cover
Contact Name
Unang arifin
Contact Email
bcsms@unisba.ac.id
Phone
+6282321980947
Journal Mail Official
bcsms@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Jl. Tamansari No. 20, Bandung 40116, Indonesia, Tlp +62 22 420 3368, +62 22 426 3895 ext. 6891
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bandung Conference Series : Medical Science
ISSN : -     EISSN : 28282205     DOI : https://doi.org/10.29313/bcsms.v2i2
Core Subject : Humanities, Health,
Bandung Conference Series: Medical Science (BCSMS) menerbitkan artikel penelitian akademik tentang kajian teoritis dan terapan serta berfokus pada Kedokteran dengan ruang lingkup Age, ASI, BPJS Kesehatan, CGT, Dokter layanan primer, Fungsi diastolic, Gender, Hepatitis A dan B, Interval Anak Balita, ISPA, JKN, Nyeri leher, Origin, Paritas, Pasien, Denyut Nadi, Imunisasi, Perawat, Phlebitis, PHBS, pneumonia Abortus Spontan, Pola Menstruasi, rumah sakit Pendidikan, Sektor Informal Pengetahuan, Shift kerja malam, sindrom koroner akut, Status Gizi Mahasiswa kedokteran, status sosio ekonomi, Tekanan Darah, Tingkat Stres, Troponin T , Type of occupation, ventrikel kiri, dan Wanita Premenopause. Prosiding ini diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah Unisba. Artikel yang dikirimkan ke prosiding ini akan diproses secara online dan menggunakan double blind review minimal oleh dua orang mitra bebestari.
Articles 494 Documents
Gambaran Konsumsi Kalium dengan Derajat Depresi Marvella Arsan Santhias; Mirasari Putri; Eva Rianti Indrasari
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10687

Abstract

Abstract. This literature study gathered various previous studies to show the relationship between potassium consumption and depression levels. The results of this study showed a relationship between potassium consumption and depression levels. Depression is a feeling or mood disorder characterized by psychological symptoms in the form of sadness, hopelessness and biological disorders in the form of sleep disorders, loss of pleasure, loss of appetite. There are several factors that can affect the level of depression. Based on previous studies, it is explained that potassium is one of the precursors that play an important role in mood regulation related to depressive symptoms. Low consumption of potassium can cause decreased neurotransmitter function for pain regulation, motivation, memory, and can trigger depressive events. Abstrak. Studi literatur ini mengumpulkan berbagai studi sebelumnya untuk menunjukan mengenai hubungan antara konsumsi kalium dengan tingkat depresi. Hasil studi ini menunjukkan terdapat hubungan antara konsumsi kalium tingkat depresi. Depresi merupakan gangguan perasaan atau mood yang ditandai dengan gejala psikologis berupa kesedihan, putus asa dan gangguan biologis berupa gangguan tidur, kehilangan kesenangan, kehilangan nafsu makan. Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tingkat depresi. Berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya dijelaskan bahwa kalium merupakan salah satu preskursor yang berperan penting dalam regulasi mood yang berkaitan dengan gejala-gejala depresi. Rendahnya konsumsi kalium dapat menyebabkan menurunnya fungsi neurotransmitter untuk pengaturan nyeri, motivasi, memori, dan dapat memicu kejadian depresi.
Karakteristik Kuantitas Konten Seluler Apus Mukosa Bukal Antara Perokok dan Non Perokok Azlia Salsabila Rahadian Putri; Kharisma, Yuktiana; Rachmawati, Meike
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10688

Abstract

Abstract. Cigarettes are a health problem that is the main focus in Indonesia, Indonesia is still in 3rd place with the highest number of smokers in the world. The habit of consuming cigarettes can cause serious problems such as stroke, cancer and coronary heart disease. Long-term exposure to dangerous compounds in cigarettes such as tar, nicotine, bensopyrene can cause dysplasia that occurs in the mucosal epithelium of the oral cavity. This study aims to see differences in the quantity of cellular content of buccal mucosal smears between smokers and non-smokers. This research uses an analytical observational method through an approachcross sectional which was carried out on 20 people in the work environment of Bandung Islamic University. Data were obtained from the results of buccal mucosal swabs stained with dyepap smear(Pap) and observed under a light microscope. Data were analyzed using univariate and bivariate tests and tests were carried outT Independent andmann whitney. This research found that the characteristics of non-smokers were an average age of 46 years, a bachelor's degree, married with a middle income. Characteristics of smokers, the average age is 38 years, high school education, married with low income, Ujit independent get no difference in cell numbers between smokers and non-smokers, testmann whitney shows that there is a difference in the number of lymphocyte cells between the two populations with a P value of 0.009 (<0.05). Smoking does not cause changes in the quantity of cellular content of the buccal mucosa, but smoking can cause chronic inflammation and lead to mutations and malignancy in buccal mucosal cells. Abstrak. Rokok merupakan masalah kesehatan yang menjadi fokus utama di Indonesia, Indonesia masih menempati posisi ke 3 dengan angka perokok tertinggi di dunia. Kebiasaan mengkonsumsi rokok dapat menyebabkan masalah serius seperti stroke, kanker, dan penyakit jantung koroner. Paparan jangka panjang terhadap senyawa berbahaya dalam rokok seperti tar, nikotin, bensopiren dapat menimbulkan displasia yang terjadi pada epitel mukosa rongga mulut. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan kuantitas konten selular apus mukosa bukal antara perokok dan non perokok. Penelitian ini menggunakan metode observasional analitik melalui pendekatan cross sectional yang dilakukan pada 20 orang di lingkungan kerja Universitas Islam Bandung. Data diperoleh dari hasil swab mukosa bukal yang diwarnai oleh pewarna papanicolaou (Pap) dan diamati dibawah mikroskop cahaya. Data dianalisis dengan uji univariat dan bivariat dan dilakukan uji T Independent dan mann whitney. Penelitian ini didapatkan karakteristik non perokok berusia rata rata 46 tahun, berpendidikan S1, sudah menikah dengan penghasilan menengah. Karakteristik perokok rata-rata berusia 38 tahun, berpendidikan SMA, sudah menikah dengan pendapatan rendah, Uji t independent mendapatkan tidak adanya perbedaan jumlah sel antara perokok dan non perokok, uji mann whitney menunjukan adanya perbedaan jumlah sel linfosit antara kedua populasi dengan nilai P sebesar 0.009 (<0.05). Merokok tidak menyebabkan perubahan kuantitas konten selular mukosa bukal, namun merokok dapat menyebabkan inflamasi kronis dan mengarah ke mutasi dan berujung keganasan pada sel mukosa bukal.
Perbedaan Skor Domain Health Promoting Lifestyle Antar Kategori Persentase Lemak Tubuh Ahmad Rizki Akbar Dwiputra; Rizki Suganda Prawiradilaga; Samsudin Surialaga
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10693

Abstract

Abstract. Body fat percentage (%BF) is a primary concern in the context of health and lifestyle. Excessive body fat can lead to serious health issues and contribute to the risk of chronic diseases, while the pressure to achieve an 'ideal' body can negatively impact an individual's psychological aspects. This study aims to observe differences in the health promoting lifestyle profile-2 (HPLP-II) domains across %BF categories among students of the Faculty of Medicine. This research employed an observational analytic quantitative method with a cross-sectional approach. The study involved 96 active medical faculty students willing to measure their %BF and complete the questionnaire as inclusion criteria. Exclusion criteria included incomplete questionnaire responses and a history of congenital diseases. Sampling was done using purposive sampling technique. Body fat percentage was measured using bioimpedance analysis and categorized into low, normal, overweight, and obesity. The health-promoting lifestyle profile domains were assessed using the HPLP-II questionnaire, which includes Health Responsibility (HR), Physical Activity (PA), Nutrition (N), Spiritual Growth (SG), Interpersonal Relationship (IR), and Stress Management (SM) domains. The results were analyzed using one-way ANOVA. The study found no significant differences across %BF categories in all HPLP domains: HR (p=0.964), PA (p=0.532), N (p=0.616), SG (p=0.547), IR (p=0.547), and SM (p=0.376). The lack of significant differences in this study may be due to other factors influencing %BF, such as genetics, metabolism, and culture. Abstrak. Persentase lemak tubuh (%LT) menjadi perhatian utama dalam konteks kesehatan dan gaya hidup. Lemak tubuh yang berlebihan dapat menyebabkan masalah kesehatan serius dan berkontribusi pada risiko penyakit kronis, sementara tekanan untuk mencapai tubuh "ideal" dapat berdampak negatif pada aspek psikologis individu. Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan domain health promoting lifestyle profile-2 (HPLP-II) antar kategori %LT pada mahasiswa Fakultas Kedokteran. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Subjek penelitian ini berjumlah 96 orang yang merupakan mahasiswa aktif Fakultas Kedokteran, bersedia melakukan pengukuran %LT, dan bersedia mengisi kuesioner sebagai kriteria inklusi. Kriteria eksklusi penelitian ini meliputi kuesioner tidak diisi dengan lengkap dan memiliki riwayat penyakit kongenital. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling. Persentase lemak tubuh diukur dengan metode bioimpedance analysis dan dikategorikan menjadi rendah, normal, overweight, dan obesitas. Domain profil gaya hidup promosi kesehatan dinilai dengan menggunakan kuesioner HPLP-II yang mencakup domain Health Responsibility (HR), Physical Activity (PA), Nutrition (N), Spiritual Growth (SG), Interpersonal Relationship (IR), dan Stress Management (SM). Hasil dari penelitian dianalisis dengan menggunakan one-way ANOVA. Hasil dari penelitian ini menunjukkan tidak adanya perbedaan yang signifikan antar kategori %LT pada semua domain HPLP: HR (p=0,964), PA (p=0,532), N (p=0,616), SG (p=0,547), IR (p=0,547), dan SM (p=0,376). Perbedaan yang tidak signifikan pada penelitian ini mungkin terjadi karena banyak faktor lain yang mempengaruhi %LT seperti genetik, metabolisme, dan budaya.
Hubungan Faktor Risiko Stroke dan Hipertensi terhadap Kejadian Demensia Vaskular Muhammad Ayatullah Rafsanjani Sutrisno; Alya Tursina; Mochammad Faisal Afif Mochyadin
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10697

Abstract

Abstract. WHO states that 55 million people suffering from dementia due to the increasing number of elderly people. In Bandung, 35.3% of elderly people suffering from dementia. In a journal published by the AHA it is stated that 7-40% of stroke incidents which can result in vascular dementia. Meanwhile, in another study, it was explained around 39.1% of dementia patients suffered from hypertension. The subjects in this study were 328 data from medical records of dementia patients at Al-Ihsan Hospital in 2020-2022 which were taken using the total sampling method. This research was analytical observational cross sectional using the chi-square method. The research data processing was carried out using univariate and bivariate analysis. This research shows that vascular dementia cases account for 67.4% of all dementia cases, most widely gender was male (61.5%) and the most age was 60-64 years (23.5%). Regarding the relationship between stroke and the incidence of vascular dementia, the result was p=0.205 and odds ratio=1,352. Meanwhile, the relationship between hypertension and the incidence of vascular dementia was found to be p=0.022 and odds ratio=0,461.It was concluded there was no relationship between stroke risk factors and the incidence of vascular dementia and there was a relationship between hypertension risk factors and the incidence of vascular dementia. Modifiable risk factors, namely stroke and hypertension, only contribute to some of the risk factors for vascular dementia. Other risk factors such as education, lifestyle, duration of disease and others are needed to get better results. Abstrak. WHO menyebutkan terdapat 55 juta orang menderita demensia disebabkan oleh peningkatan jumlah lansia. Di Indonesia, terjadi peningkatan jumlah lansia yang signifikan. Di kota Bandung terdapat 35,3% lansia yang menderita demensia. Selain usia, jenis kelamin, dan faktor risiko vaskular menjadi aspek karakteristik pasien yang dapat meningkatkan angka kejadian demensia. Pada jurnal yang diterbitkan oleh AHA menyebutkan terdapat 7-40% kejadian stroke yang dapat berakibat pada kejadian demensia vaskular. Sedangkan pada penelitian lain dijelaskan bahwa sekitar 39,1% pasien demensia menderita hipertensi. Subjek pada penelitian ini berjumlah 328 data rekam medis pasien demensia di RSUD Al-Ihsan tahun 2020-2022 yang diambil menggunakan metode total sampel. Penelitian ini berbentuk observasional analitik cross sectional dengan menggunakan metode chi-square. Pengolahan data penelitian dilakukan analisis univariat dan bivariat. Penelitian ini menunjukan pada kasus demensia vaskular mencapai 67,4% dari seluruh kejadian demensia. Dari data tersebut, jenis kelamin terbanyak pada pria (61,5%) dan usia terbanyak pada 60-64 tahun (23,5%). Pada hubungan faktor risiko stroke terhadap kejadian demensia vaskular didapatkan hasil p=0,205 dan odds ratio=1,352. Sedangkan, hubungan faktor risiko hipertensi terhadap kejadian demensia vaskular didapatkan hasil p=0,022 dan odds ratio=0,461. Disimpulkan tidak terdapat hubungan faktor risiko stroke terhadap kejadian demensia vaskular dan terdapat hubungan faktor risiko hipertensi terhadap kejadian demensia vaskular. Faktor risiko modifiable yaitu stroke dan hipertensi hanya menyumbang sebagian faktor risiko demensia vaskular. Faktor risiko lain seperti pendidikan, gaya hidup, durasi penyakit dan lainnya dibutuhkan untuk mendapat hasil yang lebih maksimal.
Hubungan Stres Kerja dan Kepuasan Kerja dengan Tingkat Ketidakhadiran (absenteissm) pada Karyawan di Instalasi Farmasi RSUD Syamsudin SH Kota Sukabumi Fani Fitriani; Siska Nia Irasanti; Budiman
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10699

Abstract

Abstract. Workplace stress occurs when the demands and pressures of a job exceed an individual's abilities and knowledge. It becomes a problem and can be caused by factors such as the type of job, individual vulnerabilities, and poor organizational work systems. Lack of job satisfaction can also be a major trigger for workplace stress. . At RSUD Syamsudin SH, a referral hospital in the city of Sukabumi, there is a high risk of workplace stress. The number of patient visits that continues to increase every year can have serious impacts, both physically and mentally, and on organizational performance.. Therefore, there is a need for attention and actions to address workplace stress in the environment of RSUD Syamsudin SH in order to minimize its negative impacts. This study aims to determine the relationship between job stress and job satisfaction with the level of absenteeism in Pharmacy Installation Employees at Syamsudin SH Hospital. The research method used was analytic observational with cross sectional research design. Total sampling technique amounted to 97 employees. In this study, the independent variable is job stress and job satisfaction and the dependent variable is absenteeism. Data analysis using one way anova. Research on 97 employees showed that most experienced moderate levels of work stress (53.60%), moderate job satisfaction (42.30%) and the highest number of absences reached 42 days. The statistical test results showed that there was a significant relationship between work stress and absenteeism (p-value=0.000<0.05) and there was no significant relationship between job satisfaction and absenteeism (p-value=0.491>0.05). Abstrak. Stress kerja terjadi ketika tuntutan dan tekanan pekerjaan melebihi kemampuan dan pengetahuan seseorang. Ini menjadi masalah dan dapat disebabkan oleh faktor seperti jenis pekerjaan, kerentanan individu, dan sistem kerja organisasi yang buruk. Kurangnya kepuasan kerja juga dapat menjadi pemicu utama stress kerja. RSUD Syamsudin SH, rumah sakit rujukan di Kota Sukabumi risiko tinggi terhadap stress kerja dapat terjadi. Jumlah kunjungan pasien yang terus meningkat tiap tahunnya dapat menyebabkan dampak serius, baik secara fisik, mental, maupun terhadap kinerja organisasi. Oleh karena itu, perlu adanya perhatian dan tindakan untuk mengatasi stress kerja di lingkungan RSUD Syamsudin SH agar dapat meminimalkan dampak negatifnya. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan stress kerja dan kepuasan kerja dengan tingkat ketidakhadiran. Metode penelitian yang digunakan yaitu observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional. Teknik pengambilan sampel total sampling berjumlah 97 karyawan. Variabel bebasnya stress kerja dan kepuasan kerja dan variabel terikatnya ketidakhadiran. Analisa data menggunakan oneway anova. Penelitian terhadap 97 karyawan menunjukkan sebagian besar mengalami tingkat stress kerja sedang (53.60%), kepuasan kerja sedang (42.30%) dan jumlah ketidakhadiran terbanyak mencapai 42 hari. Hasil uji statistik diperoleh adanya hubungan yang signifikan antara stres kerja dan ketidakhadiran (p-value=0.000<0.05) dan tidak ada hubungan yang signifikan antara kepuasan kerja dan ketidakhadiran (p-value=0.491>0.05). Stres kerja berhubungan dengan ketidakhadiran dan kepuasan kerja tidak berhubungan dengan ketidakhadiran.
Gambaran Karakteristik Etiologi dan Penyakit Penyerta Pasien End-Stage Renal Disease yang Menjalani Hemodialisis di RS Al-Islam pada Tahun 2018–2022 Ilhan Rakha Aryawardana; Yani Triyani; Sara Puspita
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10722

Abstract

Abstract. In the last few decades there has been an increase in cases of chronic kidney disease (CKD). An increase in CKD cases can result in an increase in cases of end-stage renal disease (ESRD) which can be indicated by an increase in hemodialysis procedures every year. According to data from the Indonesian Renal Registry (IRR) in 2018, the number of new patients undergoing hemodialysis in West Java increased from the previous year by 50% (from 7,444 to 14,771 patients), based on this data, an analysis of the etiology and comorbidities of ESRD patients in 2018–2022 is needed. The aim of this study is to distributively describe the etiology and comorbidities of ESRD cases at Al-Islam Hospital in 2018–2022. The method used in this research is descriptive quantitative with a retrospective approach using the case series method. Samples were taken from medical records of new hemodialysis patients in 2018–2022 and there were 769 ESRD patients. The results of this study showed that there was an increase in ESRD patients by 20.4% during 2018–2022 with the main etiologies being hypertensive kidney disease (61.9%), diabetic nephropathy (19.5%), other causes (6.5%), primary glomerulopathy (4.6%), and lupus nephropathy (3.5%), while the main comorbidities were hypertension (57.0%), diabetes mellitus (16.3%), cardiovascular disease (6.5%), cerebrovascular disease (2.7%), and tuberculosis (2.2%). Conclusion, the most common etiologies during 2018–2022 were hypertensive kidney disease and diabetic nephropathy, while the most common comorbidities were hypertension and diabetes mellitus. From the results of this research, it is hoped that it can become a reference for establishing ESRD prevention programs and for conducting other research to deepen other characteristics using other methods. Abstrak. Dalam beberapa dekade terakhir terjadi peningkatan kasus chronic kidney disease (CKD). Peningkatan kasus CKD dapat mengakibatkan peningkatan kasus end-stage renal disease (ESRD) yang dapat diindikasikan dengan peningkatan tindakan hemodialisis setiap tahun. Menurut data Indonesia Renal Registry (IRR) tahun 2018 jumlah pasien baru yang menjalani hemodialisis di Jawa Barat meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 50% (dari 7.444 menjadi 14.771 pasien), berdasarkan data tersebut diperlukan analisis etiologi dan penyakit penyerta pasien ESRD pada tahun 2018–2022. Tujuan penelitian ini ialah menggambarkan secara distributif etiologi dan penyakit penyerta kasus ESRD di Rumah Sakit Al-Islam pada tahun 2018–2022. Metode penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dengan pendekatan retrospektif menggunakan metode case series. Sampel diambil dari rekam medis pasien baru hemodialisis pada tahun 2018–2022 dan didapatkan pasien ESRD sebanyak 769 pasien. Hasil penelitian terjadi peningkatan pasien ESRD sebesar 20,4% selama tahun 2018–2022 dengan etiologi utama penyakit ginjal hipertensif (61,9%), nefropati diabetik (19,5%), penyebab lainnya (6,5%), glomerulopati primer (4,6%), dan nefropati lupus (3,5%), sementara untuk penyakit penyerta utama hipertensi (57,0%), diabetes melitus (16,3%), penyakit kardiovaskular (6,5%), penyakit serebrovaskular (2,7%), dan penyakit tuberkulosis (2,2%). Simpulan, etiologi yang paling banyak terjadi selama tahun 2018–2022 adalah penyakit ginjal hipertensif dan nefropati diabetik, sementara penyakit penyerta yang paling banyak diderita adalah hipertensi dan diabetes melitus. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan dapat menjadi acuan untuk pembentukan program prevensi ESRD dan penelitian untuk memperdalam karakteristik lainnya menggunakan metode lain.
Perbandingan Karakteristik Pasien dan Pola Pengobatan Multi Drugs Resistance Tuberculosis di Rumah Sakit Paru Dr. H. A. Rotinsulu Sebelum dan Saat Pandemi Ridwansyah Fajari Zaenudin; Santun Bhekti Rahimah; Endang Suherlan
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10723

Abstract

Abstract. Globally, Tuberculosis (TB) is a highly prevalent infectious disease. In 2020, the number of TB patients rose to 10.1 million, experiencing a subsequent 4.5% increase to 10.6 million in 2021. Meanwhile, the estimated global cases of Multi-Drug-Resistant Tuberculosis (MDR-TB) in 2021 amounted to around 450,000, indicating a 3.1% uptick from the preceding year's 437,000 cases in 2020. This research aims to discern changes in patient characteristics and MDR-TB treatment patterns at Dr. H.A. Rotinsulu Pulmonary Hospital before and during the Covid-19 pandemic. Employing a cross-sectional approach utilizing 88 medical records (44 pre-pandemic and 44 during), the study investigates patient attributes (gender, region, age) and treatment modalities (drug types, combinations). Univariate and bivariate tests, including the Chi-Square statistical test, reveal no significant differences in gender, region, age (P sequentially 1, 0.82, 0.67), and drug types, combinations (P sequentially 0.28, 0.35) pre-pandemic and during the pandemic. In conclusion, there is no observable changes in patient characteristics and treatment patterns exist before or during the pandemic. While no significant alterations manifest at the pandemic's initiation, the progression of the pandemic may unveil changes, particularly with a larger sample size and broader coverage, given the absence of modifications in the National Medical Service Guidelines. Abstrak. Tuberkulosis (TB) merupakan salah satu penyakit menular yang prevalensinya masih tinggi di dunia, pada tahun 2020 pasien penderita Tuberkulosis berjumlah 10,1 juta orang dan meningkat 4,5% pada tahun berikutnya menjadi 10,6 juta orang. Sedangkan untuk jumlah kasus Multi Drugs Resistance (MDR-TB) di dunia pada tahun 2021 diperkirakan sekitar 450.000 kasus, jumlah tersebut meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 3,1 % yang awalnya kasus berjumlah 437.000 kasus pada tahun 2020. Tujuan penelitian ini yaitu untuk uengetahui apakah ada perubahan pada karakteristik pasien dan pola pengobatan MDR-TB di RS Paru Dr.H.A Rotinsulu sebelum dan saat pandemi. Penelitian ini menggunakan pendekatan secara cross-sectional yang diambil melalui rekam medik. Data-data yang diambil berupa karakteristik pasien yaitu jenis kelamin, asal wilayah dan usia pasien dan pola pengobatan yaitu jenis obat dan jumlah kombinasi obat yang kemudian hasilnya dianalisis dengan uji univariat dan bivariat dengan uji statistik Chi-Square. Jumlah data rekam medis yang dipakai berjumlah 88 yaitu 44 rekam medis sebelum pandemi dan 44 rekam medis saat pandemi. Tidak terdapat perbedaan proporsi variabel jenis kelamin, asal wilayah maupun usia (P berturut turut 1, 0.82, 0.67) dan pada variabel jenis obat dan kombinasi obat (P berturut turut 0.28, 0.35) sebelum dan saat pandemi. Dapat disimpulkan sebelum maupun saat pandemi tidak terjadi perubahan dari karakteristik pasien dan pola pengobatan. Pada awal pandemi tidak terlihat perubahan yang signifikan salah satu faktor krusialnya adalah tidak adanya perubahan Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) tetapi pada saat pandemi berlanjut kemungkinan bisa ada perubahan dengan jumlah sampel lebih banyak dan cakupan lebih luas.
Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (IMT) dengan Risiko Terjadinya Obstructive Sleep Apnea (OSA) Rizky Agung Maulana; Nuzirwan Acang; Widhy Yudistira
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10726

Abstract

Abstract. Obstructive sleep apnea (OSA) is an increasingly common breathing disorder during sleep. Other common symptoms include excessive daytime sleepiness, fatigue, decreased sleep quality, nocturia, morning headaches, irritability, and memory loss. One of the risk factors for OSA is obesity, with a body mass index (BMI) of more than 25 kg/m2. Increased fat deposits in the throat area or visceral obesity can be one of the causes of narrowing of the upper airway. Medical faculty students have demanding schedules that result in their busy physical activities decreasing, and poor diet can cause weight gain in students, especially in the first academic year. This research uses an analytical, quantitative observational design with a survey research analysis design. In this research, two data were used, namely univariate and bivariate analysis. The high risk of OSA, in this study, only occurred in the group of subjects with a fat and obese BMI. The obese BMI group had a high risk of OSA, namely 4 people (57.1%), while the obese BMI group was 7 people (26.9%). The P value in this study is 0.0001. This value means that there is a significant relationship between body mass index and the risk of obstructive sleep apnea. Further research needs to be carried out regarding the relationship between OSA risk factors and the incidence of OSA in students involving age, gender, smoking behavior, sleep quality, BMI, abdominal circumference and neck circumference using a larger number of respondents and different research methods. Abstrak. Obstructive sleep apnea (OSA) salah satu gangguan pernapasan pada saat kondisi tidur yang semakin umum. Gejala umum lain seperti merasakan kantuk berlebihan di siang hari, kelelahan, kualitas tidur yang menurun, nokturia, sakit kepala di pagi hari, mudah marah, dan mudah lupa ingatan. Salah satu faktor risiko OSA adalah obesitas, dengan indeks massa tubuh (IMT) lebih dari 25 kg/m2. Peningkatan timbunan lemak di daerah tenggorokan atau obesitas visceral bisa menjadi salah satu penyebab penyempitan saluran napas bagian atas. Mahasiswa fakultas kedokteran memiliki tuntutan jadwal yang sibuk akibatnya aktifitas fisik mereka berkurang, dan pola makan yang buruk dapat menyebabkan terjadinya peningkatan berat badan pada mahasiwa, khususnya pada tahun akademik pertama. Penelitian ini menggunakan rancangan observational analitik, kuantitatif dengan desain penelitian survey Pada penelitian ini dilakukan dua analisis data yaitu analisis univariat dan bivariat. Risiko tinggi OSA, pada penelitian ini hanya terjadi pada kelompok subjek dengan IMT gemuk dan obesitas. Kelompok IMT obesitas memiliki jumlah risiko OSA yang tinggi, yaitu sebanyak 4 orang (57,1%), sedangkan IMT gemuk sebanyak 7 orang (26,9%). Nilai P pada penelitian ini, yaitu 0,0001. Nilai tersebut memiliki arti bahwa terdapat hubungan signifikan antara indeks masa tubuh dan risiko terjadinya obstructive sleep apnea. perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai hubungan faktor risiko OSA dengan kejadian OSA pada mahasiswa dengan melibatkan faktor usia, jenis kelamin, perilaku merokok, kualitas tidur, IMT, lingkar perut, dan lingkar leher menggunakan responden yang lebih besar dan metode penelitian yang berbeda.
Hubungan Berat Badan Lahir Rendah dengan Kejadian Stunting pada Balita di Kecamatan Padalarang Kabupaten Bandung Barat Dinda Syafira Agitha; Santun Bhekti Rahimah; Dicky Santosa
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10754

Abstract

Abstract. A baby's birth weight is the first weight recorded after birth, ideally measured in the first hours after birth. Low Birth Weight (LBW) is a birth weight of less than 2500 grams or 5.5 pounds. Low birth weight is a risk factor for stunting. Stunting is a growth and development disorder experienced by children due to poor nutrition. Children are said to be stunted if their height at their age is less than -2 standard deviations on the WHO child growth curve. The percentage of stunted toddlers in West Bandung Regency in 2021 will reach 11.85%. The aim of this research is to determine the relationship between low birth weight and stunting. The research was conducted at the Padalarang District Health Center, West Bandung Regency in 2023. This research was an analytical observational study using the case-control method. The variables in this study are birth weight as the independent variable and stunting as the dependent variable. The number of research subjects was 118 children under five which were determined using the purposive sampling method. This research shows that the majority of children under five in Padalarang District, West Bandung, are girls (55.1%) with the majority aged 24 to 60 months. The results of research on children under five in Padalarang District, West Bandung showed that more children with LBW experienced stunting than those without stunting (7.6%:2.5%). The results of this study show that there is a relationship (p-value < 0.05) between low birth weight and the incidence of stunting in toddlers in Padalarang District, West Bandung. Insufficient energy intake in babies affects the baby's growth and development, making it a risk factor for stunting. Abstrak. Berat lahir bayi merupakan berat badan pertama yang dicatat setelah lahir, idealnya diukur dalam jam-jam pertama setelah lahir. Berat Badan Lahir Rendah (BBLR) adalah berat lahir yang kurang dari 2500 gram atau 5,5 pon. Berat badan lahir rendah merupakan faktor risiko dari stunting. Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan yang dialami anak karena gizi buruk. Anak-anak disebut stunting apabila tinggi badan pada usianya kurang dari -2 standar deviasi pada kurva pertumbuhan anak WHO. Persentase balita stunting di Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2021 mencapai angka 11,85%. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan berat badan lahir rendah dengan stunting. Penelitian dilakukan di Puskesmas Kecamatan Padalarang, Kabupaten Bandung Barat pada tahun 2023. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan metode case control. Variabel dalam penelitian ini adalah berat badan lahir sebagai variabel bebas dan stunting sebagai variabel terikat. Jumlah subjek penelitian sebanyak 118 orang anak balita yang ditentukan dengan metode purposive sampling. Penelitian ini menunjukkan bahwa mayoritas anak balita di Kecamatan Padalarang, Bandung Barat, perempuan (55.1%) dengan sebagian besar berusia 24 sampai 60 bulan. Hasil penelitian pada anak balita di Kecamatan Padalarang, Bandung Barat menunjukkan bahwa balita dengan BBLR lebih banyak yang mengalami stunting dari pada tidak stunting (7.6%:2.5%). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan (p-value < 0,05) antara berat badan lahir rendah dengan kejadian stunting pada balita di Kecamatan Padalarang Bandung Barat. Asupan energi yang tidak memenuhi pada bayi mempengaruhi tumbuh kembang bayi sehingga menjadi salah satu faktor risiko stunting.
Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Tingkat Kebugaran Jasmani pada Lansia di Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu Silvia Putri Damayanti; Ieva Baniasih Akbar; Eka Hendryanny
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.10758

Abstract

Abstract. Elderly people are people aged 65 years and over, which is the age at which a person can be considered an adult. As age increases, physical condition will definitely decline, and one of the factors that can influence this is physical fitness. Physical fitness is the body's ability to adapt to activities. physically and remain comfortable without experiencing excessive fatigue. The habit of smoking can affect the physical condition and physical fitness of the elderly. This study aims to determine the relationship between smoking habits and physical fitness levels in the elderly in Sliyeg District, Indramayu Regency. This research is a quantitative analysis with a cross sectional research design. In the research, it was found that 84% of elderly people with a fitness level had a moderate smoking habit of 67%. The Chi-Square test result was 0.301. This shows that there is no significant relationship between smoking habits and the level of physical fitness in the elderly in Sliyeg District, Indramayu Regency. Physical fitness can be influenced by various factors such as age, gender, genetics, food consumption, and smoking. Abstrak. Lanjut usia yaitu orang yang sudah berusia 65 tahun keatas, yaitu usia dimana seseorang dapat dianggap dewasa.Seiring bertambahnya usia, kondisi fisik pasti akan menurun, dan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi yaitu kebugugaran jasmani.Kebugaran jasmani adalah kemampuan tubuh untuk menyesuaikan diri dengan aktivitas fisik dan tetap nyaman tanpa mengalami kelelahan yang berlebiha.Kebiasaan merokok dapat mempengaruhi kondisi fisik dan kebugaran jasmani pada lansia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok dengan tingkat kebugaran jasmani pada lansia di Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu. Penelitian ini merupakan analisis kuantitatif dengan desain penelitian cross sectional. Pada penelitian didapatkan lansia dengan tingkat kebugaran kurang sebanyak 84% kebiasaan merokok sedang sebanyak 67%. Hasil uji Chi-Square didapatkan 0.301. Hal ini menunjukan tidak terdapat hubungan yang bermakna antara kebiasaan merokok dengan tingkat kebugaran jasmani pada lansia di Kecamatan Sliyeg Kabupaten Indramayu. Kebugaran jasmani dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti usia, jenis kelamin, genetika, konsumsi makanan, dan merokok.