cover
Contact Name
Ambrosius A.K.S. Gobang
Contact Email
latararsitektur@gmail.com
Phone
+6281246874647
Journal Mail Official
latararsitektur@gmail.com
Editorial Address
Jln. Kesehatan No. 3 Maumere, Flores NTT 86112
Location
Kab. sikka,
Nusa tenggara timur
INDONESIA
LATAR, Jurnal Arsitektur
Published by Universitas Nusa Nipa
ISSN : -     EISSN : 29875099     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Arsitektur LATAR menyajikan artikel berdasarkan hasil penelitian arsitektur secara mikro, mezo dan makro. Artikel-artikel yang diterbitkan mencakup aspek kajian arsitektural yaitu : Perencanaan dan Perancangan Arsitektur; Ilmu dan Teknologi Bangunan (Building Science); Perkotaan dan Pemukiman; Teori dan Sejarah Arsitektur; Arsitektur Nusantara (Vernakular dan Tradisional); Sarana dan Prasarana Perkotaan; Struktur dan Konstruksi Bangunan; Penerapan Teknologi Komputasi Arsitektur (BIM).
Articles 46 Documents
Evaluasi Performa Pencahayaan Alami pada Gedung Yayasan Pendidikan Tinggi Nusa Nipa, Maumere, NTT Hildegardis, Cornelia
Jurnal Latar Vol. 1 No. 1 (2023): Jurnal LATAR (Juni)
Publisher : Program Studi Arsitektur Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69749/jl.v1i1.3

Abstract

Pencahayaan alami sangat dibutuhkan dalam setiap perancangan ruang guna menghemat energi. Tidak hanya sebagai pendukung suasana dalam ruang, namun dapat meningkatkan pencahayaan dalam ruang tanpa menggunakan pencahayan buatan. Termasuk dalam gedung Yayasan Pendidikan Tinggi Nusa Nipa. Berdasarkan hasil ukur lapangan menggunakan lux meter diketahui bahwa, pencahayaan di dalam ruangan tidak memenuhi standar SNI 03-6575- 001, sehingga dilakukannya eksperimen menggunakan simulasi Ecotect untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat berperan dalam meningkatkan pencahayaan dalam ruang. Hasil menunjukkan bahwa faktor material, warna, letak furnitur dan ukuran bukaan merupakan faktor yang dapat meningkatkan pencahayaan yang terjadi dalam bangunan sebesar 22,22%.
Makna Simbolik Pada Arsitektur Rumah Adat Bena Di Kabupaten Ngada Tandafatu, Carolin
Jurnal Latar Vol. 1 No. 1 (2023): Jurnal LATAR (Juni)
Publisher : Program Studi Arsitektur Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69749/jl.v1i1.4

Abstract

Kampung Bena yang berada di kabupaten Ngada, memiliki arsitektur rumah adat yang dilestarikan dari generasi ke generasi. Budaya yang kuat dengan aturan dan norma yang berlaku pada masyarakat Bena secara turun temurun dari nenek moyang. Aturan dan norma berlaku dalam setiap aspek kehidupan masyarakat Bena, tak terkecuali dalam aspek arsitektur rumah adat. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi aspek simbolik dan nilai budaya yang terletak di bawah penampilan fisik arsitektur rumah adat Bena. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan menggunakan pendekatan rasionalistik. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Arsitektur rumah tradisional Bena mencerminkan bentuk awal dari rumah tradisional yang dulu diwariskan leluhur masyarakat Bena, berupa rumah panggung dalam ukuran yang hampir sama dan berpasangan. Rumah adat yang disimbolkan sebagai manusia, yang berpasangan selayaknya manusia, melalui penamaan dan symbol berupa ornamen-ornamen yang dipasang pada rumah adat. Tidak hanya aspek simbolik, nilai budaya yang tercermin dalam setiap ritual dalam pembangunan rumah adat dan ritual dalam rumah adat.
Mengungkap Jejak Karakteristik Lokal Lansekap Tradisional Kampung Petilasan Kerajaan Sikka Gobang, Ambrosius A K S
Jurnal Latar Vol. 1 No. 1 (2023): Jurnal LATAR (Juni)
Publisher : Program Studi Arsitektur Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69749/jl.v1i1.7

Abstract

Peradaban dan kehidupan masyarakat Sikka dimulai di kampung Sikka oleh penghuni asli dan pendatang dengan percampuran budaya, terjadi proses perkawinan sampai pembentukan lingkungan fisik dan lansekap tradisional berupa pembangunan Lepo Gete dengan pengaruh gaya arsitektur luar oleh kaum pendatang serta bagian ruang ritual baik di sudut kanan dalam rumah berupa Watu Blapur maupun di luar rumah berupa Watu Mahe yaitu megalit Wua Du’a dan menhir Moat Mahe dipengaruhi oleh tradisi penduduk asli yang selalu memberikan persembahan kepada leluhur. Perwujudan budaya dalam lingkungan fisik dan lansekap tradisional berupa bangunan adat seperti Lepo Gete sebagai rumah induk atau istana untuk kepala suku atau raja, Botek sebagai lumbung untuk menyimpan hasil pertanian, Mobo sebagai rumah untuk pembantu kepala suku atau pembantu raja, dan Watu Mahe sebagai altar untuk persembahan kepada leluhur itu tidak akan pernah dijumpai di Sikka pada waktu sekarang ini, karena salah satu bukti nyata terlihat pada hasil pembangunan kembali istana Lepo Gete yang oleh sebagian budayawan Sikka mengatakan bahwa hasil pembangunan itu tidak seperti aslinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap perwujudan budaya masyarakat Sikka dalam lingkungan fisik dan lansekap tradisonal kawasan istana Lepo Gete. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif terhadap aspek budaya masyarakat Sikka, proses pembentukan lansekap tradisional serta pemanfaatan ruang untuk aktifitas budaya dalam lingkungan fisik kawasan Lepo Gete. Hasil dari penelitian ini berupa pembahasan budaya masyarakat Sikka dengan proses pembentukan lansekap tradisional dan lingkungan fisik serta pemanfaatannya untuk aktifitas budaya akan berdampak pada upaya mengungkap jejak karakteristik lokal lansekap tradisional, identifikasi budaya dan rekonstruksi kawasan Lepo Gete.
Evaluasi Jalur Pedestrian Di Jalan Anggrek Kota Maumere Sowo, Yohanes Patriot
Jurnal Latar Vol. 1 No. 1 (2023): Jurnal LATAR (Juni)
Publisher : Program Studi Arsitektur Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69749/jl.v1i1.8

Abstract

Jalur pedestrian mempunyai peran yang sangat penting dalam kehidupan sebuah kota dan seiring pertumbuhan kota sistem transportasi semakin kompleks, sehingga terciptanya berbagai sarana dan prasarana tranportasi untuk memperlancar mobilitas penduduk. Masyarakat kota Maumere tentunya membutuhkan pergerakan dalam kegiatannya sehari-hari salah satu moda transportasi di perkotaan yang digunakan adalah berjalan kaki yang tentu saja sebagai salah satu pilihan seseorang untuk mencapai suatu tempat. Sebagai salah satu ruang publik, jalur pedestrian berupa trotoar merupakan ruang khusus bagi pejalan yang secara cepat telah menurun daya tariknya menurun dan berangsur-angsur berubah menjadi lingkungan tidak nyaman dan tidak aman kemudian mulai ditinggalkan oleh pejalan kaki dan pada akhirnya fungsinya mulai terganggu, dan hak ruang bagi pejalan kaki terabaikan.
Analisa Efektivitas Barrier Terhadap Kebisingan Pada Area Doa “Patung Kristus Raja” Di Maumere, NTT Susanto, Fadila D Kadijah; Kristian Verano, Elias; Redo, Modestus; Trisandi Bae, Samuel
Jurnal Latar Vol. 1 No. 1 (2023): Jurnal LATAR (Juni)
Publisher : Program Studi Arsitektur Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69749/jl.v1i1.9

Abstract

Kebisingan pada suatu wilayah menjadi perhatian penting dalam sebuah perancangan terutama pada bangunan-bangunan yang lebih diperuntukan sebagai tempat beribadah. Penelitian dilakukan pada salah satu tempat ibadah/doa yang umumnya dilakukan umat katolik di Kota Maumere, yakni  patung Kristus Raja. Letak patung Kristus Raja ini berada di pusat kota Maumere. Metode yang dipakai deskriptif-eksploratif dengan menggunakan pendekatan teoritis dan pengukuran dengan alat di lapangan. Hasil menunjukkan bahwa tingkat kebisingan yang terjadi di luar pagar diatas 85 DB  (lebih tinggi) bila dibandingkan dengan tingkat kebisingan di dalam pagar (<70 DB).  Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yakni  letak, jarak, material maupun dimensi dari  pagar dan vegetasi  yang dianggap mampu memberikan pengaruh posistif sebagai barrier kebisingan dari patung Kristus Raja.
Perencanaan Ulang Lift Hotel Sylvia, Hotel Pelita dan RSUD Tc Hillers Berdasarkan SNI 03-6573-2001 Kaidu, Triapriono; Kabupung, Alfrendo S
Jurnal Latar Vol. 1 No. 1 (2023): Jurnal LATAR (Juni)
Publisher : Program Studi Arsitektur Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69749/jl.v1i1.10

Abstract

Abstrak Pada zaman sekarang, hampir kebanyakan gedung bertingkat memiiki fasilitas elevator atau lift sebagai alat transportasi vertikal. Elevator atau lift menjadi alat trasportasi vertikal untuk gedung bertingkat agar dapat memudahkan aktivitas manusia dalam perjalanan antara lantai dengan menggunakan lift sehingga lebih menghemat waktu dan tenaga dibandingkan menggunkan tangga. Hasil Studi menunjukan waktu perjalanan bolak balik lift untuk hotel Sylvia 1 kali perjalanan 73 detik, hotel Pelita 85 deti dan RSUD Tc Hiller 55 detik. Hotel Sylvia, hotel Pelita, dan RSUD Tc Hillers masing-masing membutukan 1 unit lift. Waktu tunggu rata-rata dari hasil hotel Sylvia 73 detik dan hotel Pelita 85 detik tidak sesuai dengan SNI 03-6573-200. Sedangkan waktu tunggu lift adalah 55 detik sesuai dengan SNI 03-6573-2001. Kapasitas daya angkut lift dalam 5 menit untuk hotel Sylvia kapasitas daya angkutnya 61 orang, hotel Pelita 52 orang dan hotel RSUD Tc Hillers 49 orang. Beban puncak RSUD Tc Hillers sebanyak 23 orang dan hotel Sylvia sebanyak 19 orang dan hotel Pelita sebanya 18 orang. Daya listrik diperlukan untuk lift hoel Sylvia dan hotel Pelita sebesar 13 Kwh, sedangkan RSUD Tc Hillers 8 Kwh.
Perancangan Rumah Sakit Khusus Lansia Di Badung Dengan Pendekatan Arsitektur Neo Vernakular Prayoga, Krisna Adi; Primadewi, Siluh Putu Natha; Adnyanegara, I Gusti Bagus
Jurnal Latar Vol. 1 No. 2 (2023): Jurnal LATAR (Desember)
Publisher : Program Studi Arsitektur Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69749/jl.v1i2.11

Abstract

Bali termasuk provinsi yang memiliki jumlah lansia yang tinggi berdasarkan hasil data Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) pada tahun 2017. Terlebih lagi lansia belum cukup mendapatkan akses pelayanan kesehatan yang ramah bagi mereka, terutama pada daerah terpencil, serta adanya pemikiran yang menganggap isu ini sebagai hal biasa. Bali menjadi daerah yang cukup strategis sebagai tempat dibangunnya Rumah Sakit Khusus Lansia, maka sangat diperlukan adanya Rumah Sakit Khusus Lansia untuk meningkatkan akses pelayanan kesehatan yang ramah lansia di wilayah Bali, serta tidak menutup kemungkinan pelayanan kesehatan untuk wilayah Indonesia Timur. Lokasi rumah sakit dipilih di Kabupaten Badung, dengan menggunakan tema arsitektur neo vernakular dengan konsep Wellness and Healing Architecture. Pengumpulan data melalui pengamatan di lapangan, dilanjutkan dengan kajian pustaka yang terkait dengan rumah sakit, kemudian dilaksanakan studi preseden pada arsitektur rumah sakit lansia dan pelayanan geriatri. Metode yang digunakan dalam pengolahan data berupa analisa data, sintesa, dan transformasi. Hasil rancangan rumah sakit khusus lansia dengan penerapan empat prinsip arsitektur neo vernakular, yakni : (1) hubungan langsung dengan penerapan arsitektur setempat (prinsip arsitektur tradisional Bali) yang disesuaikan dengan fungsi dari bangunan rumah sakit khusus lansia; (2) hubungan abstrak dengan penerapan interpretasi budaya (konsep dan filosofi arsitektur tradisional Bali) ke dalam rancangan rumah sakit khusus lansia; (3) hubungan lansekap dengan penerapan interpretasi lingkungan dalam bentuk dan orientasi massa bangunan rumah sakit khusus lansia; (4) hubungan kontemporer dengan penerapan teknologi, material, dan bentuk yang sesuai dengan program rumah sakit khusus lansia.
Perancangan Pusat Terapi Dan Sekolah Anak Autis Di Kota Denpasar Septiani, Ni Putu Ratih; Primadewi, Siluh Putu Natha; Adnyanegara, I.G.B.
Jurnal Latar Vol. 1 No. 2 (2023): Jurnal LATAR (Desember)
Publisher : Program Studi Arsitektur Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69749/jl.v1i2.13

Abstract

Penderita autis di Indonesia berkisar 2,4 juta orang dengan peningkatan 500 orang pertahun berdasarkan data Biro Pusat Stastistik (BPS) pada tahun 2019. Hal ini dibuktikan dengan upaya khusus yang dapat memenuhi Permendiknas RI Nomor 70 tahun 2009 dengan menumbuhkan beberapa sarana dan fasiitas pendidikan kepada anak-anak dengan membangun sebuah SLB dari 514 kabupaten maupun kota di seluruh Indonesia hanya berkisar 18% saja yang mendapatkan layanan fasilitas pendidikan. Data dari Dinas Pendidikan Provinsi Bali tahun 2019/2020 jumlah anak autis yang sudah bersekolah di SLB yaitu 154 orang, dimana kota Denpasar menempati urutan pertama. Denpasar merupakan ibu kota dari Pulau Bali yang mempunyai fasilitas pendidikan dan layanan pendidikan yang baik, Namun masih dibutuhkan Pusat Terapi dan Sekolah Anak Autis. Berdasarkan fungsinya, Pusat Terapi Dan Sekolah Autis di Kota Denpasar menggunakan konsep dasar yaitu Edukatif dan Adaptif yang berarti pendidikan dengan proses pembelajaran anak-anak autis dengan menyesuaikan diri dan didampingi oleh lingkungan yang aman, nyaman dan sehat. Tema rancangan pada Pusat Terapi Dan Sekolah Autis ini akan menggunakan arsitektur biofolik yang mampu menyesuaikan lingkungan yang sehat dengan perkembangan arsitektur dan kondisi anak autis. Hasil rancangan menggunakan 5 dari 14 prinsip arsitektur biofilik yaitu (1) Perulangan dan berkelanjutan yang melibatkan dengan alam (2) Adaptasi manusia dengan alam yang lebih evolusioner (3) Mendorong keterikatan emosional dengan pengaturan tertentu berdasarkan tepar dan ruang (4) Mendorong interaksi positif antara manusia dan alam (5) Lebih alami mendorong untuk saling memperkuat dan terintegrasi arsitektur.   Kata kunci: Terapi, Sekolah, Autis, Adaptif, Edukatif
Implementasi Arsitektur Organik pada Redesain Fasilitas Wisata Pertanian Trenggalek Agropark di Trenggalek Gustinasari, Renyta; Farida Murti
Jurnal Latar Vol. 1 No. 2 (2023): Jurnal LATAR (Desember)
Publisher : Program Studi Arsitektur Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69749/jl.v1i2.16

Abstract

Trenggalek Agropark merupakan fasilitas wisata pertanian yang berlokasi di kawasan persawahan kota Kabupaten Trenggalek. Kini kondisinya jauh berbeda dari awal-awal difungsikan, kian lesu dan sepi pengunjung. Kondisi tersebut disebabkan oleh ketidaklayakan fasilitas serta desain yang sudah tidak representatif dengan kondisi saat ini. Sebagai upaya untuk mengembalikan citra Trenggalek Agropark serta untuk mengoptimalkan fungsinya sebagai wisata maka dilakukan aksi redesain pada obyek. Penelitian ini menerapkan metode deskriptif kualitatif, dengan tiga tahapan yaitu tahap penelitian, perencanaan, dan perancangan. Hasil akhir dari penelitian ini yaitu pengolahan tapak, pentaan ruang luar dan bangunan, bentuk dan tampilan bangunan, sistem struktur dan material bangunan, dengan menerapkan delapan prinsip arsitektur organik sebagai pendekatan pada desain. Kata Kunci: redesain, agrowisata, trenggalek, arsitektur organik.
Implementasi Konsep Healing Environment Pada Perancangan Rumah Sakit Umum Tipe C di Kabupaten Ngawi Setyawan, Rohmad; Masruchin, Febby Rahmatullah
Jurnal Latar Vol. 1 No. 2 (2023): Jurnal LATAR (Desember)
Publisher : Program Studi Arsitektur Universitas Nusa Nipa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.69749/jl.v1i2.18

Abstract

Ngawi merupakan  kabupaten yang lokasinya terletak di daerah Provinsi Jawa Timur, Indonesia. Lokasi kabupaten ini tepatnya berada di ujung timur dan menjadi perbatasan Jawa Timur dan Jawa Tengah. Dengan luas wilayah Kabupaten Ngawi mencapai 1.376,68 km² dan memiliki populasi sekitar 870.054 jiwa. di Kabupaten Ngawi tercatat terdapat 5 Rumah Sakit Type C  dengan total kapasitas Kamar inap sebanyak 609 Kamar, hal ini terhitung masih kurang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarahat yang mana terdapat sekitar 870.054 Jiwa. Dari data Kementerian kesehatan bahwa standarisasi rasio bed to population ialah 1:1000 sedangkan di kabupaten ngawi jumlah itu masih belum tercapai, sehingga perlu adanya penambahan fasilitas kesehatan tersebut. Rumah Sakit Umum Tipe C termasuk salah satu fasilitas pelayanan di bidang kesehatan yang harus menyediakan sejumlah fasilitas, yaitu instalasi rawat inap serta instalasi rawat jalan, oleh sebab itu faktor pelayanan yang memiliki kualitas baik ialah suatu hal yang penting dan menjadi kewajiban mutlak bagi rumah sakit. Rumah sakit umum Tipe C memiliki layanan medis yang lebih terbatas, dengan setidaknya ada empat spesialis perawatan primer dan empat spesialis pendukung medis. Penerapan konsep healing environment didasarkan pada beberapa kriteria yaitu: keterhubungan dengan alam, pencahayaan yang sesuai, bentuk arsitektur dengan mempertimbangkan psikologi pasien, dan pemanfaatan teraupeutik, rangsangan sensorik, kemudian bahan yang berasal dari alam, sirkulasi udara yang bersih dan higienis, perencanaan ruang luar dan ruang dalam ruangan yang baik, serta lingkungan yang mudah dijangkau dengan infrasuktur yang memadai.