cover
Contact Name
Junaidi Suryalaga
Contact Email
mimbarilmu2022@gmail.com
Phone
+62mimbarilmu2022@gmail.c
Journal Mail Official
uploadmedan@gmail.com
Editorial Address
Jln. Usman Sidik Bandar Khalifah Kab. Deli Serdang
Location
Kab. deli serdang,
Sumatera utara
INDONESIA
Jurnal Akademika: Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora dan Agama
ISSN : 20871201     EISSN : 28305191     DOI : https://doi.org/10.3122/jak.v4i3.84
Jurnal Akademika Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora Dan Agama ialah jurnal yang bergerak di bidang: 1. Sosial (masyarakat, pranata sosial, kesenjangan sosial, temuan sosial, pengabdian masyarakat, gejala sosial dan peristiwa sosial). 2. Humaniora (Filsafat, Hukum, Kesehatan, Lingkungan, Politik, Ekonomi, Keuangan, Bisnis, Akuntansi, Budaya, Pendidikan, Konseling, Sejarah, Komunikasi, Bahasa, Media Masa) 3. Agama (Syariah dan Ushuluddin, Pemikiran dan Akidah, Tafsir dan Hadis, Studi Agama)
Articles 51 Documents
NIKAH ONLINE DI MASA PANDEMI COVID-19 DI KUA KECAMATAN MEDAN AMPLAS ANALISIS FIQH HANAFI DAN ASY-SYAFI’I musliadi
Jurnal Akademika Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora Dan Agama Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Akademika: Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora dan Agama
Publisher : Wahdatul Ulum Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3122/jak.v4i2.72

Abstract

Abstract This research is comparative normative sociology research. research on online marriage that took place at the KUA Kec. Medan Amplas, Medan City, North Sumatra, The contract process is carried out online with the consent being said by the guardian, the kabul being said by the prospective groom. The issue of marriage as described in fiqh books does not seem to be seen from the type or model of the means used. But more emphasis on whether or not the conditions of marriage can be met. If all the conditions for marriage can be met by both the bride and groom, how the procession is carried out, the marriage is considered valid. And both are bound in a husband and wife relationship. However, if even one condition is not met even though the wedding procession is held in one assembly, the marriage is declared void. If you look at the meaning of "Ittiihad al-majlis" in the Hanafiyah book is: The meaning of presenting two mua'qidain consent granted at one majlis means with pronunciation. Lafanya put together, there should be no spare time. Even just standing up from the seat, can turn away from the assembly. There are too long separators will also turn away from "Ittihad al-majlis". Meanwhile, the Shafi'i school of thought argues that a united assembly is required, not only to ensure continuity between consent and qabul, but is very closely related to the duties of two witnesses who, according to this opinion, must be able to see with their own eyes that the ijab and qabul are actually being said. by both contracting parties. This opinion is held (mu'tamad) among the Shafi'iyyah. Keywords: Online Marriage, Covid-19, Hanafi, Asy-Syafi'i. Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian sosiologi normatif yang bersifat komparatif. penelitian tentang nikah online yang terjadi di KUA Kec. Medan Amplas, Kota Medan, Sumatera Utara, Proses akad dilaksanakan secara online dengan ijab diucapkan oleh wali, kabul diucapkan oleh calon mempelai laki-laki. Persoalan pernikahan seperti yang dijelaskan dalam kitab-kitab fikih tampaknya bukan dilihat dari jenis atau model sarana yang digunakan. Tetapi lebih menekankan pada dapat tidaknya syarat-syarat pernikahan dipenuhi. Jika seluruh syarat pernikahan dapat dipenuhi oleh kedua calon mempelai, bagaimana cara dan prosesi yang dijalankan, pernikahan dianggap sah. Dan keduanya telah terikat dalam jalinan suami-isteri. Tetapi, jika satu syarat saja tidak terpenuhi meskipun prosesi pernikahan itu diadakan dalam satu majelis, pernikahan itu dinyatakan batal. Jika dilihat pemaknaan “Ittiihad al-majlis” pada kitab Hanafiyah ialah: Makna menghadirkan dua orang mua‘qidain ijab kabul pada satu majlis bermaksud dengan lafaz. Lafanya yang disatukan, tidak boleh ada senggang waktu. Bahkan hanya sekedar berdiri dari tempat duduk saja, bisa berpaling dari majelis. Ada pemisah terlalu lama juga akan berpaling dari “Ittihad al-majlis”. Sedangkan mazhab Syafi'i berpendapat bahwa bersatu majelis disyaratkan, bukan saja untuk menjamin kesinambungan antara ijab dan kabul, tetapi sangat erat hubungannya dengan tugas dua orang saksi yang menurut pendapat ini, harus dapat melihat dengan mata kepalanya bahwa ijab dan kabul itu benar-benar diucapkan oleh kedua belah pihak yang berakad. Pendapat inilah yang dipegang (mu'tamad) di kalangan Syafi'iyyah. Kata Kunci: Nikah Online, Covid-19, Hanafi, Asy-Syafi’i.
GIBAH PERSPEKTIF IMAM AN-NAWAWI DAN YUSUF AL-QARADHAWI (STUDI KASUS DI SOSIAL MEDIA) Muhammad Prayogi
Jurnal Akademika Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora Dan Agama Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Akademika: Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora dan Agama
Publisher : Wahdatul Ulum Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3122/jak.v4i2.74

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan Imam An-Nawawi dan Yusuf Al-Qaradhawi di Media Sosial tentang gibah. Metode atau teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah metode sosiologis normatif yang bersifat komperatif, yaitu suatu metode penelitian berdasarkan permasalahan yang ada di masyarakat melalui media sosial dengan tema gibah, kemudian permasalahan tersebut disesuaikan dengan hukum tentang gibah perspektif imam An-Nawawi dan imam Yusuf Al-Qaradhawi. Untuk mengetahui jawaban dari penelitian ini, maka penulis mencari sumber secara primer, yakni dengan mencari pendapat dari kedua tokoh di masing-masing buku yang bersangkutan. Diantaranya adalah buku Al-Adzkar karangan Imam An-Nawawi dan buku Al-Fiqhu Fil Halal wal Haram karangan Imam Yusuf Al-Qaradhawi. Sesuai penelitian yang sudah penulis teliti bahwa pada umumnya masyarakat telah mengetahui jika gibah merupakan perbuatan tercela, karena menggunjing saudara sendiri. Namun mereka juga menyadari jika gibah tidak bisa lepas dari kehidupan sehari-hari. Dan dengan didukung oleh kemajuan teknologi gibah yang saat ini berkembang di masyarakat adalah media sosial. Sejalan dengan studi kasus yang diteliti, dalam hal ini Iman An-Nawawi berpendapat jika gibah dapat dibolehkan, namun kebolehanya harus berdasarkan pada syariat Islam. Sedangkan Yusuf Al-Qardhawi mengatakan bahwa gibah merupakan perbuatan tercela, karena sangat sedikit orang bisa terlepas dari cela dan cerca. Hasil penelitian penulis menunjukan bahwa bagi penulis pendapat Yusuf Al-Qardhawi lebih dapat diterima, hal ini dikarenakan melihat perkembangan media sosial pada masa sekarang sangat rentan terhadap kezhaliman. Dengan menjadikan media sosial sebagai sarana menggunjing orang merupakan perbuatan yang tidak patut dan harus dihindari. Oleh karena itu, penulis memilih pendapat Yusuf Al-Qaradhawi agar sekiranya dapat dijadikan bahan masukan untuk banyak orang.
FILSAFAT TIMUR DAN FILSAFAT BARAT (SEBUAH PENGANTAR PERBEDAAN KAJIAN FILSAFAT) Dewi Sartika; Dwi Rizki Nabila Nasution; Hijriyah; Siti Nur Aisyah
Jurnal Akademika Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora Dan Agama Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Akademika: Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora dan Agama
Publisher : Wahdatul Ulum Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3122/jak.v4i2.76

Abstract

Abstract: The research study conducted by this author is motivated by philosophy that was born because of the debate of reason with the heart about everything in the universe, about the origin of everything in the world. Philosophy emerged and developed over the centuries. Two philosophies that developed rapidly and contradicted were Eastern philosophy and Western philosophy. Both had a certain time in reaching their golden age, thus influencing the ideas that developed at that time to the present. This article discusses the differences between Eastern philosophy and Western philosophy that complement each other in the broad philosophical treasure. The method used by the author is the library research method, which is a study in which the source comes from books, journals, and others. The result of this study is that the difference between the two is that Eastern philosophy emphasizes the heart rather than reason and leads to religiosity, while Western philosophy emphasizes reason and rational thinking and leads to science and knowledge. Keywords: Philosophy, Difference, Eastern, Western. Abstrak: Kajian penelitian yang dilakukan oleh penulis ini dilatar belakangi oleh filsafat yang lahir karena perdebatan akal dengan hati tentang segala sesuatu didalam alam semesta, tentang asal muasal segala sesuatu yang ada didunia. Filsafat muncul dan berkembang sejak berabad-abad lalu. Dua filsafat yang berkembang pesat dan bertolak belakang yaitu filsafat Timur dan filsafat Barat. Keduanya memiliki waktu tertentu dalam mencapai masa keemasannya, sehingga mempengaruhi pemikiran-pemikiran yang berkembang pada masa itu sampai pada masa sekarang. Artikel ini membahas tentang perbedaan antara filsafat Timur dan filsafat Barat yang saling melengkapi di dalam khazanah filsafat secara luas. Metode yang digunakan oleh penulis adalah metode penelitian kepustakaan (library research), yaitu sebuah penelitian yang di mana sumbernya berasal dari buku, jurnal, dan lain-lainnya. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa perbedaan di antara keduanya yaitu filsafat Timur lebih menekankan hati daripada akal budi dan mengarah kepada religiusitas sedangkan filsafat Barat menekankan kepada akal budi dan pemikiran yang rasional dan mengarah kepada sains dan pengetahuan. Kata Kunci: Filsafat, Perbedaan, Timur, Barat
INTERAKSI SOSIAL GURU PPKN DAN PESERTA DIDIK BERKEBUTUHAN KHUSUS DALAM MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR DI KELAS VII SMP NEGERI 7 SAMARINDA Vera Sari; Moh Mufid
Jurnal Akademika Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora Dan Agama Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Akademika: Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora dan Agama
Publisher : Wahdatul Ulum Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3122/jak.v4i2.83

Abstract

Tulisan ini membahas tentang pentingnya pendidikan inklusi bagi anak-anak berkebutuhan khusus Pendidikan inklusi bertujuan untuk memberikan peluang pendidikan yang sebanyak-banyaknya kepada peserta didik dengan kebutuhan khusus tanpa ada diskriminasi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Interaksi sosial antara guru Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dengan peserta didik berkebutuhan khusus di kelas VII SMP Negeri 7 Samarinda menjadi fokus penelitian ini. Dalam konteks penelitian ini, terdapat beberapa bentuk interaksi sosial antara guru PPKN dan peserta didik berkebutuhan khusus, seperti dengan anak tunarungu dan anak dengan autisme. Untuk anak tunarungu, guru PPKN menggunakan alat pendengaran seperti earphone untuk membantu mereka mengikuti proses pembelajaran. Selain itu, dukungan dan peran orang tua sangat penting dalam melatih kemampuan berbicara anak tunarungu di rumah. Sedangkan untuk anak dengan autisme, gejala perilaku autisme mempengaruhi cara mereka berkomunikasi, berinteraksi sosial, dan berperilaku. Guru PPKN bekerja sama dengan guru bimbingan konseling (BK) dan pihak terkait lainnya untuk memberikan layanan bimbingan dan konseling yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik tersebut. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi sosial yang baik antara guru PPKN dan peserta didik berkebutuhan khusus sangat berperan dalam meningkatkan prestasi belajar mereka. Melalui pendekatan yang inklusif dan fleksibel, guru PPKN dapat menyampaikan materi pembelajaran secara efektif dan memfasilitasi peserta didik berkebutuhan khusus dengan cara yang sesuai.
ANALISIS PENOLAKAN PERMOHONAN DISPENSASI KAWIN DI PENGADILAN AGAMA WATES : (Studi Terhadap Perkara nomor 39/Pdt.P/2018/PA. Wts) Mutasir; Hendri Kroniko; Akmal Abdul Munir; Ismi Lathifatul Hilmi; Armi Agustar
Jurnal Akademika Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora Dan Agama Vol 4 No 3 (2023): Jurnal Akademika: Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora dan Agama
Publisher : Wahdatul Ulum Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3122/jak.v4i3.84

Abstract

Abstract This article is motivated by the rejection by the Wates Religious Court of the application for marriage dispensation based on the Judge's view of the conditions of the applicant and the bride and groom to be married. The purpose of this article is to find out the reasons for the Judge's refusal and analyze it with child protection theory. This research is qualitative by using a case study approach in court case number 39/Pdt.P/2018/PA. Wts. The result of this analysis is that granting and rejecting applications for marriage dispensation is not an easy thing for the Judges. The panel of judges makes full efforts to ijtihad to find the best result for the child. The judge considers the long-term benefits of marriage. They emphasize that the implementation of marriage is not difficult but requires effort to maintain it. By considering the long-term benefits and understanding that running a marriage is hard, couples need to prove that each has an understanding and readiness both mentally, economically, and psychologically. Keywords: Marriage Dispensation, Child Marriage, Child Protection.
STUDI RELIGIUSITAS ANAK MUDA MAHASISWI ASRAMA RUHUI RAHAYU KALIMANTAN TIMUR PADA ERA COVID 19 Fenny Amelia
Jurnal Akademika Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora Dan Agama Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Akademika: Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora dan Agama
Publisher : Wahdatul Ulum Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3122/jak.v4i2.85

Abstract

Tahun 2019 merupakan tahun berkabung bagi semua umat beragama. Coronavirus Disease adalah nama penyakit yang muncul dengan gejala pneumonia. . Pada tanggal 11 Maret 2020 penyebaran virus Corona dengan sangat cepat dan mengglobal, sehingga WHO menyatakan COVID-19 sebagai pandemi. Tujuan utama dari Penelitian ini mengkaji bagaimana agama menjadi problem solving ketika ada bencana bagi anak muda. Apakah agama membantu untuk memahami bencana atau munculnya bencana untuk membantu individu memahami agama?. penelitian ini dikaji dengan pendekatan dekskriptif tentang religiusitas. Subjek yang diteliti merupakan anak muda yang melanjutkan Pendidikan Tinggi khususnya Mahasiswi asrama Ruhui Rahayu Kalimantan Timur. Sampel yang diambil merupakan perpaduan dua agama. Penelitian ini dikaji pada saat dan setelah pandemi COVID 19. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek menggunakan agama sebagai alat untuk manusia memahami dan mengatasi permasalahannya. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa banyak individu yang teredukasi untuk memahami agama orang lain melalui media sosial pada saat pandemi Covid 19.
ADOPSI ANAK BERBEDA AGAMA DENGAN ORANG TUA ANGKAT MENURUT FATWA MUI TAHUN 1984 DAN PERATURAN PEMERINTAH NO.54 TAHUN 2007 TENTANG PELAKSANAAN DAN PENGANGKATAN ANAK (STUDI KASUS PADA MASYARAKAT KECAMATAN MEDAN BARU) Nanda Syavira
Jurnal Akademika Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora Dan Agama Vol 4 No 3 (2023): Jurnal Akademika: Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora dan Agama
Publisher : Wahdatul Ulum Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3122/jak.v4i3.86

Abstract

Abstract The aim of this research is to discuss the practice of adopting children of different religions in the Medan Baru sub-district and the procedures for adopting children according to the MUI Fatwa and Government Regulation no. 54 of 2007 concerning the implementation and adoption of children. To answer this problem, the research method used is empirical juridical qualitative with a field problem approach (field research), and supported by researching library materials or secondary data. Materials collected through interviews and observation. Based on the research results, it can be concluded that the regulations for child adoption are contained in the MUI fatwa and government regulation no. 54 of 2007. Adoption of children according to the MUI Fatwa, one of which explains that adoption of children without changing their lineage and religious status, is carried out out of a sense of social responsibility to care for, caring for and educating them with love, like one's own children, is a commendable act and is a pious act recommended by the Islamic religion. During the Jahiliyah era, adoption or better known as tabanni which means taking adopted children was already entrenched. Someone adopts someone else's child to be theirs, and has the same status as their own biological child, then announces it to the public. Meanwhile, according to Government Regulation Number 54 of 2007 Article 1 paragraph 2 concerning the Implementation of Child Adoption, Child Adoption is a legal act that transfers a child from the sphere of authority of parents, legal guardians or other people who are responsible for the care, education and raising of the child into foster parent family environment. There are several reasons for the practice of adopting children of different religions from their adoptive parents in Medan Baru District, namely not having children after a long marriage, with the aim of helping families who are unable to support their children economically. From this research, it can be concluded that the adoption of children of different religions and their adoptive parents came from families who converted to Islam and still had relatives of different religions. The factor of adopting children from different religions is that there is still blood or kinship relations which is the main reason and adoption of children is carried out in a family manner without going to court. The law on the adoption of children of different religions and their guardians is justified in the 1984 MUI Fatwa. Meanwhile, PP No. 54 of 2007, Article 13 is a prohibited legal action.
HUKUM TALAK TIGA SEKALIGUS PADA KOMUNITAS SALAFI (STUDI KASUS KECAMATAN NIBUNG HANGUS KABUPATEN BATU BARA) Azwani Lubis; Hasbullah Ja'far; Suriana
Jurnal Akademika Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora Dan Agama Vol 4 No 3 (2023): Jurnal Akademika: Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora dan Agama
Publisher : Wahdatul Ulum Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3122/jak.v4i3.89

Abstract

The Islamic religion regulates human relationships with Allah, human relationships with humans, human relationships with objects and the natural surroundings. One thing that is regulated in human relations with humans is the issue of marriage. The marriage which was hoped to form an eternal family, sakinah, mawaddah, warahmah apparently had to fail in the middle of the road. Household conditions that experience quarrels, disagreements, so that they cannot be reconciled, Islam provides a solution of divorce or divorce. According to the Four Schools, divorce itself has the numbers one, two and three, as is the opinion of the Salafi community in Nibung Hangus District, Batu Bara Regency. However, the case is different in calculating three talaqs at once, the Four Schools agree that the imposition of three talaqs at once is counted as triple talaq, while the Salafi Community is of the opinion that three talaqs at once are counted as one talaq. Therefore, this thesis is entitled about the Law of Triple Talaq at Once in the Salafi Community (Case Study of Nibung Hangus District, Batu Bara Regency. The most important thing in this thesis is that triple talaq at once in the Salafi Community is counted as one talaq. The Salafi Community gives the reason that in this era Prophet Muhammad SAW was a friend of Rukanah, he divorced his wife with three divorces at once. However, he regretted it and then he met Rasulullah SAW and said "The truth is, Rasulullah, I have divorced my wife with a divorce." Rasulullah answered "Indeed, I already know, go back to your wife". Condemnation Divorce like this is still ongoing to this day. The research method is field research to get a clear and concrete picture of things related to the problem being researched using a social approach. Data sources were obtained by means of interviews and observation. Keywords: Marriage, Divorce, Triple Talaq At Once
ISLAMIC PARENTING DALAM MENGGULANGI PERGAULAN BEBAS (STUDI DI DESA SELOKAJANG, KECAMATAN SRENGGAT KABUPATEN BLITAR) Laila Miftahhut Tyoyyibah
Jurnal Akademika Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora Dan Agama Vol 4 No 3 (2023): Jurnal Akademika: Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora dan Agama
Publisher : Wahdatul Ulum Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3122/jak.v4i3.92

Abstract

Pergaulan bebas pada zaman sekarang tidak lagi dapat kita pungkiri, dikarenakan hal tersebut merupakan fenomena yang tidak asing terdengar di kalangan masyarakat khususnya dikalangan anak muda. Sehigga penulis tertarik untuk melakukan mini riset dengan mengangkat judul islamic parenting dalam menggulangi pergaulan bebas (studi di desa Selokajang, kecamatan Srenggat kabupaten Blitar). Hasil dari penelitian ini menunjukkan, bahwa upaya dalam menanggulangi Pergaulan Bebas di Desa Selokajang Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar, bahwa dalam bentuk aktualisasi Islamic parenting dalam menangulangi pergaulan bebas di desa Selokajang Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar terdapat beberapa hal yeng meliputi pada tidak memisahkan anak dengan ibunya/selalu berada di samping anak, berlaku adil, tidak pilih kasih, mendidik dengan kebaikan dan kasih saying, memperkenalkan dasar-dasar Islam sejak dini, memberikan contoh yang baik, memberikan contoh yang baik, mengajarkan anak mendirikan sholat dan belajar berpuasa sejak dini metode Islamic parenting dalam menanggulangi pergaulan bebas di Desa di Desa Selokajang Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar juga terdapat beberapa hal yang meliputi pada metode keteladanan, Metode pembiasaan, Metode cerita, metode nasihat, metode praktek, metode penghargaan dan hukuman. Dampak Islamic parenting dalam menanggulangi pergaulan bebas di Desa Selokajang Kecamatan Srengat Kabupaten Blitar membaawa dampak positif bagi anak.
IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN TEMATIK BERBASIS DARING DI MIN 2 OKU MIN 2 OKU SUMATRA SELATAN Yani Pratiwi; Hoirul Anam; Arinil Haq
Jurnal Akademika Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora Dan Agama Vol 4 No 3 (2023): Jurnal Akademika: Kajian Ilmu-Ilmu Sosial, Humaniora dan Agama
Publisher : Wahdatul Ulum Institute

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.3122/jak.v4i3.93

Abstract

This research aims to describe the implementation of online-based thematic learning at Madrasah Ibtidaiyah Negeri 2 OKU Selatan. As a media to support online learning, using several online platforms such as Google Classroom as a medium for interaction in web-based virtual classes, and WhatsApp groups to support more concise interactions in online classes based on chat platforms. Researchers used descriptive qualitative research methods so that the use of the two digital platforms could be studied in more depth, starting from the weaknesses to the strengths of each. The research results show that online learning has been implemented well, and utilizes various learning media so that thematic learning is more varied and makes students less bored and understands the material presented more quickly. The obstacles faced are that some students do not have cellphones, the signal cannot be accessed and there is a lack of coordination between students and teachers. Keywords: Tematik, Learning, Online, Min 2 Oku