cover
Contact Name
Umi Narsih
Contact Email
uminars@gmail.com
Phone
+6281336240199
Journal Mail Official
jikeshafshawaty@gmail.com
Editorial Address
https://journal.unhasa.ac.id/index.php/jikes/about/editorialTeam
Location
Kab. probolinggo,
Jawa timur
INDONESIA
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
ISSN : -     EISSN : 25797913     DOI : https://doi.org/10.333006/jikes
Core Subject : Health,
JI-KES (Jurnal of Health Sciences) is a journal published by LP2M Stikes Hafshawaty Pesantren Zainul Hasan. This journal publishes research articles in the health care field, including nursing, midwifery, public health, nutrition, pharmacy, and others. The management of this journal accept articles from research lecturers and health experts to be published twice a year in February and August.
Articles 6 Documents
Search results for , issue "Vol. 9 No. 1 (2025): JIKES (Jurnal Ilmu Kesehatan)" : 6 Documents clear
Validity and Reliability of the Clean and Healthy Living Behavior (CHLB) Questionnaire in Relation to Stunting Incidence in Bondowoso Regency Siswatiningsih; Susanto, Tantut; Yusi Ratnawati, Leersia
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 9 No. 1 (2025): JIKES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/ji-kes.v9i1.882

Abstract

Abstrak Stunting masih menjadi masalah kesehatan masyarakat yang berdampak pada pertumbuhan fisik, perkembangan kognitif, serta produktivitas individu. Kabupaten Bondowoso memiliki prevalensi stunting yang tinggi, salah satunya disebabkan oleh rendahnya penerapan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) di rumah tangga. Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menguji validitas serta reliabilitas kuesioner PHBS tatanan rumah tangga dalam menganalisis keterkaitannya dengan kejadian stunting. Penelitian dilakukan di Desa Sumber Jeruk, Kabupaten Bondowoso, dengan desain deskriptif kuantitatif. Sampel penelitian sebanyak 75 responden dipilih menggunakan rumus Slovin dengan metode simple random sampling. Data dianalisis dengan uji validitas pearson dan reliabilitas cronbach’s alpha menggunakan SPSS 23.0. Hasil analisis menunjukkan bahwa semua data dinyatakan valid karena nilai uji Pearson lebih dari 0,2272. Kuesioner ini memiliki reliabilitas yang baik dengan nilai cronbach’s alpha pada pengetahuan responden terhadap PHBS tatanan rumah tangga sebesar 0,849, sikap responden 0,832, keterpaparan informasi 0,853, dukungan tenaga kesehatan 0,805, sarana dan prasarana 0,709, kebijakan terhadap PHBS 0,711, dan dukungan tokoh masyarakat 0,717. Dengan demikian, kuesioner ini dapat digunakan sebagai alat ukur yang valid dan reliabel dalam mengevaluasi serta meningkatkan penerapan PHBS tatanan rumah tangga guna mendukung upaya pencegahan stunting di masyarakat. Kata kunci: Stunting, PHBS, Validitas, Reliabilitas   Abstract Stunting remains a major public health problem affecting physical growth, cognitive development, and individual productivity. Bondowoso Regency has a high prevalence of stunting, partly due to the low implementation of Clean and Healthy Living Behavior (CHLB) in households. This study aimed to develop and test the validity and reliability of a household-level CHLB questionnaire in analyzing its correlation with stunting incidence. Conducted in Sumber Jeruk Village, Bondowoso Regency, the research used a descriptive quantitative design with 75 respondents selected through simple random sampling based on Slovin’s formula. Data were analyzed using Pearson’s validity test and Cronbach’s alpha reliability test with SPSS 23.0. The analysis results showed that all data were valid, as the Pearson test values were greater than 0.2272. The questionnaire demonstrated good reliability with Cronbach’s alpha values of 0.849 for respondents' knowledge of household-level CHLB, 0.832 for respondents' attitudes, 0.853 for exposure to information, 0.805 for health worker support, 0.709 for facilities and infrastructure, 0.711 for policy towards CHLB, and 0.717 for community leader support. Thus, the questionnaire could be used as a valid and reliable tool to evaluate and improve the implementation of household-level CHLB to support stunting prevention efforts in the community. Keywords: Stunting, CHLB, Validity, Reliability, Behavioral
Prevalensi dan Hubungan Glukokortikoid dengan Kejadian Efek Samping Hiperglikemia pada Pasien Systemic Lupus Erythematosus Filliana, Ulfa; Aurelia Vernanda, Cindy; Quraisy Aljufri, Achmad
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 9 No. 1 (2025): JIKES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/ji-kes.v9i1.888

Abstract

Abstrak Systemic lupus erythematosus (SLE) adalah penyakit autoimun yang memerlukan pengelolaan terapi jangka panjang dan berkelanjutan terutama keamanan terapi. Glukokortikoid merupakan terapi lini pertama dan memiliki potensi efek samping hiperglikemia paling tinggi. Dampak perburukan penyakit dan rendahnya kesadaran tenaga medis untuk monitoring efek samping obat merupakan tantangan paling besar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui prevalensi efek samping hiperglikemia akibat penggunaan glukokortikoid dan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Metode menggunakan penelitian observasional yang dilakukan dengan rancangan retrospektif cross sectional study pada periode 2024 di RSUP Dr. Kariadi Semarang. Hasil penelitian ini yaitu prevalensi kejadian efek samping hiperglikemia akibat penggunaan glukokortikoid sebesar 12.7% pada periode tahun 2024. Data subjek penelitian yaitu 72 pasien, sebanyak 32 pasien mengalami ESO hiperglikemia dan 40 pasien tidak mengalami ESO hiperglikemia. Faktor-faktor yang signifikan mempengaruhi kejadian ESO hiperglikemia yaitu jenis kortikosteroid metilprednisolon (p-value=0,000) dan rute pemberian intravena (p-value=0,000). Kesimpulan penelitian ini yaitu jenis kortikosteroid metilprednisolon menunjukkan faktor yang paling berhubungan dengan kejadian efek samping hiperglikemia akibat glukokortikoid (OR 6.500; 95% CI 2.185-19.333). Kata kunci: glukokortikoid; efek samping obat; hiperglikemia; SLE   Abstract Systemic Lupus Erythematosus (SLE) is an autoimmune disorder requiring prolonged and ongoing therapeutic management, particularly for the safety of the treatment. Glucocorticoids are the first-line therapy and have shown the highest potential for adverse effects on hyperglycemia. The impact of worsening disease and low awareness among medical personnel to monitor adverse drug reactions is the biggest challenges. This study aimed to determine the prevalence of adverse effects associated with hyperglycaemia resulting from glucocorticoid treatment and the factors that influence this condition. Method used was observational research conducted with a retrospective cross-sectional study design in 2024 at Dr. Kariadi Central Public Hospital Semarang.  This study found that the prevalence of hyperglycaemia adverse effects due to glucocorticoid used was 12.7% ​​in 2024. The total subjects of this study were 72 patients; 32 patients experienced hyperglycaemia while 40 others did not. Significant factors influencing the incidence of hyperglycaemia, adverse effect, were the type of corticosteroid methylprednisolone (p-value=0.000) and the intravenous route of administration (p-value=0.000). In conclusion, the type of corticosteroid methylprednisolone is the factor most associated with adverse effects of hyperglycaemia due to glucocorticoids (OR 6.500; 95% CI 2.185-19.333). Keywords: glucocorticoids; adverse drug reaction; hyperglycemia; SLE
Potensi Ekstrak Etanol Kulit Bawang Merah terhadap Kadar Malondialdehid Jejunum Tikus Gastritis Sulistyorini, Endah; Narsih, Umi; Shofia, Vivi
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 9 No. 1 (2025): JIKES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/ji-kes.v9i1.894

Abstract

Abstrak Gastritis adalah peradangan mukosa lambung yang ditandai dengan peningkatan stress oksidatif dan kadar malondialdehid. Angka kejadian gastritis pada beberapa daerah di Indonesia cukup tinggi dengan prevalensi 274.396 kasus dari 238.45.952 jiwa penduduk setiap tahun. Kulit bawang merah (Allium sp.) mengandung senyawa antiinflamasi dan antioksidan yang berpotensi untuk pengobatan gastritis. Penelitian ini bertujuan mengetahui potensi ekstrak etanol kulit bawang merah dalam menurunkan kadar malondialdehid jejunum tikus putih (Rattus norvegicus) model gastritis. Metode penelitian ini menggunakan desain eksperimental research dengan rancangan post-test only control group design. Sebanyak 25 tikus dibagi dalam 5 kelompok, yakni kelompok tikus sehat, kelompok tikus gastritis, kelompok terapi ranitidin, kelompok terapi ekstrak kulit bawang merah dosis 100 dan 200 mg/kgBB. Kadar malondialdehid dianalisis dengan spektrofotometri UV-Vis. Hasil penelitian menunjukkan penurunan signifikan kadar malondialdehid pada kelompok dengan terapi ekstrak kulit bawang merah dosis 100 mg/kgBB dan 200 mg/kgBB yaitu penurunan sebesar 52,52% (1,313 ± 0,393)  pada dosis 100 mg/kgBB dan 61,69% (1,059 ± 0,264) pada dosis 200 mg/kgBB. Berdasarkan hasil penelitian, ekstrak etanol kulit bawang merah berpotensi sebagai agen antioksidan dan antiinflamasi dalam menurunkan kadar MDA pada kondisi gastritis. Kata kunci: gatritis, stress oksidatif, malondialdehid, tikus, kulit bawang merah   Abstract Gastritis is an inflammation of gastric mucosa characterized by increased oxidative stress and elevated levels of malondialdehyde (MDA). The number of gastritis cases in Indonesia is relatively high, with a prevalence of 274,396 cases among a population of 238,459,952 annually. Shallot peel (Allium sp.) contains anti-inflammatory and antioxidant compounds that have potential for treating gastritis. This study aimed to determine the potential of ethanol extract of shallot peel in reducing malondialdehyde levels in jejunum of white rats (Rattus norvegicus) with gastritis models. This research used an experimental design with a post-test only control group design. A total of 25 male white rats were divided into five groups: negative control, positive control, ranitidine therapy group, and treatment groups receiving shallot peel ethanol extract at doses of 100 mg/kgBW and 200 mg/kgBW. Malondialdehyde levels were analyzed using UV-Vis spectrophotometry. The results showed a significant decrease in malondialdehyde levels in the groups treated with shallot peel extract at doses of 100 mg/kgBW and 200 mg/kgBW, with reductions of 52.52% (1.313 ± 0.393) and 61.69% (1.059 ± 0.264), respectively. Based on these findings, ethanol extract of shallot peel has potential as an antioxidant and anti-inflammatory agent in reducing MDA levels under gastritis conditions. Keywords: gastritis, oxidative stress, malondialdehyde, mouse, shallot peel
Blood Pressure Analysis in the Runner Community towards the Risk of Exercise-Induced Hypertension Umara, Annisaa Fitrah; Habibi, Alpan; Wijoyo, Eriyono Budi; Fratiwi, Agmalia; Rananda, Dhinda Anjas
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 9 No. 1 (2025): JIKES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/ji-kes.v9i1.897

Abstract

Abstrak Hipertensi meningkatkan risiko penyakit jantung secara global, sementara olahraga lari telah menjadi populer sebagai langkah pencegahan. Namun, hal ini juga dapat menyebabkan Hipertensi yang Dipicu oleh Olahraga (EIH), terutama pada pelari jarak jauh berusia paruh baya yang menunjukkan tingkat EIH lebih tinggi dibandingkan kelompok usia lain. Studi ini menyelidiki variasi tekanan darah sebelum dan setelah berlari dalam komunitas pelari. Menggunakan desain pra-eksperimental dengan pendekatan pra-tes dan pasca-tes, studi ini melibatkan responden berusia di atas 18 tahun yang berlari lebih dari 1-kilometer dan berlatih setidaknya dua kali seminggu. Sebanyak 36 anggota komunitas dipilih secara purposif. Tekanan darah dan denyut nadi diukur sebelum dan segera setelah berlari. Sebagian besar responden adalah laki-laki (33,3%), muda (52,78%), dan tidak merokok (72,2%). Temuan menunjukkan bahwa berlari tidak secara signifikan mempengaruhi Tekanan Darah Sistolik (p>0,05), tetapi mempengaruhi Tekanan Darah Diastolik (p<0,05). Tidak terdapat perubahan signifikan pada tekanan darah, menunjukkan adanya EIH (tekanan darah istirahat <140/90 mmHg dan maksimum selama olahraga ≥210 mmHg untuk pria dan ≥190 mmHg untuk wanita). Tekanan darah yang stabil atau menurun dikaitkan dengan vasodilatasi metabolik selama olahraga. Pemantauan tekanan darah secara terus-menerus sangat penting untuk mengurangi risiko kesehatan yang potensial. Kata kunci: hipertensi, latihan fisik, pelari, tekanan darah   Abstract Hypertension increases the risk of heart disease globally, while running has gained popularity as a preventive measure. However, it can also lead to Exercise-Induced Hypertension (EIH), particularly in middle-aged long-distance runners who exhibit higher EIH levels than other age groups. This study investigates blood pressure variations before and after running within a running community. Utilizing a pre-experimental design with a pre- and post-test approach, the study included respondents over 18 years old, who ran more than 1 kilometer and trained at least twice weekly. A purposive sample of 36 community members was selected. Blood pressure and pulse were measured before and immediately after running. The majority of respondents were male (33.3%), young (52.78%), and non-smokers (72.2%). Findings indicated that running did not significantly affect Systolic Blood Pressure (p>0.05), but it did impact Diastolic Blood Pressure (p<0.05). No significant changes in blood pressure were observed, suggesting EIH (resting blood pressure <140/90 mmHg and maximum during exercise ≥210 mmHg for men and ≥190 mmHg for women). The stable or decreased blood pressure is attributed to metabolic vasodilation during exercise. Continuous blood pressure monitoring is essential to mitigate potential health risks.   Keywords: blood pressure; hypertension; physical exercise; runner
Pendekatan Cognitive Behavioral Therapy (CBT) terhadap Kepatuhan dan Self awareness Pasien Tuberkulosis (TB), “Loss to follow-up” (LTFU) Ro'isah; Laili, Nurul; Trinoharini, Sulistiani
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 9 No. 1 (2025): JIKES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/ji-kes.v9i1.927

Abstract

Abstrak Tuberkulosis (TB) masih menjadi masalah kesehatan global dengan sekitar 8,2 juta kasus baru setiap tahun. Strategi End TB WHO menargetkan penghentian epidemi TB pada 2035 dengan tingkat keberhasilan pengobatan ≥90%. Kabupaten Probolinggo menempati urutan kedua kasus TB tertinggi di Jawa Timur. Hingga 18 Maret 2025, dari target 16.466 terduga, ditemukan 3.532 kasus dengan 713 pasien positif (21%). Namun, hanya 638 (89%) yang terdaftar memulai terapi, dan capaian pengobatan tetap 21%. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh cognitive behavioral therapy (CBT) terhadap kepatuhan dan kesadaran diri pasien TB kategori “loss to follow-up” (LTFU). Desain yang digunakan adalah metode campuran (sequential exploratory). Tahap pertama berupa penelitian kualitatif fenomenologi untuk menggali fenomena perilaku pasien TB yang tidak berobat melalui FGD dan wawancara yang dianalisis tematis. Tahap kedua merupakan pra-eksperimen dengan desain one-group pre-post test pada 40 pasien LTFU dari populasi 45 orang, dipilih secara purposive sampling. Intervensi berupa konseling oleh pakar keperawatan jiwa selama 4 minggu (1 kali/minggu, 6 sesi, 30–40 menit). Hasil menunjukkan pemahaman dan pengalaman dalam pengobatan TB, pasien merasa malu dan khawatir terhadap lamanya pengobatan. CBT terbukti meningkatkan kepatuhan dan kesadaran diri, sehingga direkomendasikan diterapkan pada pasien maupun keluarga. Kata kunci: Cognitive Behavioral Therapy; Kepatuhan; Kesadaran Diri; Tuberkulosis; loss to follow up   Abstract Tuberculosis (TB) remains a critical global health challenge, with an estimated 8.2 million new cases reported annually. The WHO End TB Strategy aims to eliminate the epidemic by 2035, with a recommended treatment success rate of ≥90%. Probolinggo Regency ranks second in East Java for TB incidence. As of March 18, 2025, 3,532 suspected cases were identified from a target of 16,466, with 713 confirmed cases (21%). However, only 638 (89%) initiated treatment, resulting in an overall treatment success of 21%. This study examined the effectiveness of cognitive behavioral therapy (CBT) in improving adherence and self-awareness among TB patients categorized as “loss to follow-up” (LTFU). A mixed-method sequential exploratory design was employed. The qualitative phase used a phenomenological approach through focus group discussions and interviews, analyzed thematically. The quantitative phase applied a pre-experimental one-group pre-post test involving 40 purposively selected LTFU patients. Counseling sessions were delivered by psychiatric nursing experts over four weeks (once weekly, six sessions, 30–40 minutes). Results revealed that CBT interventions enhanced understanding, reduced anxiety, and significantly improved adherence and self-awareness, suggesting its applicability for both patients and families. Keywords: Cognitive Behavioral Therapy; Adherence; Self-Awareness; Tuberculosis; Loss to Follow-up
Efektifitas Edukatif Supportif terhadap Self Efficacy Ibu Post Partum dalam Pemberian Asi Ekslusif Mariani; Isnawati, Iin Aini
JI-KES (Jurnal Ilmu Kesehatan) Vol. 9 No. 1 (2025): JIKES (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Publisher : LPPM Universitas Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33006/ji-kes.v9i1.930

Abstract

Abstrak Pemberian Air susu ibu (ASI) eksklusif merupakan salah satu bagian dari program prioritas kesehatan di Indonesia. Pemberian ASI eksklusif adalah pemberian ASI sebagai sumber nutrisi satu-satunya bagi bayi sampai usia 6 bulan pertama kehidupan tanpa adanya tambahan makanan dan minuman lainnya kecuali obat. Namun, sampai saat ini masih ditemukan ibu yang tidak memberikan ASI secara eksklusif, dengan alasan ibu merasa ASInya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan bayi. Kurangnya keyakinan diri ibu menyusui juga menjadi salah satu faktor yang penting untuk digali kaitannya dengan kegagalan pemberian ASI eksklusif. Tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efektifitas edukasi supportif terhadap self efficacy ibu post partum dalam pemberian asi eksklusif. Metode penelitian ini menggunakan desain pra-eksperimental dengan menggunakan metode one-group pra-post test design, Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu post partum di wilayah Puskesmas Pajarakan sejumlah 30 responden. Tehnik sampling yang digunakan yaitu total sampling sampling. Tehnik pengumpulan data menggunakan kuisioner. Analisis menggunakan uji Paired simple T-Test. Hasil menunjukan bahwa self efficacy ibu post partum dalam pemberian asi eksklusif sebelum dan sesudah diberikan edukasi suportif  menunjukkan adanya pengaruh yang bermakna dimana P= 0,000 lebih kecil dari α=0,005. Sehingga edukasi supportif dapat dijadikan sebagai solusi untuk meningkatkan kepercayaan diri ibu dalam pemberian ASI eksklusif. Kata kunci: edukasi supportif, self efficacy, post partum, ASI eksklusif   Abstract Exclusive breastfeeding is a national health priority program in Indonesia. It refers to providing only breast milk as the sole source of nutrition for infants during the first six months of age, without additional food or drink except for medication. However, many mothers still fail to practice exclusive breastfeeding, often due to concerns about insufficient milk supply. Low maternal self-efficacy is also a key factor contributing to this problem. This study aimed to evaluate the effectiveness of supportive education on the self-efficacy of postpartum mothers in exclusive breastfeeding. A pre-experimental design with a one-group pre-test post-test approach was applied. This study population consisted of all postpartum mothers in the working area of Pajarakan Public Health Center, with 30 respondents selected through total sampling. Data were collected using a validated questionnaire and analyzed using paired sample t-test. Results showed a significant improvement in maternal self-efficacy after supportive education, with p = 0.000 (p < 0.005). These findings suggest that supportive education is effective in enhancing the confidence of postpartum mothers to practice exclusive breastfeeding. Integration of this intervention into maternal and child health services is highly recommended. Keywords: supportive education, self-efficacy, postpartum, exclusive breastfeeding

Page 1 of 1 | Total Record : 6