cover
Contact Name
Nathanail Sitepu
Contact Email
psnail21@gmail.com
Phone
+6281321151320
Journal Mail Official
psnail21@gmail.com
Editorial Address
Rukan Mutiara Marina No.40 Semarang - Jawa Tengah
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Harvester: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen
ISSN : 23029498     EISSN : 26850834     DOI : 10.52104
Aim dan Scope HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen mencakup sbb: 1. Teologi Biblikal 2. Teologi Sistematika 3. Teologi Praktika 4. Kepemimpinan Kristen
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 9, No 2 (2024): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2024" : 10 Documents clear
Figur Ayah dalam Keluarga Kristen sebagai Teladan Membentuk Kepemimpinan Remaja di Era Teknologi Society 5.0 Emmanuel, Joshua; Hermanto, Yanto Paulus; Prihanto, Joko
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 9, No 2 (2024): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2024
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v9i2.215

Abstract

Understanding the role of the father figure in the era of Society 5.0 technology in shaping leadership attitudes among adolescents requires an in-depth study. This research employs a qualitative method with a literature review approach to synthesize various theories on the exemplary role of fathers in fostering leadership qualities in adolescents. The findings of this study show that the exemplary character of a father is crucial in shaping adolescent leadership. A father’s example encourages adolescents to be less consumeristic and more adaptive in navigating situations amid technological advancements. Additionally, it fosters adolescents’ ability to make life choices, even in the face of negative influences in the Society 5.0 era. This study's results are essential to support fathers in setting a positive example for today’s youth. AbstrakKajian yang mendalam diperlukan dalam memahami figur ayah di era teknologi society 5.0 dalam membentuk sikap kepemimpinan dalam diri remaja. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan pendekatan kajian pustaka dalam mensitesakan beberapa teori tentang keteladanan sosok ayah dalam membentuk kepemimpinan seorang remaja. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keteladanan ayah dalam membentuk kepemimpinan remaja sangatlah penting. Keteladanan ayah akan menghasilkan remaja yang tidak  konsumtif tetapi dapat menjadi adaptif dalam situasi yang dihadapi di tengah perkembangan teknologi. Disamping itu, mereka menjadi remaja yang dapat menentukan pilihan hidup, meskipun di tengah gempuran nilai-nilai yang negatif di era teknologi society 5.0. Hasil penelitian ini sangat penting menolong para ayah  memberi teladan  bagi anak remaja masa kini.
Tinjauan Sosio-historis Dinamika Politik dan Agama di Yudea pada Abad Pertama Lumban Gaol, Ebeneser
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 9, No 2 (2024): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2024
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v9i2.245

Abstract

This research aims to analyze the interaction and relationship between political power and religious authority in the province of Judea during the first century AD. Through a socio-historical approach, this study demonstrates that the political and religious life in Judea after Jesus was characterized by overlapping authorities, which created uncertainty and instability. In the first century, the power structure revealed a complex relationship between religious and political authorities. The rise of Roman power led to fragmented political authority, where client kings from the Herodian dynasty, who were highly loyal to Rome, faced consistent demands to ensure the welfare of the Jewish people traditionally led by religious elites. Widespread dissatisfaction due to anti-people economic and political policies, along with insensitivity to religious values, sparked social conflicts accompanied by violence. Rivalries among holders of political and religious authority resulted in social upheaval marked by violence erupting in various places, worsening over time. This culminated in the Jewish revolt of 66-70 AD, which forever changed the history of the Temple. AbstrakPenelitian ini bermaksud menganalisis interaksi dan hubungan antara kekuasaan politik dan kekuasaan agama di provinsi Yudea pada abad pertama Masehi. Melalui pendekatan sosio-historis, penelitian ini menunjukkan bahwa kehidupan politik dan agama di Yudea pasca Yesus ditandai oleh tumpang tindih otoritas yang menciptakan ketidakpastian dan instabilitas. Pada abad pertama, struktur kekuasaan menunjukkan kompleksitas hubungan antara otoritas keagamaan dan politik. Masuknya kekuasaan Roma menjadikan otoritas politik terfragmentasi, dimana raja bawahan (client king) dari dinasti Herodian yang sangat loyal kepada Roma menghadapi tuntutan yang konsisten untuk memenuhi kesejahteraan orang Yahudi yang secara tradisional dipimpin elit keagamaan. Ketidakpuasan yang meluas akibat kebijakan ekonomi dan politik yang tidak pro-rakyat serta ketidakpekaan terhadap nilai-nilai keagamaan memicu konflik sosial yang disertai kekerasan. Rivalitas di antara pemegang otoritas politik dan agama membuat gejolak sosial yang disertai kekerasan meletus di berbagai tempat dan membuat keadaan memburuk seiring dengan waktu. Puncaknya adalah pemberontakan Yahudi 66-70 M yang mengubah sejarah Bait Suci untuk selama-lamanya.
Peran Roh Kudus dalam Penginjilan Virtual di Era Digital Ananius, Bambang Setiadi
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 9, No 2 (2024): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2024
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v9i2.220

Abstract

This research discusses the role of the Holy Spirit in the ministry of preaching the gospel in the digital era, especially through virtual platforms. Today's churches are required to adapt to the development of information technology, especially in delivering the Gospel message to people known as digital society. This research uses the library method with a descriptive qualitative approach. Research data was obtained by analyzing relevant Bible verses, and online literature. From this research, it was found that evangelism through social media cannot be separated from the participation and role of the Holy Spirit who enables every believer to preach the gospel effectively in the virtual world. The Holy Spirit acts to bring people to repentance, to convict people of sin, of the truth of the gospel of Christ and the judgment of God and to give gifts to virtual evangelists in carrying out the task of evangelism on various social media platforms.  Without the role of the Holy Spirit, the virtual preaching of the gospel will not achieve its purpose. It can be concluded that the Holy Spirit plays a vital role in virtual evangelism to fulfill the divine mission in cyberspace. Suggestions for further research include the need to develop a “digital pneumatology” that recognizes and articulates the work of the Holy Spirit in and through digital technology. AbstrakPenelitian ini membahas peran Roh Kudus dalam pelayanan pemberitaan Injil di era digital, khususnya melalui platform virtual. Gereja-gereja saat ini dituntut untuk beradaptasi dengan perkembangan teknologi informasi, terutama dalam menyampaikan pesan Injil kepada masyarakat yang dikenal sebagai masyarakat digital. Penelitian ini menggunakan metode pustaka dengan pendekatan kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan menganalisis ayat-ayat Alkitab dan literatur teologi secara luring dan on-line yang terkait topik penelitian. Dari penelitian ini, ditemukan bahwa penginjilan melalui media sosial tidak dapat terlepas dari penyertaan dan peran Roh Kudus yang memampukan setiap orang percaya untuk memberitakan Injil dengan efektif di dunia virtual. Roh Kudus bertindak membawa orang-orang pada pertobatan, menginsyafkan manusia akan dosa, akan kebenaran Injil Kristus dan penghakiman Allah serta memberikan karunia kepada para penginjil virtual dalam melaksanakan tugas penginjilan di berbagai paltform media sosial. Tanpa peran Roh Kudus, pemberitaan Injil yang dilakukan secara virtual, tidak akan mencapai tujuannya. Dapat disimpulkan bahwa Roh Kudus memainkan peran vital dalam penginjilan virtual guna menggenapi misi Ilahi di dunia maya.
Woke Washing Marketing dalam Perspektif Teologi Mandat Budaya Busno, Busno; Sitepu, Nathanail
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 9, No 2 (2024): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2024
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v9i2.248

Abstract

Woke washing marketing is a term used for companies that take advantage of social and environmental issues through marketing their products without committing to implementing them within their own company. This article aims to provide a Christian perspective on woke washing marketing based on the cultural mandate contained in the Bible. The research method used is an interpretative approach, which interprets the phenomenon of woke washing marketing from the perspective of cultural mandate theology. The results of this study state that the woke washing marketing strategy is contrary to the theology of cultural mandate because it only makes social issues and environmental issues a trend that brings profit to the company, without committing to fight for these issues.AbstrakWoke washing marketing adalah istilah yang digunakan untuk perusahaan-perusahaan yang mengambil keuntungan terhadap isu-isu sosial dan lingkungan hidup melalui pemasaran produk mereka tanpa komitmen menerapkannya di dalam perusahaan mereka sendiri. Artikel ini bertujuan untuk memberikan perspektif Kristen terhadap woke washing marketing berdasarkan mandat budaya yang tertuang dalam Alkitab. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan interpretatif, yaitu menginterpretasikan fenomena woke washing marketing dari sudut pandang teologi mandat budaya. Hasil penelitian ini menyatakan bahwa strategi woke washing marketing bertentangan dengan teologi mandat budaya karena hanya menjadikan isu sosial dan isu lingkungan sebagai trend yang mendatangkan keuntungan bagi perusahaan, tanpa berkomitmen memperjuangkan isu-isu tersebut.
Peran Gereja dalam Penguatan Karakter Remaja di Era Digital Heryanto, Heryanto; Priandana, Daniel; Tambunan, Ryna Heppy
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 9, No 2 (2024): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2024
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v9i2.230

Abstract

Adolescence represents a transitional phase between childhood and adulthood. Adolescence is a period during which adolescents are particularly susceptible to a range of issues. The contemporary adolescent experience is characterised by a range of challenges, including substance abuse, violence, premarital sexual activity and bullying. Furthermore, the advent of digital technology has facilitated the influx of a plethora of unfiltered information into the lives of adolescents. It is imperative that adolescents receive guidance to enable them to withstand the influence of unhealthy social interactions. The objective of this research is to ascertain the role of the church in fostering the moral development of adolescents in the context of the digital age. The research employs a qualitative descriptive methodology, utilising a literature review from a range of sources, including academic journals and books.  The findings of this research demonstrate that Christian teenagers in the digital age live in a context that prioritises mobility and the use of digital media devices, such as smartphones, to meet the needs of teenagers. The results indicate that the church plays a pivotal role in strengthening the character of teenagers. The church can utilise digital technology devices to enhance the character of teenagers through gadgets and the utilisation of web-based discipleship applications. AbstrakMasa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak menuju dewasa. Masa remaja merupakan masa yang rawan terhadap berbagai masalah. Masalah masa remaja saat ini berkaitan dengan penggunaan narkoba,  kekerasan, hubungan sex di luar nikah dan  pembulian. Hal ini makin didorong oleh perkembangan teknologi digital sehingga masuknya berbagai informasi  tanpa difilter  dalam kehidupan para remaja. Penguatan karakter dibutuhkan agar remaja tidak mudah dipengaruhi oleh pergaulan yang tidak sehat. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan peran gereja dalam penguatan karakter remaja di era digital. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif melalui studi pustaka atau literatur lewat berbagai sumber baik jurnal dan buku. Hasil penelitian menunjukkan kaum remaja Kristen di era digitalisasi hidup di dalam masa yang mengedepankan pergerakan dengan penggunaan perangkat media digital seperti ponsel pintar untuk menjawab kebutuhan remaja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa gereja mempunyai peran yang besar dalam penguatan karakter remaja. Dalam hal ini, Gereja dapat menggunakan perangkat teknologi digital dalam melakukan penguatan karakter remaja melalui gadget, penggunaan aplikasi pemuridan berbasis web.
Implementasi Prinsip Penggembalaan Menurut 1 Petrus 5:1-3 pada Kalangan Hamba Tuhan PGPI Kabupaten Melawi Yakob, Yakob; Purwoko, Paulus Sentot; Istinatun, Hestyn Natal
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 9, No 2 (2024): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2024
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v9i2.250

Abstract

The purpose of writing this article is to determine the level of implementation, principles and backgrounds that dominantly determine the implementation of shepherding principles based on I Peter 5: 1-3 among PGPI pastors in Melawi Regency. This research uses a quantitative method. Data was obtained from online and offline literature sources, as well as from questionnaires in the form of Google Forms distributed to 117 respondents, namely pastors in PGPI totalling 130 people as population. Valid data obtained as many as 97 people. The results showed that First, the level of implementation of the shepherding principle based on I Peter 5:1-3 among the pastors of PGPI Melawi Regency is in the high category. This result is very reasonable because the PGPI servants of God in Melawi Regency have carried out their service duties voluntarily because of the call from God, not because they are forced to; Second, the most dominant principle determining the implementation of the shepherding principle according to 1 Pet. 5:1-3 is the principle of shepherding with self-devotion, this is evidenced by the loyalty of the PGPI Servants of God in Melawi Regency who have persisted in serving in an area for many years because they believe that it is their responsibility in God's calling; Third, the most dominant background that determines the implementation of the shepherding principle according to 1 Pet. 5:1-3 is the age factor, this is because the average age range of PGPI pastors is classified as productive age. AbstrakTujuan penulisan artikel ini untuk mengetahui tingkat implementasi,  prinsip dan latar belakang yang dominan menentukan implementasi prinsip penggembalaan berdasarkan I Petrus 5:1-3 di kalangan hamba Tuhan PGPI Kabupaten Melawi. Penelitian ini mengunakan metode kuantitatif. Data diperoleh dari sumber literatur daring dan luring, juga dari kuisioner dalam bentuk Google Formulir yang dibagikan kepada 117 responden, yaitu para hamba Tuhan di PGPI yang berjumlah 130 orang, yang adalah populasi penelitian. Data valid yang dapat dihimpun adalah sebanyak 97 orang. Analisis data dengan Skala Likert, dan pengolahan data melalui SPSS 25. Hasil penelitian menunjukkan bahwa  Pertama, tingkat implementasi prinsip penggembalaan berdasarkan I Petrus 5:1-3 di kalangan hamba Tuhan PGPI Kabupaten Melawi ada pada kategori tinggi. Hasil ini sangat masuk akal karena para hamba Tuhan PGPI di Kabupaten Melawi telah menjalankan tugas pelayanan dengan sukarela karena panggilan dari Tuhan, bukan karena terpaksa; Kedua, Prinsip yang paling dominan menentukan implementasi prinsip penggembalaan menurut 1 Pet. 5:1-3 adalah prinsip mengembalakan dengan pengabdian diri, hal ini dibuktikan dengan kesetiaan para Hamba Tuhan PGPI daerah Melawi yang sudah bertahun-tahun tetap bertahan melayani di suatu daerah karena meyakini bahwa itu tanggung jawab dalam panggilan Tuhan; Ketiga, latar belakang yang paling dominan menentukan implementasi prinsip penggembalaan menurut 1 Pet. 5:1-3 adalah faktor usia, hal ini disebabkan rata-rata rentang usia para hamba Tuhan PGPI tergolong usia produktif.
Asal-Usul Manusia Menurut Teori Evolusi: Tinjauan Antropologis-Teologis dan Implikasinya Wesly, Jhon
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 9, No 2 (2024): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2024
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v9i2.233

Abstract

In contrast to evolutionary theory that sees humans as the result of natural selection from lower species, an Anthroplogical-Theological perspective grounded in the teachings of the Bible asserts that humans are God's noblest creation, created consciously with a specific purpose for the glory of God. This research discusses the various forms of evolutionary theory and objections to it from an Anthroplogical-Theological perspective, as well as underlining the importance of restoring God's image through redemption. This scientific work was written using the literature study research method. Data was obtained through searching various sources such as scientific articles, books and other literature related to the research topic. The results show that Theological Anthropology views humans as created in the image and likeness of God who inherits the image and nature of God, responsible for maintaining relationships with God, others and preserving His creation. The damaged image of God can be restored through the redemptive work of Christ. The theory of evolution should be criticized from an Anthropological-Theological perspective regarding its implications in contemporary Christianity in the fields of philosophy, ethics, morals, socio-culture, Christian education and ecological studies. Suggestions for further research related to Christian biology, Christian anthropology, Christian ethics, Christian education and eco-theology. AbstrakBerbeda dengan Teori Evolusi yang melihat manusia sebagai hasil seleksi alam dari spesies yang lebih rendah, perspektif Antroplogi-Teologis yang berpijak pada ajaran Alkitab menegaskan bahwa manusia adalah ciptaan Allah yang termulia, diciptakan secara sadar dengan tujuan spesifik untuk kemuliaan Allah. Penelitian ini membahas berbagai bentuk Teori Evolusi dan keberatan terhadap teori tersebut dari sudut pandang Antropologi-Teologis, serta menggarisbawahi pentingnya pemulihan gambar Allah melalui penebusan. Karya ilmiah ini ditulis menggunakan metode penelitian studi pustaka. Data diperoleh melalui penelusuran berbagai sumber seperti artikel ilmiah, buku-buku serta literatur lain yang berkaitan dengan topik penelitian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Antropologi-Teologis memandang manusia diciptakan sesuai gambar dan rupa Allah yang mewarisi citra dan sifat Allah, bertanggung jawab memelihara relasi dengan Tuhan, sesama dan melestarikan alam ciptaan-Nya. Gambar Allah yang rusak dapat dipulihkan melalui karya penebusan Kristus. Teori Evolusi patut dikritisi dari sudut pandang Antropologi-Teologis terkait implikasinya dalam kekristenan masa kini baik di bidang filsafat, etika, moral, sosial-budaya, pendidikan Kristen dan studi ekologis. Saran untuk penelitian lanjutan terkait biologi Kristen, antropologi Kristen, etika Kristen, pendidikan Kristen dan eko-teologi.
Pilatus Mencuci Tangan sebagai Tanda tidak Bersalah dalam Mengadili Yesus Berdasarkan Injil dan Kisah Para Rasul Bangun, Josapat
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 9, No 2 (2024): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2024
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v9i2.234

Abstract

Pilate, the Roman governor known for "washing his hands" in the trial of Jesus, is often perceived by Christians as the official who failed to free Jesus, yielding to the demands of the crowd and Jewish religious leaders. Pilate thus emerged as a symbol of a leader who evaded responsibility. This study aims to examine Pilate's role and accountability in Jesus’ trial through a textual analysis of the four Gospels and the Acts of the Apostles. Employing a historical-theological approach, this literature analysis reveals that Pilate, despite facing intense political pressure, did not actively pursue the crucifixion of Jesus. While Roman authorities commonly persecuted Christians, Pilate’s involvement in Jesus' death cannot be solely blamed on him; early Christians neither defied Roman authority nor viewed Pilate as the direct executioner of Christ. Rather than displaying negligence, Pilate showed significant effort to release Jesus. AbstrakPilatus, gubernur Romawi yang dikenal karena "mencuci tangan" dalam kasus Yesus, sering dipandang oleh umat Kristen sebagai sosok yang gagal membebaskan Yesus dari hukuman salib, tunduk pada tuntutan massa dan pemimpin agama Yahudi. Pilatus menjadi simbol pemimpin yang menghindari tanggung jawab. Studi ini bertujuan menelaah peran dan tanggung jawab Pilatus dalam pengadilan Yesus melalui analisis teks dari keempat Injil dan Kisah Para Rasul. Metode yang digunakan adalah analisis literatur dengan pendekatan historis-teologis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pilatus, meski berada di bawah tekanan politik yang kuat, tidak aktif berperan dalam penyaliban Yesus. Meskipun penganiayaan oleh Romawi terhadap orang Kristen sering terjadi, Pilatus tidak dapat sepenuhnya disalahkan dalam kasus ini; umat Kristen awal tidak menentang otoritas Romawi maupun menganggap Pilatus sebagai penyalib Kristus. Pilatus bukan pemimpin yang lalai, tetapi berupaya keras membebaskan Yesus.
Peran Kepala Sekolah dalam Meningkatkan Kualitas Mengajar Guru Pendidikan Anak Usia Dini Sina, Febbe Trivany; Rohayani, Hani
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 9, No 2 (2024): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2024
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v9i2.241

Abstract

The goal of this research was to determine the role of the principle in increasing the quality of teaching in the Shekinah Kids Jambi PAUD Unit. This study focuses on teachers who do not have academic qualifications in PAUD or Psychology and face a variety of challenges during the teaching process. This qualitative method involved doing observations as well as in-depth interviews with teachers and principals. In addition, a literature review was undertaken to support the findings. The findings of this study demonstrate that administrators play a crucial role as supervisors and managers in mentoring teachers through frequent training and supervision. The primary challenges encountered by educators are the insufficient comprehension of students' attributes and the employment of tedious instructional techniques. The principle offers assistance via internal and external training, as well as the provision of supportive resources such as educational media. The limited resources and infrastructure impede the learning process. AbstrakTujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peran dari kepala sekolah dalam meningkatkan kualitas mengajar para guru di Satuan PAUD Sejenis (SPS) Shekinah Kids Jambi. Adapun fokus penelitian ini adalah guru-guru yang tidak mempunyai kualifikasi akademik pada bidang PAUD atau Psikologi, yang mengalami berbagai kesulitan dalam proses pengajaran. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukan observasi juga wawancara mendalam dengan guru-guru serta kepala sekolah. Selain itu, studi literatur juga dilakukan untuk mendukung analisis. Adapun hasil dari penelitian ini tampak bahwa kepala sekolah memainkan peran penting sebagai supervisor dan manajer dalam membimbing para guru melalui pelatihan dan supervisi berkala. Kendala utama yang dihadapi guru adalah kurangnya pemahaman terkait karakteristik para peserta didik dan penggunaan metode pembelajaran yang monoton. Kepala sekolah memberikan dukungan melalui pelatihan internal dan eksternal, serta penyediaan fasilitas penunjang seperti media pembelajaran. Namun, keterbatasan sarana dan prasarana menghambat proses pembelajaran.
Soteriologi dalam Sakramen Protestan: Tinjauan Dogmatis HKBP terhadap Keselamatan Tambun, Roy Haries Ifraldo
HARVESTER: Jurnal Teologi dan Kepemimpinan Kristen Vol 9, No 2 (2024): Teologi dan Kepemimpinan Kristen - Desember 2024
Publisher : STTI Harvest Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52104/harvester.v9i2.244

Abstract

Salvation is a divine grace bestowed by God upon humanity through the sacrifice of His Son. Within Protestant doctrine, this salvation exclusively emanates from Jesus Christ. No individual possesses the ability to grant salvation to their fellow human beings. Through a qualitative research approach, the researcher conducts an examination of the concept of salvation to obtain a deeper and more comprehensive understanding. This study focuses on analyzing the concept of salvation within the context of two holy sacraments implemented in Protestant teachings. Based on the literature review derived from books and scholarly journals, this research concludes that salvation can only be obtained through Christ. Each individual who has received this gift of salvation is expected to actualize it in their daily lives as a manifestation of their identity as beings who have known and been saved by Jesus Christ. AbstrakKeselamatan merupakan anugerah yang diberikan Allah kepada umat manusia melalui pengorbanan Putra-Nya. Dalam doktrin Protestan, keselamatan tersebut hanya bersumber dari Yesus Kristus. Tidak seorangpun memiliki kemampuan untuk memberikan keselamatan kepada sesamanya. Melalui pendekatan penelitian kualitatif, peneliti melakukan pengkajian terhadap konsep keselamatan untuk memperoleh pemahaman yang lebih mendalam dan komprehensif. Penelitian ini menitikberatkan pada analisis konsep keselamatan dalam konteks dua sakramen kudus yang diimplementasikan dalam ajaran Protestan. Berdasarkan hasil telaah literatur yang bersumber dari referensi buku dan jurnal ilmiah, penelitian ini menyimpulkan bahwa keselamatan hanya dapat diperoleh melalui Kristus. Setiap individu yang telah menerima anugerah keselamatan tersebut diharapkan dapat mengaktualisasikannya dalam kehidupan sehari-hari sebagai manifestasi dari identitasnya selaku insan yang telah mengenal dan diselamatkan oleh Yesus Kristus.

Page 1 of 1 | Total Record : 10