cover
Contact Name
Ahmad Zaeni
Contact Email
masterzein85@gmail.com
Phone
+6285759875233
Journal Mail Official
almufassir@gmail.com
Editorial Address
https://e-journal.umc.ac.id/index.php/AMF/about/editorialTeam
Location
Kota cirebon,
Jawa barat
INDONESIA
Al-Mufassir : Jurnal ilmu Al Quran, Tafsir dan Studi Islam
ISSN : -     EISSN : 28291700     DOI : https://doi.org/10.32534/amf.v4i1
Core Subject : Religion,
Jurnal al-Mufassir adalah jurnal yang mempromosikan dan memfasilitasi hasil-hasil penelitian para peneliti, dosen, mahasiswa maupun praktisi pada arena dialog ilmiah akademis bidang Ilmu al-Quran, Tafsir dan Studi Islam. Scope Konten jurnal mengkhususkan pada kajian : - Tafsir Tematik - Tafsir kontemporer - Tafsir Maqashidi - Maqashid al-Quran dan Maqashid al-Sunnah - Tafsir Tarbawi - Metode Tahfidz al-Quran - Ilmu Qiroat
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 44 Documents
Karakteristik Tafsir al-Kabir Karya Ibn Taimiyyah (Tela’ah terhadap Sumber, Metode, dan Corak) Siti Hajar; Tri Budi Prasetyo
AL-MUFASSIR Vol 2 No 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : AL-MUFASSIR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (439.514 KB) | DOI: 10.32534/amf.v2i1.1300

Abstract

Tafsir merupakan upaya untuk memahami dan menerangkan maksud dari kadungan al-Qur’an sebagai sember utama pedoman ummat Islam, diamana tafsir ini mengalami perkembangan yang cukup bervariasi. Ibn Taimiyyah berpendapat bahwa al-Qur’an itu harus ditafsirkan dengan yang ma’tsur. Oleh karena itu, Ibn Taimiyyah menafsirkan al-Qur’an dengan pendapat Nabi atau Sahabat. Menurut M. Hasbi, Ibn Taimiyyah ini sangat keras berpegang teguh kepada pendiriannya, dan ini terbukti dari karya tafsirnya yaitu Tafsir al-Kabir. Berbicara mengenai isi tafsir berarti membahas tentang karakteristik tafsirnya baik dari segi sumber, metode dan coraknya. Sumber yang digunakan Ibn Taimiyah dalam tafsirnya bukan hanya menggunakan ma’tsur seperti pendapat yang dikemukakan oleh M. Hasbi, karena ra’yu pun digunakan Ibn Taimiyyah dalam tafsirnya. Metode yang digunakan adalah metode tahlili, dimana penafsirannya itu sangat terperinci dan menggunakan urutan mushaf Usmani. Sedangkan corak yang nampak dalam tafsir ini adalah theology, karena unsur aqidah lebih dominan.
Genealogi Tafsir Uli al-Amr dalam Perspektif Tafsir Indonesia Nurkhaeriyah Nurkhaeriyah
AL-MUFASSIR Vol 2 No 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : AL-MUFASSIR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (305.556 KB) | DOI: 10.32534/amf.v2i1.1308

Abstract

Penelitian tentang genealogi tafsir Uli al-Amr perspektif tafsir Indonesia (studi tafsir Al-Azhar dan al-Misbah) bertujuan untuk mengetahui persamaan dan perbedaan (compare and contrast) serta kesinambungan dan perubahan (continuity and change) yang terjadi sehingga mempengaruhi proses penafsiran Hamka dan M. Quraish Shihab dalam menafsirkan QS A l-Nisa’(4): 58-59. Karena kedua ayat di atas dinilai oleh para ulama sebagai prinsip-prinsip pokok ajaran Islam dalam hal kekuasaan dan pemerintahan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah muqaranah (komparatif) dan Tematik. Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah semantik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Hamka dan Quraish Shihab berpendapat sama tentang makna “Uli al-Amr " yaitu orang-orang yang berwewenang mengurus urusan umat Muslim. Mereka adalah orang-orang yang diandalkan dalam urusan kemasyarakatan, para penguasa atau pemerintah, para ulama, dan yang mewakili masyarakat dalam berbagai kelompok dan profesinya, juga memberikan penjelasan tentang paradigma taat kepada “Uli AI-Amr”, meskipun -sekali lagi harus digarisbawahi penegasan Rasul Saw bahwa “la tha” 'ata li makhluqin fi ma 'shiyati alkhaliq”. Taat yang dimaksud adalah ikut berpartisipasi dalam upaya yang dilakukan oleh “Uli AI-Amr" serta dukungan positif termasuk kontrol sosial demi suksesnya tugas-tugas yang mereka emban.
Urgensi Pendidikan Bagi Manusia Perspektif Al-Qur’an Toto Santi Aji
AL-MUFASSIR Vol 2 No 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : AL-MUFASSIR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (432.04 KB) | DOI: 10.32534/amf.v2i1.1311

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah mengungkap keberadaan manusia dan pendidikan dalam al Qur’an melalui pendekatan asbabun nuzul. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang ilmiah (natural setting), dimana peneliti adalah sebagai instrumen inti. Metode yang digunakan adalah library research (penelitian kepustakaan) dengan cara menelaah buku-buku, tulisan-tulisan dan berbagai literatur-literatur lain yang ada kaitannya dengan masalah penelitian dan sesuai dengan objek yang diteliti. Sumber data primer berupa kitab suci al Qur’an dan tafsirnya, sedangkan data sekunder berupa buku-buku dan kitab-kitab yang mendukung pengkajian tentang masalah manusia dan pendidikan dalam ayat-ayat al Qur’an. Hasil penelitian menunjukkan bahwa manusia lahir dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, sedangkan tuntutan hidup menghendaki manusia harus bisa menghadapinya. Oleh karena itu manusia membutuhkan pendidikan sebagai media untuk mendapatkan ilmu pengetahuan, ketrampilan dan bimbingan keimanan agar dapat mengarungi kehidupan dengan baik, tentram dan selamat dunia dan akherat.
Historisitas Moderasi Konsep Sunnah Menurut Yusuf Al-Qaradawi Ahmad Zaeni; Hamdan Hidayat
AL-MUFASSIR Vol 2 No 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : AL-MUFASSIR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (429.555 KB) | DOI: 10.32534/amf.v2i1.1323

Abstract

Penelitian ini mengungkap historisitas moderasi konsep sunnah menurut Yusuf al-Qaradawi sebagai pijakan epistemologi sunnah kontemporer. Adapun jenis penelitian ini bersifat kualitatif bersandar pada data-data pustaka. Metode analisis data yang penulis gunakan adalah metode content analysis disertai pendekatan historis. Sedangkan teori yang digunakan untuk menganalisis pemikiran al-Qaradawi adalah teori epistemologi milik al-Jabiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut al-Qaradawi, secara historis, moderasi konsep sunnah kontemporer merupakan pengembangan epistem sunnah di kalangan usuliyin yang bernalar bayani, kemudian mengalami dinamika sehingga membentuk epistem sunnah kontemporer dengan teori al-sunnah al-tasyri’iyah wa al-sunnah gair al-tasyri’iyah.
Huruf Muqatta’ah Menurut Al-Tabari dan Al-Fairuzabadi Abdul Muiz
AL-MUFASSIR Vol 2 No 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : AL-MUFASSIR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.921 KB) | DOI: 10.32534/amf.v2i1.1325

Abstract

Artikel ini mengupas kajian huruf mutasyabih meliputi tafwidh berupa makna dari huruf muqaththa’ah yang tertuang dari hasil karya kedua tokoh tersebut. Dua penafsir menghasilkan penafsiran yang berbeda tentang makna-makna huruf muqaththa’ah. Ibn Jarir meyakini bahwa huruf muqaththa’ah atas izin Allah mampu di ta’wil dengan riwayat yang bersumber dari sahabat-sahabt Nabi. Berbeda dengan al-Fairuzabadi memahami ayat tersebut memiliki pandangan tafwidh atas segala bentuk huruf muqaththa’ah. Sepenuhnya pendapat beliau mengambil jalur riwayat Ibn ‘Abbas yang bermakna symbol-simbol dan bersifat Azali (Sepenuhnya sudah diketahui Allah).
Ara' 'Ulama al-Mazahib al-Fiqhiyah al-Islamiyah fi Tauliyah al-Mar'ah al-Manasib al-'Ulya fi al-Daulah : Dirasah Muqaranah Hudzaifah Achmad Qotadah; Adang Darmawan Achmad
AL-MUFASSIR Vol 2 No 1 (2020): Januari-Juni 2020
Publisher : AL-MUFASSIR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (328.238 KB) | DOI: 10.32534/amf.v2i1.1332

Abstract

Laki-laki dan perempuan dibedakan dalam sisi ciptaan, bentuk, tugas, serta tanggung jawab terhadap keduanya sesuai dengan fitrah dan nalurinya, sepertimana yang dinyatakan dalam firman-Nya: (Dan anak laki-laki tidaklah seperti anak perempuan). Maka diitetapkanlah bagi laki-laki apa yang sesuai dengan fitrahnya dan begitu pula bagi perempuan apa yang sesuai dengan fitrah dan tabiatny atau sifat dasar. Dengan demikian terlihat jelas bahwa Islam menjaga kepentingan perempuan sepertimana terhadap laki-laki karena perempuan adalah saudara terhadap laki-laki. Selain itu, perempuan juga memiliki peranan penting dalam Islam dimana Islam memberi perhatian penuh terhadap segala aspek baik aspek kehidupan ataupun urusan hidup mereka lainnya seperti thaharah, shalat, puasa, pernikahan, talak dan lain sebagainya. Namun pada saat ini terdapat satu permasalahan yang seringkali masih diperdebatkan oleh sebagian orang atau golongan mengenai persoalan kebolehan wanita menjadi seorang pemimpin sebuah negara. Dalam hal ini, terdapat dua pandangan dimana pandangan pertama menyatakan kebolehannya dan golongan kedua menyatakan ketidak bolehannya. Oleh sebab itu, penlitian ini sejatinya akan membahas mengenai hukum seorang perempuan menjadi pemimpin suatu negara berdasarkan empat madhab fiqh berlandaskan kepada hujjah masing-masing madhab baik dari ayat-ayat al-Qur’an, hadits dan lain sebagainy. Kemudian, pada bagian akhir pembahasan, penulis akan mencoba memberikan kesimpulan serta pandangan yang rajih daripada masing-masing pandangan madhab.
Konsep Manusia dalam Penafsiran Bintu Syati Studi atas Kitab Maqal fi al-Insan Dirasah Qur’aniyah Ahmad Zaeni; Dewi Purwanti; M. Toha Maulana
AL-MUFASSIR Vol 2 No 2 (2020): Juli - Desember 2020
Publisher : AL-MUFASSIR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (502.142 KB) | DOI: 10.32534/amf.v2i2.1632

Abstract

The present study scrutinizes Bintu Syati’s interpretation towards verses in Al-Qur’an concerning the concept of human and its interpretation method. This study employs a qualitative study through library data by using content analysis. The findings indicate that Bintu Syati relies on the method of hermeneutic interpretation by considering Al-Qur’an as a literary work as it speaks in each verses itself. The conclusion has been reached in line with the concept of human proposed by Bintu Syati’s interpretation method towards several verses concerning human. It can be inferred that what separates humans from other beings is the potential of al-Bayan where it is a way of expressing and explaining what is inside the heart, thinking and learning therefore humans have the right to become caliphs
Simbol Pukulan Pada Lafadz Dharbah dalam Hadis Riwayat Muslim Nomor Indeks. 2240 (Analisis Teori Semiotika Charles Sander Pierce) Dini Tri Hidayatus Sya’dyya
AL-MUFASSIR Vol 2 No 2 (2020): Juli - Desember 2020
Publisher : AL-MUFASSIR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.96 KB) | DOI: 10.32534/amf.v2i2.1633

Abstract

Semiotics is a science that studies the signs and markers, but in studying semiotics we are introduced by several figures who have extensive knowledge, one of whom is Charles Sunder Peirce, an American philosopher, who has very original thoughts among other philosophers, but Peirce has a theory that is so famous with the name triangle theory or often called the triadic theory. This theory is usually used in interpreting a sign that is anywhere. But in this study researchers used Peirce's theory in the Hadith. Where in the Hadith there are also many words and signs that are the same as in the Qur'an. Researchers take the Sahih Muslim Hadith Number 2240 which discusses the blow as a sign and has a meaningful reward.
Kisah Perempuan Yang Menggugat Nabi dalam Q.S. Al-Mujadilah (58): 1-4 (Analisis Semiotika Strukturalisme-Naratif A.J. Greimas) Aulanni’am Aulanni’am
AL-MUFASSIR Vol 2 No 2 (2020): Juli - Desember 2020
Publisher : AL-MUFASSIR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.627 KB) | DOI: 10.32534/amf.v2i2.1634

Abstract

Al-Qur’an, seen from different aspect of it, provides guidance and insight to its believers as their ways of life. In addition, the Al-Qur’an indeed does not merely emerge just like that. Therefore, the studies regarding Al-Qur’an is compulsory to provide an in-depth understanding and insights about it. One aspect of the Al-Qur’an is a story revealed either implicitly where the story indirectly affects the Al-Qur’an revelation or explicitly. One of the stories that is closely related to the verse in the Al-Qur’an is the story of “Women Who Prosecuted”. Khaulah binti Tsa’labah and the Prophet Muhammad play prominent role in this story prescribed in the Al-Qur’an. From this story, many interpretations occur when comprehensive readings are initiated. One of the relevant frameworks to read this story is the theory of ‘structuralism-narrative’ proposed by a linguist, A.J, Greimas. By using ‘structuralism-narrative’ theory proposed by Greimas, the story of Khaulah bint Tsa’labah will be examined comprehensively with a chronological plot to make the reading more precise. Moreover, two meaning namely physical structure meaning and inner structure meaning can be realized by using the framework of Greimas, precisely ‘structuralism-narrative’. Thus, this study aims to investigate the story of Khaulah binti Tsa’labah, seen as the nature of the verse in Surah Al-Mujadilah, by using the framework of ‘structuralism-narrative’ proposed by A.J. Greimas
Program Unggulan Masjid dalam Peningkatan Keagamaan Bagi Para Muallaf di Masa Pandemi Covid 19 (Studi Kasus di Masjid Nurul Hidayah Desa Cisantana Kec. Cigugur Kuningan) Khaerul Wahidin; Muhammad Azka Maulana; Aang Subhanudin; Muhammad Irfan
AL-MUFASSIR Vol 2 No 2 (2020): Juli - Desember 2020
Publisher : AL-MUFASSIR

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (254.004 KB) | DOI: 10.32534/amf.v2i2.1635

Abstract

Begins the discourse this time, we invite all of us to return flash-back or look back at the history of strategic functions than the Mosque. That as a noble place and full of blessings as well as the pride of Muslims especially in the modern era as it is today, it is appropriate in the context of da'wah as well as strengthening aqidah Islamiyah, the function of the Mosque should be put as a center of activity and development of the quality of Muslims. Mosque is not only a place of worship (mahdhoh) such as prayer and other routine personal activities but more than that, the Mosque is supposed to be a strategic place to make people more longing to get closer to God and people also long to visit the Mosque. Therefore, the Mosque or in this case the DKM Board must have bargaining, creativity and innovation. Both in terms of idarotul-mosques, mosques to riayatul-mosques in the form of work programs; The numerator.