cover
Contact Name
Firdaus Annas
Contact Email
firdaus@uinbukittinggi.ac.id
Phone
+6285274444040
Journal Mail Official
humanisma.uinbukittinggi@gmail.com
Editorial Address
Data Center Building - Kampus II Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Bukittinggi. Jln Gurun Aua Kubang Putih Kecamatan Banuhampu Kabupaten Agam Sumatera Barat Telp. 0752 33136 Fax 0752 22871
Location
Kab. agam,
Sumatera barat
INDONESIA
HUMANISMA : Journal of Gender Studies
ISSN : 25806688     EISSN : 25807765     DOI : http://dx.doi.org/10.30983/humanisma
Core Subject : Humanities, Social,
HUMANISMA: Journal of Gender Studies (e-ISSN: 2580-7765 & p-ISSN: 2580-6688) is a Academic Journal Publication by Center for the Gender and Children Studies of State University for Islamic Studies (UIN) Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi, West Sumatra, Indonesia. It specializes in research on Gender and Child problems from a range of disciplines and interdisciplinary fields. The interdisciplinary approach in Gender studies is used as a method to discuss and find solutions to contemporary problems and gender and child issues. The topic covered by this journal includes fieldwork studies with different viewpoints and interdisciplinary studies in sociology, anthropology, education, politics, economics, law, history, literature, and others. The editorial team invites researchers, scholars, and Islamic and social observers to submit research articles that have never been published in the media or other journals
Articles 136 Documents
BIAS GENDER DALAM BUKU AJAR AL-ARABIYAH LINNAASYIIN Nur Hasnah
HUMANISMA : Journal of Gender Studies Vol 1, No 1 (2017): June 2017
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (320.754 KB) | DOI: 10.30983/jh.v1i1.324

Abstract

Arabic has sex differences in its internal structure system. This brings influence to books written in Arabic, among them are books used to study Arabic that has spread in the world of education. Actually a lot of Arabic teaching books that have spread in education with various titles. One of them is quite familiar is the book of Al-Arabiyah Linnasyi'in. This book is one of the recommended textbooks for non-Arabic Arabic students. This research includes library research. Further data is analyzed by using content analysis method (content analysis). The author will directly examine the contents of the text of the book by looking at the contents of the communication qualitatively and interpret the contents of the communications. The results show that gender inequality is still found in the book in terms of word selection, in speech discourse, in pictures and illustrations as well as in the selection of sentence structure. Among the efforts that can be done is to improve the Arabic curriculum by providing a gender balance in the preparation of textbooks as well as educators can also adjust the content of teaching with the situation in the learning process related to gender. Bahasa Arab memiliki perbedaan jenis kelamin pada sistem struktur internalnya. Hal ini membawa pengaruh kepada buku-buku yang ditulis dengan bahasa Arab, diantaranya adalah buku-buku yang digunakan untuk belajar bahasa Arab yang sudah tersebar di dunia pendidikan. Sebenarnya banyak sekali buku-buku ajar Bahasa Arab yang telah tersebar di dunia pendidikan dengan berbagai macam judul. Salah satunya diantarnya yang cukup familiar adalah kitab Al-Arabiyah Linnasyi’in. Buku ini merupakan salah satu buku ajar yang direkomendasikan untuk para pelajar bahasa Arab yang non-Arab. Penelitian ini termasuk library research. Selanjutnya data dianalisis dengan menggunakan metode content analysis (analisis isi). Penulis akan langsung meneliti isi teks buku tersebut dengan melihat isi komunikasinya secara kualitatif dan memaknai isi komunikasinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masih ditemukan ketidakadilan gender dari buku tersebut dalam hal pemilihan kata, dalam wacana percakapan, dalam gambar dan ilustrasi serta dalam pemilihan struktur kalimat. Diantara upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memperbaiki kurikulum bahasa Arab dengan memberikan keseimbangan gender dalam penyusunan buku teks serta pendidik juga bisa menyesuaikan isi buhan ajar dengan keadaan dalam proses belajar mengajar terkait gender.
WOMEN AND DERADICALISM: UNDERSTANDING THE WOMEN’S ROLE IN DEVELOPING PEACEFUL CULTURE Wanda Fitri
HUMANISMA : Journal of Gender Studies Vol 3, No 1 (2019): June 2019
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (884.356 KB) | DOI: 10.30983/humanisme.v3i1.1416

Abstract

Berkembangnya ratusan aliran, sekte, dan mazhab pemikiran dalam Islam cukup menjadi bukti bagaimana kaum muslimin sejak di awal perkembangannya telah  dituntut bersikap saling menghargai perbedaan.Di Indonesia sendiri sejak dibentuknyaNegara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pengorbanan terpenting yang dilakukan oleh para pendiri bangsa ini (Muslim) adalah mementingkan persatuan. Persatuan dalam kebersamaan, kekeluargaan, dan menghormati keberagaman bukan individualisme kelompok, intelektualisme, materialisme, atau menjadikan Islam sebagai ideologi negara meski rakyatnya mayoritas adalah muslim.Sebagai negara mayoritas Muslim terbesar di dunia, Indonesia tidak lepas dari ancaman radikalisme dan terorisme. Kehidupan sosial Indonesia yang multietnis dan agamalah yang memicu terjadinya prasangka antar kelompok beragama. Sikap intoleran dalam menyikapi perbedaan sering ditunjukan oleh kelompok-kelompok yang berbeda cenderung memicu terjadinya perilaku radikalisme yang berujung pada kekerasan dalam bentuk aksi teror yang mengatasnamakan agama (Islam). Sayangnya, dalam berbagai aksi radikalisme, perempuanlah yang menjadi korban. Permasalahnnya adalah apakah perempuan hanya menjadi korban pasif, padahal perempuan memiliki peran-peran strategis dalam mengikis dan meredam radikalisme. Berbagai penelitian telah membuktikan bagaimana kaum perempuan memeiliki peran yang besar di dalam proses membangun keragaman dan budaya perdamaian. Tulisan ini imgim melihat perempuansebagai surivor, pejuang/aktivis perdamaian, dan agen perdamaian yang kiprahnya tidak dapat diabaikan baik secara psikologis maupun sosial.
Stereotypes Against Female Online Ojek Drivers in Surakarta Shinta Rosalina; Nurhadi Nurhadi; Yuhastina Yuhastina
HUMANISMA : Journal of Gender Studies Vol 5, No 1 (2021): June 2021
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.776 KB) | DOI: 10.30983/humanisme.v5i1.4190

Abstract

This study investigated the stereotypes of female online motorcycle taxi drivers, who pinned the stereotype of female online motorcycle taxi drivers, and why the stereotype of female online motorcycle taxi drivers in Surakarta emerged. This study used a qualitative method with a phenomenological approach. Sources of data used were primary data sources and secondary data sources—the data collected by interviews and observations. The informant retrieval technique used was snowball sampling and purposive sampling. This study indicated that (1) The stereotype of online motorcycle taxi drivers arises from a sub-culture in a society where men are closely related to masculine characteristics while women are feminine. So, working as a driver in a society closely related to masculine people creates stereotypes for women. (2) In the process, the stereotype of female online motorcycle taxi drivers appeared in most of the people who interacted with them, such as customers, fellow online motorcycle taxi drivers, and their families. (3) The reason for the emergence of a stereotype among female motorcycle taxi drivers is that women's driving proficiency is not the same as men's. In general, women who drive on a man are considered less common in some societies. Especially if the female drivers still receive orders at night, some community members and fellow male drivers consider it to be precarious and endangering to women. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana stereotip driver ojek online perempuan, siapa yang menyematkan stereotip driver ojek online perempuan dan mengapa stereotip driver ojek online perempuan di Kota Surakarta muncul. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sumber data yang digunakan adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa (1) Stereotip pada driver ojek online muncul dari adanya sub budaya dalam masyarakat bahwa laki-laki erat dengan sifat maskulin sedangkan perempuan dengan sifat feminim. Sehingga, ranah pekerjaan sebagai driver yang di masyarakat erat dengan kaum maskulin membuat munculnya stereotip pada perempuan. (2) Dalam prosesnya stereotip terhadap driver ojek online perempuan muncul pada sebagian besar orang yang berinteraksi dengannya seperti customer, rekan sesama driver ojek online dan keluarga. (3) Alasan munculnya sebuah stereotip pada driver ojek perempuan berkaitan dengan kemahiran dalam mengemudi perempuan tidak sama dengan kaum laki-laki. Secara umum perempuan yang memboncengkan seorang laki-laki dianggap kurang lazim bagi sebagian masyarakat.Terlebih jika di malam haridriver perempuan yang masih gadis masih menerima orderan hal tersebut dianggap oleh sebagian masyarakat maupun dari teman sesama driver laki-laki sangat beresiko dan membahayakan diri perempuan.
FEMINISME : ANTARA OTORITER DAN OTORITATIF Endrizal Endrizal
HUMANISMA : Journal of Gender Studies Vol 2, No 2 (2018): December 2018
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (463.013 KB) | DOI: 10.30983/jh.v2i2.823

Abstract

This paper is a philosophical description of women's knowledge. Does gender affect the way and what knowledge will be obtained by someone. If we follow the thesis of historical materialism of Marxism, then the answer is "yes," because a person's position in the relations of production determines the way he knows, and what content he will acquire, and women, in patriarchal society, the disadvantaged position. Then, whether to provide a critical assessment of the way and content of gender-affected knowledge requires a certain universal rationality assessment criterion. If so, how to make that rationality no longer a new force of oppressors, as claimed by postmodern thinkers. Feminism, as a philosophical movement and reflection, must use certain universal rationality and criteria of judgment without falling on totalitarianism on the one hand, or relativism on the other. Feminism must be authoritative without being authoritarian
Psychological Analysis on the Issues of Violence Against Women in Language and Media Ilman Nafi'a; Septi Gumiandari
HUMANISMA : Journal of Gender Studies Vol 4, No 2 (2020): December 2020
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (301.346 KB) | DOI: 10.30983/humanisme.v4i2.3179

Abstract

Language and media are effective entities to perpetuate male domination over women. Both are representations of various social conflicts, interests, power and hegemony. Through Psychological analysis, this study aims to reveal how both of them can establish the process of 'marginalizing' women. This study used a qualitative method with a literature review approach. The results showed that violence against women in language and the media is an invisible form of violence. Language is something that has a purpose (teleology) in itself, which is conditioned by various environmental interests. In patriarchal culture, language is used to build a bad image of women with the aim of strengthening the position of men as the dominant group. The bad image is then transplanted by the media, made into a universe of discourse and implanted into collective consciousness as the public's subconscious imagination. As a result, whether we realize it or not, women are treated in a subordinate way, but also define themselves in a subordinate way according to men's eyes. Bahasa dan media adalah entitas yang efektif untuk mengekalkan dominasi laki-laki atas perempuan. Keduanya merupakan representasi dari pagelaran berbagai konflik sosial, kepentingan, kekuasaan serta hegemoni. Melalui analisis Psikologi, kajian ini bertujuan untuk mengungkapbagaimana keduanya dapat memapankan proses ‘memarjinalkan’ kaum perempuan. Kajian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan teknik pengambilan data sekunder melalui kajian literatur. Hasil penelitian menunjukan bahwa kekerasan terhadap perempuan dalam bahasa dan media adalah bentuk kekerasan yang tidak kasat mata. Bahasa merupakan ekspresi seseorang untuk mewakili logika, struktur budaya, sosial, psikologi, filosofi, dan politik yang dianut oleh penuturnya. Ia memiliki ketertujuan (teleologi) di dalam dirinya, yang terkondisi oleh pelbagai interes lingkungannya. Dalam budaya patriarkhi, Bahasa digunakan untuk membagun image buruk pada perempuan dengan tujuan mengukuhkan posisi laki-laki sebagai kelompok dominan. Image buruk tersebut kemudian dicangkok oleh media, dijadikan pemahaman universal, dan ditanamkan ke dalam kesadaran kolektif sebagai imajinasi alam bawah sadar masyarakat. Wal-hasil, disadari atau tidak, perempuan selain diperlakukan secara subordinatif, juga mendefinisikan diri secara subordinatif sesuai dengan perspektif laki-laki.
Quraish Shihab's Interpretation of Gender Equality In Tafsir Al-Misbah Moh. Nor Ichwan; Faizal Amin
HUMANISMA : Journal of Gender Studies Vol 6, No 1 (2022): June 2022
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (279.988 KB) | DOI: 10.30983/humanisme.v6i1.5406

Abstract

This study explores Quraish Shihab's interpretation of gender equality issues, such as equality in creation, marriage, prophethood, the role of women in the public world, and others. This research uses the library research method, and the first and primary source is Tafsir al-Misbah. Operationally, the researchers readvarious literature written by scholars, both East and West, on the concept of gender from the perspective of feminism. Then, the researchers read the Tafsir al-Misbah on the same theme. Does feminist thought influence Quraish Shihab's interpretation or not? This research finds that according to Quraish Shihab, the issue of gender equality in the Qur'an must be understood proportionally, unlike gender practitioners who interpret the Qur'an excessively and seem to impose their will. Quraish Shihab argues that men and women are naturally different both physically and psychologically. Both also have equality in terms of humanity and rights. Women have advantages that men do not have and vice versa. Both need each other.Kajian ini mengeksplorasi interpretasi Quraish Shihab terhadap isu-isu kesetaraan gender, seperti kesetaraan dalam penciptaan, perkawinan, kenabian, peran perempuan di dunia publik, dan lain-lain. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kepustakaan, dan sumber pertama dan utama adalah Tafsir al-Misbah. Secara operasional, peneliti membaca berbagai literatur yang ditulis oleh para sarjana, baik Timur maupun Barat, tentang konsep gender dari perspektif feminisme. Kemudian peneliti membacakan Tafsir al-Misbah dengan tema yang sama. Apakah pemikiran feminis mempengaruhi penafsiran Quraish Shihab atau tidak? Penelitian ini menemukan bahwa menurut Quraish Shihab, persoalan kesetaraan gender dalam Al-Qur'an harus dipahami secara proporsional, tidak seperti praktisi gender yang menafsirkan Al-Qur'an secara berlebihan dan terkesan memaksakan kehendaknya. Quraish Shihab berpendapat bahwa laki-laki dan perempuan secara alamiah berbeda baik secara fisik maupun psikis. Keduanya juga memiliki kesetaraan dalam hal kemanusiaan dan hak. Wanita memiliki kelebihan yang tidak dimiliki pria dan sebaliknya. Keduanya saling membutuhkan.
INISIASI POSISI DAN PERAN PEREMPUAN DALAM KONTEK BUDAYA MINANGKABAU Sri Yunarti
HUMANISMA : Journal of Gender Studies Vol 2, No 1 (2018): June 2018
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.727 KB) | DOI: 10.30983/jh.v2i1.808

Abstract

Perempuan adalah simbol dari eksistensi harmonisasi rumah tangga keterjaminan kualitas sumber daya manusia seperti halnya anak, dan keterjaminan pengetahuan dan ketersediaan pangan keluarga. Posisi perempuan dalam pengambilan keputusan dalam aset penentuan bidang pendidikan anak, ekonomi keluarga. dan dalam pembagian kerja serta posisi menajemen keuangan keluarga makin melemah. Bahkan posisi perempuan dalam melindungai kesehatan reproduksi juga terlihat menurun. Hal ini sebagai akibat kultur dan nilai-nilai budaya dalam struktural, solidaritas,eksistensi masyarakat. Institusi Bundo Kanduang di Nagari sebagai basis pemberdayaan perempuan secara empiris. hanyalah sub bagian dari lembaga yang menangani masalah sosial, anak, pemuda, dan perempuan dewasa.Realitas sosial dimana domistikasasi diskriminasi suatu implikasi terhadap perempuan. serta Masih kentalnya bias gender tokoh masyarakat. Sedikitnya tokoh-tokoh perempuan yang mampu bertindak sebagai agen bagi pemberdayaan perempuan dalam kajian budaya 
Peran dan Aktivitas Perempuan Era Muhammad SAW (Studi Atas Hadis-Hadis Riwayat Sahabat Perempuan) Zunly Nadia
HUMANISMA : Journal of Gender Studies Vol 4, No 1 (2020): June 2020
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (735.946 KB) | DOI: 10.30983/humanisme.v4i1.3189

Abstract

This paper shows how the role of women both in the public and domestic area in the era of phrophet Mohamamd. In this case, the paper focus on woman companion transmitter who are directly wrapped up in the missionary work with the prophet. In addition, the paper will show the relation between woman companion transmitter activity and their hadis transmission, under assumtion that the role of woman will influence to the hadis texts which are transmitted. This because, as a text, hadis was transmitted in the certain context and condition. Accordingly, every transmitter had different hadis transmission based on his/her context, status,  profession, and even gender construction. This is why, the paper will write the woman companion transmitter who play their role and their activity influence their hadis transmission.
Assitance of Female Migrant Workers (Case Study of the Migrant Workers Care Village Program (Desbumi) in Darek Village, Southwest Praya District, Central Lombok Regency) Rohimi Rohimi
HUMANISMA : Journal of Gender Studies Vol 5, No 2 (2021): December 2021
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (231.546 KB) | DOI: 10.30983/humanisme.v5i2.3921

Abstract

In this study, researchers examined the role of the Village Care for Migrant Workers (Desbumi) program in mentoring female migrant workers in Darek Village, Praya Barat Daya District, Central Lombok Regency. This research is field research with data collection steps, namely interviews, documentation and observation. Therefore, this research aims o find out female migrant worker assistance patterns through the Desbumi program in Darek Village, Praya Barat Daya District, Central Lombok Regency. The results and discussion in this study are that the Desbumi program has three roles. First. Information center provides information to migrant workers about safe and legal migration (safety migrations). Second is the mobility data center, which assists prospective migrant workers in arranging migration filings at the village office. Third, the center for case advocacy, namely the role in providing protection and assistance to migrant workers who experience problems abroad. Meanwhile, the pattern of assisting female migrant workers in the Desbumi program approach is namely. First, pre-work mentoring, namely conducting socialization to the community by bringing migration flyers that have been given by Migrant Care and from the BNP2TKI office in Central Lombok Regency. It then provides an opportunity for people to ask questions about safe migration. Second, after work assistance, the Desbumi program can carry out consolidation and integration with Migrant Care, PPK and BNP2TKI if they encounter problems with migrant workers abroad. Furthermore, they confirm through social media with the Desbumi program in Darek Village, Praya Barat Daya District, Central Lombok Regency. Third, post-work mentoring, where former migrant workers are empowered in the village with various empowerment approaches. These approaches included making crackers, chips, sewing training and soft skills activities supported by the village government, Migrant Care, the Mataram City Panca Karsa Association (PPK), and BNP2TKI Central Lombok Regency  Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji peran dari program Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi) dalam pendampingan buruh migrant perempuan di Desa Darek Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan langkah pengumpulan data yakni wawancara, dokumentasi dan observasi. Oleh karenaitu, tujuan dalam penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimana pola pendampingan buruh migrant perempuan melalui program Desbumi di Desa Darek Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok Tengah. Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini yakni, bahwasannya program Desbumi memiliki tiga peran seperti. Pertama. Pusat Informasi yakni untuk memberikan informasi pada buruh migrant tentang bermigrasi yang aman yang legal. Kedua, pusat data mobilitas yakni untuk membantu calon buruh migrant mengurus pemberkasan migrasi di kantor desa. Ketiga, pusat advokasi kasus yakni peran dalam memberikan perlindungan dan pendampingan pada buruh migran yang mengalami permasalahan di luar negeri. Sedangkan pola pendampingan buruh migrant perempuan dalam pendekatan program Desbumi yakni. Pertama, pendampingan sebelum bekerja yakni melakukan sosialisasi ke masyarakat dengan membawa pamphlet migrasi yang sudah diberikan oleh pihak Migrant Care serta dari kantor BNP2TKI Kabupaten Lombok Tengah. Kemudian memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bertanya tentang migrasi yang aman. Kedua, pendampingan setelah bekerja yakni program Desbumi dapat melakukan dengan konsolidasi dan integrasi dengan Migran Care, PPK dan BNP2TKI jika menerima problematika buruh migran di luar negeri, dan melakukan konfirmasi melalui media social dengan adanya program Desbumi di Desa Darek Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok Tengah. Ketiga, pendampingan purna bekerja yakni mantan buruh migrant diperdayakan di desa dengan berbagai pendekatan pemberdayaan yakni pembuatan kerupuk, keripik, pelatihan menjahit dan kegiatan soft skill yang di dukung oleh pemerintah desa, pihak Migran Care, pihak Perkumpulan Panca Karsa (PPK) Kota Mataram, dan BNP2TKI Kabupaten Lombok Tengah. Dalam penelitian ini, peneliti mengkaji peran dari program Desa Peduli Buruh Migran (Desbumi) dalam pendampingan buruh migrant perempuan di Desa Darek Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok Tengah. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan dengan langkah pengumpulan data yakni wawancara, dokumentasi dan observasi. Oleh karenaitu, tujuan dalam penelitian ini yakni untuk mengetahui bagaimana pola pendampingan buruh migrant perempuan melalui program Desbumi di Desa Darek Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok Tengah. Hasil dan pembahasan dalam penelitian ini yakni, bahwasannya program Desbumi memiliki tiga peran seperti. Pertama. Pusat Informasi yakni untuk memberikan informasi pada buruh migrant tentang bermigrasi yang aman yang legal. Kedua, pusat data mobilitas yakni untuk membantu calon buruh migrant mengurus pemberkasan migrasi di kantor desa. Ketiga, pusat advokasi kasus yakni peran dalam memberikan perlindungan dan pendampingan pada buruh migran yang mengalami permasalahan di luar negeri. Sedangkan pola pendampingan buruh migrant perempuan dalam pendekatan program Desbumi yakni. Pertama, pendampingan sebelum bekerja yakni melakukan sosialisasi ke masyarakat dengan membawa pamphlet migrasi yang sudah diberikan oleh pihak Migrant Care serta dari kantor BNP2TKI Kabupaten Lombok Tengah. Kemudian memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk bertanya tentang migrasi yang aman. Kedua, pendampingan setelah bekerja yakni program Desbumi dapat melakukan dengan konsolidasi dan integrasi dengan Migran Care, PPK dan BNP2TKI jika menerima problematika buruh migran di luar negeri, dan melakukan konfirmasi melalui media social dengan adanya program Desbumi di Desa Darek Kecamatan Praya Barat Daya Kabupaten Lombok Tengah. Ketiga, pendampingan purna bekerja yakni mantan buruh migrant diperdayakan di desa dengan berbagai pendekatan pemberdayaan yakni pembuatan kerupuk, keripik, pelatihan menjahit dan kegiatan soft skill yang di dukung oleh pemerintah desa, pihak Migran Care, pihak Perkumpulan Panca Karsa (PPK) Kota Mataram, dan BNP2TKI Kabupaten Lombok Tengah. 
PEREMPUAN SHALAT DI MASJID (Tinjauan Syarah Hadis Ibn Hajar dan Ibn Rajab) Ilham Mustafa
HUMANISMA : Journal of Gender Studies Vol 1, No 2 (2017): December 2017
Publisher : Universitas Islam Negeri Sjech M. Djamil Djambek Bukittinggi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2079.33 KB) | DOI: 10.30983/jh.v1i2.237

Abstract

Shalat merupakan ibadah yang wahib bagi umat islam. Shalat menjadi salah satu rukun Islam yang harus di tegakkan. Secara syar’i dalam melaksanakan ibadah shalat, dalam hadits dijelaskan bahwa shalat seorang bila dilakukan berjama’ah lebih baik dari pada shalat sendiri-sendiri, dan shalat berjamaah di masjid lebih baik dari pada shalat di rumah atau dipasar. Di tambah lagi bahwa shalat fardhu di masjid lebih utama dari pada di tempat lain. Namun hadits lain terkhusus untuk perempuan bahwa shalatnya di rumahnya lebih baik dari di masjid, dan shalat di kamarnya lebih baik dari di rumahya, dan shalat di kamar khususnya lebih baik lagi dari pada di rumahnya. Dari sini timbullah pertayaan bagaimana jika perempuan shalat di masjid. Apakah juga mendapatkan keutamaan, atau shalat dirumahnya yang lebih utama. Dalam tulisan ini akan dijelaskan perspektif secara umum di kutubus sittah dan akan dibahas komprehensif dalam pandangan ibn hajar dan Ibn Rajab dalam mensyarah hadis Bukhari tentang perempuan shalat di Masjid. Dari pembahasan diatas, dapat disimpulkan bahwa perempuan dibolehkan untuk shalat di masjid setelah mendapatkan izin dari suaminya atau walinya dengan memperhatikan adab-adab yang diajarkan Rasulullah. Ini bertujuan untuk menjaga (baik laki-laki maupun perempuan) dari terjerumus kepada dosa. Hukum pembolehan ini akan berubah menjadi larangan apabila keluarnya perempuan berakibat terjadinya fitnah. Akan tetapi shalat mereka di rumah tetap lebih utama daripada shalat mereka di masjid. Sesuai dengan pendapat Ibn Rajab dan Ibn Hajar dalam syarahnya.

Page 6 of 14 | Total Record : 136