cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
Jurnal Kedokteran Diponegoro
Published by Universitas Diponegoro
ISSN : -     EISSN : 25408844     DOI : -
Core Subject : Health,
JKD : JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO ( ISSN : 2540-8844 ) adalah jurnal yang berisi tentang artikel bidang kedokteran dan kesehatan karya civitas akademika dari Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang dan peneliti dari luar yang membutuhkan publikasi . JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO terbit empat kali per tahun. JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO diterbitkan oleh Program Studi Kedokteran Umum, Fakultas Kedokteran, Universitas Diponegoro Semarang.
Arjuna Subject : -
Articles 974 Documents
THE EFFECT OF CLIMBING UP AND DOWN STAIRS EXERCISE ON VO2 MAX IN YOUNG ADULTS (AGE 18-22 YEARS) Anafatun Ihtammaliya; Yosef Purwoko; Buwono Puruhito; Yuswo Supatmo
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 9, No 1 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro )
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (363.402 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v9i1.26570

Abstract

Background : One of the example of aerobic exercise that is easy and safe is climbing up and down stairs. But with time, people prefer using escalators or elevators to stairs. Whereas, climbing up and down stairs exercise can improve physical fitness which can be assessed from the VO2 max. Aim : To find out the effect of climbing up and down stairs exercise on VO2 max in young adults. Method : This research used Quasi Experimental with pre-test and post-test non-equivalent group method. The sample was medical students of Faculty of Medicine, Diponegoro University (n=36) age 18-22 years that meet the inclusion criteria. The sample was divided into 2 groups, control and treatment groups each consisting of 18 people. The VO2 max was assessed using Multistage Fitness Test (Bleep Test). Statistical analysis with Saphiro-Wilk test, paired T test, Wilcoxon test, unpaired T test, and Mann Whitney test. Result : There was a significant difference of VO2 max before and after climbing up and down stairs exercise in experimental group (p=0.001) and not significant in control group (p=0.181). There was a significant difference of the difference in VO2 max pre-posttest in experimental group and control group (p = 0.001). Conclusion : Six weeks of climbing up and down stairs exercise increases VO2 max in young adults.Keywords : VO2 Max, Climbing Up and Down stairs Exercise, Multistage Fitness Test (Bleep Test)
PERBEDAAN HASIL PENGUKURAN SCHIRMER TEST PADA PASIEN RETINOPATI DIABETIKA NON PROLIFERATIF DAN PROLIFERATIF Dodi Setiawan; Arief Wildan; Andrew Johan
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (393.575 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14268

Abstract

Latar Belakang : Keadaan Hiperglikemia yang terus menerus pada seseorang yang menderita Diabetes Melitus akan berakibat pada timbulnya komplikasi-komplikasi mikrovaskuler salah satunya adalah retinopati diabetika. Pasien dengan diabetes melitus khususnya pada pasien dengan komplikasi retinopati diabetika, cenderung mengalami dry eye, dan cenderung memberat pada derajat retinopati diabetika yang semakin berat. Dry eye menggambarkan suatu keadaan defisiensi air mata baik secara kualitas maupun kuantitas. Melihat pentingnya peran air mata dalam menjaga dan melindung permukaan bola mata, dry eye tentunya berkaitan erat dengan dampak buruk yang terjadi pada beberapa aktifitas umum dan penting dari kehidupan sehari-hari, yang mana kondisi ini penting untuk dilibatkan sebagai masalah kesehatan masyarakat yang perlu diperhatian secara khusus. Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan adanya perbedaan hasil pengukuran Schirmer test pada pasien NPDR dan PDR.Metode : 78 pasien DM dengan retinopati diabetika yang terdiri dari 39 pasien NPDR dan 39 pasien PDR yang dikumpulkan secara consecutive sampling di irja mata RSUP Dr.Kariadi Semarang dari bulan Maret sampai dengan Mei 2016, dilakukan perlakuan pengukuran produksi air mata menggunakan Schirmer test. Setelah data terkumpul, data dianalisa dengan uji beda Mann Whitney.Hasil : Berdasarkan dari 78 subjek penelitian yang telah dilakukan pengukuran Schirmer test, terdapat 42 pasien (17 NPDR dan 25 PDR) yang terdiagnosis dry eye, sedangkan 36 pasien (22 NPDR dan 14 PDR) produksi air mata normal. Setelah dilakukan uji Mann-Whitney, diperoleh angka significancy 0,029.Simpulan : Terdapat perbedaan hasil pengukuran Schirmer test pada pasien retinopati diabetika non prolieratif dan proliferatif.
UJI SENSITIVITAS DAN SPESIFISITAS MENTZER INDEX, RED DISTRIBUTION WIDTH INDEX DAN GREEN AND KING INDEX TERHADAP DIAGNOSIS TALASEMIA BETA MINOR DAN ANEMIA DEFISIENSI BESI Ruth Hanna Kristina; Nyoman Suci Widyastiti; Edward Kurnia Setiawan
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (391.775 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.20740

Abstract

Latar belakang: Anemia mikrositik hipokromik sering disebabkan oleh anemia defisiensi besi dan talasemia beta minor. Pemeriksaan baku emas talasemia beta adalah pemeriksaan genetik, sedangkan anemia defisiensi besi adalah pemeriksaan cadangan besi sumsum tulang. Kedua pemeriksaan tersebut memakan biaya yang mahal. Perlu adanya teknik skrining berupa indeks perhitungan yang adekuat dengan biaya yang terjangkau.Tujuan: Mengetahui dan membandingkan nilai sensitivitas dan spesifisitas Mentzer Index, Red Distribution Width Index dan Green and King Index.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian uji diagnostik. Terdapat 98 data anemia mikrositik hipokromik yang terdiri dari masing-masing 49 anemia defisiensi besi dan talasemia beta minor. Dilakukan perhitungan Mentzer index, Red Distribution Width Index dan Green and King Index yang dibandingkan dengan parameter diagnosis untuk mengetahui nilai sensitivitas dan spesifisitas. Parameter diagnosis emas yaitu ferritin serum atau TIBC atau besi serum untuk diagnosis anemia defisiensi besi dan hemoglobin A2 untuk diagnosis talasemia beta minor.Hasil: Mentzer index memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas untuk mendeteksi anemia defisiensi besi sebesar 93,88% dan 87,76%, dan talasemia beta minor sebesar 87,76% dan 93,88%. RDWI index memiliki nilai sensitivitas dan spseifisitas untuk medeteksi anemia defisiensi besi sebesar 89,80% dan 83,67%, dan untuk talasemia beta minor sebesar 83,67% dan 89,80%. Green and King index memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas anemia defisiensi besi sebesar 91,84% dan 77,55%, dan untuk talasemia beta minor sebesar 77,55% dan 91,84%.Kesimpulan: Mentzer index memiliki nilai sensitivitas dan spesifisitas tertinggi sehingga dapat digunakan sebagai teknik skrining untuk mendiagnosis talasemia beta minor dan anemia defisiensi besi.
PERBEDAAN LUARAN MATERNAL DAN PERINATAL ANTARA PREEKLAMPSIA BERAT DENGAN SINDROM HELLP DAN SINDROM HELLP PARSIAL Ahityadeva NT Ahityadeva NT; Julian Dewantiningrum
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 6, No 1 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (384.301 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i1.16057

Abstract

Latar Belakang : Preeklampsia berat dengan sindrom HELLP komplit memiliki risiko untuk mendapatkan komplikasi kehamilan dan persalinan yang lebih banyak dari preeklampsia berat dengan sindrom HELLP parsial. Penelitian ini bertujuan menganalisa perbedaan luaran maternal dan perintal antara preeklampsia berat dengan sindrom HELLP dan sindrom HELLP parsial.Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional retrospektif dengan pendekatan studi cross sectional, dari data rekam medis RSUP Dr. Kariadi Semarang. Data diambil dari periode Januari 2013 sampai April 2016. Sampel penelitian terdiri 76 sampel, 42 subyek preeklampsia berat dengan sindrom HELLP, 34 subyek preeklampsia berat dengan sindrom HELLP parsial. Data dianalisis dengan uji Chi Square, Fisher’s Exact test dan analisis uji regresi logistikHasil : Preeklampsia berat dengan sindrom HELLP komplit tidak jauh berbeda dengan preklampsia dengan sindrom HELLP parsial. Dari luaran maternal di dapatkan hasil mortalitas maternal p=1,00, DIC p=0,44, gagal ginjal akut p=0,60, gangguan penglihatan p=0,18, edema paru p=0,37, eklampsia p=0,97, SIRS p=1,00, perawatan ICU p=0,76, sepsis p=0,58 danperdarahan postpartum p=1,00. Pada luaran perintal didapatkan hasil mortalitas perinatal p=0,45, IUGR p=0,09, IUFD p=0,86, asfiksia p=0,38, gawat janin p=0,60, kelahiran premature p=0,45 dan kelainan pemeriksaan Doppler arteri umbilikalis p=0,46Simpulan : Luaran maternal dan perintal pada preeklampsia berat dengan sindrom HELLP komplit tidak jauh berbeda dari preeklampsia berat dengan sindrom HELLP parsial
KORELASI KUALITAS TIDUR DENGAN KAPASITAS MEMORI KERJA PADA MAHASISWA TINGKAT AKHIR Shania Puspasari; Maria Belladona; Natalia Dewi Wardani
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (333.339 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i1.23392

Abstract

Latar Belakang: Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar yang wajib dipenuhi. Terkadang seseorang lupa akan pentingnya tidur, contohnya mahasiswa kedokteran yang cenderung memiliki kualitas tidur buruk. Salah satu dampak yang ditimbulkan akibat kualitas tidur buruk yang adalah memori kerja yang melambat. Memori kerja digambarkan sebagai sistem memori yang berperan penting dalam proses reasoning, pembelajaran, dan pemahaman yang dibutuhkan khususnya oleh mahasiswa kedokteran. Tujuan: Mengetahui korelasi kualitas tidur dengan kapasitas memori kerja. Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional yang dilaksanakan di wilayah kampus Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro. Sample pada penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir (n = 70) yang telah mengisi lembar informed consent, lembar identias, kuesioner PSQI, serta telah mengerjakan operation span task dan rotation span task. Analisis yang digunakan adalah uji normalitas Kolmogorov-Smirnov, uji korelasi Spearmann, uji t tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney. Hasil: Terdapat korelasi bermakna antara kualitas tidur dengan kapasitas memori kerja verbal, dengan nilai p = 0,007 (p < 0,05). Terdapat korelasi tidak bermakna antara kualitas tidur dengan kapasitas memori kerja visuospasial. Terdapat perbedaan yang tidak bermakna pada analisis pengaruh factor perancu dengan kapasitas memori kerja. Kesimpulan: Terdapat korelasi bermakna antara kualitas tidur dengan kapasitas memori kerja pada mahasiswa tingkat akhir.Kata kunci: Kualitas tidur, Kapasitas Memori Kerja Verbal, Kapasitas Memori Kerja Visuospasial
HUBUNGAN ANTARA ASUPAN KARBOHIDRAT DENGAN PROFIL LIPID PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER Risky Wijaya Utami; Sefri Noventi Sofia; Etisa Adi Murbawani
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (448.061 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18627

Abstract

Latar  Belakang:  Konsumsi makanan tinggi karbohidrat dapat menyebabkan peningkatan pembentukan asetil-KoA dari proses dekarboksilasi fosforilasi dan meningkatkan pembentukan kolesterol serta trigliserida yang merupakan faktor risiko terjadinya penyakit jantung koroner.Tujuan: Mengetahui hubungan antara asupan karbohidrat dengan profil lipid (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) pada pasien penyakit jantung koroner.Metode: Penelitian menggunakan desain belah lintang. Subjek penelitian adalah 32  orang berusia 35-64 tahun yang berobat di RSUP Dr. Kariadi. Data primer diperoleh dengan wawancara menggunakan Semiquantitative Food Frequency Questionnaire (SQFFQ) dan Global Physical Activity Questionnaire (GPAQ), sedangkan data sekunder diperoleh dari data rekam medis subjek penelitian. Uji normalitas data menggunakan uji Saphiro Wilk. Uji bivariat menggunakan uji korelasi Pearson, Independent sampel T-test dan One way anova, sedangkan untuk uji multivariat menggunakan uji regresi linear.Hasil: Uji korelasi Pearson untuk hubungan antara asupan karbohidrat dengan profil lipid (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) menunjukkan nilai p sebesar 0,051; 0,771; 0,106; 0,143 yang menyatakan bahwa tidak ada hubungan bermakna antara asupan karbohidrat dengan profil lipid. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa kadar kolesterol total dipengaruhi oleh aktivitas fisik, tetapi untuk kadar kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida tidak dipengaruhi oleh variabel asupan makanan dan aktivitas fisik.Simpulan:  Asupan karbohidrat tidak berhubungan dengan profil lipid pada pasien jantung koroner. 
PENGARUH PEMBERIAN DOSIS BERTINGKAT EKSTRAK KULIT BUAH NAGA PUTIH (Hylocereus undatus) TERHADAP GAMBARAN MIKROSKOPIS PARU MENCIT Babl/c YANG DIBERI PAPARAN ASAP OBAT NYAMUK BAKAR Ina Marlina; Desy Armalina
Jurnal Kedokteran Diponegoro (Diponegoro Medical Journal) Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Universitas Diponegoro, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (629.667 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v5i4.14477

Abstract

Latar belakang : Obat nyamuk bakar penggunaan masih cukup tinggi. Obat nyamuk bakar mengandung allethrin dan pembakarannya menghasilkan Polycyclic Aromatic Hydrocarbon, karbonmonoksida, karbondioksida, oksida – oksida nitrogen, serta aldehydes. Asap obat nyamuk bakar memicu terjadinya infiltrasi sel radang, destruksi alveolus dan oedema alveolus sehingga menimbulkan kerusakan paru. Kulit buah naga putih kurang dimanfaatkan dalam penggunaannya padahal kaya akan antioksidan polifenol yang dapat mencegah proses kerusakan paru.Tujuan : Untuk menganalisis pengaruh pemberian dosis bertingkat ekstrak kulit buah naga putih (Hylocereus undatus) terhadap gambaran kerusakan mikroskopis paru mencit Balb/c jantan yang diberi paparan asap obat nyamuk bakar.Metode : Penelitian ini menggunakan True experimental post test only control group design. Sampel adalah 25 mencit Balb/c dengan kriteria tertentu, dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok K1 tidak diberi perlakuan apapun, K2 diberi paparan asap obat nyamuk bakar 8 jam per hari, P1, P2, P3 diberi paparan asap obat nyamuk bakar 8 jam per hari dan diberi ekstrak kulit buah naga putih dosis 7,5 mg/mL, 15 mg/mL, 30 mg/mL. Penelitian berlangsung 21 hari. Hari 22 mencit diterminasi dan diambil parunya untuk diperiksa secara mikroskopis.Hasil : Uji Mann-Whitney menunjukkan terdapat perbedaan bermakna kelompok K1-K2, K2-P1 dan K2-P3 (p<0,05). Kelompok K2 ditemukan kerusakan paru yang lebih berat dari K1 dan P1, P3 ditemukan kerusakan paru yang lebih ringan dari K2. Tidak ada perbedaan signifikan kelompk P1-P2-P3 dan K2-P2.Simpulan : Ekstrak kulit buah naga putih berpengaruh mengurangi kerusakan gambaran mikroskopis paru mencit Balb/c jantan yang diberi paparan asap obat nyamuk bakar.
PENGARUH DERAJAT MEROKOK TERHADAP FUNGSI TUBA EUSTACHIUS PADA PEROKOK AKTIF Adiyani Harianingrum; Zulfikar Naftali; Dwi Marliyawati
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (386.962 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v7i2.21191

Abstract

Latar belakang: Tuba Eustachius merupakan saluran yang menghubungkan telinga tengah dengan nasofaring. Gangguan fungsi tuba eustachius didefinisikan sebagai terganggunya ventilasi dari tuba eustachius yang ditandai dengan adanya gejala-gejala dan tanda-tanda disregulasi tekanan di telinga tengah. Penyebab gangguan fungsi tuba eustachius bermacam-macam, dan salah satunya adalah merokok.Tujuan: Mengetahui pengaruh derajat merokok terhadap fungsi tuba eustachius pada perokok aktif. dan menganalisis perbedaan fungsi tuba eustachius pada perokok aktif derajat ringan, dan perokok aktif derajat sedang-berat. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian dengan desain cross-sectional. Sampel merupakan laki-laki perokok aktif di lingkungan Undip, Tembalang, Kota Semarang yang dibagi dalam 2 kelompok yaitu perokok derajat ringan  (indeks brinkman <200) dan derajat sedang-berat (indeks brinkman ≥200). Pemeriksaan fungsi tuba eustachius dilakukan dengan menggunakan alat timpanometri. Dilakukan pengukuran puncak timpanogram (P1), puncak timpanogram dengan induksi perasat toynbee (P2) dan perasat valsava (P3). Perokok aktif dikatakan mengalami gangguan fungsi tuba eustachius apabila P1-P2<10daPa atau Pmax-Pmin<15daPa pada satu atau kedua telinga. Analisis statistik uji fishers exact digunakan untuk menilai perbedaan fungsi tuba eustachius pada perokok derajat ringan dan perokok derajat sedang-berat.Hasil: Didapatkan sampel 75 perokok aktif, 69(92%) perokok derajat ringan dan 6(8%) perokok derajat sedang-berat. Insidensi gangguan fungsi tuba eustachius pada perokok aktif sebesar 74,7%. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna pada hasil analisis fungsi tuba eustachius perokok derajat ringan dan perokok derajat sedang-berat (p>0,05).Simpulan: Tidak terdapat perbedaan yang bermakna antara kelompok perokok aktif derajat ringan dengan perokok aktif derajat sedang-berat terhadap gangguan fungsi tuba eustachius
HUBUNGAN ANTARA LAMA HEMODIALISIS DENGAN KUALITAS HIDUP PASIEN PENYAKIT GINJAL KRONIK (STUDI DI RSUP DR.KARIADI SEMARANG) Aidillah Mayuda; Shofa Chasani; Fanti Saktini
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (458.27 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v6i2.18531

Abstract

Latar belakang: Penyakit ginjal kronik (PGK) sebagai akibat kerusakan struktural dan fungsional ginjal memiliki progresifitas tinggi berlanjut sebagai end stage renal disease (ESRD) dan memerlukan suatu terapi pengganti ginjal seperti hemodialisis. Terapi hemodialisis jangka  panjang akan mempengaruhi berbagai aspek kehidupan dan berdampak pada penurunan kualitas hidup pasien.Tujuan: Menganalisis hubungan antara lama menjalani hemodialisis dengan kualitas hidup penderita penyakit ginjal kronik di RSUP dr Kariadi Semarang.Metode: Penelitian ini menggunakan desain cross sectional. Subjek penelitian ini merupakan pasien penyakit ginjal kronik di RSUP Dr.Kariadi Semarang periode Maret-Juni 2016. Diperoleh 44 subjek dengan metode consecutive sampling. Data yang digunakan adalah data primer, yaitu hasil pengisian kuesioner KDQOL SF™1.3 dan data sekunder berupa rekam medis.Hasil: Kualitas hidup pasien dengan kategori baik, cukup dan kurang berturut-turut sebagai berikut: 7 (11,4%), 16(36,4%), 5(15,9%) pada hemodialisis < 5 tahun dan 5(11,4%), 6(13,6%), 5(11,4%) pada hemodialisis ≥5 tahun. Dengan analisis fisher’s diperoleh nilai p=0,732. Pada uji somers’d diperoleh nilai p=0,781 antara lama hemodialisis dengan kualitas hidup.Variabel perancu seperti usia, pendidikan, pekerjaan, pendapatan, status pernikahan, penyakit mendasari, menunjukkan hubungan tidak bermakna dengan kualitas hidup. Sedangkan jenis kelamin dan IMT berpengaruh terhadap kualitas hidup.Simpulan: Tidak terdapat perbedaan maupun hubungan yang signifikan secara statistik antara lama hemodialisis dengan kualitas hidup pasien penyakit ginjal kronik di RSUP Dr.Kariadi Semarang.
PENGARUH CUCI TANGAN TERHADAP PENURUNAN JUMLAH BAKTERI PADA HOSPITAL PERSONNEL DI RS NASIONAL DIPONEGORO Yesita Novia Hertina; Endang Sri Lestari; Rebriarina Hapsari
DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO) Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO
Publisher : Faculty of Medicine, Diponegoro University, Semarang, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (319.899 KB) | DOI: 10.14710/dmj.v8i2.23833

Abstract

Latar belakang : Infeksi nosokomial merupakan infeksi yang didapatkan oleh seseorang saat berada maupun setelah kembali dari rumah sakit dan dapat terjadi pada petugas kesehatan maupun pasien. Cuci tangan merupakan cara yang sederhana untuk mencegah transmisi infeksi nosokomial dengan mereduksi jumlah bakteri pada tangan. Penurunan jumlah bakteri dipengaruhi oleh agen cuci tangan dan prosedur cuci tangan yang dilakukan. Tujuan : Menghitung perbedaan jumlah bakteri sebelum dan sesudah cuci tangan menggunakan hand rub pada tenaga kesehatan di RS Nasional Diponegoro. Metode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan pendekatan cross-sectional. Subyek penelitian terdiri dari 54 tenaga kesehatan RS Nasional Diponegoro Semarang dengan mengambil swab kulit telapak tangan menggunakan kapas lidi steril, di kultur pada media nutrient agar selama 18 sampai 24 jam, kemudian dihitung koloni bakteri yang tumbuh pada media dan dianalisis perbedaannya. Hasil : Terdapat penurunan jumlah bakteri sebelum dan sesudah mencuci tangan menggunakan hand rub pada 52 subyek dan 2 subyek mengalami peningkatan jumlah bakteri. Penurunan jumlah bakteri dengan uji Wilcoxon Signed-rank Test memiliki nilai p=0,000. Faktor pekerjaan, jenis kelamin, training PPI dasar, merek hand rub dan tanggal kadaluwarsa diuji dengan Kruskal-Wallis test dan Mann-Whitney U test dengan hasil yang tidak bermakna (p>0,05). Kesimpulan : Terdapat penurunan jumlah bakteri yang bermakna antara sebelum dan sesudah cuci tangan menggunakan hand rub yang ternyata efektif untuk mengurangi jumlah bakteri pada tangan tenaga kesehatan di RS Nasional Diponegoro. Faktor pekerjaan, training PPI dasar, jenis kelamin, merek dan tanggal kadaluwarsa hand rub tidak berpengaruh terhadap selisih bakteri.Kata Kunci : hand rub, tenaga kesehatan, jumlah bakteri, infeksi nosokomial

Page 4 of 98 | Total Record : 974


Filter by Year

2016 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 13, No 5 (2024): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 13, No 4 (2024): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 13, No 3 (2024): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 13, No 2 (2024): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 13, No 1 (2024): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 6 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 5 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 4 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 3 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 2 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 12, No 1 (2023): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 6 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 5 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 4 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 3 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 2 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 11, No 1 (2022): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 6 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 5 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 4 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 3 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 2 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 10, No 1 (2021): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO (DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL) Vol 9, No 6 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL (Jurnal Kedokteran Diponegoro) Vol 9, No 4 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 3 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 2 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 9, No 1 (2020): DIPONEGORO MEDICAL JOURNAL ( Jurnal Kedokteran Diponegoro ) Vol 8, No 4 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 3 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 2 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 8, No 1 (2019): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 4 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 2 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 7, No 1 (2018): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 4 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 3 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 2 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6, No 1 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 6 (2017): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 4 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 3 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 2 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO Vol 5, No 1 (2016): JURNAL KEDOKTERAN DIPONEGORO More Issue