Claim Missing Document
Check
Articles

TINGKAT KERAMAHAN ALAT TANGKAP BAGAN APUNG DAN GILL NET YANG BEROPERASI DI PERAIRAN TELUK KUPANG Risamasu, Fonny J.L; A. Paulus, Chaterina; L. Kangkan, Alexander
Techno-Fish Vol 3, No 2 (2019): TECHNO-FISH
Publisher : Techno-Fish

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (440.789 KB) | DOI: 10.25139/tf.v3i2.2124

Abstract

Perairan Teluk Kupang memiliki potensi ikan cukup melimpah. Alat tangkap yang dikembangkan nelayan untuk menangkap ikan yakni Bagan Apung dan Gill Net. Hasil tangkapan yang diperoleh memiliki jenis  ikan dan ukuran bervariasi karena penggunaan mata jaring (mesh size) berbeda ukurannya. Penelitian telah dilaksanakan bulan Juli sampai September 2019,  bertujuan mendeskripsikan tingkat keramahan Bagan  Apung dan  Gill Net serta menentukan proporsi indikator  penilaian tingkat keramahan  alat tangkap. Metode yang digunakan dalam penelitian yakni wawancara dilakukan  pada 15 nelayan Bagan Apung dan  14 nelayan Gill Net  terkait 9 kriteria penilaian  tingkat keramahan alat tangkap menurut FAO 1995.  Nilai setiap kriteria diberi skor 1- 4, kemudian dibuat rangking dengan  nilai maksimum 36.  Berdasarkan  skor penilaian 9 kriteria, kemudian ditentukan   proporsi indikator penilaian untuk kategori I-IV.  Observasi lapangan dilakukan di tempat pendaratan ikan/pasar ikan untuk mengetahui jenis dan ukuran ikan. Hasil penelitian menunjukkan  bahwa ikan yang tertangkap pada Bagan Apung dan Gill Net bervariasi baik jenis, bentuk tubuh maupun ukuran ikan. Hasil analisis  9 kriteria  menunjukkan bahwa  Gill Net mempunyai nilai tingkat keramahan lingkungan sebesar 30.0 lebih tinggi dari Bagan Apung sebesar 29.46, namun keduanya tergolong sangat ramah lingkungan.    Hasil analisis proporsi indikator penilaian untuk kategori I - IV menunjukkan bahwa Bagan Apung dan Gill Net sudah memenuhi  9 kriteria penilaian  tingkat keramahan alat tangkap. Namun proporsi penilaian indikator untuk kategori I-IV pada kriteria penilaian No.1,  Bagan Apung mempunyai selektifitas  dalam menangkap ikan sangat tidak ramah lingkungan/sangat berdampak  dari pada Gill Net,  sedangkan  8 kriteria lain sudah memenuhi syarat kriteria tingkat keramahan alat tangkap.
TINGKAT KERAMAHAN ALAT TANGKAP BAGAN APUNG DAN GILL NET YANG BEROPERASI DI PERAIRAN TELUK KUPANG Risamasu, Fonny J.L; A. Paulus, Chaterina; L. Kangkan, Alexander
Techno-Fish Vol 3 No 2 (2019): TECHNO-FISH VOL III NO. 2
Publisher : Universitas Dr Soetomo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25139/tf.v3i2.2124

Abstract

Perairan Teluk Kupang memiliki potensi ikan cukup melimpah. Alat tangkap yang dikembangkan nelayan untuk menangkap ikan yakni Bagan Apung dan Gill Net. Hasil tangkapan yang diperoleh memiliki jenis  ikan dan ukuran bervariasi karena penggunaan mata jaring (mesh size) berbeda ukurannya. Penelitian telah dilaksanakan bulan Juli sampai September 2019,  bertujuan mendeskripsikan tingkat keramahan Bagan  Apung dan  Gill Net serta menentukan proporsi indikator  penilaian tingkat keramahan  alat tangkap. Metode yang digunakan dalam penelitian yakni wawancara dilakukan  pada 15 nelayan Bagan Apung dan  14 nelayan Gill Net  terkait 9 kriteria penilaian  tingkat keramahan alat tangkap menurut FAO 1995.  Nilai setiap kriteria diberi skor 1- 4, kemudian dibuat rangking dengan  nilai maksimum 36.  Berdasarkan  skor penilaian 9 kriteria, kemudian ditentukan   proporsi indikator penilaian untuk kategori I-IV.  Observasi lapangan dilakukan di tempat pendaratan ikan/pasar ikan untuk mengetahui jenis dan ukuran ikan. Hasil penelitian menunjukkan  bahwa ikan yang tertangkap pada Bagan Apung dan Gill Net bervariasi baik jenis, bentuk tubuh maupun ukuran ikan. Hasil analisis  9 kriteria  menunjukkan bahwa  Gill Net mempunyai nilai tingkat keramahan lingkungan sebesar 30.0 lebih tinggi dari Bagan Apung sebesar 29.46, namun keduanya tergolong sangat ramah lingkungan.    Hasil analisis proporsi indikator penilaian untuk kategori I - IV menunjukkan bahwa Bagan Apung dan Gill Net sudah memenuhi  9 kriteria penilaian  tingkat keramahan alat tangkap. Namun proporsi penilaian indikator untuk kategori I-IV pada kriteria penilaian No.1,  Bagan Apung mempunyai selektifitas  dalam menangkap ikan sangat tidak ramah lingkungan/sangat berdampak  dari pada Gill Net,  sedangkan  8 kriteria lain sudah memenuhi syarat kriteria tingkat keramahan alat tangkap.
SPATIAL MODELING FOR MARICULTURE SITE SELECTION BASED ON ECOSYSTEM PARAMETERS AT KUPANG BAY, EAST NUSA TENGGARA INDONESIA Agus Hartoko; A.L. Kangkan
International Journal of Remote Sensing and Earth Sciences (IJReSES) Vol 6,(2009)
Publisher : National Institute of Aeronautics and Space of Indonesia (LAPAN)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (685.84 KB) | DOI: 10.30536/j.ijreses.2009.v6.a1239

Abstract

The aims of the study were : a. to identify the physical, chemical and biological parameters at the utilization zone-coastal water of Kupang Bay, East Nusa Tenggara, b. to analyze the value of coastal water suitability from the physical, chemical and biological parameters for the development for maniculture at the utilization zone of Kupang Bay, East Nusa Tenggara, c. to select the sub zone for the sea weed culture, grouper fish culture site using the system of floating net cage and the culture of pearl oyster. The method used in the study is a spatial approach by conducting the direct measurement of the physical, chemical, and biological parameters. Mapping and spatial model was processed and analyzed through a geo-statistic method. The site selection for mariculture sub-zones were constructed through a spatial scoring and spatial interaction-RGB model and based on matrix of ecosystem parameters suitability score and weighting. With consideration that any numerical, mathematical or spatial model related to the surface of the earth or an ecosystem should take into account the concept of 4D function of its spatian distribution (x,y,z)and temporal consideration (time) such as seasonal data. The result showed that the range values of the physical, chemical, and biological parameters at utilization zone of the Kupang Bay are as follow: 1. Variable of physical parameters were: a). depth 5-25 m, b). transparancy 3.00-11.00 m, c). temperature 26-28.45 degree of celcius, d). salinity 31.50-38.20 ppt, e). substrate consist of: sand, sandy clay, clay sand, silt clay, silt, sand, and coral, f). current velocity 0.059-0.238m per s, and g). total suspended solid 180-305mg per l. 2. Variable of chemical parameters were: a). dissolved oxygen 6.85-8.74 ppm, b). pH 7.97-8.59, c). phosphate is 0.081-0.435mg per l, and d). nitrate 0.145-4.134 mg per l, 3. Variable of biological parameter were: a). abundance of phytoplankton 106,760-210,380 cell per l, and b). chlorophyll-a 0.033-0.037 mg per m. Sub zone for seaweed culture identified mainly almost at all area of the middle of the Kupang Bay width about 7,544 hectares. The most-suitable sub-zone for grouper fish culture was 2,803 hectares wide and width of 1,336 hectare of moderately-suitable. Sub zone for pearl culture exist especially at the north part of Kupang Bay and at some area nearby at the mouth of the Kupang Bay wide about 4.383.8 hectares. The approach with the above concept had proved that with a significance difference of scoring-weight on each specific and important ecosystem parameters for each spatial analysis purposes (i.e.50 percent scoring-weight of nitrate and phosphate for sea weed culture sub zone; 40 percent scoring-weight of dissolved oxygen for fish culture sub zone and 40 percent scoring weight of plankton abudance for oyster pearl culture sub zone), had resulted in a distinctive and specific delineation for each culture sub zones, thus avoiding and less on sub zonal overlapping. Keywords: Ecosystem parameters, Kupang Bay, Mariculture, Spatial model.
Pengaruh jumlah titik tanam vertical terhadap pertumbuhan dan kandungan karaginan rumput laut (Kappaphycus alvarezii) varietas cokelat pada metode vertikultur Hasrim Wulang; Agnette Tjendawangi; Alexander L Kangkan
Jurnal Akuatik Vol 2 No 2 (2019): Jurnal Aquatik
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (399.258 KB)

Abstract

Penelitian ini telah dilaksanakan di perairan Batubao Desa Tesabela, Kecamatan Kupang Barat, Kabupaten Kupang dan Laboratorium Jurusan Perikanan dan Kelautan Fakultas Perikanan Universitas Nusa Cendana Kupang mulai dari bulan April sampai dengan bulan Juni 2012. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui jumlah titik tanam vertikal yang optimal dalam kolom air terhadap pertumbuhan dan kandungan karaginan. Pada penelitian ini rumput laut dibudidayakan dengan metode vertikultur yakni dengan perlakuan; A tiga titik tanam vertikal, perlakuan B dengan empat titik tanam vertikal, perlakuan C dengan lima titik tanam vertikal dan perlakuan D dengan enam titik tanam vertikal. Penelitian ini dirancang dengan pola Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Hasil penelitian menunjukan perlakuan dengan perbedaan jumlah titik tanam vertikal berpengaruh sangat nyata terhadap laju pertumbuahan harian rumput laut Kappaphycus alvarezii. Laju pertumbuhan harian rumput laut tertinggi terdapat pada perlakuan A (1,5 %) diikuti dengan perlakuan B (1,3 %), perlakuan C (0,93 %) dan terendah pada perlakuan C (0,67 %). Sedangkan kandungan kadar karaginan menunjukan pengaruh nyata dimana perlakuan tertinggi ada pada perlakuan A (35,8 %) diikuti perlakuan B (28,7 %), perlakuan C (23,9 %) dan perlakuan D (22,9 %). Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan jumlah titik tanam vertikal terhadap pertumbuhan dan kandungan karaginan memberikan hasil yang kurang optimal. Kata kunci: Rumput laut, Kappaphycus alvarezii, vertikultur, karaginan
Pengaruh pemberian pakan berupa ikan tembang, ikan kembung dan campurannya terhadap pertumbuhan rajungan (Portunus pelagicus) Kristina A Making; Felix Rebhung; Alexander L Kangkan
Jurnal Akuatik Vol 2 No 2 (2019): Jurnal Aquatik
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (281.022 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian pakan berupa ikan tembang, ikan kembung dan campurannya terhadap pertumbuhan rajungan (Portunus pelagicus). Sebanyak 9 kurungan bambu yang masing-masing berukuran 1 x 0,5 x 0,5 m ditempatkan di perairan. Setiap kurungan berisi 2 ekor rajungan dengan berat 100 – 150 g. Penelitian ini menggunakan pola Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri atas tiga perlakuan yaitu : A (ikan tembang), B (ikan kembung) dan C (campurannya ikan tembang dan kembung) yang masing-masing diulang sebanyak tiga kali. Hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukkan pemberian pakan ikan tembang, ikan kembung dan campurannya tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap pertumbuhan mutlak, pertumbuhan panjang karapas dan pertumbuhan lebar karapas rajungan. Kata kunci : Rajungan, ikan tembang, ikan kembung, pertumbuhan.
Pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus alvarezii) dengan metode long line di daerah padang lamun Rudiyanto U.D Gaba; Felix Rebhung; Alexander L Kangkan
Jurnal Akuatik Vol 2 No 2 (2019): Jurnal Aquatik
Publisher : Nusa Cendana University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (237.756 KB)

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pertumbuhan rumput laut (Kappaphycus alvarezii) didaerah padang lamun. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli-Agustus tahun 2011 di perairan Tesabela Kecamatan Kupang Barat Kabupaten Kupang. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) yang terdiri dari 4 (empat) perlakuan yaitu perlakuan A (tidak ada lamun), perlakuan B (lamun sedikit), perlakuan C (lamun sedang) dan perlakuan D (lamun tinggi). Hasil penelitian menunjukan bahwa laju pertumbuhan harian rumput laut yang paling tinggi adalah perlakuan B (lamun sedikit) sebesar 1,92 %/hari, diikuti dengan perlakuan C (lamun sedang) 1,06 %/hari, perlakuan D (lamun tinggi) sebesar 0,83 %/hari dan perlakuan A (tidak ada lamun) sebesar 0,56 %/hari. Analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukan bahwa kepadatan padang lamun tidak berpengaruh nyata (P>0,05) terhadap laju pertumbuhan harian rumput laut. Kata Kunci : Pertumbuhan rumput laut, padang lamun
TINGKAT KESADARAN MASYARAKAT DI PESISIR KOTA KUPANG TERHADAP KEBERSIHAN LINGKUNGAN SEKITARNYA Kiik G. Sine; Alexander L. Kangkan; Lebrina I. Boikh
Jurnal Bahari Papadak Vol 1 No 2 (2020): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.583 KB)

Abstract

Abstrak- Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kesadaran masyarakat pesisir kota kupang terhadap kebersihan lingkungan sekitarnya. Teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik observasi dan wawancara, Data dari hasil observasi dianalisis menggunakan analisis deskriptif kualitatif sedangkan data dari hasil wawancara diaanalisis menggunakan tekin skoring berdasarkan skala data dan dilanjutkan dengan penentuan sebaran frekuensi dari masing-masing skor disetiap skala data, kemudian dari data sebaran frekuensi tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik dan dideskripsikan secara kualitatif dan kuantittaif. Selanjutnya hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menemukan bahwa tingkat kesadaran masyarakat di pesisir Kota Kupang akan kebersihan lingkungan sekitarnya sudah tinggi yang dipicu oleh adanya dukungan perintah dalam menerapkan program-program tertentu seperti adanya jumat bersih, adanya penerapan efek jerah bagi masyarakat yang membuang sampah sembarangan dan bahkan juga dipicu oleh adanya berbagai komunitas pegiat kebersihan yang sering melibatkan masyarakat sekitar untuk turut berpartisipasi dalam aksi menjaga kebersihan lingkungan pesisir serta adanya instansi-instansi terkait seperti perguruan tinggi yang sering melakukan kegiatan pengabdian masyarakat berupa sosialisasi dan juga aktivitas bersih pantai dengan terus melibatkan masyarakat pesisir, sehingga memberi dampak positif bagi masyarakat setempat untuk terus sasar akan kebersihan lingkungan sekitarnya. Kata Kunci : Kesadaran, Masyarakat Pesisir, Kebersihan Lingkungan.
TINGKAT KERUSAKAN DAN STRATEGI PENGELOLAAN EKOSISTEM MANGROVE DI PESISIR KELAPA TINGGI DESA MATA AIR KABUPATEN KUPANG Imelda Citra Pulo Kian Tokan; Alexander L. Kangkan; Aludin Al Ayubi
Jurnal Bahari Papadak Vol 2 No 1 (2021): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (450.65 KB)

Abstract

Abstrak – Hutan mangrove merupakan ekosistem hutan yang unik dan khas, juga merupakan potensi sumberdaya alam yang sangat potensial. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat kerusakan ekosistem mangrove serta strategi pengelolaan di Pesisir Kelapa Tinggi, Desa mata Air Kabupaten Kupang. Metode yang digunakan dengan teknik pengambilan contoh dilakukan dengan menggunakan metode jalur (Line Transek) dan transek kuadrat untuk mengambil contoh berupa vegetasi mangrove. Sedangkan untuk mengetahui strategi pengelolaan mangrove digunakan metode analisis SWOT. Tingkat kerusakan ekosistem mangrove diperoleh dari indeks kerapatan berdasarkan Kep-MENLH No 201 (2004) modifikasi. Hasil analisis tingkat kerusakan rata-rata ekosistem mangrove adalah 733 ind/ha yang tergolong dalam kategori rusak ringan dengan nilai INP tertinggi pada tingkat pohon adalah 97,17 % yaitu jenis Xylocarpus granatum sedangkan nilai INP tertinggi pada tingkat semai 78,33 % yaitu jenis Avicenia marina dimana kedua jenis ini dapat menjadi rekomendasi jenis mangrove untuk disemaikan dalam upaya rehabilitasi ekosistem mangrove di pesisir Kelapa Tinggi. Faktor kerusakan disebabkan oleh alam dan manusia seperti erosi dan pembuangan sampah pada ekosistem mangrove. Strategi pengelolaan yang dapat diterapkan di Pesisir Kelapa Tinggi Desa Mata Air Kabupaten Kupang adalah (1) Mengembangkan pengelolaan berbasis masyarakat seperti konservasi dan usaha pembibitan mangrove untuk rehabilitasi mangrove (2) Pengaturan kembali tata ruang wilayah pesisir : pemukiman, vegetasi, dan lain-lain. Wilayah pantai dapat dijadikan ekowisata dan wisata pantai (3) Meningkatkan sarana dan prasarana untuk menunjang pengembangan mangrove. Kata-kata kunci: Kerusakan, Mangrove, Pengelolaan, Analisis SWOT, Pesisir Kelapa Tinggi. Abstract - Mangrove forest is one form of forest ecosystems are unique and distinctive is also the potential of natural resources with huge potential. The study have a purpose to examine the levels of damage to the mangrove ecosystem as well as management strategies in Kelapa Tinggi coast Mata Air Village District of Kupang. The methods used by illustrating this were taken by using the line transsek and the square to take the example of mangrove vegetation. As for learning of the mangrove management strategy the baste used SWOT analysis methods. The extent of mangrove ecosystem damage is obtained from a fragmented index based on Kep-MENLH No 201 (2004) modifications. Analysis results of the extent of the deterioration of the mangrove ecosystem on the Kelapa Tinggi coast, Mata Air village distric of Kupang is 733 wind /ha which falls under a mild demerits with a high rate of INP at the level is 97,17% the Xylocarous granatum whwreas the highest value at 78,33% is the Avicenia Marina, where these two can be recommended by mangroves to be included in the treatment of the mangrove ecosystem on the Kelapa Tinggi coast. Damage factors caused by the human and nature like erosion and the discard disposal of the mangrove ecosystem. A management strategy that can be implemented on the Kelapa Tinggi coast, Mata Air village distric of Kupang is (1) developing public-based management such as conservation and mangrove nursery for mangrove rehabilitation (2) rearranging coastal space arrangements: settlements, vegetation, and so forth. The coastline provides ecotourism and beach Tours (3) increasing equipment and infrastructure to support mangrove development Keywords: Damage, Mangrove, Management, SWOT analysis, Kelapa Tinggi Coast
TARAF KESADARAN MASYARAKAT PESISIR KELURAHAN KELAPA LIMA DAN PASIR PANJANG MENGENAI KEBERSIHAN LINGKUNGANNYA Christanto Salut; Alexander L. Kangkan; Kiik G. Sine
Jurnal Bahari Papadak Vol 2 No 2 (2021): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (361.74 KB)

Abstract

Abstrak - Penelitian ini dimaksudkan untuk menentukan taraf kesadaran masyarakat pesisir di kota Kelapa Lima dan Pasir Panjang. Metode yang digunakan dalam pengujian ini adalah dengan menggunakan metode Obsevasi dan Wawancara. Informasi observasional diperiksa dengan menggunakan pemeriksaan pencerahan subjektif, sementara pembicaraan dengan informasi dipecah menggunakan prosedur penilaian berdasarkan skala informasi, kemudian, pada saat itu, informasi diperkenalkan dalam struktur yang rata dan kemudian digambarkan secara kuantitatif dan subjektif. Wilayah tempat pengumpulan informasi adalah RT/RW yang berada di kawasan pesisir pantai. Hasil yang didapat dalam penelitian ini menemukan bahwa taraf kesadaran masyarakat pesisir Kelapa Lima dan Pasir Panjang dalam hal kebersihan lingungannya secara umum berada pada klasifikasi yang sangat tinggi yang dipicu oleh bantuan dari pemerintah lingkungan dan kerjasama daerah dalam pelaksanaan proyek-proyek tertentu, misalnya melakukan jumat bersih yang rutin dilaksanakan yang dibatasi oleh pimpinan RT di setiap kelurahan, selain itu daerah berkepentingan dengan kegiatan untuk menjaga kebersihan pantai yang biasanya dilakukan oleh para penggiat kebersihan daerah seperti adanya dinas terkait, misalnya beberapa perguruan tinggi yang sering melakukan kegiatan administrasi daerah sebagai sosialisasi dan kegiatan bersih pantai dengan dilanjutkan dengan mengikutsertakan masyarakat sekitar wilayah pantai, sehingga jelas akan mempengaruhi area lokasi terdekat sehingga mereka tetap fokus pada kebersihan lingkungannya. Kata Kunci: Masyarakat Pesisir, Kesadaran, Kebersihan. Abstrack - This study is intended to determine the level of awareness of coastal communities in the cities of Kelapa Lima and Pasir Panjang. The method used in this test is to use the method of Observation and Interview. Observational information is checked using subjective enlightenment checks, while conversations with information are broken down using a rating procedure based on an information scale, then, at that point, information is introduced in a flattened structure and then described quantitatively and subjectively. The area where information is collected is the RT/RW located in the beach front area. The results obtained in this study found that the level of awareness of the coastal communities of Kelapa Lima and Pasir Panjang in terms of climate tidiness in general was at a very high classification which was triggered by assistance from the environmental government and regional cooperation in the implementation of certain projects, such as clean Friday gymnastics. which is routinely carried out which is limited by the RT leadership in each kelurahan, in addition to the area having an interest in activities to maintain the neatness of the coastal climate. which is usually carried out by local cleaning activists such as the existence of related agencies, for example several universities that often carry out regional administration exercises as socialization and beach cleaning exercises followed by involving the community around the coastal area, so that it will clearly affect the nearest local area so that they stay focused on environmental cleanliness. Keywords : Coastal Communities, Awareness, Cleanlines
PARTISIPASI MASYARKAT DI DESA HANSISI, KECAMATAN SEMAU, KABUPATEN KUPANG DALAM MENJAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN PESISIR Kiik G. Sine; Alexander L. Kangkan; Aludin Al Ayubi
Jurnal Bahari Papadak Vol 2 No 2 (2021): Jurnal Bahari Papadak
Publisher : Universitas Nusa Cendana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (316.064 KB)

Abstract

Abstrak – Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui partisipasi masyarakat di Desa Hansisi, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Pesisir. Teknik Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara. Jumlah responden yang diwawancarai adalah sebanyak 20 orang. Data dari hasil wawancara kemudian dianalisis menggunakan analisis menggunakan teknik skoring berdasarkan skala data dan dilanjutkan dengan penentuan sebaran frekuensi dari masing-masing skor disetiap skala data, kemudian dari data sebaran frekuensi tersebut ditampilkan dalam bentuk grafik dan dideskripsikan secara kualitatif dan kuantittaif. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini menemukan bahwa partisipasi masyarakat di Desa Hansisi, Kecamatan Semau, Kabupaten Kupang dalam Menjaga Kebersihan Lingkungan Pesisir sudah tinggi. Hal ini dipicu oleh adanya dukungan pemerintah Desa dalam menerapkan program-program tertentu seperti adanya kegiatan bersih pantai yang dilakukan secara rutin dan juga adanya penerapan efek jerah bagi masyarakat yang membuang sampah serta adanya instansi-instansi terkait seperti perguruan tinggi yang sering melakukan kegiatan pengabdian masyarakat berupa sosialisasi dan juga aktivitas bersih pantai dengan terus melibatkan masyarakat pesisir, sehingga memberi dampak positif bagi masyarakat setempat untuk terus sadar akan kebersihan lingkungan pesisir. Kata Kunci : Partisipasi, Lingkungan Pesisir, Desa Hansisi