cover
Contact Name
Ivan Pangkerego
Contact Email
ivanpeemail@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
educatiochristi@gmail.com
Editorial Address
Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon Jalan Raya Tomohon, Kakaskasen, Kota Tomohon
Location
Kota tomohon,
Sulawesi utara
INDONESIA
Educatio Christi
ISSN : 08524882     EISSN : 2723472x     DOI : https://doi.org/10.70796/educatio-christi
Educatio Christi bertujuan untuk memajukan aktivitas akademik dan kreativitas karya tulis ilmiah melalui media penelitian serta pemikiran kritis dan analitis di bidang kajian Teologi dan Pendidikan Agama Kristen. Educatio Christi menerima artikel dari berbagai sub-disiplin yang terkait dengan Teologi dan Pendidikan Agama Kristen. Artikel yang dikirimkan harus merupakan karya asli yang belum pernah diterbitkan atau tidak sedang dalam proses penerbitan di jurnal lainnya. Setiap naskah yang dikirimkan wajib mengikuti panduan penulisan atau format yang telah ditetapkan oleh redaksi jurnal. Semua artikel yang masuk akan melalui proses peninjauan menggunakan metode blind review, dengan fokus pada kebaruan dan kontribusi terhadap ilmu Teologi dan Pendidikan Agama Kristen. Subjek kajian untuk Educatio Christi mencakup: Perkembangan Teologi dan Keagamaan Penafsiran Alkitab (Hermeneutik Perjanjian Lama & Perjanjian Baru) Kajian Pendidikan Agama Kristen Etika dan Praksis Kristen Teologi Sistematika Praktik dan Konseling Pastoral Misiologi dan Sejarah Gereja
Articles 131 Documents
Tugas Kenabian Nabi Amos Dari Tekoa Mandagi , Lamberty
Educatio Christi Vol 1 No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : UPT Penelitian Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tugas profetik dari seorang nabi merupakan mandat yang telah diberikan kepada mereka untuk dilaksanakan. Suara kenabian diberitakan kepada umat dalam keadaan tertentu yang sedang dalam keadaan tertentu pula, sehingga tiap-tiap nabi memiliki keistimewaan dari berbagai aspek, baik itu kepribadiannya, situasi dimana ia hadir, serta pokok-pokok nubuatannya. Salah satu nabi yang terkenal dalam Perjanjian Lama adalah Nabi Amos dari Tekoa. Untuk mengenal Nabi Amos dan bagaimana kiprah kenabiannya maka dilakukanlah penelusuran lewat studi terhadap literatur-literatur yang kemudian memberikan informasi tentang siapa itu Nabi Amos dari Tekoa, tetapi juga informasi tentang kepengarangan kitabnya. Lewat penelitian ini maka didapati bahwa tugas kenabian Amos membawa dia pada kritik terhadap ketidakadilan sosial yang terjadi dalam tatanan masyarakat Israel Utara bahkan juga ia harus menyampaikan kritik terhadap praktek kebaktian atau peribadatan di Israel Utara. Tugas-tugas kenabian yang dilakukan oleh Nabi Amos bukanlah tugas yang muda melaikan tugas yang membutuhkan keberanian serta komitmen yang teguh. Berefleksi dari Nabi Amos dalam tugas kenabiannya maka gereja dan masyarakat pun terpanggil untuk mendengarkan gaung dari suara kenabian Amos yang mengkritik berbagai praktek ketidakadilan yang terjadi dalam berbagai aspek kehidupan. Tidak hanya itu, dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa tugas kenabian Amos menunjukkan keberaniannya untuk mengkritisi situasi yang tidak benar, hal itu juga yang harusnya menjadi teladan bagi pengemban suara profetik masa kini dalam gereja dan masyarakat.
Pendidikan Agama Kristen Sebagai Panggilan Kerasulan Tarumingi , Denny A.
Educatio Christi Vol 1 No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : UPT Penelitian Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pendidikan dikenal sebagai suatu hal diupayakan oleh segala pihak dari waktu ke waktu, dan pendidikan menjado hak semua orang. Gereja pun terpanggil untuk mengupayakan pendidikan sehingga dikenalah Pendidikan Agama Kristen. Namun meski telah ada upaya untuk menghadirkan Pendidikan Agama Kristen, masih ada permasalahan yang dihadapi yaitu Pendidikan Agama Kristen atau PAK seringkali hanya dilihat sebagai suatu kegiatan belajarmengajar yang kehilangan maknanya. Padahal PAK harus dilihat sebagai sebuah keterpanggilan untuk memberi makna pada proses pendidikan. Karena itu melalui kajian-kajian literatur serta pengamatan terhadap realitas PAK masa kini maka dibuatlah tulisan ini. Melalui proses pengkajian ditemukan bahwa meski sama-sama pendidikan, namun ada hal yang membedakan antara pendidikan secara umum dan PAK. Selain itu PAK dilihat sebagai sebuah panggilan kerasulan untuk “mengajar” segala perintah Yesus sebagai Guru Agung. Karena itu gereja tentu terpanggil dalam tugas kerasulan ini untuk menghadirkan dan menyatakan panggilan kerasulan lewat proses pengajaran secara konsisten dan terus menerus. Karena dengan demikian maka ketika gereja menyadari PAK sebagai panggilan kerasulan maka gereja akan memberikan perhatian yang sungguh pada pelaksanaan PAK baik di sekolah-sekolah maupun di dalam pelayanan jemaat.
Jabatan Gerejawi Menurut Calvin Dan Implikasinya Bagi Organisasi Dan Tata Gereja Di Masa Kini Tamaweol, Roy D.
Educatio Christi Vol 1 No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : UPT Penelitian Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam perjalanan gereja di dunia, harus diakui bahwa kadang pergumulan dan persoalan dihadapi. Berbagai persoalan dunia masa kini seakan menghadang jalan kembara gereja. Gereja dituntut untuk dapat menjawab berbagai tantangan yang menantinya. Berbagai tantangan yang datang baik dari luar maupun dari dalam gereja, membuat gereja harus mengevaluasi diri. Salah satu upaya yang dapat dilakukan gereja adalah dengan menoleh ke belakang pada sejarah yang berharga dan memberi banyak pelajaran. Salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah menolek ke 470 tahun yang lalu ketika Yohanes Calvin mengemukakan pemikiran-pemikirannya tentang jabatan gerejawi. Penelitian ini dilakukan melalui studi kepustakaan terhadap literatur-literatur teologi untuk menemukan gagasan-gagasan Calvin tentang jabatan gerejawi. Melalui penelusuran tersebut didapati bahwa bagi Calvin, tidak ada jenjang jabatan gerejawi dalam sistem presbiterial-sinodal, namun terdapat empat jabatan dengan fungsi dan tugas yang berbeda yaitu: pendeta, doktor, penatua, dan diaken. Dengan mengingat bahwa kepejabatan gerejawi adalah anugerah Allah maka para pejabat gereja, apapun tugas dan fungsinya, harus bertanggung jawab kepada Allah, dalam pelayanannya.
Perempuan Dan Tradisi Tewu , Peggy S.
Educatio Christi Vol 1 No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : UPT Penelitian Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Struktur patriarkhat yang mewarnai sebagian besar kisah dalam Alkitab turut mempengaruhi peranan perempuan dalam pelayanan sebagai umat Allah. Tradisi Romawi Yunani bahkan agama juga turut melanggenggkan terbatasnya ruang gerak perempuan dalam lingkup keluarga, masyarakat, bahkan persekutuan umat Allah. Tugas perempuan terbatas pada peran tradisional pekerjaan domestik rumah tangga. Ketidakadilan ini juga nampak dalam persekutuan pelananan di rumah ibadah. Tradisi yang melihat perempuan sebagai kaum inferior secara tidak langsung menutup usaha perjuangan terlepas dari belenggu yang tidak menguntungkan posisi mereka. Perempuan tidak bisa berperan sesuai dengan karunia yang mereka peroleh. Dari sinilah berita Injil tentang Kristus menjadi pesan pembebasan bagi perempuan, tidak hanya pembebasan dari tradisi patriarkhat, tapi juga mengikutsertakan mereka dalam keselamatan.
Tinjauan Etis Perempuan Yang Tidak Menikah Tumiwa , Evi S. E.
Educatio Christi Vol 1 No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : UPT Penelitian Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Dalam tatanan sosial masyarakat, status pernikahan seseorang sering kali menjadi suatu hal yang rentan dengan stigmatisasi. Bagi kalangan anak muda, pernikahan bukanlah masalah yang mudah untuk diputuskan sehingga membutuhkan banyak pertimbangan. Ada yang memilih untuk menikah, dan apa pula yang memilih untuk tidak menikah. Hal tersebut dapat dialami baik oleh laki-laki maupun perempuan. Namun sering kali bagi perempuan, pilihan untuk tidak menikah dianggap sebagai hal yang merendahkan status. Menyadari pula bahwa ada sektor-sektor tertentu yang mewajibkan seseorang untuk menikah, bahkan pula gereja atau lembaga keagamaan. Padahal orang yang tidak menikah tidak mengurangi status mereka sebagai manusia yang utuh. Melalui penelitian yang dilakukan lewat kajian-kajian pustaka dan melihat realitas gereja dan masyarakat, maka didapati ada masalah-masalah yang harus dihadapi oleh orang-orang, khususnya dalam hal ini perempuan, yang tidak menikah. Didapati pula sifat-sifat yang umumnya dimiliki oleh perempuan yang tidak menikah, dan alasan mengapa tidak menikah. Selain itu pula ternyata ada keuntungan tersendiri bagi orang yang memilih untuk tidak menikah. Karena itu gereja terpanggil juga untuk memberi tempat kepada perempuan yang memilih untuk tidak menikah dan memberikan pelayanan yang utuh kepada semua anggotanya. Pada akhirnya pernikahan merupakan pilihan dan jika memilih untuk tidak menikah maka hiduplah terus bergantung pada Yesus Kristus yang setia.
Pola Kepemimpinan Kristen Menurut Injil Yohanes 13 : 1-20 Panekenan, Martje
Educatio Christi Vol 1 No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : UPT Penelitian Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kepemimpinan adalah pengaruh; seni bagaimana seseorang dapat memimpin orang untuk melakukan apa yang telah ditetapkan bersama. Kepemimpinan Kristen adalah bagaimana setiap orang Kristen yang hadir, dipimpin oleh kasih yang berdedikasi untuk melayani, berdasarkan pemahaman Alkitab dipelajari dan disadari. Namun, kepercayaan kepemimpinan saat ini krisis dan memberikan indikasi, penyimpangan dalam kepemimpinan termasuk kepemimpinan Kristen. Pola Kepemimpinan Kristen menurut Injil Yohanes 13: 1-20, melalui komunitas Yohanes, menjadi penelitian sentral untuk mendapatkan pesan bagi kehidupan gereja dan masyarakat saat ini, belajar dari sikap cita-cita Yesus. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tinjauan literatur / studi literatur untuk menggambarkan, menganalisis makna kepemimpinan Kristen, melalui observasi, penilaian, analisis dan triangulasi data sehingga pola kepemimpinan Kristen sesuai dengan Injil Yohanes 13: 1 -20, untuk diterapkan dalam kehidupan dan kepemimpinan Gereja dan masyarakat. Menurut pola kepemimpinan Kristen dalam Injil Yohanes 13: 1-20 adalah: menuntun pada cinta, melayani, rendah hati, mengajar dan memberi contoh sebagai guru, memimpin jalan dengan kekuatan yang membebaskan dan menghidupkan dan menghidupkan serta mau membuat pengorbanan. Jadilah kontribusi bagi setiap pemimpin Kristen di bidang apa pun, untuk menjadi berkat bagi dunia.
A LEVITE AND HIS CONCUBINE ‘Seorang Lewi dan Gundiknya’ Sebuah Analisis PAK dan Implikasinya terhadap Keluarga Tulangouw , Maria Elisa
Educatio Christi Vol 1 No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : UPT Penelitian Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article starts with looking at the text in the bible related to a Levite and his concubine. There are some critical about the tragedy of raped the concubine, who was impact the war to Benyamin descendant, but also to make us realize about how great the relation among the member of family, especially the son in law with his father in law. I’m writing this article in the purpose for open our new paradigm about how we must facing & survive to the reality when living together as household. I’m using literature books and method in qualitative approach to founding the meaning. As part of an analyst the Christian Education in relation between husband and wife, because has great impact to the whole member of family. This story also talking about a Levi who love his wife very much through his real action, so the result of this article to finding the values of Christian Family for inherited.
Memahami Hubungan Religiusitas Dan Spiritualitas Di Era Milenial Najoan , Denny
Educatio Christi Vol 1 No 1 (2020): Januari 2020
Publisher : UPT Penelitian Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The millennial era that continues the development of modernity has an impact on religious activities, which have an effect on the quality of spirituality. The current era shows that in terms of quantity and quality, there is a change in behavior in the spiritual life of the Christian young generation. This shows that competently there is an imbalance between doctrine and the value of religiosity with the spirituality of generations in the millennial era. This happens because of the lack of a clear understanding between the concepts of religiosity and spirituality in this era. Using the literature review method, which pays attention to various studies on religiosity and spirituality, this paper describes the relationship between religiosity and spirituality in the millennial era. According to some experts, religiosity and spirituality have a close relationship. Religiosity is a doctrinal activity to introduce each individual to religious teachings, rituals and rites, especially Christianity. While spirituality is an entity that exists in an individual, which is related to self-knowledge with God, and the existence of the self as part of the expression of belief in him. Thus the religious nature of the institutional, functional and substance, forming the spirituality of individuals to be able to implement religious values as part of the values in themselves. In the millennial era, the right approach is needed in carrying out religious activities. Activities that pay attention to millennial character and the technological devices used, are able to direct the generation spirituality to the introduction of good faith and social behavior in accordance with religious doctrine. Millennials still need religiosity to introduce themselves to the spiritual that directs them to a social life that is responsible and with integrity
Misi Dalam Konteks Pluralisme Agama Di Indonesia Rumengan, Arthur Reinhard
Educatio Christi Vol 1 No 2 (2020): Juni 2020
Publisher : UPT Penelitian Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Until now, Church mission is still understood as assignment to go out and makeChristians of all nations. Many missionaries came to new region and try to change theirfaith and their civilization. This mission paradigm is not relevant anymore in pluralsociety and plural religion. Therefore, it is time for changing our mission paradimbecome inclusive and build dialog to each other. Dialog is important point to makegood relationship with other religions and of course, it is called mission. This researchaims to explore missions paradigm in Indonesia context through literature studymeanwhile observe the pluralism reality of Indonesia.
Studi Komparasi Antara Teori Victor Frankl, Ester Ahn Kim Dan Elisabeth Kubler-Ross Tentang Kematian Bagi Konstruksi Pendampingan Pastoral Tombeng, Ineke Marlien
Educatio Christi Vol 1 No 2 (2020): Juni 2020
Publisher : UPT Penelitian Fakultas Teologi Universitas Kristen Indonesia Tomohon

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This research aims to investigate the embodiment of people who facing the death, from the perspective of Victor Frankl, Ester Ahn Kim, and Kubler-Ross. The psychological symptoms from the people who facing the death is more affected by time, according to Frankl. How long the endurance last giving impact to the emergence of psychic change and triggering of certain attitudes and behaviors making. They had moral advancement or become religious. It shows that in the drawback situation, there are many pressures and torments, and the death threat, people can still act differently, not just giving up to the influence of environment which could lead to psychic deformation or primitiveness. Ester Ahn Kim research about people (Korean prisoners from Japan’s colony) who facing the death and showing the fear reaction. The fear is not only about facing the death, but also because the persecution and suffering that they had.Elizabeth Kubler-Ross also talk about the attitude of people who facing the death, with the emphasize to the terminal illness patients, or to they who seriously ill. There are five bold phases to the characteristics of people toward their death, which is rejection or denial, angry, bargaining, depression, and accepting. The rejection shows that there is a fear. In pastoral counseling, finding the solution together for the problem they had. The attempt to help the other is a holistic help, which is physically and spiritually that driven by the will to do the good things to accept the presence of God.

Page 1 of 14 | Total Record : 131