cover
Contact Name
Yasir Sidiq
Contact Email
lppi@ums.ac.id
Phone
+6282134901660
Journal Mail Official
lppi@ums.ac.id
Editorial Address
Jl. Ahmad Yani, Pabelan, Kartasura, Surakarta 57162, Jawa Tengah, Indonesia
Location
Kota surakarta,
Jawa tengah
INDONESIA
Academic Physiotherapy Conference Proceeding
ISSN : -     EISSN : 28097475     DOI : -
Core Subject : Health, Science,
Academic Physiotherapy Conferences are a series of activities that include international seminars and call papers. This activity aims to improve literacy and scientific publications of physiotherapy which specifically discuss cases related to problems of function and movement of the human body
Articles 67 Documents
Search results for , issue "2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding" : 67 Documents clear
Validity and Reliability of The Verbal Descriptive Scale in Non-Myogenic Low Back Pain Patients Salatina, Alfi; Komalasari, Dwi Rosella
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Pain is the most common problem in patients with low back pain (LBP) non-myogenic. There are many tools to measure pain, one of which is the Verbal Descriptive Scale (VDS). It needs validity and reliability to evaluate pain in patients with non-myogenic LBP. Therefore, this study aimed to determine the validity and reliability of VDS to evaluate pain in patients with non-myogenic LBP. Method: This research was an observational study method with a methodological research approach and a purposive sampling technique. The total sample was 55 people. Results: The validity of VDS showed well with p<0.001 and r calculated was higher than 0.9. Intra-rater and inter-rater reliability of VDS revealed excellent with Cronbach Alpha and Intra Class Correlation were more than 0.9 and p<0.05. While the SEM=0.068 and MDC=0.188. Conclusion: The VDS was valid and reliable for measuring pain in patients with non-myogenic low back pain.
Manajemen Fisioterapi Bekas Luka Bakar Grade 2 pada Anak: Case Report Vitasari, Lingga; Komalasari, Dwi Rosella; Hamidah, Nilam Nur
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Sekitar 86% luka bakar yang disebabkan oleh thermal lebih sering terjadi daripada faktor penyebab lainnya seperti listrik, gesekan, radiasi dan bahan kimia. Populasi anak-anak menjadi kelompok yang paling rentan mengalami luka bakar dikarenakan rasa ingin tahu tinggi dan pemahaman yang terbatas mengenai suatu risiko perbuatan tertentu pada lingkungannya. Rehabilitasi fisioterapi pasca luka bakar sangat penting di karenakan bekas luka bakar yang timbul dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita. Case Presentation: Desain penelitian ini dengan menggunakan metode pendekatan studi kasus. Penelitian ini dilaksanakan di RSUP Prof. Dr. I.G.N.G Ngoerah Bali pada bulan Januari hingga Februari 2024 pada seorang anak kecil berumur 4 tahun dengan kasus post debridement dan Splint-Thickness Skin Graft (STSG) pasca luka bakar akibat minyak panas yang dialaminya bulan Oktober 2023. Management and Outcome: Penatalaksanaan fisioterapi dalam 4 sesi terapi dengan active exercise (ankle pumping, heel raises, towel toe curl exercise), active resisted exercise (bicycle exercise), passive assisted exercise, stretching dan scar massage. Pemeriksaan fisioterapi dengan integritas kulit, vancouver scar scale, manual muscle testing untuk kemampuan kekuatan otot, pengukuran lingkup gerak sendi dengan goniometer, pengukuran lingkar segmen dengan antropometri, 5D pruritus scale untuk pemeriksaan skala gatal dan Foot and Ankle Disability Index pada kemampuan fungsional pada ankle pasien. Discussion: Dalam rehabilitasi luka bakar, pemberian exercise merupakan salah satu intervensi yang memainkan peran penting dalam memaksimalkan potensi rehabilitasi korban luka bakar. Conclusion: Penatalaksaan fisioterapi bekas luka bakar pada anak diperlukan untuk meningkatkan kemampuan fungsional dan mencegah keparahan dari keluhannya.
Manajemen Fisioterapi pada Kasus post Sectio Caesarea Eracs e.c. Oligohidramnion: Studi Kasus Shabarina, Nurvadhanti Intan; Susilo, Taufik Eko; Setiawan, Galih Adhi Isak
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Sectio caesarea (SC) merupakan tindakan dalam proses persalinan janin dengan cara memberikan sayatan terbuka pada perut dan sayatan pada rahim ibu. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya persalinan secara SC, yaitu oligohidramnion. Dampak pasca SC, yaitu peningkatan nyeri incisi dan penurunan kemampuan aktivitas fungsional pasien pasca SC. Oleh karena itu, tujuan dari studi kasus ini adalah mengurangi nyeri dan meningkatkan kemampuan aktivitas fungsional pasien pasca SC. Presentasi Kasus: Pasien Ny. Y usia 28 tahun dengan diagnosa medis Post Sectio Caesarea Eracs e.c. Oigohidramnion. Keluhan pasien: nyeri di luka bekas SC dan penurunan aktivitas fungsional pasien pasca SC. Inspeksi statis: adanya luka bekas SC pada area perut pasien. Inspeksi dinamis: raut wajah pasien terlihat menahan rasa nyeri saat bergerak. Pemeriksaan palpasi: adanya nyeri tekan di luka bekas SC area perut pasien. Pemeriksaan nyeri dengan numeric rating scale: adanya peningkatan nyeri pasca SC. Pemeriksaan aktivitas fungsional dengan kenny self care index: adanya penurunan kemampuan aktivitas fungsional pada pasien pasca SC. Managemen dan Hasil: Pasien melakukan terapi sebanyak 2x dengan intervensi, berupa deep breathing exercise, free active exercise, pelvic tilt exercise, pelvic floor exercise, dan latihan mobilisasi. Setelah 2x terapi, pasien dievaluasi dengan dilakukan pengukuran nyeri didapatkan hasil adanya penurunan nyeri dan pengukuran kemampuan aktivitas fungsional dengan hasil adanya peningkatan kemampuan aktivitas fungsional pasien pasca SC. Diskusi: Pasien pasca SC yang mengalami peningkatan nyeri dan penurunan kemampuan aktivitas fungsional dengan diberikan intervensi, berupa deep breathing exercise, free active exercise, pelvic tilt exercise, pelvic floor exercise, dan latihan mobilisasi berdasarkan hasil evaluasi penelitian ini dan beberapa literatur telah terbukti memberikan dampak dalam penurunan nyeri dan peningkatan kemampuan aktivitas fungsional pasien pasca SC. Kesimpulan: Program terapi sebanyak 2x dengan intervensi berupa deep breathing exercise, free active exercise, pelvic tilt exercise, pelvic floor exercise, dan latihan mobilisasi terhadap Ny. Y, didapatkan hasil terdapat penurunan nyeri dan peningkatkan kemampuan aktivitas fungsional pasien secara mandiri.
Reliability and Dominant Factors of The Indonesian Version of Social Participation in Non-Myogenic Low Back Pain Patients Firdaus, Muhammad Rais Hasan; Komalasari, Dwi Rosella
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Low back pain (LBP) reflects pain between the lower edge of the ribs and the buttocks. LBP can affect mental well-being, quality of life, and work activities. Therefore, this study aimed to determine the reliability, validity and dominant factors of social participation in patients with non-myogenic LBP using the PSSS scale. Method: This research used an observational study with a cross-sectional and predictive approach. Used purposive sampling data collection techniques, the total sample was 55 respondents. Results: The reliability of the PSSS scale in non-myogenic LBP patients with a Cronbach alpha value = 0.982 (excellent), the ICC value shows >0.9 (very high agreement) for all items. Construct validity was <0.05 (valid) and >0.40 for all items, except item number 13 (r=0.277 or poor validity). Multiple linear regression showed no significant association between pain and range of motion to social participation (p>0.05). Conclusion: The PSSS questionnaire is reliable regarding intra-rater as a tool for measuring social participation in non-myogenic LBP patients. Pain and range of motion did not associate with social participation in patients with non-myogenic LBP.
Manajemen Fisioterapi pada Post Partum Sectio Caesarea: A Case Study Chafsoh, Zannuba Alifah; Herawati, Isnaini; Muflihah, Nurul
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Operasi Caesar adalah prosedur pembedahan yang dilakukan untuk memperlancar persalinan bayi melalui sayatan yang dibuat pada perut ibu yang direkomendasikan dalam situasi di mana persalinan normal dapat menimbulkan risiko bagi ibu, bayi, ataupun keduanya. Menurut WHO, pada tahun 2021 operasi Caesar meningkat secara global dan kini mencakup lebih dari 1 dari 5 (21%) seluruh kelahiran. Fisioterapi dapat berperan dalam meningkatkan status fungsional pada kondisi pasca SC dengan mobilisasi. Latihan gerakan dapat mengurangi nyeri, meningkatkan kekuatan otot, menyembuhkan luka, dan kegiatan fungsional yang mandiri Case Presentation: Seorang pasien berusia 26 tahun dengan G1P0A0 usia kandungan 39+1 minggu, pada hari Selasa 16 Januari 2024 pukul 00.00 WIB datang ke RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta setelah mendapat rujukan dari RS Queen Latifa karena sudah mengalami ketuban pecah sejak Senin sore namun belum terjadi pembukaan, mengalami preeklamsi, dan perut terasa kencang. Di RS Queen Latifa pasien di USG pinggulnya sempit. Kemudian di PKU dilakukan pacu tapi masih pembukaan 2. Setelah itu, dilakukan operasi sesar pada hari Rabu 17 Januari 2024 pukul 7 pagi. Setelah operasi pasien mengeluhkan nyeri di bagian perut dan nyeri semakin terasa saat bergerak. Saat ini pasien mengeluhkan belum mampu duduk karena masih merasakan nyeri Management and Outcome: subjek diberikan latihan breathing exercise setiap 2 jam dengan 8 kali repetisi untuk mengurangi nyeri, ankle pumping dilakukan sebanyak 8 repetisi setiap hari untuk menurunkan oedem pada kedua kaki pasien, pelvic floor exercise dilakukan sebanyak 8 repetisi tiap 2 jam yang bertujuan untuk mencegah terjadinya pelvic floor dysfunction, latihan mobilisasi yang diberikan setiap 3 jam sekali untuk meningkatkan kemampuan fungsional pasien. Setelah diberikan latihan, didapatkan hasil penurunan nyeri gerak dari skor 5 menjadi skor 4, adanya penurunan oedem dari 52 cm menjadi 50 cm pada ankle dextra dan dari 52 cm menjadi 49 cm pada ankle sinistra terdapat peningkatan kemampuan fungsional dari memerlukan bantuan sedang menjadi memerlukan bantuan minimal. Conclusion: pemberian intervensi Fisioterapi berupa breathing exercise, ankle pumping, pelvic floor exercise,dan latihan mobilisasi dapat mengurangi nyeri pasca operasi, mengurangi udem, dan meningkatkan kemampuan fungsional pasien.
Management Fisioterapi pada Kasus Split Thickness Skin Graft: Studi Kasus Hendra, Zulnanda; Santoso, Totok Budi; Hamidah, Nilam Nur
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang: Luka bakar merupakan cedera yang terjadi pada jaringan kulit atau jaringan lain yang disebabkan karena gesekan, benda panas atau radiasi, listrik,. Pada pasien dengan luka bakar Sebagian atau seluruh ketebalan, split-thickness skin graft (STSG) dianggap sebagai pengobatan utama. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hasil dari manajemen fisioterapi pada kasus STSG dengan pemberian intervensi berupa TENS, Ultrasound (US), Scar Massage, Active exercise, Passive Exercise, Isometric Exercise, Strengthening Exercise. Presentasi Kasus: Seorang pasien laki-laki berusia 42 tahun datang mengeluhkan rasa sakit ketika menekuk lutut dan pergelangan kaki sisi sinistra setelah dilakukan operasi STSG. Dilakukan tindakan fisioterapi dan di evaluasi dengan beberapa poin yaitu nyeri menggunakan NRS, kekuatan otot menggunakan MMT, lingkup gerak sendi menggunakan goniometer, lingkar segmen menggunakan metline, skala gatal menggunakan itching scale, dan kemampuan fungsional menggunakan Lower Extremity Fungsional Scale (LEFS) Manajement dan Hasil: Pada penelitian ini pasien mendapatkan terapi yang terdiri dari TENS, Ultrasound (US), Scar massage dan stretching exercise. Latihan tambahan yaitu diberikan stretching exercise berupa active, passive, isometric dan strengthening exercise yang bertujuan untuk meningkatkan kekuatan otot pada area genu dan sekitarnya. Pelaksanaan terapi dilakukan sebanyak tiga kali dan setelahnya dilakukan evaluasi terapi. Diskusi: Tujuan rehabilitasi fisioterapi adalah untuk mengurangi nyeri, mencegah komplikasi sekunder, dan menjadikan pasien mandiri secara fungsional sedini mungkin, serta membatasi pergerakan dan meningkatkan risiko dekondisi. Terapi fisik membantu meminimalkan kemungkinan jaringan parut mengganggu jalan pasien. Kesimpulan: Berdasarkan hasil pemberian 3 kali terapi yaitu dengan pemberian intervensi fisioterapi berupa TENS, Ultrasound (US), Scar Massage, Active Exercise, Passive Exercise, Isometric Excercise, Strengthening Exercise, yang diberikan pada pasien berusia 42 tahun terdapat pengurangan nyeri gerak, peningkatan kekuatan otot, peningkatan LGS, penurunan selisih lingkar segmen yang, penurunan skala gatal, dan peningkatan kemampuan aktifitas fungsional.
Penatalaksanaan Fisioterapi pada Kasus Asthma Bronchial: Case Report Wulandari, Nanda Dias; Wahyuni, W; Prayitno, P
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Asthma bronchial adalah suatu penyakit heterogen yang ditandai dengan terjadinya peradangan atau penyempitan pada sistem pernapasan. Secara klinis, asthma disertai dengan peradangan saluran napas, hiperresponsif saluran napas dan keterbatasan aliran udara. Hal tersebut dapat menimbulkan gejala pernafasan seperti batuk, mengi dan sesak napas. Ketika sesak napas atau batuk tersebut terjadi maka otot-otot pernapasan akan mengalami spasme. Berdasarkan data jumlah penderita asthma di Indonesia berjumlah 4,5% dari total jumlah penduduk atau sebanyak 12 juta jiwa penderita asthma. Metode: Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan desain studi case report yang dilakukan di RS Paru Respira Bantul. Waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada tanggal 12 Februari hingga 9 Maret 2024. Studi kasus ini dilakukan pada 1 pasien Laki-laki yang berinisial Tn. D dengan umur 78 tahun dan saat ini sudah tidak bekerja. Presentasi Kasus: Pasien Tn. D yang berusia 78 tahun dengan diagnose medis Asthma Bronchial, pasien datang ke RS Paru Respira Bantul dengan keluhan sesak napas terkadang disertai mengi. Sesak napas terkadang timbul saat pasien terkena hawa dingin, biasa terjadi saat dini hari atau subuh. Management Fisioterapi: Pasien mengikuti program berupa myofascial release, Pursed Lips Breathing, Inspiratory Muscle Training (IMT) dan Endurance Exercise menggunakan static cycle. Program latihan dilakukan selama 5 kali pertemuan. Hasil dan Pembahasan: Menunjukkan pengukuran pada ekspansi thoraks yang mengalami peningkatan tetapi tidak signifikan terlihat. Menunjukkan bahwa pada pemeriksaan atau pengukuran Voldyne terdapat adanya peningkatan pada kemampuan untuk mengembangkan paru-parunya saat inspirasi. Menunjukkan bahwa pda pemeriksaan atau perhitungan peakflow terdapat adanya peningkatan pada kemampuan untuk mengeluarkan udara yang ada di paru-paru. Evaluasi endurance exercise ini menggunakan static cycle yang dilakukan selama 20-25 menit dan didapatkan hasil adanya peningkatan pada capaian HRmaks pasien. Kesimpulan: Program fisioterapi yang diberikan pada kasus Asthma Bronchial pada Tn. D berusia 78 tahun di RS Paru Respira yang dilakukan sebanyak 5 kali didapatkan hasil adanya peningkatan pada ekspansi thoraks, adanya peningkatan pada nilai tahanan Inspiratory Muscle Training (IMT), adanya peningkatan pada hasil Voldyne, adanya peningkatan pada hasil Peakflow serta adanya peningkatan kekuatan dan daya tahan paru yang dilakukan dengan menggunakan endurance exercise berupa static cycle.
Manajemen Fisioterapi pada Kasus Pasca Histerektomi Pervaginam Prolaps Uteri: Studi Kasus Salsabila, Denada; Fatmarizka, Tiara; Muflihah, Nurul
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendahuluan: Prolaps uterus juga dikenal sebagai prolaps organ panggul (POP) yaitu turunnya rahim dari batas anatomi normalnya ke posisi di dalam atau di luar introitus vagina. POP adalah kondisi umum yang prevalensinya meningkat seiring bertambahnya usia, dengan mempengaruhi sekitar 40% wanita berusia di atas 50 tahun. Gejalanya berupa rasa berat pada vagina, sensasi ada benjolan yang turun ke dalam vagina, dan rasa tidak nyaman/tertekan pada panggul yang sangat mempengaruhi kualitas hidup wanita dengan POP. Pada perawatan operatif atau bedah dapat berupa histerektomi. Perawatan konservatif meliputi pelatihan otot dasar panggul (PFMT), perubahan gaya hidup, dan pengobatan estrogen, semuanya bertujuan untuk mencegah gejala dan memperburuk prolaps uteri. Presentasi Kasus: pasien dengan diagnosa medis post histerektomi pervaginam prolaps uteri mengalami permasalahan berupa nyeri pada bekas luka operasi histetrektomi di vagina, penurunan kekuatan otot dasar panggul, dan penurunan kemampuan fungsional. Manajemen dan Hasil: pasien diberikan intervensi fisioterapi berupa diaphragmatic breathing exercise, active movement exercise, pelvic floor exercise, dan latihan mobilisasi bertahap sebanyak 4 kali dan didapatkan hasil bahwa terjadi penurunan tekanan darah, penurunan nyeri (diam, tekan, gerak), peningkatan kekuatan otot dasar panggul, dan peningkatan kemampuan fungsional. Diskusi: penurunan tekanan darah dan nyeri terjadi setelah diberikan intervensi fisioterapi berupa diaphragmatic breathing exercise. Selain itu, terjadi juga peningkatan kekuatan otot dasar panggul setelah diberikan intervensi fisioterapi berupa pelvic floor exercise. Peningkatan kekuatan otot juga dapat dipengaruhi oleh nyeri yang mulai berkurang sehingga pasien tidak takut untuk bergerak atau melakukan latihan. Kemampuan fungsional pasien juga mengalami peningkatan setelah diberikan intervensi fisioterapi berupa active movement exercise dan latihan mobilisasi bertahap. Peningkatan ini juga dipengaruhi oleh kondisi umum pasien yang semakin hari semakin membaik, tekanan darah yang mulai terkontrol, dan penurunan nyeri. Kesimpulan: pemberian intervensi fisioterapi berupa diaphragmatic breathing exercise, active movement exercise, pelvic floor exercise, dan latihan mobilisasi bertahap sebanyak 4 kali dapat menurunkan tekanan darah, mengurangi nyeri (diam, tekan, gerak), meningkatkan kekuatan otot dasar panggul, dan meningkatkan kemampuan fungsional pada kasus pasca histerektomi pervaginam prolaps uteri.
Manajemen Fisioterapi pada Tuberculosis Paru disertai Efusi Pleura Organisasi: A Case Study Latifah, Alifia Putri; Herawati, Isnaini; Utami, Mulatsih Nita
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Tuberkulosis merupakan penyakit multiorgan yang biasanya terjadi di paru-paru dan disebabkan oleh infeksi Myobacterium tuberculosis (TBC). Tuberculosis paru dapat menyebabkan permasalahan pada pernapasan obstruktif kronis seperti mengi, batuk, produksi sputum, dispnea, dan penurunan fungsional paru. Obstruksi aliran udara disebabkan karena proses penyembuhan abnormal dan respon inflamasi jangka panjang seperti penebalan pleura. Penebalan pleura residual setelah efusi TBC menjadi komplikasi yang umum, namun dampaknya untuk fungsi paru-paru dan morbiditasnya tidak diketahui. Penebalan dan kalsifikasi pleura dapat berdampak serius pada fungsi pernapasan serta kualitas hidup. Terapi nebulizer dapat digunakan pada penderita penyakit pernapasan obstruksi kronis, reaksi alergi, dan infeksi paru. Breathing exercise merupakan metode fisioterapi pernapasan yang efektif terutama dalam rehabilitasi paru. Breathing control dan Pursed lip breathing merupakan bagian dari breathing exercise. Breathing control dapat membantu untuk rileksasi dan pursed lip breathing yakni latihan dengan teknik menghembuskan napas disertai mengerucutkan bibir, dapat meningkatkan saturasi oksigen dan menurunkan respiratory rate sehingga dapat mengurangi sesak. Case Presentation: Pasien berusia 78 tahun mengeluhkan demam, sesak, dan batuk berdahak berwarna kuning. Pasien memiliki riwayat TB paru aktif pada tahun 2021. Pada bulan November 2023 pasien didiagnosis TB paru lama aktif dengan efusi pleura kiri organisasi. Nilai sesak yang diukur dengan borg scale didapatkan skor 4, respiratory rate 26x/menit, saturasi oksigen 92%, mMRC dengan skor 4. Ekspansi thoraks pada axilla 2 cm, ICS 4 2 cm, processus xipoid 3 cm. Management and Outcome: Terapi nebulizer dan breathing exercise (breathing control dan pursed lip breathing) diberikan 3 kali sehari dan dilakukan evaluasi 3 kali dalam sehari. Breathing exercise dilakukan 8 repetisi, 2 set. Terdapat peningkatan saturasi oksigen dari 92% menjadi 95%, peningkatan ekspansi sangkar thoraks pada ICS 4 dari 2 cm menjadi 2.5 cm. Conclusion: Pemberian intervensi fisioterapi dengan nebulizer dan breathing exercise dapat meningkatkan ekspansi sangkar thoraks dan saturasi oksigen. Namun perkembangannya tergantung pada kondisi pasien. Sesi fisioterapi dan observasi perlu dilakukan lebih lama agar dapat dapat diketahui perkembangan dan pengaruh intervensi tersebut dalam jangka panjang.
Breathing Exercise dan Mobilisasi Bertahap terhadap Kemampuan Fungsional Pada Pasien Pasca Operasi Double Valve Replacemant: Case Report Ariyanti, Amalia Carissa; Perdana, Suryo Saputra; Gani, Purnomo; Sari, Diani Qomaradewi Indah
Academic Physiotherapy Conference Proceeding 2024: Academic Physiotherapy Conference Proceeding
Publisher : Universitas Muhammadiyah Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Introduction: Double valve replacement merupakan sebuah prosedur pembedahan yang bertujuan untuk mengganti dua katub yaitu katub mitral dan aorta. Periode pasca pembedahan dapat menyebabkan komplikasi oleh karena ketidakaktifan fisik sehingga menyebabkan penurunan kemampuan fungsional. Breathing exercise dan mobilisasi bertahap telah terbukti dapat membantu pasien dalam meningkatkan kemampuan fungsionalnya. Case Presentation: Pasien berusia 53 tahun dengan diagnosa medis post-op DVR e.c possible significant stenosis pada bioprostetic mitral valve (RIW MVR 2011), CHF-RHD (MS, moderate AS, moderate to severe AR, mod-severe TR) dan AF NVR mengalami gangguan respirasi dan penurunan mobilitas fisik. Management and Outcome: Case Report yang dilakukan selama 3 hari pada pasien pasca operasi Double Valve Replacement (DVR) dengan pemberian latihan breathing exercise, active exercise, stretching, serta mobilisasi bertahap dan dilakukan evaluasi setiap akhir pertemuan. Discussion: Evaluasi dilakukan dengan menggunakan instrumen pengukuran vital sign, NRS, skala borg, medline, serta ICU Mobility scale menunjukkan setelah pemberian terapi yang dilakukan 3 kali mendapatkan hasil adanya penurunan nyeri, sesak, serta peningkatan ekspansi thoraks dan peningkatan kemampuan fungsional. Conclusion: Metode Latihan berupa breathing exercise dan mobilisasi bertahap dapat memberikan pengaruh pada aspek kemampuan aktifitas dan fungsional pada pasien pasca operasi double valve replacement.