai 26,77°C. Konsentrasi klorofil-a pada bulan April sampai bulan Oktober 2021 termasuk dalam kategori yang subur, meskipun pada konsentrasi klorofil-a pada bulan September dan bulan Oktober mengalami penurunan konsentrasi klorofil-a. Suhu permukaan laut pada bulan April – Oktober 2021 termasuk dalam kategori suhu yang hangat, dan bersifat homogen seperti kisaran sebaran suhu permukaan laut di perairan Indonesia. Kata Kunci : Klorofil-A, Suhu Permukaan Laut, SIG, Penginderaan Jauh, Teluk Kupang Abstract - Remote sensing techniques via satellite are an efficient method to determine the chlorophyll-a distribution and the distribution of sea surface temperature. Determination of optimum temperature and chlorophyll-a helps in identifying fishing grounds. This study aims to determine the distribution of chlorophyll-a and sea surface temperature using remote sensing and GIS methods in the waters of Kupang Bay. The remote sensing method used in this study is SeaDAS software version 8.2.0 for cropping the area of research sites, while GIS method uses ArcGIS software version 10.8 for display map layouts, and Microsoft Excel 2007 to display the coordinates of the research location and the distribution value of chlorophyll-a and sea surface temperature. The highest value of the chlorophyll-a distribution in August with a value of 8.26 mg/m and the lowest in October with a value of 1.97 mg/m³; while the highest sea surface temperatures distribution was in April with a value of 31.25°C and the lowest was in August with a value of 26.77°C. The concentration of chlorophyll-a in April to October 2021 was in the category of fertile waters, despite the chlorophyll-a in September and October experienced a decrease in the concentration of chlorophyll-a. The sea surface temperature is in the warm temperature category in April – October 2021, and is homogeneous like the range of sea surface temperature distribution in Indonesian waters. Keywords : Chlorophyll-a, Sea Surface Temperature, GIS, Remote Sensing, Kupang Bay
PENGARUH PENGGUNAAN UMPAN HIDUP JENIS IKAN TEMBANG (Sardinella fimbriata) DAN IKAN RAMBENG (Stelophorus sp) TERHADAP PRODUKTIVITAS ALAT TANGKAP POLE AND LINE PADA KM. FLOTIM 24 DENGAN ALAT BANTU RUMPON DI LARANTUKA, FLORES TIMUR NTT Soepardi, Sugiono; Widagdo, Aris; Polin, Charlens; Siahaan, Irandha C. M.; Wudi, Erick Umbu; H, Eddy Sugriwa; Saputra, Aman
Jurnal Bahari Papadak Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - Pengaruh penggunaan umpan hidup jenis Tembang (Sardinella fimbriata) dan Rambeng (Stelophorus sp) terhadap produktivitas alat tangkap Pole and Line pada KM. Flotim 24, di Larantuka merupakan penelitian yang dilaksanakan perairan Utara Laut Selatan Flores dan Perairan Maumere, tanggal 28 Maret sampai dengan 03 Mei 2023. Tujuan penelitian untuk mengetahui teknik pengoperasian alat tangkap, jenis umpan hidup berbeda yang dgunakan terhadap produktivitas alat tangkap. Dalam 10 kali operasi penangkapan menggunakan umpan jenis Tembang (Sardinella fimbriata) nilai produktivitas sebesar 1.695 Kg, dan untuk pengunaan umpan jenis Rambeng (Stelophorus sp) dalam 4 kali operasi nilai produktivitas sebesar 1.675 kg dan nilai rata-rata produktivitas alat tangkap sebesar 1.685 kg, sedangkan efektifitas penggunaan umpan menunjukkan bahwa 1 kg umpan Tembang menghasilkan 12,55 kg ikan hasil tangkapan, dan penggunaan 1 kg umpan ikan Rambeng menghasilkan 13,40 Kg ikan hasil tangkapan. Kedua hal tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat beda nyata pengaruh penggunaan umpan hidup yang berbeda terhadap produktivitas alat tangkap Pole Line. Kata Kunci : Produktivitas, Pole And Line, Hasil Tangkapan Abstract - The effect of using Tembang (Sardinella fimbriata) and Rambeng (Stelophorus sp) live bait on the productivity of Pole and Line fishing gear at KM. Flotim 24, in Larantuka, is a research carried out in the waters of the North South Sea of ​​Flores and Maumere waters, from March 28 to May 3 2023. The aim of the research is to find out fishing gear operating techniques, different types of live bait used on fishing gear productivity. In 10 fishing operations using Tembang type bait (Sardinella fimbriata) the productivity value was 1,695 kg, and for using Rambeng type bait (Stelophorus sp) in 4 operations the productivity value was 1,675 kg and the average value of fishing gear productivity was 1,685 kg. while the effectiveness of using bait shows that 1 kg of Tembang bait produces 12.55 kg of fish caught, and the use of 1 kg of Rambeng fish bait produces 13.40 kg of fish caught. These two things show that there is no real difference in the effect of using different live baits on the productivity of Pole Line fishing gear. Keywords : Productivity, Pole And Line, Catch
JENIS – JENIS TUMBUHAN MANGROVE PADA KAWASAN EKOWISATA MANGROVE DI DESA AIMOLI, KABUPATEN ALOR Maure, Etafina Madelin T.; Paulus, Chaterina A.; Saraswati, Suprabadevi A.
Jurnal Bahari Papadak Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - Ekowisata mangrove Desa Aimoli merupakan satu-satunya kawasan ekowisata mangrove yang terletak di Desa Aimoli, Kecamatan Alor Barat Laut di Kabupaten Alor. Ekowisata mangrove yang banyak dikembangkan saat ini belum ada penerapan konsep edukasi mengenai jenis-jenis mangrove sehingga tingkat pemahaman mengenai ekosistem mangrove masih rendah di kalangan pengunjung maupun masyarakat sekitar. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui jenis tumbuhan mangrove di kawasan ekowisata mangrove Desa Aimoli. Penelitian ini dilaksanakan di kawasan ekowisata mangrove Desa Aimoli pada bulan Juni – Juli 2022. Metode penelitian menggunakan metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif dan kuantitaf melalui observasi pada garis transek dan petak yang telah ditetapkan. Pengamatan dilakukan pada empat transek dan enam petak pengamatan dengan ukuran petak 100 m2, sedangkan teknik sampling dilakukan dengan cara menarik garis sepanjang 110 m dari laut menuju arah darat. Hasil penelitian ditemukan enam jenis mangrove yaitu Aegialitis annulata, Aegiceras floridum, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, dan Sonneratia alba dengan zonasi yang terbentuk yaitu zona Sonneratia, zona Rhizophora serta zona Bruguiera. Jumlah tegakan tertinggi ada pada jenis mangrove Bruguiera gymnorrhiza, sedangkan jumlah tegakan terendah ada pada jenis Rhizophora stylosa. Kata Kunci: Desa Aimoli, Ekosistem Mangrove, Jenis dan Zonasi Mangrove, Eduwisata. Abstract- Mangrove ecotourism in Aimoli Village is the only mangrove ecotourism area located in Aimoli Village, Northwest Alor Sub-district in Alor Regency. Mangrove ecotourism, which has been developed a lot at this time, has not implemented the concept of education regarding mangrove species so the level of understanding of mangrove ecosystems is still low among visitors and the surrounding community. In the concept of developing the ecotourism area of Aimoli Village, information on mangrove species is important for the community to know in order to increase the knowledge and experience of visitors. The research objective was to determine the types of mangroves in the mangrove ecotourism area of Aimoli Village. This research was conducted in the mangrove ecotourism area of Aimoli Village from June to July 2022. The research method uses a descriptive method with a qualitative and quantitative approach through observation on transect lines and plots that has determined. The Observations were made on four transects and six observation plots with a plot size of 100 m2, while the sampling technique was carried out by drawing a line 110 m long from the sea towards the land. The results of the study found six types of mangroves namely Aegialitis annulata, Aegiceras floridum, Bruguiera gymnorrhiza, Rhizophora apiculata, Rhizophora stylosa, and Sonneratia alba with the zones formed namely Sonneratia zone, Rhizophora zone and Bruguiera zone. The highest number of stands was in the Bruguiera gymnorrhiza mangrove species, while the lowest number of stands was in the Rhizophora stylosa species. Keywords : Aimoli Village, Mangrove Ecosystem, Mangrove Types and Zoning, Edutourism.
STRATIFIKASI SOSIAL EKONOMI NELAYAN BERDASARKAN JENIS ALAT TANGKAP YANG DIGUNAKAN DI KECAMATAN KELAPA LIMA KOTA KUPANG A. Mopha, Yasinta Kmt. Ines; Soewarlan, Lady Cindy; Sine, Kiik G.
Jurnal Bahari Papadak Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kerja organisasi konvensional, stratifikasi sosial ekonomi antara pemilik dan anak buah kapal dan pendapatan pertahun pada nelayan pukat senar dan bagan di Kelurahan Oesapa, Kelurahan Lasiana dan Kelurahan Oesapa Barat, setelah dilakukan perhitungan sampel dilanjutkan wawancara berpedoman pada kuisioner yang telah melalui proses uji validitas dan reliabilitas. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menemukan bahwa bentuk hubungan kerja antara pemilik dan anak buah kapal pada armada penangkapan pukat senar dan bagan adalah tidak terikat kontrak dan berdasarkan rasa saling percaya serta memiliki tujuan bersama yaitu mendapat ikan sebanyak-banyaknya, stratifikasi sosial yang ditemukan pada penelitian ini nelayan pemilik memegang strata paling atas di dalam armada penangkapan pukat senar dan bagan sedangkan pada strata bawah ditempati oleh nelayan buruh atau anak buah kapal hal ini menjadi sesuatu yang sudah mendarah daging pada lapisan kelas sosial nelayan, dari segi ekonomi berdasarkan pendapatan ditemukan bahwa usaha penangkapan menggunakan alat tangkap pukat senar dan bagan dinilai cukup menguntungkan oleh karena biaya operasional yang tidak lebih besar dari penerimaan nelayan sedangkan untuk upah dibagi dua yaitu pemilik 50% dan anak buah 50%. Kata Kunci : stratifikasi, sosial ekonomi, alat tangkap Abstract – This study aims to determine the conventional organisational working relationship, socio-economic stratification between the owner and crew and annual income in string trawl and bagan fishermen in Oesapa Village, Lasiana Village and Oesapa Barat Village, after sample calculation followed by interviews guided by questionnaires that have gone through the validity and reliability test process. The results obtained in this study found that the form of work relations between owners and crew members in the fishing fleet of string trawlers and mules is not bound by contracts and based on mutual trust and have a common goal of getting as much fish as possible, social stratification found in this study fishermen owners hold the uppermost strata in the fishing fleet of string trawlers and mules while the lower strata are occupied by fishermen labourers or crew members this is something that is ingrained in the social class layer of fishermen, from an economic point of view based on income, it was found that the fishing business using string trawl and bagan fishing gear was considered quite profitable because the operational costs were not greater than the fishermen's income while the wages were divided by the owner 50% and the crew 50%. Keywords: stratification, socio-economic, fishing gear
KOMPOSISI JENIS MAKROZOOBENTOS PADA EKOSISTEM MANGROVE DI WILAYAH PESISIR DESA BALAURING, KECAMATAN OMESURI, KABUPATEN LEMBATA Hapsarti, Sukmawati; Paulus, Chaterina A.; Al Ayubi, Aludin; Adar, Damianus
Jurnal Bahari Papadak Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak-Tujuan penelitian ini untuk mengetahui Komposisi Jenis makrozoobentos pada ekosistem mangrove di kawasan wisata pada Wilayah Pesisir Desa Balauring Kecamatan Omesuri Kabupaten Lembata. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian ditemukan ada 20 jenis Makrozoobentos Astraea heliotropium, Cypraea annulus, Rhinoclavis kochi, Conus sanguinolentus, Batillaria zonalis, Batilaria minima, Phalium flammiferum, Nerita planospira, Nerita polita, Nerita chamaeleon, Vexillum cancellarioides, Buccinulum corneum, Colombella major, Cymatium gibbosum, Nasarius horidus, Nassarius Globosus, Cerithium munitum, Mactra antiquate, Pitar citrinus dan Uca dussumieri. Jika dihitung nilai komposisi berdasarkan kelas maka ada 3 kelas yaitu kelas Gastropoda dengan nilai komposisi 85.00%, kelas Bivalvia 10% dan kelas Malacostraca 5%. Berdasarkan rata-rata nilai komposisi jenis makrozoobentos dari penjelasan ini, maka dapat diketahui bahwa makrozoobentos dari kelas Gastropoda memiliki nilai komposisi tertinggi dan yang terendah adalah kelas Malacostraca. Kata Kunci: Komposisi Jenis , Makrozoobentos, Ekosistem Mangrove. Abstrack-The purpose of this study was to determine the density and density of macrozoobenthos in the mangrove ecotourism area in Balauring Village, Omesuri District, Lembata Regency. The method used is qualitative and quantitative methods. The results of the study found that there were 20 species of Macrozoobentos Astraea heliotropium, Cypraea annulus, Rhinoclavis kochi, Conus sanguinolentus, Batillaria zonalis, Batilaria minima, Phalium flammiferum, Nerita planospira, Nerita polita, Nerita chamaeleon, Vexillum cancellarioides, Buccinulum corneum, Colombella major, Cymatium gibbosum, Nasarius horidus, Nassarius Globosus, Cerithium munitum, Mactra antiquate, Pitar citrinus and Uca dussumieri. If the composition value is calculated by class, there are 3 classes, namely the Gastropod class with a composition value of 85.00%, the Bivalvia class 10% and the Malacostraca class 5%. Based on the average composition value of macrozoobenthos from this explanation, it can be seen that macrozoobenthos from the Gastropod class has the highest composition value and the lowest is the Malacostraca class. This indicates that the type of macrozoobenthos that dominates the mangrove ecotourism area on the coast of Balauring Village, Omesuri District, Lembata Regency is from the Gastropod class. Keywords : Species Composition, Macrozoobentos, Mangrove Ecosystem.
ANALISIS LAJU PERUBAHAN GARIS PANTAI DI KECAMATAN KELAPA LIMA KOTA KUPANG Luwarti, Yohana; Kangkan, Alexander L.; Tallo, Ismawan
Jurnal Bahari Papadak Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - Sebagai garis batas antara darat dan laut, garis pantai dapat terus berubah karena pengaturan lingkungan yang dinamis. Pemantauan garis pantai akibat adanya akresi dan abrasi merupakan salah satu upaya dalam menjaga ketahanan wilayah di pesisir kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. Perubahan garis pantai dapat diinterprestasikan dengan menggunakan citra satelit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis Laju perubahan garis pantai di Kecamatan Kelapa Lima Kota Kupang. Digital Shoreline Analysis System (DSAS) digunakan untuk menganalisis perubahan garis pantai dengan Metode End Point Rate (EPR). Hasil penelitian menunjukan bahwa nilai tetinggi dari perubahan EPR akresi sebesar 41,89 m dengan rata-rata perubahan 20,77 m/tahun. sedangkan total perubahan abrasi sebesar -0,34 m dengan rata-rata sebesar -10,52 m/tahun. Akresi dan abrasi menyebabkan peningkatan dan pengurangan luas wilayah. Bentuk mitigasi yang dilakukan untuk mengurangi dampak abrasi dan akresi dengan membangun ekosistem mangrove dan pelindung pantai seperti tanggul, jetti dan breakwater. Kata Kunci : Perubahan Garis Pantai, Akresi, Abrasi, Kecamatan Kelapa Lima Abstract - As the boundary line between land and sea, the coastline can continuously change due to dynamic environmental settings. Monitoring the coastline due to accretion and abrasion is one of the efforts to maintain regional resilience in the coastal area of Kelapa Lima sub-district, Kupang City. Shoreline changes can be interpreted using satellite imagery. The purpose of this study was to analyze the rate of change of the coastline in Kelapa Lima District, Kupang City. The Digital Shoreline Analysis System (DSAS) is used to analyze shoreline changes using the End Point Rate (EPR) Method. The results showed that the highest value of the accretion EPR change was 41.89 m with an average change of 20.77 m/year. while the total change in abrasion is -0.34 m with an average of -10.52 m/year. Accretion and abrasion cause the increase and withdrawal of area. The form of countermeasures is carried out to reduce the impact of abrasion and accretion by building mangrove ecosystems and coastal protection such as embankments, jetties and breakwaters. Keywords : Shoreline Change, Accretion, Abrasion, Kelapa Lima District
INTERAKSI SOSIAL MASYARAKAT NELAYAN DI KELURAHAN OESAPA Bahagia, Efrosiani; Sine, Kiik G.; Boikh, Lebrina I.
Jurnal Bahari Papadak Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - Kegiatan penangkapan ikan yang terjadi pada masyarakat nelayan sangat ditentukan oleh interaksi yang mereka lakukan baik dalam bidang sosial maupun bidang ekonomi. Begitu juga solusi atas masalah hidup yang nelayan alami ditentukan oleh sebuah interaksi yang terjadi. Pada hakekatnya dikatakan interaksi sosial apabila ada hubungan berupa tindakan berdasarkan norma dan nilai umum yang diterapkan dalam masyarakat nelayan. Interaksi sosial dalam masyarakat nelayan menunjukkan bahwa antar nelayan dapat menggunakan komunikasi untuk saling membantu dan mempererat hubungan sesama nelayan baik dalam kehidupan sosial dan ekonomi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk interaksi sosial masyarakat nelayan yang ada di Kelurahan Oesapa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif survey melalui teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Responden dalam penelitian ini sebanyak 57 nelayan. Hasil penelitian menunjukkan bentuk interaksi sosial masyarakat nelayan di Kelurahan Oesapa ada tiga yaitu kerja sama, persaingan dan konflik. Kerja sama yang terjadi pada Masyarakat nelayan di Kelurahan Oesapa dijumpai dalam kegiatan penangkapan ikan, hal ini tercermin antara juragan kapal dengan nelayan penyewa kapal dan Anak Bauh Kapal, Nelayan sekaligus pemilik kapal dengan Anak Buah Kapal. Wujud persaingan yang nyata dilihat dari proses interaksi antar nelayan yaitu persaingan menangkap ikan, bersaing untuk mempunyai peralatan untuk menangkap ikan, persaingan menjual ikan, dan bersaing mendapatkan wilayah tangkapan ikan. Konflik terjadi karena salah paham, kecemburuan sosial dan masalah terkait tempat berlindung kapal saat cuaca buruk. Kata Kunci: Interaksi Sosial, Masyarakat Nelayan Abstract – Fishing activities that occur in fishing communities are largely determined by the interactions they carry out both in the social and economic fields. Likewise, solutions to life problems that fishermen experience are determined by an interaction that occurs. In essence it is said to be social interaction if there is a relationship in the form of action based on general norms and values applied in fishing communities. Social interaction in fishing communities shows that fishermen can use communication to help each other and strengthen relationships among fishermen both in social and economic life. This study aims to determine the form of social interaction of fishing communities in the Oesapa Village. The method used in this research is descriptive survey analysis method through interview, observation and documentation techniques. Respondents in this study were 57 fishermen. The results of the study show that there are three forms of social interaction for fishing communities in Oesapa Village, namely cooperation, competition and conflict. The cooperation that occurs in the fishing community in the Oesapa Village is found in fishing activities, this is reflected between boat owners and fishermen who rent boats and Boat Boys, Fishermen as well as boat owners and Ship Crews. The real form of competition can be seen from the process of interaction between fishermen, namely competition to catch fish, compete to have equipment to catch fish, compete to sell fish, and compete for fishing areas. The conflict occurred due to misunderstanding, social jealousy and problems related to sheltering ships in bad weather. Keywords: Social Interaction, Fisherman Community
JENIS – JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN ALAT TANGKAP GILL NET YANG DIOPERASIKAN OLEH NELAYAN DI DESA SAMBINASI, KECAMATAN RIUNG, KABUPATEN NGADA Elita Sari, Ike; Sine, Kiik G.; Ayubi, Aludin Al
Jurnal Bahari Papadak Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak- Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis – jenis ikan yang tertangkap dan jumlah hasil tangkapan ikan alat tangkap jaring insang (gillnet) di Desa Sambinasi, Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada. Jenis penelitian ini menggunakan teknik observasi yaitu peneliti langsung mengikuti nelayan ke lokasi operasi penangkapan ikan, guna mengamati dan mengetahui jenis ikan dan jumlah hasil tangkapan ikan pada alat tangkap jaring insang (gill net) selama melakukan penelitian. Adapun sampel dalam penellitian ini yaitu seluruh nelayan jaring insang (gillnet) yang berjumlah 15 orang nelayan pancing ulur (gillnet). Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis – jenis hasil tangkapan jaring insang (gillnet) di Desa Sambinasi, Kecamatan Riung, Kabupaten Ngada terdapat 18 spesies dari 11 family dan jumlah hasil tangkapan ikan alat tangkap jaring insang yang paling tertinggi yaitu pada spesies ikan dari family Carangidae sebesar 16,67%, dan yang paling terendah yaitu pada spesies ikan dari family Priacanthidae, Nemipteridae, Scombridae, Sphyraenidae, dan Mugilidae sebesar 5,56%. Kata Kunci : Jenis – Jenis Ikan Hasil Tangkapan, Jaring Insang, Desa Sambinasi Abstract – The purpose of this study was to determine the types of fish caught and the amount of fish caught by gill net in Sambinasi Village, Riung District, Ngada Regency. This type of research uses an observation technique, in which the researcher directly follows fishermen to the location of fishing operations, in order to observe and find out the types of fish and the amount of fish caught in gill nets during research. The samples in this research were all gillnet fishermen, totaling 15 gillnet fishermen. The results showed that there were 18 species caught by gillnets in Sambinasi Village, Riung District, Ngada Regency from 11 families and the highest number of fish caught by gill nets was in fish species from the Carangidae family of 16 .67%, and the lowest was for fish species from the families Priacanthidae, Nemipteridae, Scombridae, Sphyraenidae, and Mugilidae at 5.56%. Key Word: Types of Fish Caught, Gill Nets, Sambinasi Village
HUBUNGAN PANJANG DAN BERAT JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN UTAMA PADA ALAT TANGKAP BANDO YANG DIOPERASIKAN DI PERAIRAN BAGIAN SELATAN KABUPATEN ENDE, PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR Mbipi, Anjelina Nova; Tallo, Ismawan; Paulus, Chaterina A.
Jurnal Bahari Papadak Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Abstrak - Tujuan dari penelitian ini adalah untuk megetahui hubungan panjang dan berat ikan hasil tangkapan utama dari alat tangkap bando yang dioperasikan di perairan bagian selatan, Kabupaten Ende. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif terkait dengan pengukuran data panjang dan berat ikan terhadap sampel penelitian. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah statistik deskriptif. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 39 ekor ikan dengan masing-masing jenis ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) 23 ekor diperoleh koefisien korelasi adalah sebesar 0,7756015 dan ikan marlin (Istiophoridae) 16 ekor diperoleh koefisien korelasi adalah sebesar 0,74225154, dimana hasil analisis nilai koefisien korelasi mendekati 1 menunjukkan bahwa panjang total ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares), dan marlin (Istiophoridae) mempengaruhi berat total ikan tersebut, artinya semakin besar nilai panjang total tubuh ikan maka semakin besar pula nilai berat total tubuh ikan. Model pertumbuhan pada ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) diperoleh nilai b sebesar 2,4311447, hal ini menunjukkan bahwa ikan tuna sirip kuning (Thunnus albacares) mempunyai pertumbuhan allometrik negatif (b<3) dimana pertumbuhan panjang lebih cepat daripada pertumbuhan berat. Model pertumbuhan pada ikan marlin (Istiophoridae) diperoleh nilai b sebesar 1,0154224 hal ini menunjukkan bahwa ikan marlin (Istiophoridae) mempunyai pertumbuhan allometrik negatif (b<3) dimana pertumbuhan panjang lebih cepat daripada pertumbuhan berat. Kata Kunci : Alat tangkap bando, Teluk Ippi Ende, hubungan panjang dan berat Abstract - The purpose of this study was to determine the relationship between the length and weight of the main fish caught from the bando fishing gear operated in the southern waters, Ende Regency. The method used in this study is a quantitative method related to the measurement of data on the length and weight of the fish for the research sample. Data analysis used in this study is descriptive statistics. Based on the results of the study showed that of the 39 fish with each type of yellowfin tuna (Thunnus albacares) 23 tails obtained a correlation coefficient of 0.7756015 and marlin fish (Istiophoridae) 16 tails obtained a correlation coefficient of 0.74225154, where the results of the analysis of the correlation coefficient value close to 1 indicate that the total length of yellow fin tuna (Thunnus albacares), and marlin (Istiophoridae) affect the total weight of the fish, meaning that the greater the value of the total body length of the fish, the greater the value of the total body weight of the fish. The growth model for yellowfin tuna (Thunnus albacares) obtained a b value of 2.4311447, this indicates that yellowfin tuna (Thunnus albacares) has a negative allometric growth pattern (b<3) where growth in length is faster than growth in weight. The growth model for marlin fish (Istiophoridae) obtained a b value of 1.0154224. This indicates that marlin fish (Istiophoridae) has a negative allometric growth pattern (b<3) where growth in length is faster than growth in weight. Keywords: bando fishing gear, ippi ende bay waters, length and weight relationship

Page 1 of 2 | Total Record : 19