cover
Contact Name
Unang arifin
Contact Email
bcsms@unisba.ac.id
Phone
+6282321980947
Journal Mail Official
bcsms@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Jl. Tamansari No. 20, Bandung 40116, Indonesia, Tlp +62 22 420 3368, +62 22 426 3895 ext. 6891
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bandung Conference Series : Medical Science
ISSN : -     EISSN : 28282205     DOI : https://doi.org/10.29313/bcsms.v2i2
Core Subject : Humanities, Health,
Bandung Conference Series: Medical Science (BCSMS) menerbitkan artikel penelitian akademik tentang kajian teoritis dan terapan serta berfokus pada Kedokteran dengan ruang lingkup Age, ASI, BPJS Kesehatan, CGT, Dokter layanan primer, Fungsi diastolic, Gender, Hepatitis A dan B, Interval Anak Balita, ISPA, JKN, Nyeri leher, Origin, Paritas, Pasien, Denyut Nadi, Imunisasi, Perawat, Phlebitis, PHBS, pneumonia Abortus Spontan, Pola Menstruasi, rumah sakit Pendidikan, Sektor Informal Pengetahuan, Shift kerja malam, sindrom koroner akut, Status Gizi Mahasiswa kedokteran, status sosio ekonomi, Tekanan Darah, Tingkat Stres, Troponin T , Type of occupation, ventrikel kiri, dan Wanita Premenopause. Prosiding ini diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah Unisba. Artikel yang dikirimkan ke prosiding ini akan diproses secara online dan menggunakan double blind review minimal oleh dua orang mitra bebestari.
Articles 494 Documents
Systematic Review: Pengaruh Berjalan Setelah Makan terhadap Glukosa Postprandial Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 Anggia Skynta Febrianty; Muhamad Faishal Ramadhan; Ieva B Akbar; Fajar Awalia Yulianto
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.522

Abstract

Abstract. Diabetes mellitus is a serious health problem, because it is expected to continue to increase in the next twenty years, and more than 70% of patients will appear in developing countries. Postprandial glucose has a major role in glycemic control. One of the important methods of treating type 2 diabetes mellitus (DMT2) is increasing physical activity. Walking is a physical activity that almost everyone can do. The purpose of this study was to assess the effect of walking after eating on the control of postprandial blood sugar levels in patients with T2DM. This study uses a method systematic review from the database Pubmed, Springerlink, Sciencedirect, and Proquest with keywords (Adult OR Aged) AND "Diabetes Mellitus, Type 2" AND (Walking OR "Walking Speed") AND "Blood Glucose" AND "Postprandial Period" AND "Randomized Controlled Trial" taken from 2011-2021 . Articles that meet the inclusion criteria are 133 articles, and those included in the exclusion criteria are 129 articles. The results of the feasibility test based on PICOS are 4 articles. After a critical review, there are 3 articles left. Measurement of articles using Continuous Glucose Monitoring System and Homeostasis Model Assessment-Insulin Resistance. The results showed that T2DM patients who walked after eating had lower postprandial blood sugar compared to the control group. Walking causes autophosphorylation of insulin receptor substrates so that the Phosphatidylinositol-3-kinase pathway is activated and then there is a transfer of Glucose transporter type 4 to the cell surface which increases the ability of target cells to take blood sugar efficiently and postprandial blood sugar levels in circulation will decrease. Abstrak. Diabetes melitus menjadi masalah kesehatan yang serius, karena diperkirakan akan terus meningkat dalam dua puluh tahun ke depan, dan lebih dari 70% pasien akan muncul di negara berkembang. Glukosa postprandial memiliki peran utama dalam kontrol glikemik. Salah satu metode penting pengobatan diabetes melitus tipe 2 (DMT2) adalah peningkatan aktivitas fisik. Berjalan merupakan aktivitas fisik yang dapat dilakukan oleh hampir semua orang. Tujuan penelitian ini untuk menilai pengaruh berjalan setelah makan terhadap pengendalian kadar gula darah postprandial pada penderita DMT2. Penelitian ini menggunakan metode systematic review dari database Pubmed, Springerlink, Sciencedirect, dan Proquest dengan kata kunci (Adult OR Aged) AND "Diabetes Mellitus, Type 2" AND (Walking OR "Walking Speed") AND "Blood Glucose" AND "Postprandial Period" AND “Randomized Controlled Trial” yang diambil dari tahun 2011-2021. Artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 133 artikel, dan yang termasuk dalam kriteria eksklusi sebanyak 129 artikel. Hasil uji kelayakan berdasarkan PICOS sebanyak 4 artikel. Setelah dilakukan telaah kritis, tersisa 3 artikel. Pengukuran artikel menggunakan Continuous Glucose Monitoring System dan Homeostasis Model Assessment-Insulin Resistance. Hasil menunjukkan bahwa penderita DMT2 yang berjalan setelah makan, memiliki gula darah postprandial yang lebih rendah dibandingkan dengan kelompok kontrol. Berjalan menyebabkan autofosforilasi Insulin receptor substrates sehingga jalur Phosphatidylinositol-3-kinase teraktivasi lalu terjadi perpindahan Glucose transporter type 4 ke permukaan sel yang meningkatkan kemampuan sel target untuk mengambil gula darah secara efisien dan kadar gula darah postprandial di sirkulasi akan menurun.
Scoping Review: Hubungan Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) dengan Keterlambatan Motorik Kasar pada Anak Usia Nol sampai Dua Tahun Habib Syarif Hidayatuloh; Cice Tresnasari; Hana Sofia R
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.539

Abstract

Abstract. Gross motor development is regulated by the cerebral cortex which controls large muscle groups and functions to coordinate body movements during activities. The development period from zero to two years is a golden period of child development, including motor development. Delays in gross motor development are delays in coordination of large muscles, bones, and nerves. Several internal risk factors have been associated with gross motor delay, such as microcephaly, prematurity, and low birth weight (LBW). The purpose of this study was to analyze the relationship between LBW and the incidence of gross motor delay in children aged zero to two years. This research is a scoping c review, by searching for articles from the PubMed, SpringerLink, ProQuest, and Science Direct databases. Articles that fit the inclusion criteria were 959 articles and those included in the exclusion criteria were 955 articles. The results of the feasibility test based on PICOS and the critical review test were obtained as many as four articles. This research was conducted in the period of April 2021. The results of the study and analysis of four articles, it was found that two articles stated that there was a relationship between LBW children and delays in gross motor development. Another article stated that there was a significant relationship between very low birth weight in children and gross motor delay. On the other hand, another article stated that there was no significant relationship between low birth weight children and gross motor delay. The conclusion of this study is that children with low birth weight increase the risk of delayed motor development including gross motor skills. Abstrak. Perkembangan motorik kasar diatur oleh korteks serebral yang mengontrol kelompok otot besar dan berfungsi mengoordinasikan gerakan tubuh saat beraktivitas. Masa perkembangan usia nol sampai dua tahun merupakan periode emas perkembangan anak termasuk perkembangan motorik. Keterlambatan perkembangan motorik kasar adalah keterlambatan koordinasi otot besar, tulang, dan saraf. Beberapa faktor risiko internal memiliki hubungan dengan keterlambatan motorik kasar, seperti mikrosefali, prematuritas, dan berat badan lahir rendah (BBLR). Tujuan penelitian ini menganalisis hubungan BBLR dengan kejadian keterlambatan motorik kasar pada anak usian nol sampai dua tahun. Penelitian ini merupakan scoping review, dengan mencari artikel dari database PubMed, SpringerLink, ProQuest, dan Science Direct. Artikel yang sesuai dengan kriteria inklusi sebanyak 959 artikel dan yang termasuk dalam kriteria eksklusi sebanyak 955 artikel. Hasil uji kelayakan berdasark atas PICOS dan uji telaah kritis didapatkan sebanyak empat artikel. Penelitian ini dilakukan pada periode April 2021. Hasil telaah dan analisis dari empat artikel, didapatkan dua artikel menyatakan bahwa terdapat hubungan antara anak BBLR terhadap keterlambatan perkembangan motorik kasar. Satu artikel lain menyatakan memiliki hubungan bermakna antara berat badan lahir sangat rendah pada anak dan keterlambatan motorik kasar. Sebaliknya, satu artikel lain menyatakan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara anak berat badan lahir rendah dan keterlambatan motorik kasar. Simpulan penelitian ini adalah anak dengan berat badan lahir rendah meningkatkan risiko keterlambatan perkembangan motorik termasuk motorik kasar.
Hubungan Kebiasaan Mengonsumsi Makanan Pedas dengan Indeks Massa Tubuh pada Wanita Dewasa di Kota Tasikmalaya pada Tahun 2021 Aulia Nurfajriani Suseno; Rizky Suganda Prawiradilaga Suseno; Panca Bagja Mohamad
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.540

Abstract

Abstract. Many people enjoy spicy food that consumed comes from chili. Chili contains capsaicin which is considered give a pleasant or euphoric taste when consumed. Indonesian people usually eat sambal as spicy food. However, consuming spicy foods with calories some people seem consume large amounts and add complementary foods to reduce the spiciness (rice, juice, sweet drinks, etc.). The addition of calorie intake is risk of increasing body weight. The purpose of this study was to determine association between the spicy food consuming habit and body mass index (BMI) in adult women in Tasikmalaya City in 2021. This type of research is analytic observational study with cross-sectional. The number of samples is 96 adult women aged 20-45 years and the sampling technique used is random sampling. All participants were given spicy dietary habit questionnaire to obtain the primary data. The Kruskal-Wallis H test was used to analyze. The results showed that the pattern of interest spicy food was moderately interested category, interested/very interested, and not interested/very not interested respectively, namely 52.1%, 34.4%, and 13.5%. The frequency of the habit of eating spicy food was 43.8% for often (>4x/week), 42.7% for rarely/never (<4x/week), and 13.5% for very often (≥1x/day). The frequency of eating spicy snacks, 65.6% for rarely/never (<4x/week), 29.2% for frequent (>4x/week), and 5.2% for very often (≥1x/day). The preference for spicy food in category interested/very interested is obtained who have obesity. There were no significant relationship between the interested/very interested in spicy food (p=0.313), the habit of consuming spicy food (p=0.323), and the habit of consuming spicy snacks (p=0.724) with BMI. Abstrak. Banyak orang menikmati makanan pedas yang dikonsumsi berasal dari cabai. Cabai mengandung capsaicin yang dianggap memberi rasa menyenangkan atau euphoric saat dikonsumsi. Masyarakat Indonesia biasa mengonsumsi sambal sebagai makanan pedas. Akan tetapi, dalam mengonsumsi makanan pedas yang berkalori, sebagian orang terlihat mengonsumsi dalam jumlah yang banyak dan menambah makanan pendamping lain untuk mengurangi kepedasannya (nasi, jus, minuman manis, dsb.). Penambahan asupan kalori ini berisiko terhadap peningkatan berat badan. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan kebiasaan mengonsumsi makanan pedas dengan indeks massa tubuh (IMT) pada wanita dewasa di Kota Tasikmalaya pada Tahun 2021. Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Jumlah sampel adalah 96 wanita dewasa dengan usia 20-45 tahun dan teknik pengambilan sampel menggunakan random sampling. Data yang didapatkan adalah data primer menggunakan instrumen kuesioner. Uji analisis yang digunakan adalah Uji Kruskal-Wallis H. Hasil penelitian didapatkan pola kesukaan terhadap makanan pedas dengan kategori sedang-sedang saja, suka/sangat suka, dan tidak/kurang suka secara berurutan yaitu 52.1%, 34.4%, dan 13.5%. Frekuensi pola kebiasaan makan makanan pedas adalah 43.8% untuk kategori sering (>4x/minggu), 42.7% untuk jarang/tidak pernah (<4x/minggu), dan 13.5% untuk sering sekali (≥1x/hari). Untuk frekuensi kebiasaan makan cemilan pedas, 65.6% untuk kategori jarang/tidak pernah (<4x/minggu), 29.2% untuk sering (>4x/minggu) dan 5.2% untuk sering sekali (≥1x/hari). Kesukaan terhadap makanan pedas dengan kategori suka/ sangat suka didapat yang memiliki status gizi obesitas. Tidak ada hubungan signifikan antara kesukaan/keminatan makanan pedas (p=0.313), kebiasaan mengonsumsi makanan pedas (p=0.323), dan kebiasaan mengonsumsi cemilan pedas (p=0.724) dengan IMT.
Pengaruh Kurkumin terhadap Peningkatan Memori pada Alzheimer: Kajian Pustaka Hilda Al Fadhilah; Alya Tursina; Sara Puspita
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.541

Abstract

Abstract. Alzheimer's is the most common cause of dementia and accounts for about 60-80% of all dementia cases. Most patients are 65 years of age or older and the percentage of people with Alzheimer's increases dramatically with age. In addition to having a direct impact on health, Alzheimer's also has a very significant social impact, causing a substantial reduction in the quality of life for patients, family members, and health workers. Despite the magnitude of the impact caused by Alzheimer's, until now pharmacological therapy to prevent or cure memory decline in Alzheimer's is still limited. Some drugs such as donepezil and galantamine can prevent memory loss, but many patients do not respond to these medications, the beneficial effects are temporary, the drugs are expensive, and are accompanied by a number of side effects. Therefore, there is an urgency to develop a safer, more efficacious, effective, and economical Alzheimer's therapy, one of which is by utilizing natural ingredients, namely curcumin which is a pleiotropic molecule. The purpose of this study was to determine the effectiveness of curcumin to improve memory in Alzheimer's. This study uses a literature review method regarding the Effect of Curcumin on Memory Improvement in Alzheimer's. The type of data used is secondary data. The method of data collection is literature study. From this literature review study, it was concluded that curcumin is effective for improving memory in Alzheimer's. Abstrak. Alzheimer merupakan penyebab demensia yang paling sering dan menyumbang sekitar 60-80% kasus demensia secara keseluruhan. Sebagian besar penderita berusia 65 tahun atau lebih dan persentase penderita Alzheimer meningkat secara drastis seiring bertambahnya usia. Selain memiliki dampak terhadap kesehatan secara langsung, Alzheimer juga menimbulkan dampak sosial yang sangat signifikan, menyebabkan penurunan kualitas hidup yang cukup besar bagi pasien, anggota keluarga, dan petugas kesehatan. Terlepas dari besarnya dampak yang ditimbulkan akibat Alzheimer, sampai saat ini terapi farmakologis untuk mencegah atau menyembuhkan penurunan memori pada Alzheimer masih terbatas. Beberapa obat seperti donepezil dan galantamin dapat mencegah penurunan memori, tetapi banyak pasien tidak respon terhadap pengobatan tersebut, efek menguntungkannya bersifat sementara, harga obat mahal, dan disertai dengan sejumlah efek samping. Oleh karena itu, timbul suatu urgensi untuk mengembangkan terapi Alzheimer yang lebih aman, berkhasiat, efektif, dan ekonomis salah satunya adalah dengan memanfaatkan bahan alam, yaitu kurkumin yang merupakan molekul pleiotropik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui efektifitas kurkumin untuk meningkatkan memori pada Alzheimer. Penelitian ini menggunakan metode literature review mengenai Pengaruh Kurkumin terhadap Peningkatan Memori pada Alzheimer. Jenis data yang digunakan adalah data sekunder. Metode pengumpulan data adalah studi pustaka. Dari studi literature review ini, didapatkan kesimpulan bahwa kurkumin efektif untuk meningkatkan memori pada Alzheimer.
Semaglutide Oral (Rybelsus) pada Diabetes Melitus Tipe 2 di Ras Asia: Tinjauan Pustaka Ghilda Ainun Nisaa S; Santun Bhekti Rahimah; Yuke Andriane
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.546

Abstract

Abstract. Oral semaglutide is a GLP-1 receptor agonist (GLP-1 RA) which activates the GLP-1 receptor and causes increased control of blood glucose, through increased insulin secretion by pancreatic beta cells, decreased glucagon secretion by pancreatic alpha cells, and decreased emptying rate. stomach. The hormone GLP-1 can have an incretin effect, namely the production of more insulin due to high glucose levels. The effect of increasing in patients with DM(T)2 decreased as active GLP-1 levels also decreased. GLP-1 can also regulate pancreatic beta cell genes by inhibiting their apoptosis, preventing glucolipotoxicity, and enhancing beta cell function. The administration of oral semaglutide drug in DM(T)2 patients with Asian race is also superior because the drug can suppress appetite and make weight loss which will control DM(T)2 in Asian races who have adiposity/fat content and waist circumference is higher. higher than other races, and had a higher decrease in HbA1c levels. Abstrak. Semaglutide oral merupakan GLP-1 receptor agonist (GLP-1 RA) yang akan mengaktifkan reseptor GLP-1 dan menyebabkan peningkatan kontrol dari glukosa darah, melalui peningkatan sekresi insulin oleh sel beta pankreas, penurunan sekresi glukagon oleh sel alfa pankreas, dan penurunan laju pengosongan lambung. Hormon GLP-1 dapat memberikan efek incretin, yaitu pengeluaran insulin yang lebih banyak karena kadar glukosa yang tinggi. Efek incretin pada pasien DM(T)2 mengalami penurunan seiring dengan kadar GLP-1 aktif yang juga menurun. GLP-1 juga dapat mengatur gen sel beta pankreas dengan menghambat apoptosisnya, mencegah glukolipotoksisitas, dan meningkatkan fungsi sel beta. Pemberian obat semaglutide oral pada pasien DM(T)2 dengan ras Asia juga lebih unggul karena obat tersebut dapat menekan nafsu makan dan membuat penurunan berat badan yang akan mengendalikan DM(T)2 pada ras Asia yang memiliki adipositas/ kandungan lemak dan lingkar pinggang lebih tinggi dibandingkan ras lain, serta memiliki penurunan kadar HbA1c yang lebih tinggi.
Hubungan Usia Dengan Kinerja Tenaga Kesehatan di Puskesmas Kalangsari Kabupaten Karawang Alfian Rizky Budiman; Caecielia Makaginsar; Ariko Rahmat Putra
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.551

Abstract

Abstract. Publich Health Center is Community-Based Health Center that organizes public health efforts and first-level individual efforts. Age have an impact of cognition and physical condition that when people get older they will have degenerative problems but within those time experience and capabilities can be also increased that age can affect the performance of health workers. The purpose of this paper was to explore relationship age and performance of health workers at the Kalangsari Health Center, Karawang district. The design that this study used is analytical observational method and approached with cross-sectional. The sample of this paper was health worker who work at the Kalangsari Public Health Center, Karawang distric. Respondents were selected trough total sampling technique and used Slovin formula to determine the total sample by number for data collection using a questionnaire. The analysis was brought out univariate and bivariate with the Spearman rank test wich was proven by simple linear regression. The result of the univariate of Age most of the respondent are >40 years old about 11 Health Worker (36,7%)and the univariate analysis of performance described good performance results as many as 83,4% And for the result of the bivariate analysis showed that there is a relationship between age and performance based on data this study have it shows capability and experience that have an impact could make a relationship between the variable of health worker at the Kalangsari Public Health Center, Karawang district. Abstrak. Puskesmas merupakan Pusat Kesehatan Masyarakat yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya perseorangan tingkat pertama. Usia berpengaruh terhadap kognisi dan kondisi fisik semakin tua usia akan terdapat adanya degeneratif namun semakin tua usia semakin tinggi pengalaman dan kemampuan kerja seseorang yang akan mempengaruhi kinerja seseorang. Tujuan penelitian ini yaitu untuk melihat hubungan usia dengan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Kalangsari Kabupaten Karawang Rancangan penelitian ini menggunakan metode observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Sampel penelitian dilakukan terhadap tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Kalangsari Kabupaten Karawang sebanyak 30 responden yang dipilih melalui teknik total sampling dan dihitung melalui rumus Slovin untuk menentukan minimal jumlah sampel dan pengambilan data menggunakan kuesioner. Variabel bebas pada penelitian yang dilakukan adalah usia dan variabel terikat adalah kinerja tenaga kesehatan. Analisis dilakukan dengan cara univariat dan bivariat yang di uji menggunakan uji rank spearman yang di buktikan dengan regresi linier sederhana.Hasil analisis univariat usia menunjukkan bahwa penelitian ini mayoritas berusia >40 tahun sebanyak 11 orang (36,7%) dan analisis univariat kinerja menunjukkan hasil kinerja yang baik yaitu sebanyak 83,4%. Hasil analisis bivariat memperlihatkan bahwa terdapat hubungan antara usia dengan kinerja terlihat dari data yang diteliti. Kemampuan serta pengalaman yang dipengaruhi usia akan membuat adanya hubungan antara usia dengan kinerja tenaga kesehatan di Puskesmas Kalangsari Kabupaten Karawang.
Hubungan Gaya Hidup dengan Benign Prostatic Hyperplasia Yusran Nur Muwafiq; Budiman; Tomy Muhamad Seno Utomo
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.562

Abstract

Abstract. Lifestyle and age are risk factors for prostate gland disorders in men. Disorders of the prostate gland are influenced by lifestyle, one of which is benign prostatic hyperplasia which is a common health problem that increases with age in men and is heavily influenced by unhealthy lifestyle factors. The purpose of this Scoping Review is to determine the relationship of lifestyle risk factors with the occurrence of benign prostatic hyperplasia and to analyze what lifestyles can be a risk factor for increasing benign prostatic hyperplasia based on research articles in the Springer Link, ProQuest, Science Direct and Media Neliti databases. The research method is to collect research data last 10 years regarding the relationship lifestyle with benign prostatic hyperplasia. The results of the scoping review show that the lifestyle risk factors studied are metabolic syndrome, including being overweight, diabetes mellitus and, hypertension, then low physical activity, low fiber food intake and, cigarette consumption can increase the risk of benign prostatic hyperplasia. With this research, it is hoped that it can be a preventive action effort regarding lifestyle factors that can increase the occurrence of BPH in the elderly. Abstrak. Gaya hidup dan usia merupakan salah satu faktor risiko terjadinya gangguan kelenjar prostat pada laki-laki. Gangguan kelenjar prostat yang dipengaruhi oleh gaya hidup salah satunya yaitu benign prostatic hyperplasia yang merupakan masalah kesehatan umum yang meningkat seiring dengan bertambahnya usia pada laki-laki dan banyak dipengaruhi oleh faktor gaya hidup yang tidak sehat. Tujuan Scoping Review ini adalah untuk mengetahui hubungan faktor risiko gaya hidup dengan terjadinya benign prostatic hyperplasia serta menganalisis gaya hidup apa saja yang dapat menjadi faktor risiko meningkatnya benign prostatic hyperplasia berdasarkan artikel penelitian pada database Springer Link, ProQuest, Science Direct dan Media Neliti. Metode penelitian dilakukan dengan mengumpulkan data penelitian 10 tahun terakhir mengenai hubungan gaya hidup dengan benign prostatic hyperplasia. Hasil dari scoping review menunjukkan bahwa faktor risiko gaya hidup yang diteliti yaitu sindroma metabolik, meliputi kelebihan berat badan, diabetes mellitus dan hipertensi, kemudian aktivitas fisik yang rendah, asupan makanan yang rendah serat serta komsumsi rokok dapat meningkatkan risiko terjadinya benign prostatic hyperplasia. Dengan penelitian diharap dapat menjadi upaya tindakan preventif mengenai faktor gaya hidup yang dapat meningkatkan terjadinya BPH pada lansia.
Scoping Review: Hubungan Kadar Aviditas Immunoglobulin G Toxoplasma dengan Risiko Abortus Tyas Mayangputri Hadiana; Ismawati; Mira Dyani Dewi
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.563

Abstract

Abstract. Abortion is still a problem that gets special attention because based on data from the World Health Organization (WHO), abortion sees 15-50% as the cause of maternal death in the world. One of the risk factors for miscarriage is infection during pregnancy, including toxoplasmosis. The diagnosis of toxoplasmosis not sufficient from clinical signs, the patient may be asymptomatic so that serological tests are needed to detect IgM and IgG anti-T. gondii and IgG toxoplasma avidity tests to assess duration of infection if the results of IgM and IgG anti-T. gondii are positive. The purpose of this study was to analyze whether there was a relationship between toxoplasma IgG avidity and the risk of abortion. The research uses a scoping review study to identify, analyze, and evaluate scientific papers through PubMed, SpringerLink, ScienceDirect and ProQuest data sources. There were 310 articles were generated from four da sources, two articles fulfil the inclusion and eligibility criteria using JBI Critical Appraisal Checklist summarized in the PRISMA diagram. The results in one article mentioned two abortions and another article mentioned 17 abortions, both in first trimester pregnant women with low levels of toxoplasma IgG avidity. Both articles showed results that women with low levels of toxoplasma IgG avidity experienced more abortions in the early trimester than women with medium or high levels of toxoplasma IgG avidity. The conclusion of this study was that there was a relationship between the levels of toxoplasma IgG avidity and the risk of abortion. Abstrak. Abortus sampai saat ini masih menjadi masalah yang mendapat perhatian khusus karena berdasarkan data World Health Organization (WHO), abortus menyumbang angka 15−50% penyebab kematian ibu di dunia. Salah satu faktor risiko abortus yaitu adanya infeksi saat kehamilan, diantaranya toxoplasmosis. Diagnosis toxoplasmosis tidak cukup dari tanda klinis karena mungkin pasien asimptomatik sehingga memerlukan pemeriksaan serologi untuk mendeteksi IgM dan IgG anti-T.gondii dan pemeriksaan aviditas IgG toxoplasma untuk menilai durasi infeksi jika hasil IgM dan IgG anti-T.gondii positif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis apakah terdapat hubungan antara kadar aviditas IgG toxoplasma dengan risiko abortus. Penelitian menggunakan studi scoping review untuk mengindentifikasi, menganalisis, dan mengevaluasi tulisan ilmiah melalui sumber data PubMed, SpringerLink, ScienceDirect dan ProQuest. Dihasilkan 310 artikel dari keempat sumber data, terdapat 2 artikel lolos kriteria inklusi dan uji kelayakan menggunakan JBI Critical Appraisal Checklist yang dirangkum dalam diagram PRISMA. Hasil pada salah satu artikel menyebutkan dua kejadian abortus dan artikel lainnya menyebutkan 17 kejadian abortus, keduanya pada wanita hamil trimester pertama dengan kadar aviditas IgG toxoplasma rendah. Kedua artikel menunjukkan hasil bahwa wanita yang memiliki kadar aviditas IgG toxoplasma rendah lebih banyak mengalami abortus pada trimester awal dibandingkan wanita yang memiliki kadar aviditas IgG toxoplasma menengah atau tinggi. Simpulan dari penelitian ini didapatkan adanya hubungan kadar aviditas IgG toxoplasma dengan risiko abortus.
Hubungan Aktivitas Fisik terhadap Tingkat Kecemasan Selama Masa Pandemi COVID-19: Scoping Review Sayida Nafisa; Mia Kusmiati; Panca Bagja Mohamad
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.570

Abstract

Abstract. During the COVID-19 pandemic, social restrictions and self-isolation policies were carried out to prevent and reduce the number of COVID-19 diseases. These policies led to the closure of various public facilities such as schools, offices, fitness centers, places of worship, etc. So that it has an impact on the level of physical and psychological activity. The purpose of this study was to assess how physical activity affects anxiety levels and what types of physical activity can be done during the quarantine period of the COVID-19 pandemic. This study was conducted with a scoping review approach. The databases used are PubMed, ProQuest, ScienceDirect, and SpringerLink with several keywords including Exercise (OR “Physical Activity”) AND Anxiety Disorder AND Self Isolation, and Physical Activity AND Anxiety AND Pandemic Covid 19 AND Self Isolation, as well as Physical Activity AND Anxiety Disorder AND Pandemic Covid 19 Self Isolation. The search for selected articles starts from 2019 – 2021 with a research design that is a cross-sectional study. The total journals obtained were 30495 articles which were then screened using PICOS, and 10 articles were obtained. There are 10 articles that meet the eligible criteria based on critical appraisal using JBI's critical appraisal tools. The results found in 4 selected articles showed that physical activity had a positive effect on reducing anxiety symptoms. Hypothalamic Pituitary-Adrenal (HPA) and brain-derived neurotrophic factor (BDNF) are said to play a role in this. Moderate to vigorous physical activity is said to reduce symptoms of anxiety. Abstrak. Selama masa pandemi COVID – 19, kebijakan pembatasan sosial dan isolasi mandiri dilakukan untuk mencegah dan mengurangi jumlah penyakit COVID – 19. Kebijakan tersebut menyebabkan penutupan berbagai sarana fasilitas publik seperti sekolah, kantor, pusat kebugaran, tempat ibadah, dll. Sehingga hal tersebut berdampak terhadap tingkat aktivitas fisik dan psikologis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai bagaimana pengaruh aktivitas fisik terhadap tingkat kecemasan dan apa jenis aktivitas fisik yang dapat dilakukan selama masa karantina pandemi COVID – 19. Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan scoping review. Database yang digunakan yaitu PubMed, ProQuest, ScienceDirect, dan SpringerLink dengan beberapa kata kunci diantaranya Exercise (OR “Physical Activity”) AND Anxiety Disorder AND Self Isolation, dan Physical Activity AND Anxiety AND Pandemic Covid 19 AND Self Isolation, serta Physical Activity AND Anxiety Disorder AND Pandemic Covid 19 Self Isolation. Pencarian artikel yang dipilih yaitu dimulai dari tahun 2019 – 2021 dengan desain penelitian yaitu cross-sectional study. Total jurnal yang didapatkan yaitu 30495 artikel yang kemudian dilakukan screening dengan menggunakan PICOS, dan didapatkan 10 artikel. Terdapat 10 artikel yang memenuhi kriteria eligible berdasarkan critical appraisal dengan menggunakan JBI’s critical appraisal tools. Hasil yang ditemukan pada 4 artikel yang terpilih menunjukan bahwa aktivitas fisik memiliki pengaruh positif dalam menurunkan gejala kecemasan. Hypothalamic Pituitary-Adrenal (HPA) dan brain-derived neurotrophic factor (BDNF) disebut berperan dalam hal ini. Aktivitas fisik sedang hingga berat dikatakan mampu menurunkan gejala kecemasan.
Hubungan antara Work From Home pada Bulan Maret Tahun 2020 dengan Angka Persalinan Aterm di Puskesmas Ibrahim Adjie Kiaracondong Bandung Yulia Nur Mulyani; Usep Abdullah Husin; Ferry Achmad Firdaus
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 2 No. 1 (2022): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v2i1.573

Abstract

Abstract. Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) is a new disease that first appeared in Wuhan, China. Then Covid-19 by WHO was designated as a pandemic because it has spread to various parts of the world, one of which is in Indonesia. Covid-19 first entered Indonesia in March 2020, there was a spike in cases every day, so to prevent the spread and increase in Covid-19 cases, the government issued a policy, namely establishing Work From Home, which means that all activities were initially carried out outside the home. now done at home. One of the impacts of WFH is an increase in pregnancy rates. The purpose of this study was to determine whether or not there is a relationship between WFH and delivery rates by looking at the data on mothers giving birth before WFH on 29 November–3 January 2020 and after WFH on 29 November–3 January 2021 at the Ibrahim Adjie Kiaracondong Health Center, Bandung City. In this study, it was found that 117 mothers gave birth at term, 1 preterm and 1 postterm. The relationship between WFH and delivery rate was carried out using thetest Spearman. The normality test in this study showed that it was not normally distributed. The correlation coefficient on labor rates and WFH is 0.230, this number indicates that there is a relationship between the two variables but it is not strong. In the study, it was found that the number of deliveries after WFH decreased, this could happen because many mothers gave birth in midwives or other maternity services due to fear of contracting Covid-19 and the temporary cessation of family planning services. The conclusion of this study is that there is a relationship between WFH and the rate ofdelivery term at the Ibrahim Adjie Kiaracondong Public Health Center, Bandung City. Abstrak. Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) adalah penyakit baru yang pertama kali muncul di Wuhan, China. Kemudian Covid-19 oleh WHO ditetapkan sebagai pandemi dikarenakan sudah menyebar ke berbagai belahan dunia salah satunya di Indonesia. Covid-19 pertama kali masuk ke Indonesia pada bulan Maret 2020, terjadi perlonjakan kasus setiap harinya sehingga untuk mencegah terjadinya penyebaran dan peningkatan kasus Covid-19 maka pemerintah mengeluarkan sebuah kebijakan yaitu menetapkan Work From Home, yang artinya segala aktivitas yang awalnya dilakukan di luar rumah kini dilakukan di dalam rumah. Dampak dari WFH salah satunya terjadi peningkatan angka kehamilan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui terdapat hubungan atau tidaknya antara WFH dengan angka persalinan dengan melihat data ibu bersalin sebelum WFH pada tanggal 29 November–3 Januari 2020 dan setelah WFH pada tanggal 29 November–3 Januari 2021 di Puskesmas Ibrahim Adjie Kiaracondong Kota Bandung. Pada penelitian ini didapatkan 117 ibu melahirkan aterm, 1 preterm dan 1 posterm. Hubungan WFH dengan angka persalinan dilakukan menggunakan uji spearman. Uji normalitas pada penelitian menunjukkan tidak terdistribusi normal. Koefisien korelasi pada angka persalinan dan WFH adalah 0.230, angka tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan antara kedua variable namun kurang kuat. Pada penelitian didapatkan bahwa angka persalinan setelah WFH menurun, hal ini dapat terjadi dikarenakan banyak ibu melakukan persalinan di bidan atau layanan bersalin lainnya dikarenakan khawatir tertular Covid-19 serta adanya penghentian sementara pelayanan KB. Kesimpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan antara WFH dengan angka persalinan aterm di Puskesmas Ibrahim Adjie Kiaracondong Kota Bandung.

Page 3 of 50 | Total Record : 494