cover
Contact Name
Unang arifin
Contact Email
bcsms@unisba.ac.id
Phone
+6282321980947
Journal Mail Official
bcsms@unisba.ac.id
Editorial Address
UPT Publikasi Ilmiah, Universitas Islam Bandung. Jl. Tamansari No. 20, Bandung 40116, Indonesia, Tlp +62 22 420 3368, +62 22 426 3895 ext. 6891
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Bandung Conference Series : Medical Science
ISSN : -     EISSN : 28282205     DOI : https://doi.org/10.29313/bcsms.v2i2
Core Subject : Humanities, Health,
Bandung Conference Series: Medical Science (BCSMS) menerbitkan artikel penelitian akademik tentang kajian teoritis dan terapan serta berfokus pada Kedokteran dengan ruang lingkup Age, ASI, BPJS Kesehatan, CGT, Dokter layanan primer, Fungsi diastolic, Gender, Hepatitis A dan B, Interval Anak Balita, ISPA, JKN, Nyeri leher, Origin, Paritas, Pasien, Denyut Nadi, Imunisasi, Perawat, Phlebitis, PHBS, pneumonia Abortus Spontan, Pola Menstruasi, rumah sakit Pendidikan, Sektor Informal Pengetahuan, Shift kerja malam, sindrom koroner akut, Status Gizi Mahasiswa kedokteran, status sosio ekonomi, Tekanan Darah, Tingkat Stres, Troponin T , Type of occupation, ventrikel kiri, dan Wanita Premenopause. Prosiding ini diterbitkan oleh UPT Publikasi Ilmiah Unisba. Artikel yang dikirimkan ke prosiding ini akan diproses secara online dan menggunakan double blind review minimal oleh dua orang mitra bebestari.
Articles 494 Documents
Karakteristik Manifestasi Klinis Pasien dengan Dermatitis Kontak di RSUD Cibabat Karina Dinda Azzahra; Maya Tejasari; Deis Hikmawati
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11077

Abstract

Abstract. Abstract. Contact Dermatitis is an inflammatory skin disease caused by contact exposure to allergens and irritants. Irritant Contact Dermatitis (DKI) is a complex reaction caused by intrinsic (genetic) and extrinsic (environmental) factors. Allergic Contact Dermatitis (DKA) is an immune reaction of the skin to one or more allergens that come into contact with the skin. In 2017, it is estimated that there were around 1090 people with cases of occupational skin disease, of which 79% were contact dermatitis. The aim of this study was to determine the characteristics of clinical manifestations of patients with contact dermatitis. The design of this research was an analytical observational study with a cross-sectional design conducted at the Cibabat District Hospital with a total of 137 patients. Data was obtained from medical records in the form of type of exposure and clinical manifestations and a diagnosis of DKA or DKI. The results of the study showed that the most common clinical manifestations were itching (80.29%) and redness (62.77%) compared to stinging (37.23%), burning (26.28%) and dry skin ( 24.82%). The conclusion of this study is that the majority of patients experience itching and redness as clinical manifestations of contact dermatitis. This is caused by the effects of the release of cytokines and irritation of the skin which causes inflammation and manifests in patient complaints. Abstrak. Dermatitis Kontak merupakan penyakit inflamasi kulit yang disebabkan oleh paparan kontak alergen dan iritan. Dermatitis Kontak Iritan (DKI) merupakan reaksi kompleks yang disebabkan oleh faktor intrinsik (genetik) dan extrinsik (lingkungan). Dermatitis Kontak Alergi (DKA) merupakan reaksi kekebalan kulit terhadap satu atau lebih alergen yang bersentuhan dengan kulit. Pada tahun 2017 diperkirakan terdapat sekitar 1090 orang dengan kasus penyakit kulit akibat kerja dimana 79% nya merupakan dermatitis kontak. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui karakteristik manifestasi klinis pasien dengan dermatitis kontak. Desain penelitian ini adalah penelitian analitic observational dengan rancangan cross-sectional yang dilakukan di RSUD Cibabat dengan total subyek yang didapatkan adalah 137 pasien. Data diperoleh dari rekam medis berupa jenis paparan dan manifestasi klinis dan didiagnosis DKA atau DKI. Hasil penelitian menunjukan bahwa manifestasi klinis yang paling banyak terjadi adalah rasa gatal (80,29%) dan kemerahan (62,77%) dibandingkan dengan rasa perih (37,23%), rasa terbakar (26,28%) dan kulit kering (24.82%). Simpulan penelitian ini adalah sebagian besar pasien mengalami rasa gatal serta kemerahan sebagai manifestasi klinis dari penyakit dermatitis kontak. Hal ini disebabkan oleh efek dari dilepaskannya sitokin serta irirtasi pada kulit yang menyebabkan inflamasi dan bermanifestasi terhadap keluhan pasien.
Hubungan Kepadatan Hunian dengan Skabies di Pesantren Da’rul Qur’an Kabupaten Kuningan Periode Tahun 2022 - 2023 Duratunnisa Salsabila; Arief Budi Yulianti; Retno Ekowati
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11086

Abstract

Abstract. Scabies is an infectious skin disease caused by parasitic mites. Residential density is an important factor in increasing the incidence of scabies. Occupancy density in Islamic boarding schools can be reflected in the density of bedroom occupancy. This study aims to determine the relationship between the number of room occupants and the incidence of scabies among students at the Da'rul Qur'an Islamic boarding school, Kuningan Regency. This research is a quantitative observational study with a cross sectional approach. Respondents in the research were middle school and high school students at the Da'rul Qur'an Islamic Boarding School, Kuningan Regency, academic year 2022 to 2023. The sample size was calculated using the hypothesis test formula of different proportions and obtained 137 samples which were then randomized using a simple random sampling approach. Data was collected through distributing questionnaires which had been tested for validity using the Pearson correlation test. The collected data was then analyzed using the bivariate test (Chi Square). The research results showed that the largest age group was 14 years old (28.8%) and the largest class group came from class 3 of junior high school (37.2%). More than half of the total respondents were female (57.7%). Most respondents experienced scabies (70.8%) with more than half of the total respondents having rooms where the number of occupants did not meet the standards, namely more than 5 people per room (53.3%). The incidence of scabies in respondents whose rooms meet standards is smaller than in respondents whose rooms do not meet standards. This shows that there is a significant relationship between the number of room occupants and the incidence of scabies among students at the Da'rul Qur'an Islamic Boarding School, Kuningan Regency (p= 0.045; OR 1.710 95% CI (0.801 – 2.615)). Abstrak. Skabies merupakan penyakit kulit menular yang disebabkan oleh tungau parasit. Kepadatan hunian merupakan faktor penting dalam meningkatkan angka kejadian skabies. Kepadatan hunian di pesantren dapat tercermin dari kepadatan hunian ruang tidur. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan jumlah penghuni kamar terhadap kejadian skabies pada siswa pesantren Da’rul Qur’an Kabupaten Kuningan. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif observasional dengan pendekatan cross sectional. Responden dalam penelitian merupakan santri SMP dan SMA di Pondok Pesantren Da’rul Qur’an Kabupaten Kuningan tahun ajaran 2022 hingga 2023. Besar sampel dihitung menggunakan rumus uji hipotesis beda proporsi dan diperoleh 137 sampel yang kemudian diacak dengan pendekatan simple random sampling. Data dikumpulkan melalui pembagian kuesioner yang telah diuji validitas menggunakan uji korelasi pearson. Data yang terkumpul kemudian dianalisis menggunakan uji bivariate (Chi Square). Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok usia paling banyak yaitu berusia 14 tahun (28,8%) dan kelompok kelas paling banyak berasal dari kelas 3 SMP (37,2%). Lebih dari setengah total responden berjenis kelamin perempuan (57,7%). Sebagian besar responden mengalami skabies (70,8%) dengan lebih dari setengah total responden memiliki kamar dengan jumlah penghuni kamar tidak memenuhi standar yaitu lebih dari 5 orang per kamar (53,3%). Kejadian skabies pada responden dengan penghuni kamar sesuai standar lebih kecil dibandingkan responden dengan penghuni kamar tidak sesuai standar. Hal ini menujukkan adanya hubungan yang signifikan antara jumlah penghuni kamar dengan kejadian skabies pada santri di Pondok Pesantren Da’rul Qur’an Kabupaten Kuningan (p= 0,045; OR 1,710 95% CI (0,801 – 2,615)).
Studi Literatur: Karakteristik Pasien Demam Berdarah Dengue Dewasa Sebelum dan Selama Pandemi Covid-19 di RSUD Al-Ihsan Muhammad Faris Rizki; Wida Purbaningsih; Ajeng Kartika
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11111

Abstract

Abstract. Dengue Hemorrhagic Fever is a disease caused by the Dengue virus and transmitted by the Aedes Aegypti mosquito. The World Health Organization (WHO) says that this disease generally occurs in areas such as Southeast Asia and the West Pacific. WHO noted that there was an increase in the incidence of dengue fever in Southeast Asia by around 46% from 451,442 cases to 658,301 cases, while the death rate decreased by 2%, namely from 1,584 to 1,555 cases. This study aims to determine the characteristics of adult dengue hemorrhagic fever patients before and during the Covid-19 pandemic. This research is a descriptive observational study with a cross sectional design with a sample size of 100 people who meet the inclusion and exclusion criteria. Samples were taken using a non-probability sampling technique, namely consecutive sampling, which is a sample selection technique by determining subjects who meet the inclusion criteria and are included in the research for a certain period of time. The results show that ages 20‒39 years are the age group most frequently affected by dengue fever before and during the pandemic and the gender most frequently affected is women. This is because the Aedes aegypti mosquito actively bites during the day, when people are active. There was a decrease in the number of villages affected by dengue fever during the pandemic because some people came from outside the city. It was found that the majority of adult dengue fever patients had fever without bleeding or hepatomegaly and only experienced grade I. This was due to the faster screening process before and during the pandemic so that treatment could be carried out immediately before entering the next degree. Abstrak. Penyakit Demam Berdarah Dengue adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti. World Health Organization (WHO) mengatakan bahwa penyakit ini umumnya terjadi pada daerah seperti Asia Tenggara dan Pasifik Barat. WHO mencatat bahwa ada peningkatan angka kejadian DBD di Asia Tenggara sekitar 46% dari 451.442 kasus menjadi 658.301 kasus, sedangkan tingkat kematiannya mengalami penurunan sebanyak 2% yaitu dari 1.584 menjadi 1.555 kasus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik pasien demam berdarah dengue dewasa sebelum dan selama pandemi Covid-19. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional desain cross sectional dengan jumlah sampel 100 orang yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sampel diambil dengan menggunakan teknik non-probability sampling, yaitu consecutive sampling yang merupakan teknik pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria inklusi dan dimasukkan dalam penelitian sampai kurun waktu tertentu. Hasil menunjukan bahwa usia 20‒39 tahun merupakan kelompok umur yang paling sering terkena DBD pada masa sebelum dan pada saat pandemi dan jenis kelamin yang paling sering terkena adalah perempuan. Hal ini dikarenakan nyamuk Aedes aegypti aktif menggigit pada siang hari, ketika orang-orang sedang beraktivitas. Terdapat penurunan jumlah desa yang terkena DBD saat pandemi dikarenakan sebagian orang berasal dari luar kota. Didapatkan sebagian besar pasien DBD dewasa mengalami demam tanpa perdarahan ataupun hepatomegali dan hanya mengalami derajat I. Hal ini disebabkan oleh proses skrining lebih cepat pada sebelum dan saat pandemi sehingga dapat dilakukan penanganan segera sebelum memasuki derajat selanjutnya.
Tingkat Pengetahuan Penggunaan Tabir Surya terhadap Dampak Paparan Sinar Ultraviolet pada Kulit Wajah Mahasiswa Tingkat 3 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2021/2022 Ratu Carissa Tantaramesta; Nuzirwan Acang
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11119

Abstract

Abstract. Sunscreen is the primary choice for protecting against ultraviolet radiation, and proper understanding helps reduce its adverse effects on the skin. The objective of this research is to evaluate the knowledge of sunscreen use concerning the effects of exposure to ultraviolet rays on facial skin. This study employs a categorical descriptive method conducted on third-year students at the Faculty of Medicine, Unisba, during the academic year 2021/2022. Data were obtained through questionnaires directly filled out by respondents. The research results indicate that 39 individuals (78%) have good knowledge, while 11 individuals (22%) have poor knowledge. Respondents with good knowledge and positive effects of ultraviolet exposure on facial skin are 36 individuals (72%), while those with good knowledge but negative effects on facial skin are 3 individuals (6%). Meanwhile, respondents with poor knowledge but positive effects on facial skin are 10 individuals (20%), and 1 person (2%) has both poor knowledge and negative effects of ultraviolet exposure. Abstrak. Tabir surya merupakan produk komersial yang memiliki angka filtrasi terhadap sinar Ultraviolet (UV). Radiasi Ultraviolet diklasifikasikan berdasarkan panjang gelombangnya menjadi UVA, UVB, dan UVC yang akan menyebabkan keadaan patologi pada kulit. Ketika kulit terpapar radiasi UV terus-menerus akan menyebabkan terjadinya atrofi, perubahan pigmen, kerutan dan keganasan pada kulit. Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengetahuan penggunaan tabir surya terhadap dampak paparan sinar ultraviolet pada kulit wajah mahasiswa tingkat 3 Fakultas Kedokteran Universitas Islam Bandung Tahun Akademik 2021/2022. Metode penelitian kualitatif menggunakan rancangan penelitian deskriptif kategorik. Teknik pengambilan sampel dengan purposive sampling pada mahasiswa Fakultas Kedokteran Unisba tingkat 3 tahun akademik 2021/2022 berumlah 50 orang variabel bebas tingkat pengetahuan penggunaan tabir suya dan variabel terikatnya dampak paparan sinar ultraviolet. Hasil penelitian menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 39 orang (78%) dan sebanyak 11 orang (22%) memiliki pengetahuan buruk. Responden yang memiliki pengetahuan baik dan dampak paparan sinar ultraviolet baik sebanyak 36 orang (72%%), sedangkan yang memiliki pengetahuan baik tetapi dampak paparan sinar ultraviolet buruk sebanyak 3 orang (6%). Sedangkan responden yang memiliki pengetahuan buruk tetapi dampak paparan sinar ultraviolet baik sebanyak 10 orang (20%) dan 1 orang (2%) yang memiliki tingkat pengetahuan dan dampak paparan sinar ultravioletnya buruk.
Studi Literatur: Hubungan Obesitas dengan Gangguan Tidur pada Mahasiswa Aida Nur Rahmah Widodo; Yulianto, Fajar Awalia; Fitriyana, Susan
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11133

Abstract

Abstract. Sleep disorders are a problem that often occurs in students. One of the causes of sleep disorders which is also very common in students because it is influenced by lifestyle is obesity. This research was conducted to find out whether sleep disorders in students can be caused by obesity. From previous studies it was explained that obesity can cause fat accumulation which can later cause anatomical and physiological changes in the airways and cause difficulty in breathing and impact on poor sleep quality due to difficulty in breathing. Abstrak. Gangguan tidur merupakan masalah yang sering terjadi pada mahasiswa. Salah satu penyebab gangguan tidur yang juga banyak terjadi pada mahasiswa karena dipengaruhi oleh gaya hidup adalah obesitas. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah gangguan tidur pada pelajar dapat disebabkan oleh obesitasdari studi sebelumnya dijelaskan bahwa kondisi obesitas dapat menyebabkan adanya penumpukan lemak yang nantinya dapat menyebabkan perubahan saluran nafas secara anatomis dan fisiologis dan menyebabkan kesulitan dalam bernafas dan berdampak pada kualitas tidur yang buruk karena kesulitan dalam bernafas.
Studi Literatur: Hubungan Lama Kerja dengan Gangguan Pendengaran Akibat Bising pada Karyawan Bandara Habib Birham Ali; Fajar Awalia Yulianto; Nurul Romadhona
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11135

Abstract

Abstract. Noise induced hearing loss (NIHL) is the most common occupational disease worldwide. Length of service is a risk factor that can affect the severity of hearing loss. Airports are places that generate noise that exceeds the threshold and can cause noise-induced hearing loss in workers who are exposed to noise for a long time. This study aims to determine the relationship between work duration and noise-induced hearing loss in airport employees. This research uses a type of research in the form of a literature study by collecting various references consisting of previous research which will draw a conclusion. The results of this previous study will be used to conclude the relationship between length of work and noise-induced hearing loss in airport employees. The results of previous studies show that most respondents have a length of work > 5 years (92.7%). The results of previous studies also showed no relationship between length of work and noise-induced hearing loss in airport employees. Factors that influence the meaninglessness of the relationship are because there are other factors that are not studied, such as the use of ear protective equipment (APT) and the duration of worker exposure. Abstrak. Noise Induced Hearing Loss (NIHL) atau gangguan akibat bising merupakan penyakit akibat kerja paling umum di seluruh dunia. Lama kerja menjadi faktor risiko yang dapat mempengaruhi tingkat keparahan dari gangguan pendengaran. Bandar udara merupakan tempat yang menimbulkan suara bising melebihi ambang batas dan dapat menyebabkan gangguan pendengaran akibat bising pada pekerja yang lama terpapar bising. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan lama kerja dengan gangguan pendengaran akibat bising karyawan bandara. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian berupa studi literatur dengan cara mengumpulkan berbagai referensi yang terdiri atas penelitian terdahulu yang nantinya akan menarik sebuah kesimpulan. Hasil penelitian terdahulu ini nantinya digunakan untuk menyimpulkan hubungan lama kerja dengan gangguan pendengaran akibat bising pada karyawan bandara. Hasil penelitian sebelumnya memperlihatkan bahwa sebagian besar responden memiliki lama kerja >5 tahun (92,7%). Hasil penelitian sebelumnya juga menunjukkan tidak adanya hubungan antara lama kerja dengan gangguan pendengaran akibat bising pada karyawan bandara. Faktor yang mempengaruhi terjadinya ketidakbermaknaan hubungan adalah karena ada faktor-faktor lain yang tidak diteliti, seperti penggunaan alat pelindung telinga (APT) dan durasi paparan pekerja.
Hubungan Antara Hipertensi dengan Stroke Berulang di RS Al-Islam Bandung Farras Nur Muhamad; Ratna Dewi Indi Astuti; Ismawati
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11142

Abstract

Abstract. Recurrent stroke is a condition where an individual experiences multiple stroke attacks after having previously suffered a stroke. Uncontrolled risk factors can be significant triggers for recurrent stroke, including hypertension. This study aims to explore the relationship between hypertension and recurrent stroke, whether ischemic or hemorrhagic stroke. The research methodology employed is an analytical observational study with a case-control approach. A total of 180 respondents participated in this study, comprising 30 cases of recurrent ischemic stroke, 30 cases of recurrent hemorrhagic stroke as the case group, and 60 patients each of non-recurrent ischemic and hemorrhagic stroke as the control group. Sampling was conducted using non-probability sampling techniques, employing quota sampling for the case group and stratified random sampling for the control group. Data collection involved the observation of medical records to obtain a history of hypertension and recurrent stroke events. Data analysis was performed using chi-square tests and odds ratios to assess the level of hypertension risk associated with recurrent stroke events. The research findings indicate a significant relationship between hypertension and recurrent ischemic stroke (ρ value < α, ρ = 0.002842, OR = 4.03), while no significant association was found between hypertension and recurrent hemorrhagic stroke (ρ value > α, ρ = 0.05239, OR = 2.444). In conclusion, this study confirms the significant role of hypertension in increasing the risk of recurrent ischemic stroke. However, there is no significant relationship between hypertension and recurrent hemorrhagic stroke. Abstrak. Stroke berulang merupakan kondisi di mana seseorang mengalami serangan stroke lebih dari sekali setelah sebelumnya telah mengalami stroke. Faktor-faktor risiko yang tidak terkontrol dapat menjadi pemicu utama terjadinya stroke berulang, di antaranya adalah hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara hipertensi dan kejadian stroke berulang, baik itu stroke iskemik maupun perdarahan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian observasional analitik dengan pendekatan case-control. Sebanyak 180 responden terlibat dalam penelitian ini, dengan 30 pasien stroke iskemik berulang, 30 pasien stroke perdarahan berulang sebagai kelompok kasus, dan 60 pasien stroke iskemik serta 60 pasien stroke perdarahan yang tidak mengalami kejadian berulang sebagai kelompok kontrol. Pengambilan sampel menggunakan teknik non-probability sampling dengan quota sampling untuk kelompok kasus dan stratified random sampling untuk kelompok kontrol. Data dikumpulkan melalui observasi rekam medis untuk mendapatkan riwayat hipertensi dan kejadian stroke berulang. Analisis data dilakukan menggunakan uji chi-square dan odds ratio untuk menilai tingkat risiko hipertensi terhadap kejadian stroke berulang. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan antara hipertensi dan kejadian stroke iskemik berulang (ρ value < α, ρ = 0,002842, OR = 4,03), namun tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hipertensi dan kejadian stroke perdarahan berulang (ρ value > α, ρ = 0,05239, OR = 2,444). Kesimpulannya, penelitian ini menegaskan bahwa hipertensi berperan penting dalam meningkatkan risiko kejadian stroke iskemik berulang. Meskipun demikian, tidak terdapat hubungan yang signifikan antara hipertensi dan kejadian stroke perdarahan berulang.
Pengaruh Warna Ovitrap pada Peletakan Telur Nyamuk Aedes Aegypti yang Didapat dari Lingkungan Kelurahan Tamansari Bandung Fadhli Yuza Fathur Rahman; Ratna Dewi Indi Astuti; Winni Maharani
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11143

Abstract

Abstract. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) is an acute febrile disease triggered by Dengue virus infection. Humans are infected with the Dengue virus through the bite of female Aedes aegypti mosquitoes. Efforts to suppress the development of the Aedes aegypti mosquito population vary, one of which is a cheap and simple method, namely by installing an autocidal ovitrap. This study aims to assess the color of the ovitrap that is most attractive to female Aedes aegypti mosquitoes for laying their eggs. The subjects used in this research were mosquitoes obtained from the Tamansari Village Environment, Bandung. The ovitrap colors studied were black, red, yellow and white in each mosquito cage. This research was carried out three times repeatedly in the same way. The results of this research show that the color of the ovitrap that contains the most mosquito eggs is black, which dissolves other colors significantly. Conclusion: The Aedes aegypti mosquito lays its eggs more often in dark colored places, especially black. Abstrak. Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut yang dipicu oleh infeksi virus Dengue. Manusia terinfeksi virus Dengue melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti betina. Upaya untuk menekan perkembangan populasi nyamuk Aedes aegypti beragam salah satunya yaitu dengan cara yang murah serta sederhana adalah dengan pemasangan autocidal ovitrap. Penelitian ini bertujuan menilai warna ovitrap yang paling diminati nyamuk Aedes aegypti betina untuk meletakkan telurnya. Subjek yang digunakan pada penelitian ini adalah nyamuk yang didapatkan dari Lingkungan Kelurahan Tamansari Bandung. Warna ovitrap yang diteliti adalah warna hitam, merah, kuning dan putih pada setiap sangkar nyamuk. Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga kali pengulangan dengan cara yang sama. Hasil Penelitian ini menunjukkan warna ovitrap yang paling banyak terdapat telur nyamuk adalah warna hitam disbanding warna lain secara bermakna. Simpulan Nyamuk Aedes aegypti lebih banyak meletakkan telurnya pada tempat berwarna gelap khususnya hitam.
Hubungan Tekanan Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe 2 dengan Kejadian Retinopati Diabetik di RSUD Al-Ihsan Bandung Cika Lailatus Sholihah; Suganda Tanuwidjaja; Ismawati
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11170

Abstract

Abstract. Diabetic retinopathy (DR) is a microvascular complication of type 2 diabetes mellitus which can damage retinal blood vessels and cause visual impairment and even blindness, making diabetic retinopathy a public health problem throughout the world. Diabetic retinopathy is the fifth cause of blindness and visual impairment. The International Diabetes Federation (IDF) stated that in 2021 there will be 537 million people in the world suffering from diabetes mellitus, while the prevalence of DM in Indonesia in 2018 was around 1.5% with the number diagnosed at 1,017,290. The prevalence of DR in Bandung is 19.46% in 2020. Risk factors that cause DR include hypertension, obesity, dyslipidemia, poor glycemic control and nephropathy, so prevention is needed by controlling related factors, one of which is hypertension. The aim of this study was to determine the relationship between blood pressure in type 2 DM sufferers and the incidence of DR. This study used a case control research design conducted at Al Ihsan Regional Hospital, Bandung, with a sample size of 152 type 2 DM patients, of whom 53 were diagnosed with RD and 99 were diagnosed with something other than RD. Data were analyzed using univariate and bivariate tests and statistical tests were carried outChiSquare andOds Ratio. The results of this study showed that the average age of RD patients was 55 years and it was more common among women. ChiSquare test shows p-value <0.0001 and odds ratio obtained 6.7. This research can be concluded that there is a relationship between hypertension and the incidence of diabetic retinopathy at Al Ihsan Regional Hospital. Abstrak. Retinopati diabetik (RD) merupakan komplikasi mikrovaskular diabetes melitus tipe 2 yang dapat merusak pembuluh darah retina dan mengakibatkan gangguan penglihatan bahkan menyebabkan kebutaan, sehingga retinopati diabetik menjadi masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia. Retinopati diabetik menjadi penyebab kelima darikebutaan dan gangguan penglihatan. International Diabetes Federation (IDF) menyatakan tahun 2021 terdiri 537 juta orang di dunia menderita diabetes melitus, sedangkan prevalensi DM di Indonesia pada tahun 2018 sekitar 1,5% dengan jumlah terdiagnosis 1.017.290. Prevalensi RD di Bandung, yaitu 19,46% pada tahun 2020. Faktor risiko yang menyebabkan terjadinya RD, seperti hipertensi, kegemukan, dislipidemia, kontrol glikemik yang buruk, dan nefropati, sehingga diperlukan pencegahan dengan mengendalikan faktor yang berhubungan salah satunya hipertensi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tekanan darah penderita DM tipe 2 dengan kejadian RD. Penelitian ini menggunakan desain penelitian case control yang dilakukan di RSUD Al Ihsan bandung, dengan jumlah sampel 152 pasien DM tipe 2 diantaranya 53 terdiagnosis RD dan 99 terdiagnosis selain RD. Data dianalisis dengan uji univariat dan bivariat dan dilakukan uji statistik ChiSquare dan Ods Ratio. Hasil ini didapatkan rerata usia pasien RD adalah 55 tahun dan lebih banyak dialami oleh perempuan. Uji ChiSquare menunjukan nilai p-value <0.0001 dan uji OdsRatio didapatkan 6.7. Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara hipertensi dengan kejadian retinopati diabetik di RSUD Al Ihsan.
Hubungan Antara Jumlah Leukosit dengan Kejadian Syok pada Penderita DBD Anak di RS Al-Islam Fani Amalia Putri; Wida Purbaningsih; Retno Ekowati
Bandung Conference Series: Medical Science Vol. 4 No. 1 (2024): Bandung Conference Series: Medical Science
Publisher : UNISBA Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29313/bcsms.v4i1.11178

Abstract

Abstract. Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) can be fatal if it turns into SSD or DSS because Fatality Rate DSS can reach 10% or even more. However, if detected early,Fatality Rate can be reduced to less than 1%. So this research aims to find predictors before shock occurs, and the indicator studied is the number of leukocytes. This research is an analytical observational research approach cohort retrospective to analyze the relationship between the number of leukocytes and the incidence of shock in children with Dengue Hemorrhagic Fever. Samples were taken from inpatient medical records at Al-Islam Hospital in the period 1 January 2022 to 28 February 2023. Samples were taken using the total sampling In DHF patients with shock and without shock then analysis was carried out chi-square. On crosstabulation It was found that all 12 children who experienced a decrease in their leukocyte count experienced shock, but of the 55 children who had their leukocyte count within normal limits, 18 children or the equivalent of 32% experienced shock. An alternative analysis is carried out, namely by fisher's exact test because there is value expected count which is not feasible to do uji chi-square and obtained a p value = 0.000 so it can be concluded that there is a relationship between the number of leukocytes and the incidence of shock in pediatric dengue fever patients. Abstrak. Demam Berdarah Dengue (DBD) bisa berakibat fatal jika berubah menjadi Sindrom Syok Dengue (SSD) atau Dengue Shock Syndrome (DSS) karena Fatality Rate DSS bisa mencapai 10% bahkan lebih. Namun, jika dideteksi sedari dini, Fatality Rate dapat berkurang sampai kurang dari 1%. Sehingga penelitian ini bertujuan untuk mencari prediktor sebelum terjadinya syok, dan indikator yang diteliti adalah jumlah leukosit. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cohort retrospective untuk menganalisis hubungan jumlah leukosit dengan kejadian syok pada penderita Deman Berdarah Dengue anak. Sampel diambil dari rekam medis rawat inap RS Al-Islam pada periode 1 Januari 2022 sampai 28 Februari 2023. Sampel diambil dengan metode total sampling pada pasien DBD dengan syok dan tanpa syok lalu dilakukan analisis chi-square. Pada crosstabulation didapatkan bahwa 12 anak yang mengalami penurunan jumlah leukosit semuanya mengalami syok, tetapi dari 55 anak yang memiliki jumlah leukosit dalam batas normal terdapat 18 anak atau setara dengan 32% mengalami syok. Dilakukan analisis alternatif yaitu dengan fisher’s exact test karena ada nilai expected count yang tidak memenuhi untuk dilakukan uji chi-square dan didapatkan nilai p = 0,000 sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara jumlah leukosit dengan kejadian syok pada pasien DBD anak.