cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota surabaya,
Jawa timur
INDONESIA
Inspirasi Manajemen Pendidikan
  • inspirasi-manajemen-pendidikan
  • Website
ISSN : -     EISSN : 22528253     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 381 Documents
PELAYANAN PRIMA DALAM MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 21 SURABAYA (STUDI KASUS DI SMA NEGERI 21 SURABAYA) Hizwati, Cici
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 5, No 1 (2017): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PELAYANAN PRIMA DALAM MANAJEMEN PERPUSTAKAAN SEKOLAH DI SMA NEGERI 21 SURABAYA (STUDI KASUS DI SMA NEGERI 21 SURABAYA)  Cici Hizwati Jurusan Manajemen Pendidikan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Surabaya E-mail: cici.hizwati@gmail.com Pembimbing : Soedjarwo  Soedjarwo9@gmail.com  Abstrak Layanan prima dalam manajemen perpustakaan sekolah yang berorientasi pada kepuasan pengguna jasa perpustakaan. Perpustakaan menyediakan layanan yang tidak saja nyaman melainkan juga cepat, motivatif dan responsif untuk mendorong tumbuhnya tradisi membaca menuju “masyarakat belajar. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan  pelayanan prima dalam manajemen perpustakaan sekolah di SMA Negeri 21 Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipasi pasif, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara mengkondensasi data, penyajian data, dan verifikasi data. Kemudian pengecekkan keabsahan data dilakukan dengan kredibilitas, transfermabilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, Kegiatan perencanaan progam pelayanan prima yang ada di SMA Negeri 21 Surabaya diawali dengan penetapan visi, misi, dan tujuan. Pemutusan visi, misi dan tujuan dari perpustakaan sekolah sendiri disesuikan dengan kesepakatan pemangku kepentingan pendidikan. Kedua, pelaksanaan dalam kegaiatan proses pelaksanaan pelayanan prima perpustakannya lebih di pusatkan kepada kegiatan petugas perpustakaan, sikap petugas dalam melayani pengunjung perpustakaan serta telah terlaksana dengan baik dan optimal terlaksana dengan baik dan optimal.  Ketiga, Pengawasan di perpustakaan SMAN 21 Surabaya dilakukan oleh Kepala Sekolah terhadap Kepala Perpustakaan. Pengawasan di perpustakaan dilakukan setiap mingguan, bulananan, dan tahunan. Hal ini merupakan pengawasan langsung yang bersifat rutin atau berkala seta pengawasan fungsional, sehingga dari situ sekolah mampu menganalisis kebutuhan di perpustakaan. Jadi, pelayanan prima yang dilakukan oleh SMAN 21 Surabaya sudah berorientasi pada kepuasan pengguna jasa perpustakaan.  Hal ini terlihat dari perencanaan, pelaksanaan, dan pengawasan pelayanan prima yang berjalan dnegan efektif dan efisien.   Kata kunci: Pelayanan Prima, Manajemen Perpustakaan Sekolah.   EXCELLENT SERVICE PART SCHOOL LIBRARY MANAGEMENT IN SMA NEGERI 21 SURABAYA  Cici Hizwati Department of Management Education Faculty of Education Science State University of Surabaya E-mail: cici.hizwati@gmail.com Supervisior : Soedjarwo Soedjarwo9@gmail.com      Abstract The library provides services that are not only convenient but also fast, motivative and responsive to encourage the growth of the reading tradition toward "the learning community. This study aims to describe and analyze the planning, implementation, and supervision of excellent service in the management of school libraries in SMA Negeri 21 Surabaya. This research uses qualitative approach with case study research design. Data collection techniques use passive participation observation, interview and documentation. Data analysis is done by condensing data, data presentation, and data verification. Then check the validity of the data is done with credibility, transfermabilitas, dependability, and konirmabilitas. The results of this study indicate that first, the activities of prime service program planning in SMA Negeri 21 Surabaya begins with the determination of vision, mission, and goals. Termination of vision, mission and objectives of the school library itself is adjusted to the agreement of education stakeholders. Second, the implementation of the process of the implementation of the library service primed more in the center to the activities of librarians, the attitude of officers in serving the library visitors and has been implemented well and optimally implemented properly and optimally. Thirdly, the supervision at the library of SMAN 21 Surabaya is done by the Principal against the Head of Library. Library surveillance is conducted weekly, monthly, and yearly. This is a routine or periodic direct supervision of the functional supervision, so that the school can analyze the needs in the library. So, excellent service undertaken by SMAN 21 Surabaya is oriented to the satisfaction of library service users. This is evident from the planning, implementation, and supervision of excellent services that run dnegan effective and efficient.   Keywords: Excellent Service, School Library Management.   PENDAHULUAN Perpustakaan sekolah merupakan layanan khusus dalam lembaga pendidikan yang penting bahkan perpustakaan menjadi jantung dari pendidikan. Rahayuningsih (2007:6) menyatakan bahwa perpustakaan sekolah adalah perpustakaan yang melayani para siswa, guru, dan karyawan dari suatu sekolah tertentu. Sedangkan, menurut Bafadal (2009:3) perpustakaan sekolah tidak hanya sebagai tumpukan buku tanpa ada gunanya, tetapi secara prinsip perpustakaan harus dapat dijadikan atau berfungsi sebagai sumber informasi bagi yang membutuhkannya. Berdasarkan pernyataan diatas bahwa perpustakaan sekolah merupakan wadah untuk mengoptimalkan fungsi perpustakaan dengan melayani pengguna perpustakaan terutama membudayakan kondisi minat baca. Tradisi yang telah berkembang semenjak masa sekolah diharapkan dapat menjadi pondasi bagi budaya membaca pada tahap selanjutnya. Seperti dikatakan oleh Joesoep, Daoed (2014) bahwa di jenjang dasar dan menengah pendidikan anak didik mulai dituntun untuk dapat mengubah informasi menjadi pengetahuan melalui pengenalan sistem, tatanan (order) hubungan logis antar fakta-fakta dan persepsi tentang kausalitas atau sebab akibat. Hal ini hanya bisa dilakukan dalam perpaduan antara pengenalan sumber belajar, bahan pustaka, dan proses pembimbingan yang intensif. Kunci dari pokok pikiran tersebut meliputi dua hal, yaitu: (1) menyediakan bahan-bahan bacaan yang mudah dijangkau dan sesuai dengan minat anak-anak (2) pengelolaan perpustakaan yang membuat anak-anak merasa nyaman, dan mudah dalam mengakses bahan pustaka. Konsepnya adalah mendorong anak didik mengembangkan minat dan kebiasaan membaca. Mengapa kebiasaan ini perlu dibudayakan di sekolah, bahkan harus dibudayakan sejak dini ?. Pertanyaan ini sangat mendasar untuk mendapatkan jawaban di tengah fenomena pergeseran tatanan nilai akibat perkembangan media informasi yang melanda masyarakat dewasa ini. Ditengah kegandrungan akan gawai (gadget) ada kecenderungan merosotnya minat baca anak pada buku dan sumber pustaka lainnya (Kompas 27-12-2016). Menurut UNESCO (2011) minat baca anak Indonesia tergolong paling rendah di ASEAN (0,001) artinya dari 1000 penduduk Indonesia hanya 1 orang yang memiliki minat baca. Karena itu para pendidik tidak boleh berputus asa, dan tetap mengupayakan agar anak didik tidak terlepas dari kewajiban dan tanggung jawab sebagai pelajar untuk membiasakan diri menimba pengetahuan melalui membaca dan belajar. Undang-Undang Perpustakaan Nomor 47 Tahun 2007 tentang layanan perpustakaan pasal 14 ayat (1) menyatakan bahwa “layanan perpustakaan dilakukan secara prima dan berorientasi bagi kepentingan pemustaka”. Dengan kata lain perlu dikembangkan model layanan prima dalam manajemen perpustakaan sekolah yang berorientasi pada kepuasan pengguna jasa perpustakaan. Di sinilah pentingnya perpustakaan menyediakan layanan yang tidak saja nyaman melainkan juga cepat, motivatif dan responsif untuk mendorong tumbuhnya tradisi membaca menuju “masyarakat belajar”. Secara teoritis, definisi Pelayanan Prima, menurut Barata (2003), adalah: “a) pelayanan prima adalah membuat pelanggan merasa penting; b) layanan prima adalah pelayanan dengan ramah, tepat, dan cepat; c) layanan prima adalah pelayanan dengan mengutamakan kepuasan pelanggan; d) layanan prima adalah menempatkan pelanggan sebagai mitra; e) layanan prima adalah pelayanan optima yang menghasilkan kepuasan pelanggan; f) layanan prima adalah kepedulian kepada pelanggan untuk memberikan rasa puas; g) layanan prima adalah upaya layanan terpadu untuk kepuasan pelanggan.”   Berdasarkan pengertian pelayanan prima diatas, maka pemberian layanan dalam sirkulasi bahan pustaka harus dilakukan dengan ramah, cepat dan mengutamakan kepuasan pengguna perpustakaan. Sehubungan adanya fenomena yang terjadi pada dewasa ini maka, peneliti melakukan studi pendahuluan di SMA Negeri 21 Surabaya, dengan memfokuskan diri kepada pelayanan prima petugas perpustakaan. Pelayanan prima petugas perpustakaan sendiri dapat tergambar dengan adanya kegiatan perpustakaan yang terjun ke kelas-kelas memantau, mendukung, memfasilitasi taman bacaan di kelas, tidak seperti pada perpustakaan lainnya yang cenderung menunggu kedatangan pengguna sebagai, bukti pelayanan prima petugas perpustakaan atas dasar pemaparan tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “ Pelayanan Prima dalam Manajemen Perpustakaan Sekolah di SMA Negeri 21 Surabaya”.   METODE Penelitian ini menggunakan pendekatan Kualitatif  dengan rancangan penelitian studi kasus yang bertujuan untuk mendeskripsikan dan memperoleh secara jelas gambaran tentang pelayanan prima dalam manajemen perpustakaan sekolah di SMA Negeri 21 Surabaya, sehingga diharapkan hasil akhir dalam penelitian ini menghasilkan informasi-informasi yang bermakna. Subjek penelitian ini dapat diartikan sebagai informan yang dapat memberikan informasi tentang istuasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2012:157) yaitu: kepala sekolah, kepala perpustakaan, staff perpustakaan, perwakilan guru, perwakilan siswa. Teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu menggunakan teknik wawancara semi terstruktur, observasi, dan studi dokumentasi, sesuai dengan fokus penelitian. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif dengan melakukan beberapa langkah yaitu : Pengumpulan Data, Kondensasi Data, Penyajian Data Dan Verfikasi Data. Selanjutnya, untuk menguji keabsahan data yang diperoleh di lapangan, penelitian ini menggunakan uji Kredibilitas, Tranferabilitas, Konfirmabilitas, Dan Dependabilitas. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan temuan data di SMA Negeri 21 Surabaya, sesuai dengan fokus penelitian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pertama, Kegiatan perencanaan progam pelayanan prima yang ada di SMA Negeri 21 Surabaya diawali dengan penetapan visi, misi, dan tujuan. Pemutusan visi, misi dan tujuan dari perpustakaan sekolah sendiri disesuikan dengan kesepakatan pemangku kepentingan pendidikan. Kedua, pelaksanaan dalam kegaiatan proses pelaksanaan pelayanan prima perpustakannya lebih di pusatkan kepada kegiatan petugas perpustakaan, sikap petugas dalam melayani pengunjung perpustakaan serta telah terlaksana dengan baik dan optimal terlaksana dengan baik dan optimal.  Ketiga, Pengawasan di perpustakaan SMAN 21 Surabaya dilakukan oleh Kepala Sekolah terhadap Kepala Perpustakaan. Pengawasan di perpustakaan dilakukan setiap mingguan, bulananan, dan tahunan. Hal ini merupakan pengawasan langsung yang bersifat rutin atau berkala seta pengawasan fungsional, sehingga dari situ sekolah mampu menganalisis kebutuhan di perpustakaan. . PEMBAHASAN A.        Perencanaan Progam Pelayanan Prima Dalam Manajemen Perpustakaan Kegiatan perencanaan progam pelayanan prima yang ada di SMA Negeri 21 Surabaya tidaklah berbeda dengan perencanaan perpustakaan pada umumnya.  Perencanaan perpustakaan di SMA Negeri 21 Surabaya hal  utama  yang dirumuskan dalam mencapai tujuan.  Hal ini  sesuai dengan Sugiyono, (2004: 85) perencanaan merupakan salah satu tindakan yang penting dalam proses mempersiapkan seperangkat keputusan mengenai tindakan yang akan dilakukan pada waktu tertentu dan mengenai cara melaksanakannya untuk mencapai tujuan tertentu. Perencanaan di perpustakaan SMAN 21 Surabaya diawali dengan penetapan visi, misi, dan tujuan. Pemutusan visi, misi dan tujuan dari perpustakaan sekolah sendiri disesuikan dengan kesepakatan pemangku kepentingan pendidikan itu sendiri. Perpustakaan SMAN 21 Surabaya tidak hanya sekedar kumpulan buku yang kemudian dibaca oleh anak-anak dan salah satu isi visi, misi sekolah  adalah anak harus riset dalam penelitian ilmiah (Lasa, 2005:56). Hal ini diperkuat oleh pernyataan Foo, Cheng (2012:345)  yaitu dasar dalam perencanaan perpustakaan yakni: “NUS Libraries aligns itself closely with University’s vision – To be a premier knowledge hub that promotes the University’s vision to be a leading global university centred in Asia, influencing the future. We live our Library’s mission – To deliver just-in-time information with passion and a smile at every opportunity with the core values – Respect, Integrity, Commitment and Excellence (RICE)”.   Dalam arti bahwa dalam perumusan perencanaan perpustakaan yang matang maka, perlu adanya visi dan misi perpustakaan. Visi dan misi perpustakaan sendiri untuk menciptakan sebuah pelayanan yang excellent, yaitu:  menyampaikan Informasi just-in-time dengan penuh semangat dan senyuman di setiap kesempatan dengan menanamkan nilai saling  menghormati, integritas, komitmen dan keunggulan. Berdasarkan yang dijelaskan oleh Lasa (2005:56) ada tiga tahapan-tahapan dalam perencanaan perpustakaan:. Pertama, Perumusan Keadaan Sekarang. Perpustakaan SMAN 21 Surabaya dahulunya berada di Lantai 2 dan sekarang berpindah di lantai 1 tepatnya belakang pendopo sekolah hal ini, sangat berdampak dalam meningkatnya kehadiran pengunjung perpustakaan karena letaknya yang strategis. Tetapi luas ruang perpustakaan itu sendiri kurang lebar sehingga mengakibatkan banyak buku yang tidak terdisplay. Kedua, Identifikasi Kemudahan Dan Hambatan. Letak perpustakaan yang sudah strategis menjadikan siswa dan guru mudah untuk mengakses perpustakaan sekolah bahkan, disetiap sudut ruangan, post satpam, kantin, dan tiap-tiap kelas terdapat taman baca mini. Hal ini, bertujuan agar buku mudah di jangkau dan di akses oleh siswa dan seluruh warga sekolah SMAN 21 Surabaya. Ketiga, Pengembangan Perencanaan. Sesuai dengan visi, misi, dan tjuan adanya perpustakaan maka perlu di kembangkan sebuah progam sekolah unutk meningkatkan kualitas pendidikannya. Terdapat 3 progam unggulan yang ada di SMAN 21 Surabaya, diantaranya: Karya Tulis Remaja (KIR), Go Book, RELILI (Riset, Lingkungan dan Literasi). Adanya ketiga progam ini tentunya senada dengan visi dan misi sekolah yang terus membudayakan minat baca pada siswa maupun lingkungan di sekitarnya. B.        Pelakasanaan Pelayanan Prima Dalam Manajemen Perpustakaan Kegiatan selanjutnya adalalah pelaksanaan, dalam kegaiatan proses pelaksanaan tentunya, tidak terlepas dari sistem perekruitan staff perpustakaan.  Akan tetapi, pihak SMAN 21 Surabaya tidak terlibat langsung dalam perekruitan staff perpustakaan. Hal ini, di karenakan pemerintah telah mendatangkan petugas perpustakaan dari Dinas Pendidikan. Persyaratan layanan teknis petugas perpustakaan  minimal pendidikan SMA dan telah mengikuti beberapa pelatihan dasar sebgai petugas perpustakaan. Ada pula tahap perekruitan staff perpustakaan ini sudah sesuai dengan persyaratan yang ada seperti, dapat menyelesaikan penyampulan buku, pembuatan serta penempelan kantong buku, kartu buku, dan tanggal   pengembalian buku, mereka juga dapat melakukan perawatan bahan perpustakaan, menguasai operasional komputer, khususnya untuk perpustakaan, serta dapat mengoperasikan alat peraga pendidikan lainnya seperti audiovisual, multimedia, dan teknologi informasi (Hartono, 2016:311). Di samping itu, selain ketidakterlibatan pihak sekolah dalam perekruitan di SMAN 21 Surabaya pelayanan prima perpustakannya lebih di pusatkan kepada kegiatan petugas perpustakaan, sikap petugas dalam melayani pengunjung perpustakaan. Kepala sekolah memberikana beberapa ide-ide sebagai pancingan guna memotivasi kepala dan petugas perpustakaan untuk memberikan layanan prima. kegaiatan pelaksanaan pelayanan prima perpustakan lebih di pusatkan kepada kegiatan petugas perpustakaan, sikap petugas dalam melayani pengunjung perpustakaan (Siagian, 1988:128). Berdasarkan yang dikemukaka oleh Bafadal (2009:23) tentang layanan teknis, yaitu Kepala Perpustakaan Aktivitas pelayanan perpustakaan di SMAN 21 Surabaya sebenarnya selama ini belum dikatakan optimal hal ini di karenakan ketidak seimbangan antara pustakawan yang mengelola dengan jumlah buku yang banyak selain itu, kepala perpustakaan yang sebelumnya kurang peduli terhadap pengelolaan perpustakaan sehingga Kepala Sekolah mereshuffle Kepala Perpustakaan. Kepala Perpustakaan yang telah dipilih bernama Bapak Arifana, beliau selaku Waka Kurikulum. Bapak Arifana dianggap mampu oleh Kepala Sekolah untuk menghandle pengelolaan perpustakaan sehingga, penyelenggaraan perpustakaan sekolah benar-benar diintregasikan dengan proses belajar di sekolah Petugas Perpustakaan Sekolah Pustakawan SMAN 21 Surabaya sudah mengenyam pendidikan minimal SMA salah satu pustakwannya sudah menatmatkan Strata satunya. Selama menjadi pustakawan, mereka pernah mengikuti pelatihan-pelatihan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun Universitas. Adapun aktivitas sehari-hari kedua pustakawan, yaitu menyiapkan kartu pinjaman buku, melayani peminjaman buku, mengklasifikasi buku perpustakaan, mengkatalogisasi buku, mengatur dan memelihara ruangan perpustakaan, menjaga/menata keasrian dan kebersihan ruangan. Kedua pustakawan saling membagi tugas dan bekerjasama. Pelaksanaan pelayanan perpustakaan yang dialukan oleh kedua pustakawan SMAN 21 Surabaya sudah dapat dikatakan terlaksana dengan baik dan optimal. Tercermin dari sikap petugas perpustakaan yang ramah, aktif, dan tanggap dalam melayani keperluan pengunjung perpustakaan sehingga memuaskan pengunjung hal inilah yang disebut dengan pelayanan prima, hal ini sesuai dengan Barata (2003:26 ),  Pelayanan prima adalah kepedulian kepada pelanggan atau pengguna jasa untuk memberikan rasa puas. Hal ini didukung oleh pernyataan  Kano’s (Matthias, et al, 2012:448) dalam pelayanan prima hal yang haru diutamakan yakni: model for understanding customer requirements and their impact on customer satisfaction. analyses take a customer perspective on service excellence. Accordingly, this study broadens the overall concept by considering both sides of service excellence, from practice and academia; noprior research has examined the relationships among these three models or theirimplications for a firm’s ability to provide service excellence. In this sense, this studyoffers an innovative approach that yields new insights into the conceptualisation of service excellence.   Karakteriktik Pelayanan Prima Hasil Temuan Peneliti Di Lapangan Solusi Sikap (attitude) Sikap adalah perilaku yang harus di tonjolkan ketika menghadapi pelanggan atau pengguna jasa, yang meliputi penampilan yang serasi, penampilan dengan berpikir positif, dan pelayanan dengan sikap menghargai sikap pustakawan yang bersahabat terhadap pengunjung sehingga, warga sekolah khususnya siswa dan guru tetap antusias untuk berkunjung ke perpustakaan. Pustakawan, yaitu Ibu Mariati dan Mas Oemar sangat welcome, ramah, dan tangap terhadap setiap pengunjung perpustakaan. Hal ini membuat pengunjung nyaman dan meningkatkan minat baca pengunjung. Kepada setiap pengunjung perpustakaan yang aktif akan mendapatkan sertifikat sebagai reward dan di umumkan pada saat upacara berlangsung yaitu, pada hari Senin Pagi - Perhatian (attention) Perhatian adalah kepedulian penuh kepada pelanggan atau pengguna jasa mengamati dan menghargai perilaku para pelanggan atau pengguna jasa dan mencurahkan perhatian penuh kepada pelanggan atau penguna jasa. Berdasarkan hasil pengamatan peneliti di lapangan staff perpustakaan SMAN 21 Surabaya memang terlihat sangat welcome dan ramah dalam melayani pengunjung perpustakaan mereka tetap menjaga stabilitas emosi agar tidak mudah marah kepada siswa sehingga menarik  minat siswa untuk berkunjung ke perpustakaan - Dalam arti bahwa dalam  prespektif pelayan prima yang harus diutamakan adalah kepuasan pelanggan sehingga harus memberikan pelayanan yang baik. Kemudian sumber daya manusia perpustakaan sekolah harus memiliki kompetensi dengan pendekatan yang inovatif sehingga menghasilkan wawasan baru tentang konseptualisasi keunggulan layanan prima. Adapula, karakteristik yang harus dimiliki staff pustakawan hal ini sesuai dengan pernyataan Barata (2003: 31), yang menyatakan bahwa, karakteristik pelayanan prima berdasarkan pada A6 yaitu mengembangkan pelayanan prima dengan menyelaraskan faktor-faktor sikap (attitude), perhatian (attention), tindakan (action), kemampuan (ability), penampilan (appearance) dan tanggung jawab (accountability).   Karakteriktik Pelayanan Prima Hasil Temuan Peneliti Di Lapangan Solusi Tindakan (action) Tindakan adalah berbagai kegiatan nyata yang harus dilakukan dalam memberikan layanan kepada pelanggan atau pengguna jasa Aktivitas pelayanan perpustakaan di SMAN 21 Surabaya sebenarnya selama ini belum dikatakan optimal hal ini di karenakan ketidak seimbangan antara pustakawan yang mengelola dengan jumlah buku yang banyak selain itu, kepala perpustakaan yang sebelumnya kurang peduli terhadap pengelolaan perpustakaan Kepala Sekolah mereshuffle Kepala Perpustakaan. Sekolah belum puas dengan pelayanan yang ada dan masih perlu dikembangkan Kemampuan (ability) Kemampuan adalah pengetahuan dan keterampilan tertentu yang mutlak diperlukan untuk menunjang progam pelayanan prima, penyampulan buku, pembuatan serta penempelan kantong buku, kartu buku, dan tanggal   pengembalian buku, mereka juga dapat melakukan perawatan bahan perpustakaan, menguasai operasional komputer, khususnya untuk perpustakaan, serta dapat mengoperasikan alat peraga pendidikan lainnya seperti audiovisual, multimedia, dan teknologi informasi. - Penampilan (appearance) Penampilan adalah penampilan seseorang baik yang bersifat fisik saja maupun non fisik, mampu merefleksikan kepercayaan diri dan kredibilitas dari pihak lain. Penampilan petugas perputakan sendiri peneliti mengamati seragam yang di gunakan menyesuaikan dengan seragam Ibu Bapak Guru di sekolah selain itu mereka terlihat rapi - Tanggungjawab (accountability) Tanggung jawab adalah suatu sikap keberpihakan kepada pelanggan atau pengguna jasa sebagai suatu wujud kepedulian untuk menghindarkan atau meminimalkan kerugian atau ketidakpuasan pelanggan. Berdasarkan hasil wawancara informan kesalahan yang pernah dilalukan mengingat tenaga perpustakaan hanya dua orang saja. Biasanya kesalahan yang dilakukan oleh pustakawan, yaitu lupa menaruh KTP siswa ketika mengembalikan buku perpustakaan. Lebih teliti dalam melayani pengunjung perpustakaan guna menjaga kepuasan pengunjung sehingga minat baca siswa meningkat. Tabel 5.1 Hasil Temuan Peneliti tentang Pelayanan Prima   C.      Pengawasan Pelayanan Prima Dalam Manajemen Perpustakaan Pengawasan merupakan bentuk atau upaya dalam memantau jalannya pelayanan prima dalam manajemen perpustakaan di SMAN 21 Surabaya. Pengawasan dilakukan oleh Kepala Sekolah terhadap Kepala Perpustakaan hal ini sesuai dengan pernyataan Sutarno (2003:85) yang menyatakan bahwa: pengawasan dilakukan oleh atasan terhadap bawahan dalam melaksanakan aktivitas, penggunaan sumber daya, pemanfaatan biaya, waktu dan sarana  prasarana. Pengawasan di perpustakaan SMAN 21 Surabaya dilakukan setiap mingguan, bulananan, dan tahunan. Hal ini merupakan pengawasan langsung yang bersifat rutin atau berkala seta pengawasan fungsional (Sutarno, 2003:85). Bapak Kepala Perpustakaan mengontrol kinerja pustakawan setiap hari tetapi ada juga yang bulanan dan tahunan berupa laporan tertulis. Hal ini merupakan bentuk pendelegasian pengawasan dari Kepala Sekolah ke Kepala Perpustakaan sedangkan, yang mengawasi tugas saya adalah Kepala Sekolah itu sendiri, hal ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh Siagian (1988:135) bahwa  pengawasan ialah proses pengamatan daripada pelaksanaan kegiatan organisasi untuk menjamin hasil kinerja yang dilakukan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.  Serta diperkuat oleh  Sutarno (2003:85) yakni pengawasan dilakukan oleh atasan terhadap bawahan dalam melaksanakan aktivitas, penggunaan sumber daya, pemanfaatan biaya, waktu dan sarana prasarana. Selain, pengawasan untuk menganalisis kebutuhan di perpustakaan serta meningkatkan kompetensi dan kinerja pustakawan Kepala Sekolah menerima tawaran pelatihan-pelatihan yang diadakan oleh pemerintah maupun Universitas, hal ini sesuai dengan Sutarno (2003:85) yakni Pengawasan bertujuan unutk mengurangi terjadinya kegagalan, kerugian, penyimpangan, kesalahan, penyalahgunaan jabatan dan hambatan. PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1.       Perencanaan Progam Pelayanan Prima dalam Manajemen Perpustakaan. Kegiatan perencanaan progam pelayanan prima yang ada di SMA Negeri 21 Surabaya tidaklah berbeda dengan perencanaan perpustakaan pada umumnya yang biasanya diawali dengan penetapan visi, misi, dan tujuan. Pemutusan visi, misi dan tujuan dari perpustakaan sekolah sendiri disesuikan dengan kesepakatan pemangku kepentingan pendidikan. sekolah memiliki tiga program unggulan yaitu  ekstrakulikuler KIR, Go Book, dan Relili (riset, lingkungan, literasi). Perpustakaan merupakan bagian dari literasi oleh karena itu sekolah mengembangkannya agar menumbuhkan budaya membaca bagi seluruh warga sekolah. Strategi perpustakaan untuk menjadikan siswa literat sehingga siswa mampu mengaplikasikan apa yang mereka baca berupa tulisan dan riset. Sekolah juga ingin mengembangkan budaya baca untuk semua warga sekolah. Untuk itu sekolah menyediakan buku di setiap kelas, di pojok-pojok ruangan, di post satpam, dikantin, dan diruang guru sekolah memiliki tujuan supaya, kebiasaan membaca lalu ditingkatkan bukan hanya sekedar membaca tetapi  anak-anak juga bisa menulis. Sekolah juga mengembangkan progam Go Book Slekoors. Kegiatan Go Book ini dilakukan di luar sekolah seperti di Taman Bungkul atau Taman Prestasi karna tujuannya untuk proses membudayakan minat membaca pada masyarakat Surabaya sekaligus juga sebagai ajang sekolah untuk mempromosikan sekolahnya. Pelaksanaan Pelayanan Prima dalam Manajemen Perpustakaan Kegiatan selanjutnya adalalah pelaksanaan dalam kegaiatan proses pelaksanaan tentunya, tidak terlepas dari sistem perekruitan staff perpustakaan. Akan tetapi, pihak SMAN 21 Surabaya tidak terlibat langsung dalam perekruitan staff perpustakaan. Hal ini, di karenakan pemerintah telah mendatangkan petugas perpustakaan dari Dinas Pendidikan. Umumnya petugas perpus itu kan minimal pendidikan SMA dan telah mengikuti beberapa pelatihan dasar sebgai petugas perpustakaan. Di samping itu, selain ketidakterlibatan pihak sekolah dalam perekruitan di SMAN 21 Surabaya pelayanan prima perpustakannya lebih di pusatkan kepada kegiatan petugas perpustakaan, sikap petugas dalam melayani pengunjung perpustakaan. Kepala sekolah juga  memberikana beberapa ide-ide sebagai pancingan guna memotivasi kepala dan petugas perpustakaan untuk memberikan layanan prima. kegaiatan pelaksanaan pelayanan prima perpustakan lebih di pusatkan kepada kegiatan petugas perpustakaan, sikap petugas dalam melayani pengunjung perpustakaan. Pelaksanaan pelayanan perpustakaan yang dialukan oleh kedua pustakawan SMAN 21 Surabaya sudah dapat dikatakan terlaksana dengan baik dan optimal. Tercermin dari sikap petugas perpustakaan yang ramah, aktif, dan tanggap dalam melayani keperluan pengunjung perpustakaan sehingga memuaskan pengunjung hal inilah yang disebut dengan pelayanan prima. Selain melaksanakan kegiatan Go Book siswa juga berkesempatan melakukan riset dengan mengamati lingkungan di sekitar situ. Jadi mereka tidak hanya datang untuk mengajak dan menawarkan buku tetapi anak-anak juga dilatih mentalnya agar bisa berkomunikasi dan melaukan penelitian. Pengawasan Pelayanan Prima dalam Manajemen Perpustakaan Pengawasan di perpustakaan SMAN 21 Surabaya dilakukan oleh Kepala Sekolah terhadap Kepala Perpustakaan. Pengawasan di perpustakaan SMAN 21 Surabaya dilakukan setiap mingguan, bulananan, dan tahunan. Hal ini merupakan pengawasan langsung yang bersifat rutin atau berkala seta pengawasan fungsional, sehingga dari situ sekolah mampu menganalisis kebutuhan di perpustakaan. Bapak Kepala Perpustakaan mengontrol kinerja pustakawan setiap hari tetapi ada juga yang bulanan dan tahunan berupa laporan tertulis. DAFTAR PUSTAKA Bafadal, Ibrahim. 2009. Pengelolaan Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara. Barata, Atep Adya. 2003. Dasar-Dasar Pelayanan Prima. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Foo, Cheng. 2012. Deploying The NUS Service Class Framework At The NUS Libraries To Scale The Peaks Of Service Excellence, (Online), (emeraldinsignt.com). Library Management, Vol. 33, No. 6/7, Page 343-356. ISSN 0143-5124. Diakses pada 19 Februari 2016. Hartono. 2016. Manajemen Perpustakaan Sekolah: Menuju Perpustakaan Modern dan Professional. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media Joesoef, Daoed. 2014. Studi Strategi Logika Ketahanan Dan Pembangunan Nasional. Jakarta: PT Kompas Media Nusantara Lasa. 2005. Manajemen Perpustakaan. Yogyakarta: Gama Media Matthias, et al. 2012. Service Excellence Models: A Critical Discussion And Comparison, (Online), (emeraldinsignt.com). Managing Service Quality: An International Journal, Vol. 22, No. 5, Page 447-464, ISSN: 0960-4529. Diakses 10 April 2017 Moleong, Lexy, J. 2012. Metodologi Penelitian Kualitatif: Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Rahayuningsih. 2007. Pengelolaan Perpustakaan. Yogyakarta: Graha Ilmu Siagian, Sondang. 1988. Filsafat Administrasi. Jakarta: Haji Masagung. Sutarno. 2003. Perpustakaan Dan Masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: Alfabeta Undang-Undang Perpustakaan Nomor 47 Tahun 2007 Tentang Layanan Perpustakaan
PEMBINAAN KARAKTER RELIGIUS ISLAMI BERBASIS ASRAMA DI MADRASAH ALIYAH BERTARAF INTERNASIONAL (MBI) AMANATUL UMMAH MOJOKERTO MAGFIROH, LAILATUL
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 5, No 1 (2017): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

MANAJEMEN KURIKULUM PLUS DI SMP MUHAMMADIYAH 5 SURABAYA ANAM, KHAIRUL
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 5, No 1 (2017): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PENGARUH PRESENSI BERBASIS SIDIK JARI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 9 SURABAYA PUTRI ARINI, PRITA
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 5, No 1 (2017): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PENGARUH PRESENSI BERBASIS SIDIK JARI TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMA NEGERI 9 SURABAYA Prita Putri Arini Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya E-mail : pritaarini@gmail.com Salamun Rohman Nudin, S.Kom., M.Kom. Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Negeri Surabaya E-mail : salamunrohman@unesa.ac.id Abstrak Presensi berbasis sidik jari adalah kegiatan rutinitas yang dilakukan siswa SMA Negeri 9 Surabaya sejak 6 tahun yang lalu. Fakta ditemukan siswa-siswi yang membolos atau meninggalkan sekolah di waktu aktif sekolah di Surabaya. Masalah tersebut berakibat pada prestasi siswa. Penelitian ini untuk mengetahui apakah pengaruh presensi berbasis sidik jari terhadap prestasi belajar siswa SMA Negeri 9 Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif, teknik pengambilan sampel dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Populasi penelitian ini adalah semua siswa SMA Negeri 9 Surabaya dengan sampel sebanyak 353 siswa dari tahun ajaran 2013/2014, 2014/2015 dan 2015/2016. Hasil penelitian ini menyimpulan bahwa nilai uji t sebesar 9,633 dengan nilai signifikansi persepsi presensi berbasis sidik jari (X) terhadap prestasi belajar (Y) sebesar 0,011 < 0,05. Berdasarkan kriteria uji t dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara presensi berbasis sidik jari dengan prestasi belajar. Berdasarkan hasil penelitian, maka saran bagi SMA Negeri 9 Surabaya sebaiknya terus mengoptimalan penggunaan presensi siswa dengan menggunakan alat fingerprint di sekolah guna meningkatkan partisipasi yang aktif pada proses pembelajaran dalam hal meningkatkan prestasi belajar yang diharapkan. Kata Kunci: presensi, sidik jari, prestasi belajar Abstract Presence based on fingerprints is a routine activity undertaken by students in SMA Negeri 9 Surabaya since 6 years ago. The fact found that it is still often found the students who ditch or leave school in active school time in Surabaya. The problem can result in achievement. This study aims to determine whether the influence of fingerprint-based presence on student achievement SMA Negeri 9 Surabaya. This research use quantitative approach, random sampling technique, data collection using research instrument, quantitative or statistical data analysis with the aim to test the predefined hypothesis. The population in this study are all students of SMA Negeri 9 Surabaya with a sample of 353 students from the academic year 2013/2014, 2014/2015 and 2015/2016. The result of this research yield conclusion based on result of T test got value of t equal to 9,633 with significance value of perception presensi based on fingerprint (X) to learning achievement (Y) that is equal to 0,011 < 0,05. Based on the criteria of t test can be concluded that there is a significant influence between fingerprint-based presen- tation and learning achievement. Based on the result of the research, there is influence of fingerprint based presensi on learning achievement. Based on these conclusions there are suggestions that for SMA Negeri 9 Surabaya should optimization of student presences using fingerprint tools in schools to increase active participation in the learning process in terms of improving the expected learning achievement. Keywords: presence, fingerprint, learning achievement.                                 PENDAHULUAN Globalisasi berlangsung di semua bidang kehidupan termasuk pada bidang pendidikan dan IPTEK (ilmu pengetahuan dan teknologi). Hal ini harus memberikan pemahaman sumber daya manusia dengan wujud dan implementasinya. Pendidikan adalah suatu usaha yang dilakukan secara sadar untuk menyiapkan peserta didik dalam mengembangkan kepribadian dan kemampuan afektif, kognitif, dan psikomotorik yang berkualitas sesuai yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sesuai fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang telah tertuang pada Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3, yang dinyatakan bahwa: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Sesuai dengan fungsi dan tujuan pendidikan nasional, keberhasilan dalam penyelenggaraan pendidikan bergantung dengan berkembangnya kemampuan dan pembentukan watak pada setiap individu peserta didik. Peserta didik merupakan obyek pembelajaran yang diolah dalam proses transformasi ilmu dan keterampilan dalam satuan lembaga pendidikan. Pengelolaan pada lembaga pendidikan, sekolah, sangat diperlukan. Begitu juga terhadap pengelolaan peserta didik yaitu manajemen peserta didik. Manajemen peserta didik bertujuan menata dan mengatur terhadap berbagai kegiatan dalam bidang kesiswaan, mulai dari peserta didik masuk sampai dengan lulus agar kegiatan pembelajaran di sekolah lancar, tertib dan teratur. Tujuan manajemen peserta didik diantaranya adalah untuk menciptakan kondisi lingkungan sekolah yang baik agar siswa dapat belajar dengan tertib sehingga tercapai tujuan pengajaran yang efektif dan efisien. Manajemen peserta didik tidak semata pencatatan data peserta didik akan tetapi meliputi aspek yang lebih luas yaitu dapat membantu upaya pertumbuhan anak melalui proses pendidikan di sekolah yang dapat didukung oleh sistem informasi manajemen yang baik. Berdasarkan ruang lingkup peserta didik menurut Imron (2012:18) salah satunya yaitu mengatur kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik di sekolah. Sesuai dengan fakta yang ada bahwa pada waktu efektif pembelajaran di sekolah, di kota madya Surabaya masih sering ditemukan siswa-siswi yang membolos sekolah atau meninggalkan sekolah di tengah-tengah waktu aktif sekolah. Seperti yang terdapat dalam berita online di Tempo.co pada Selasa, 23 Februari 2016: “Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, menasehati 14 siswa yang membolos sekolah dan terjaring di warung kopi dan Internet di kawasan Ploso, Surabaya dengan mereka mengaku malas dan bosan sekolah setiap hari. Padahal hampir seluruh siswa tersebut telah duduk di bangku kelas XII dan menjelang ujian nasional serta menyalahgunakan kepercayaan orang tua mereka.” Maka dari itu pihak orang tua dan sekolah sangat diperlukan keterlibatannya. Dengan menerapkan inovasi tata tertib dalam hal daftar kehadiran siswa di sekolah yaitu menggunakan sidik jari maka sekolah dapat memberikan informasi secara cepat dan jelas kepada orang tua siswa. Tata tertib sekolah sangat diperlukan untuk menciptakan suasana sekolah yang nyaman, aman dan tertib, sehingga akan terhindar dari peristiwa-peristiwa negatif serta dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dalam hal kehadiran dan ketidakhadiran peserta didik di sekolah. Keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi atau hasil belajar pada setiap siswa berbeda-beda. Menurut Nurani dalam Putri (2013:9) yang menyatakan prestasi akademik adalah hasil yang dicapai siswa dalam kurun waktu tertentu pada mata pelajaran tertentu yang diwujudkan dalam bentuk angka dan dirumuskan dalam rapor. Prestasi belajar yang di dapat dari peserta didik merupakan sebuah tolak ukur keberhasilan dalam proses pembelajaran. Prestasi belajar siswa dalam waktu tertentu dapat dijadikan tolak ukur tingkat keberhasilan belajar siswa di sekolah dimana tingkat kehadiran siswa di sekolah maupun didalam kelas juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa. Kehadiran di sekolah merupakan faktor penting dalam keberhasilan sekolah (Rothman, 2001). Menurut Ziegler (1972) seperti yang dikutip oleh Doris Jean Jones (2006), kehadiran yang buruk dikaitkan dengan prestasi akademik rendah. Seorang guru tidak hanya menilai prestasi siswa hanya berdasarkan nilai yang diperolehnya melalui tes ataupun ujian tetapi juga melakukan penilaian yang salah satunya berasal dari tingkat kehadiran siswa. Siswa yang rajin masuk memberikan nilai positif tersendiri dalam penilaian. Disiplin dalam kehadiran di sekolah sangat dibutuhkan untuk meningkatkan hasil belajar yang optimal. Naim (2012:142) menjelaskan bahwa, disiplin adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang mengaharuskan orang untuk tunduk kepada keputusan, perintah, dan peraturan yang berlaku. Pengertian kehadiran di sekolah bukan hanya berarti siswa secara fisik ada di sekolah, melainkan yang lebih penting ialah keterlibatan siswa dalam kegiatan-kegiatan di sekolah. Tugas guru atau petugas yang ditunjuk adalah memeriksa dan memberikan tanda tentang hadir atau tidaknya seorang siswa satu kali dalam sehari. Kehadiran dan ketidakhadiran siswa di sekolah dianggap merupakan masalah penting dalam pengelolaan siswa di sekolah, karena hal ini sangat erat hubungannya dengan prestasi belajar siswa. Perkembangan teknologi informasi di Indonesia semakin berkembang terutama pada bidang pendidikan. Dengan adanya teknologi informasi dan komunikasi dapat memudahkan pihak sekolah untuk menyampaikan informasi kepada orang tua/wali murid, di SMA Negeri 9 Surabaya teknologi informasi yang digunakan yaitu sidik jari yang diandalkan sebagai fasilitator utama dalam menjalin hubungan dengan orang tua/wali murid. Namun fakta lain ditunjukkan seperti bada berita online Tempo.co dimana siswa SMA lain di kota Surabaya diketahui melanggar aturan jam sekolah. Sistem informasi manajemen merupakan sistem informasi yang menghasilkan hasil keluaran (output) dengan menggunakan masukan (input) dan berbagai proses yang diperlukan untuk memenuhi tujuan tertentu dalam suatu kegiatan manajemen. Maka sistem informasi dalam manajemen yang diterapkan yaitu presensi berbasis sidik jari. Sekolah melakukan inovasi pada perkembangan kualitas dalam perencanaan terhadap orang tua selaku konsumen pendidikan. Sistem informasi dalam bidang teknologi banyak membawa manfaat yang besar bagi manajemen sekolah. Saat studi pendahuluan banyak orang tua siswa yang merasakan dampak yang besar terhadap sistem presensi yang dilakukan sekolah, dirasakan saat sebelum diadakan sistem tersebut banyak wali murid yang merasakan cemas tentang kehadiran anak-anaknya. Menurut Nugroho (2009:4) fingerprint adalah salah satu jenis biometrika sebuah teknologi baru yang memiliki fungsi utama untuk mengenali manusia berdasarkan keberadaan fisik atau fisiologis melalui sidik jari. Sidik jari merupakan salah satu teknologi yang membantu untuk mengetahui apakah siswa sudah hadir tepat waktu di sekolah. Dengan penerapan presensi berbasis sidik jari siswa dapat terlatih untuk disiplin dan jujur kepada orang tua. Presensi menggunakan sidik jari terasa lebih praktis terutama bagi siswa sendiri. Presensi berbasis sidik jari ini merupakan pengembangan teknologi presensi manual yang memanfaatkan sidik jari siswa sebagai objek deteksi. Penggunaan sistem presensi berbasis sidik jari diduga akan mengurangi masalah-masalah yang ditimbulkan oleh penggunaan sistem presensi manual. Dengan adanya sistem presensi berbasis sidik jari, tingkat kecurangan yang sering terjadi seperti manipulasi data presensi dapat dikurangi. Setelah siswa melakukan presensi sidik jari dengan fitur kombinasi SMS gateway ini, orang tua atau wali murid akan secara otomatis menerima detail laporan presensi siswa yang disinkronisasikan pada nomor handphone. Kaitannya dengan permasalahan diatas peneliti perlu melihat sejauh mana pengaruh presensi berbasis sidik jari terhadap prestasi belajar siswa. Sesuai dengan data pada lapangan dapat dilihat dari hasil rata-rata total keseluruhan nilai rapor maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar siswa SMA Negeri 9 Surabaya dapat dikatakan tinggi karena dipengaruhi berberapa faktor diantaranya kehadiran dan keikutsertaan siswa atau faktor pendukung lainnya yang dapat meningkatkan prestasi belajar. Suatu lembaga pendidikan tidak hanya menilai prestasi siswa hanya berdasarkan nilai yang diperolehnya melalui tes ataupun ujian tetapi juga melakukan penilaian yang salah satunya berasal dari tingkat kehadiran siswa. Siswa yang rajin masuk memberikan nilai positif tersendiri dalam penilaian. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti, bahwa penggunaan teknologi presensi ini di SMA Negeri 9 Surabaya telah dimulai sejak 6 tahun yang lalu. Penggunaan alat sidik jari untuk siswa pernah diteliti oleh Fahmi dengan judul pendisiplinan siswa melalui penggunaan fingerprint berbasis short message service gateway (SMS otomatis) di kelas XII SMA Antartika Sidoarjo yang menunjukan bahwa sidik jari mampu membantu mendisiplinkan siswa di SMA Antartika Sidoarjo. Ketidakhadiran dan keterlambatan yang dilakukan siswa di luar jam standar mata pelajaran dapat mengakibatkan siswa tidak dapat belajar dengan baik. Berdasarkan fakta dan uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk membuktikan apakah dengan adanya presensi berbasis sidik jari dapat mempengaruhi prestasi akademik/belajar siswa. Maka perlu dilakukan penelitian dengan judul Pengaruh Presensi berbasis Sidik Jari Terhadap Prestasi Belajar Siswa di SMA Negeri 9 Surabaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui, menganalisis, dan mendeskripsikan besarnya pengaruh presensi berbasis sidik jari terhadap prestasi siswa di SMA Negeri 9 Surabaya. Penelitian ini memiliki beberapa manfaat yakni secara teoritis dan praktis. Pertama, manfaat teoritis dari penelitian ini adalah hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam bidang pendidikan, khususnya dibidang keilmuan yang terdapat di Manajemen Pendidikan dalam mengembangkan dan meningkatkan bidang studi sistem informasi manajemen seperti tekonologi sidik jari dan manajemen peserta didik dalam hal kehadiran dan ketidakhadiran. Kedua, manfaat praktis yaitu: (a) Bagi Kepala Sekolah, sebagai masukan dalam meningkatkan keaktifan siswa masuk sekolah di SMA Negeri 9 Surabaya melalui peningkatan prestasi siswa dengan manajemen yang baik dan kepemimpinan yang profesional. (b) Bagi Siswa, memberikan pembelajaran kedisiplinan diri bagi peserta didik yang tumbuh jika iklim sekolah menunjukkan kedisiplinan.   METODE Metode dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Menggunakan penelitian kuantitatif karena data yang akan dianalisis adalah angka dan berbentuk statistik serta akan menguji hipotesis statistik yang telah ditentukan sebelumnya, serta akan menganalisis hasil data dengan rumus statistik. Penelitian ini terdiri dari variabel bebas presensi berbasis sidik jari (X) sedangkan variabel terikat prestasi belajar (Y). Berdasarkan variabel-variabel tersebut rancangan penelitian dalam penelitian ini sebagai berikut: Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 9 Surabaya pada angkatan tahun ajaran 2013/2014, 2014/2015, dan 2015/2016, yakni berjumlah 2949 siswa. Jumlah sampel dalam penelitian yang digunakan yakni 353 orang. Penentuan jumlah sampel minimum peneliti menggunakan rumus slovin menggunakan teknik probability sampling dengan simple random sampling. Adapun data populasi dan sampel sebagai berikut: No Kelas / Tahun Ajaran Populasi Sampel 1 X / 2013-2014 345 40 2 XI / 2013-2014 317 39 3 XII / 2013-2014 318 39 4 X / 2014-2015 314 40 5 XI / 2014-2015 357 39 6 XII / 2014-2015 304 39 7 X / 2015-2016 321 39 8 XI / 2015-2016 316 39 9 XII / 2015-2016 350 39   Total 2949 353 Teknik pengumpulan data yang dilakukan peneliti pada penelitian ini yaitu dokumentasi (Mustafa, 2009:114) menyatakan bahwa metode dokumentasi merupakan data sekunder, yaitu data yang sudah tersedia sehingga peneliti tinggal menyalin saja. Teknik analisis data dalam penelitian ini menggunakan uji regresi linier sederhana dan uji T. Uji regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui bagaimana pengaruh presensi berbasis sidik jari (X) terhadap prestasi belajar siswa (Y), uji T digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial variabel bebas yakni variabel presensi berbasis sidik jari terhadap variabel terikat yakni prestasi belajar. Sebelum data hasil penelitian dihitung, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis data yakni uji normalitas dan uji homogenitas. Uji normalitas data menggunakan uji Kolmogrof-Smirnov pada program SPSS 21.0 untuk mengetahui asumsi kenormalan data. Data dikatakan normal apabila memiliki besarnya besarnya thitung yang diperoleh > 0,05 maka berdistribusi normal, dan sebaliknya jika thitung yang diperoleh ≤ 0,05 maka tidak berdistribusi normal. Pengujian homogenitas dalam penelitian ini menggunakan program SPSS 21.0 dan analisis yang digunakan adalah  one way anova dan analisis yang digunakan adalah Deviation from Linierity untuk mengetahui hubungan yang linier variabel bila lebih dari 0,05 atau bisa disebut juga nilai p > 0,05 dan sebaliknya jika nilai p < 0,05 maka data tidak berhubungan secara linier.   HASIL DAN PEMBAHASAN Proses pengolahan data pada penelitian ini menggunakan program statistik SPSS for windows version 21. Hasil dari uji persyaratan analisis data penelitian adalah data pada variabel presensi berbasis sidik jari terhadap prestasi belajar siswa yaitu hasil dari pengujian uji normalitas dengan menggunakan Kolmogorov-Smirnov pada program IBM SPSS for windows versi 21.0 bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) untuk Unstandardized Residual adalah 0,999 > 0,05 maka dapat disimpulkan data berdistribusi normal karena data memenuhi uji normalitas data dengan nilai Asymp.Sig. (2-tailed) > 0,05. Sedangkan uji homogenitas juga terpenuhi, pada variabel X terhadap Y diperoleh hasil 0,832 > 0,05, artinya data variabel Prestasi belajar (Y) berdasarkan variabel presensi berbasis sidik jari (X) mempunyai varian yang sama.   Hasil dari perhitungan uji analisis data variabel presensi berbasis sidik jari terhadap prestasi belajar siswa dari uji analisis regresi linier sederhana diperoleh nilai persamaan regresi yaitu Y = 94,643 + -0,103X dimana Y= variabel prestasi belajar, a = nilai konstanta adalah 94,643, b = koefisien regresi untuk variabel X adalah -0,103, X =  variabel presensi berbasis sidik jari. Hasil dari perhitungan uji T terdapat pengaruh antara variabel presensi berbasis sidik jari terhadap prestasi belajar menunjukan bahwa hasil korelasi antara kedua variabel sebesar -0,998 dengan nilai signifikansi output sebesar 0,036. Hal ini dapat disimpulkan bahwa pasangan sampel dari variabel yang dianalisis memiliki hubungan (korelasi) yang signifikan (Sig. 0,036 < 0,05). Maka, H0 ditolak dan H1 diterima, yang berarti presensi berbasis sidik jari berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, didapat juga nilai t sebesar 9,633 dengan nilai signifikansi dari variabel X terhadap Y adalah sebesar 0,011 yaitu diketahui bahwa nilai signifikansi lebih kecil daripada nilai alpha yaitu 0,011 < 0,05. Maka, H0 ditolak dan H1 di terima, yang berarti presensi berbasis sidik jari berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 9 Surabaya yaitu diperoleh hipotesis terdapat pengaruh antara presensi berbasis sidik jari terhadap prestasi belajar siswa yang ada di SMA Negeri 9 Surabaya selama tiga tahun ajaran. Berdasarkan hasil uji hipotesis diketahui besarnya nilai taraf signifikan (sig) variabel presensi berbasis sidik jari (X) adalah sebesar 0,011, nilai tersebut lebih kecil daripada nilai alpha yaitu 0,05, dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima yang artinya terdapat pengaruh antara presensi berbasis sidik jari (X) terhadap prestasi belajar siswa (Y) SMA Negeri 9 Surabaya. Hal tersebut juga sesuai dengan hasil pengumpulan data sekunder 353 siswa dari tiga tahun ajaran berbeda di SMA Negeri 9 Surabaya. Hal ini ditunjukan berdasarkan hasil pengolahan data pada variabel presensi berbasis sidik jari yang diperoleh dari rekap absensi siswa menggunakan sidik jari siswa dengan merata-rata prosentase kehadiran siswa pada tahun ajaran 2013/2014 sebesar 97%, 2014/2015 sebesar 96%, dan 2015/2016 sebesar 94% yang diperoleh dari jumlah sampel sebanyak 353 siswa. Prestasi belajar siswa diperoleh dari nilai rapor pada tahun ajaran 2013/2014 dengan kurikulum KTSP sedangkan 2014/2015 dan 2015/2016 menggunakan kurikulum 2013, karena memiliki perbedaan kurikulum yang digunakan maka untuk mengetahui prestasi belajar yang diperoleh siswa dilakukan rata-rata KI3 (pengetahuan), dan KI4 (keterampilan/praktik). Nilai yang di rata-rata adalah berdasarkan dari nilai pengetahuan dan keterampilan/praktik. Hasil penelitian dari presensi berbasis sidik jari siswa SMA Negeri 9 Surabaya telah membuktikan kebenaran teorinya yang dikemukakan oleh Suryosubroto (2004:84) menyatakan bahwa presensi atau daftar kehadiran untuk mengetahui frekuensi kehadiran siswa di sekolah dan untuk mengontrol kerajinan belajar siswa. Menurut Mulyasa (2011:73-74) bahwa tujuan kehadiran siswa di sekolah yaitu (1) untuk mengembangkan bakat dan pengalaman belajar. (2) untuk menjalin komunikasi antara guru dan siswa serta sesama siswa, (3) untuk mempelajari dan memahami pesan yang disampaikan guru di kelas, (4) untuk membentuk sikap dan sifat demokrasi siswa. Hasil penelitian di SMA Negeri 9 Surabaya juga di dukung oleh teori dari Haynes (1994:24) dimana manajemen waktu adalah suatu proses pribadi dengan memanfaatkan analisis dan perencanaan dalam menggunakan waktu untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi. Higgins (dalam Atkinson, 1994:26) juga menjelaskan manajemen waktu sebagai proses untuk menjadikan waktu lebih produktif, dengan cara mengatur apa yang dilakukan dalam waktu tersebut. Begitu pula dengan pendapat Forsyth (2009:25) mengartikan bahwa manajemen waktu adalah cara bagaimana membuat waktu menjadi terkendali sehingga menjamin terciptanya sebuah efektifitas dan efisiensi juga produktivitas. Jika di artikan dari kedua teori tersebut maka manajemen waktu sebagai pengontrol waktu agar menjadi individu yang efektif dan efisien juga produktif dan disiplin sebagai keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran, penuh perhatian, mengikuti prosedur yang ditentukan, mematuhi norma-norma kelas, dan memperlihatkan perilakunya. Jadi, siswa harus terlibat aktif dalam pembelajaran, penuh perhatian, mengikuti prosedur yang ditentukan, mematuhi norma-norma kelas, dan memperlihatkan perilakunya. Dengan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran maka dapat meningkatkan hasil belajar siswa berada pada tingkat yang optimal. Penelitian yang dilakukan oleh Rikado Nila Khusna (2013) yang berjudul Pengaruh Minat Belajar dan Kehadiran Siswa terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Mojosongo  menjelaskan bahwa kehadiran siswa dalam belajar mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap hasil belajar matematika siswa. Tampak pada hasil yang diperoleh nilai thitung (2,23617) > ttabel (1,960). Jadi thitung>ttabel, yaitu 2,23617>1,960 dan sumbangan efektif sebesar 13,5377%. Tampak pada penelitian yang dilakukan oleh Rikado Nila Khusna (2013) bahwa thitung (2,23617) lebih besar dari ttabel (1,960), 2,23617 > 1,960 maka dapat disimpulkan bahwa kehadiran siswa semakin tinggi kehadiran siswa maka akan semakin tinggi hasil belajar. Sebaliknya semakin rendah kehadiran siswa, maka semakin rendah pula hasil belajar yaitu kehadiran siswa berpengaruh terhadap prestasi belajar. Sejalan dengan teori Suryosubroto (2004:84, E. Mulyasa (2011:73-74), dan berdasarkan hasil penelitian dari Rikado Nila Khusna (2013), maka dapat disimpulkan bahwa presensi berbasis sidik jari akan berpengaruh terhadap meningkatnya prestasi belajar siswa, karena siswa yang berprestasi berawal dari kedisiplinan siswa dalam hal belajar. Jika siswa tidak mempunyai keinginan dalam hal tersebut maka siswa tersebut tidak dapat memperoleh hasil yang memuaskan. Hasil dari penelitian yang dilakukan di SMA Negeri 9 Surabaya membuktikan bahwa variabel presensi berbasis sidik jari (X) mempunyai pengaruh secara tidak langsung dengan prestasi belajar siswa (Y) sehingga presensi berbasis sidik jari harus berkelanjutan dan pengawasan secara rutin agar dapat menghasilkan prestasi belajar yang tinggi dan optimal.   PENUTUP Simpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh antara presensi berbasis sidik jari (X) terhadap prestasi belajar siswa (Y) SMA Negeri 9 Surabaya. Pengaruh presensi berbasis sidik jari (X) terhadap prestasi belajar siswa (Y) SMA Negeri 9 Surabaya ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar -17,654 dengan tingkat signifikan 0,036.   Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah dipaparkan oleh peneliti dapat diambil saran-saran sebagai berikut: Bagi kepala sekolah, sebaiknya kepala sekolah terus mengoptimalkan presensi siswa dengan menggunakan alat fingerprint di sekolah dalam meningkatkan partisipasi keaktifan siswa pada proses pembelajaran dalam hal meningkatkan prestasi belajar yang diharapkan dengan pelaksanaan manajemen yang baik dan kepemimpinan yang profesional oleh kepala sekolah. Bagi siswa, sebaiknya memaksimalkan penggunaan alat presensi berbasis sidik jari yang telah disediakan sekolah sesuai dengan waktu kehadiran atau keikutsertaan, keterlambatan dan ketidakhadiran siswa-siswi pada jam efektif sekolah untuk penilaian aspek afektif dalam peningkatan prestasi belajar. Bagi peneliti berikutnya yang hendak melakukan penelitian dengan judul atau bahasan yang sama dengan penelitian ini, disarankan untuk menambah variabel independen (tidak terkontrol) lainnya selain presensi berbasis sidik jari karena terdapat variabel lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Selain variabel independen yang telah digunakan oleh peneliti, terdapat juga variabel-variabel lain yang dapat mempengaruhi prestasi belajar. Diharapkan peneliti untuk mencari variabel-variabel selain yang telah disebutkan diatas dan teori terbaru guna terimplementasinya penelitian yang akan diteliti.   DAFTAR PUSTAKA Atkinson, P.E. 1990. Manajemen waktu yang efektif. Jakarta: Binarupa Aksara Forsyth, P. (2009). Jangan sia-siakan waktumu. (Alih bahasa Rifki) Yogyakarta: PT Garailmu Haynes, Marion .E. (1994). Manajemen waktu untuk diri sendiri.(alih bahasa Heryanto G). Jakarta: Binarupa aksara Imron, Ali. 2012. Manajemen Peserta Didik Berbasis Sekolah. Jakarta : Bumi Aksara Jones, Doris Jean. 2006. The Impact of Student Attendance, Socio-Economic Status and Mobility on Student Achievement of Third Grade Students in Title I Schools. Dissertation. Virginia: Virginia Polytechnic Institute and State University Khusna, Rikado Nila. 2013. Pengaruh Minat Belajar dan Kehadiran Siswa Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Mojosongo. Universitas Muhammadiyah Surakarta [Online] http://eprints.ums.ac.id/24619/ diakses pada 26 September 2016 Mulyasa, E. 2011. Manajemen & Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara Naim, N. 2012. Character Building: Optimalisasi Peran pendidikan dalam Pengembangan Ilmu & Pembentukan Karakter Bangsa. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Nugroho, Eko. 2009. Biometrika : mengenal system identifikasi masa depan. Yogyakarta: Andi Pubhliser Putri, Heni Rahmayeni .2013. Prestasi Akademik Ditinjau dari pola asuh Etnis. http://repository.usu.ac.id/handle/123456789/37558 Universitas Sumatra Utara [Online] diakses pada 20 Oktober 2016 Rothman,S. 2001. School Absence and Student Background Factors: A Multilevel Analysis. International Education Journal/Vol.2 No.1,pp. 59-68 [Online] Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan : Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta Suryosubroto, B. 2004. Manejemen Pendidikan di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta Tim Penyusun Buku Pedoman Penulisan Skripsi. 2014. PEDOMAN PENULISAN SKRIPSI Program Sarjana Strata Satu (S-1) Universitas Negeri Surabaya. Surabaya : UNESA Pers Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
PENGARUH FASILITAS PERPUSTAKAAN DAN PELAYANAN PUSTAKAWAN TERHADAP MINAT BACA PESERTA DIKLAT DAN WIDYAISWARA DI BADAN DIKLAT PROVINSI JAWA TIMUR RIZAL FADILLAH, NUR
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 6, No 1 (2018): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PENGARUH FASILITAS PERPUSTAKAAN DAN PELAYANAN PUSTAKAWAN TERHADAP MINAT BACA PESERTA DIKLAT DAN WIDYAISWARA DI BADAN DIKLAT PROVINSI JAWA TIMUR Nur Rizal Fadillah Manajemen Pendidikan, FIP, Universitas Negeri Surabaya, rizalisuk@gmail.com Syunu Trihantoyo Manajemen Pendidikan, FIP, Universitas Negeri Surabaya, syunutrihantoyo@unesa.ac.id Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah menganilis ada atau tidaknya pengaruh fasilitas perpustakaan dan pelayanan pustakawan terhadap minat baca peserta diklat dan widyaiswara di badan pendidikan dan pelatihan provinsi Jawa Timur. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah peserta diklat dan widyaiswara yang terdiri dari 20 peserta diklat dan widyaiswara badan diklat provinsi Jawa Timur yang berjumlah 39. Teknik pengambilan sempel dalam penelitian ini adalah ini adalah total sampling. Jadi, jumlah sempel yang diambil dalam penelitian ini adalah 59 respnden. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui penyebaran kuisoner. Teknik analisis data menggunakan uji regresi berganda, uji T dan uji F. Hasil analisi data diperoleh nilai persamaan regresi yaitu  = 1,161 + 0,018 X1 + 0,944 X2. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) Tidak ada pengaruh antara fasilitas perpustakaan dan minat baca peserta diklat dan widyaiswara di badan diklat provinsi Jawa Timur. Hal ini terbukti dari hasil analisis regresi yang memperoleh Thitung < Ttabel yaitu 0,373 < 2,004 pada taraf signifikan 5%. (2) Ada pengaruh positif yang signifikan antara pelayanan pustakawan terhadap minat baca peserta diklat dan widyaiswara di badan diklat provinsi Jawa Timur. Hal ini terbukti dari hasil analisis regresi yang memperoleh Thitung > Ttabel yaitu 17,652 > 2,004 pada taraf signifikan 5%. (3) Ada pengaruh positif yang signifikan antara fasilitas perpustakaan dan pelayanan pustakwan terhadap minat baca peserta diklat dan widyaiswara di badan diklat provinsi Jawa Timur. Hal ini terbukti dari hasil analisi regresi yang memperoleh Fhitung > Ftabel yaitu 156,406 > 3,16 pada taraf signifikan 5%. Abstract The purpose of this research are to analyze there is or not influence of library facilities and service on reading interest of participant of education and training, widyaiswara in the library east java province. This research use a quantitave approch. The population are participant of education of training, widyaiswara which consist of 20 participant and then widyaiswara who totaled 39. Sampling techniques in this research in total sampling. So, the totaled of sampel taken in this research in 59 responden. The collection of data in this research get by spread the kuisoner. Technique of analyze datausing multiple regression test, T-test and F-test. The results of the analysisof data obtained regression equation value ? = 1,161 + 0,018 X1 + 0,944 X2. Based on the results of this research can be concluded that: (1) No influence between the library facilities on reading interest of participants of training and widyaiswara in the library of education and training institution of regresion analysis that acquires Tcount < Ttabel that is 0,373 < 2,004 on sgnificant levels 5%. (2) There is a significant positive influence between services librarians on reading interest of participants of training and widyaiswara in the library of education and training institution of regresion analysis that acquires Tcount > Ttabel that is 17,652 > 2,004 on significant  levels of 5%. (3) There is a significant positive influence between the library facilities and librarians service on reading interest of participants of training and widyaiswara in the library of education and training institution of regresion analysis that acquires Fcount > Ftabel that is 156,406 > 3,16 on significant levels 5%.         Pendahuluan Pada era modern ini perkembangan ilmu pendidikan dan tekhnologi sangatlah pesat dan dari perkembangan ilmun pedidikan dan teknologi memberi pengaruh yang besar terhadap kehidupan manusia. Apalagi pada saat seperti ini Negara kita sedang menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) yang tentunya membuat persaingan di berbagai bidang. Dalam upaya ini peranan sumber daya sangat perlu menjadi prioritas. Perkemangan sumber daya yang menjadi prioritas utama adalah Sumber Daya Manusia (SDM). Salah satu cara untuk meningkatkan SDM adalah melalui pendidikan. Dengan adanya pendidikan, maka manusia dapat memperoleh ilmu yang dapat menperdalam pengetahuannya. Pada pembukaan UUD 1945 telah disebutkan bahwa salah satu tujuan Negara adalah mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satu upaya untuk mencerdaskan kehidupan bangsa adalah dengan pengadaan fasilitas perpustakaan di daerah-daerah  maupun di berbagai instansi yang bertujuan untuk menyediakan informasi dan berbagai sumber ilmu pengetahuan yang dapat membantu memperluas wawasan melalui koleki bahan pustaka, majalah ilmiah dan karya ilmiah. Melalui perpustakaan, sesorang dapat memperoleh informasi yang diinginkan. Syarat mutlak seseorang untuk dapat memanfaatkan perpustakaan adalah mereka harus bisa membaca dan mempunyai minat baca. Sesuai UU No. 43 Tahun 2007 tentang perpstakaan yang berbunyi “Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka”. Sesuai isi dari UU No.43 Tahun 2007 tersebut dapat disimpulkan bahwa fungsi perpustakaan adalah untuk memenuhi pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka baik siswa, guru, maupun masyarakat secara umum. Namun pada kenyataannya masih banyak perpustakaan yang kurang represenatif denga amanat Undang-undang tersebut. Pasalnya masih banyak pemustaka yang kurang memanfaatkan perpustakaan. Perpustakaan merupakan komponen penting dalam pendidikan yang tidak bisa dipisahkan keberadaannya sebagai wujud upaya mencerdaskan kehidupan serta meningkatkan minat baca. Dalam rangka mendukung tumbuh kembagnya pendidikan bangsa maka diperlukan keberadaan perpustakaan yang unggul. Perpustakaan yang unggul adalah perpustakaan yang dapat mengetahui kebutuhan dan memuaskan penggunanya. Kepuasan pengguna menjadi tujuan akhir dari semua kegiatan perpustakaan dan juga merupakan sasaran akhir suatu jasa informasi perpustaaan. Untuk itu, perpustakaan selalu dituntut untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Dengan kualitas pelayanan yang baik, maka seseorang akan tertarik untuk berkunjung ke perpustakaan dan melakukan aktivitas membaca. Aktivitas membaca adalah aktivitas yang dapat memperluas wawasan bagi pembaca. Namun, membaca masih menghadapi masalah yang besar terutama belum membudayanya kebiasaan membaca. Pada umumnya dengan membaca kita jadi mengetahui mana hal-hal yang bersifat positif dan negatif. Budaya membaca disini tidak hanya membaca buku belaka, tetapi juga majalah, koran, tabloid, jurnal hasil penelitian, makalah, atau bacaan yang lainnya. Berdasarkan survey dari UNESCO (www.unesco.org), minat baca Indonesia pada tahun 2016 masih sangat rendah yaitu 0,0001 dan berada pada peringkat 60 dari 61 negara yang di survey. Rendahnya minat baca merupakan salah satu factor yang menyebabkan rendahnya minat seseorang untuk berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan. Keadaan tersebut keadaan terssebut menyebabkan seseorang tidak mempunyai kebiasaan membaca yang baik, sehingga mempengaruhi kemampuan dalam memahami suatu bacaan. Oleh karena itu peningkatan minat baca merupakan kunci utama dalam menggalakkan media buku sebagai sarana menyebarluasankan informasi serta ilmu pengetahuan dalam upaya mencerdaskan kehidupan angsa. Jika masyarakat memiliki minat baca yang tinggi maka akan tertarik untuk memanfaatkan perpustakaan guna meningkatkan wawasannya. Rendahnya minat baca, merupakan salah satu faktor yang menyebabkan rendahnya minat seseorang untuk berkunjung dan memanfaatkan perpustakaan. Keadaan tersebut menyebabkan seseorang tidak mempunyai kebiasaan membaca yang aik. Oleh karena itu peningkatan minat baca merupakan kunci utama dalam menggalakkan media buku sebagai sarana menyebarluaskan informasi serta ilmu pengetahuan dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa. Jika masyarakat memiliki minat baca yang tnggi maka akan tertarik untuk memanfaatkan perpustakaan guna meningkatkan wawasan. Kurang diminatinya perpustakaan oleh penggunaa juga dapat disebabkan karean factor pelayan dari pustakawan, seperti kurang ramahnya pelayan dari pustakawan, pelayanan sirkulasi yang ribet, dan sebagainya. Hal tersebut akan dapat menimbulkan masalah-masalah tersendiri. Masalah-masalah tersebut antara lain pelayanan sirkulasi yang terlalu ribet akan membuat pemustaka akan malas berkunjung ke perpustakaan dan akan lebih memilih menbaca atau mencari sumber data dengan membeli buku bahkan mencari informasi melalui internet yang belum tentu jelas sumbernya ketika mencari di internet. Menurut Nasution “Perpustakaan adalah pelayanan. Pelayanan adalah kesibukam. Bahan-bahan pustaka harus sewaktu-waktu tersedia bagi mereka yang memerlukannya’. Jelas bahwa perperpustakaan adalah pelayanan. Tidak ada perpustakaan bila tidak ada pelayanan, karena itu perpustakaan di identikkan dengan pelayanan.. Tidak ada perpustakaan bila tidak ada pelayanan, karena itu perpustakaan di identikkan dengan pelayanan. Agar tanggap terhadap kepentingan penggunanya, perpustakaan harus menyediakan bahan pustaka yang sewaktu-waktu di perlukan. Kegiatan menyediakan bahan pustaka inilah yang menjadi profesi seorang pustakawan. Penting atau tidaknya perpustakaan tergantung pula pada kemampuan untuk menyediakan bahan pustaka secara tepat dan akurat. Agar meningkatkan kualitas pelayanan dan fasilitas, perpustakaan harus menyediakan berbagai informasi dan berusaha mempertemukan antara pengguna dengan informasi yang disediakan. Fungsi, peran, dan usaha perpustakaan hingga kini tampaknya belum dapat diraih dan terpenuhi sabagaimana mestinya. Hal itu dapat ditunjukan dengan masih ada keluhan para pengguna perpustakaan yang merasa kecewa karena pelayan yang tidak memuaskan, lantaran informasi yang dibutuhkan tidak tersedia di perpustakaan. Agar dapat memberikan layanan yang baik sesuai fungsinya, perpustakaan memerlukan tenaga dan fasilitas yang memadai baik dari jumlah dan kualitas yang harus dimilikinya. Untuk meningkatkan fungsi informasi dalam menunjang tugas belajar mengajar, perpustakaan harus proaktif dan mempunyai visi jauh kedepan. Dalam rangka mewujudkan perpustakaan yang layak dan menarik untuk dikunjungi, maka diperlukan tenaga pustakawan yang handal mengelola perpustakaan. Pada awalnya pustakawan hanya mengelola pengetahuan yang tercetak, namun dengan adanya perkembangan teknologi informasi digital yaitu komputer, maka pustakawan membangun pangkalan data dan literatur dengan menggunakan komputer. Tujuannya ialah agar data literatur mudah ditemukan kembali ketika diperlukan. Perkembangan Ilmu pengetahuan dan teknologi saat ini sangat besar pengaruhnya bagi individu maupun organisasi untuk mengakses informasi. Pengguna akan semakin berharap banyak dalam efisiensi dan efektivitas dalam akses untuk semua layanan perpustakaan dalam dan melalui jaringan termasuk katalog, permintaan dan pengiriman dokumen serta kebutuhan lainnya yang dalam pemakaiannya membutuhkan jaringan internet. Dalam hal ini, maka pustakawan dituntut untuk dapat menguasai sistem jaringan internet yang akan digunakan pada perpustakaan yang selanjutnya digunakan sebagai pendorong majunya keberadaan perpustakaan menjadi lebih berkualitas dan selalu mencermati fungsi dasar perpustakaan sebagai gudang ilmu, yakni dengan menyeleksi bahan pustaka sehingga mampu menarik minat baca pengunjung. Membaca merupakan hal penting dalam meningkatkan keberhasilan siswa di sekolah dan keluar dari itu. Oleh karenanya, siswa perlu memiliki minat membaca yang tinggi. Hal ini seperti apa yang telah diungkapkan Khairuddin (2013:160) “Reading interests is important in enhancing students’ success in school and out of it. Hence, students need to have high reading interests”. Bahwa siswa harus dapat membaca untuk dapat memahami ilmu di berbagai bidang studi dan membaca merupakan kepentingan yang penting dalam meningkatkan keberhasilan siswa di sekolah. Oleh sebab itu, agar siswa memperoleh hasil belajar yang memuaskan, ia harus memiliki minat membaca yang tinggi/besar. Dari hasil studi pendahuluan pada tanggal 25 april sampai 28 april 2017 dan pengamatan dari magang 2 yang telah dilakukan oleh peneliti di perpustakaan Badan Pendidikan dan Pelatihan Provinsi Jawa Timur peneliti dapat langsung melihat bahwasannya masih ada hal yang perlu diperbaiki dari segi fasilitas perpustakaan. Hal itu pun senada dengan yang telah disampaikan oleh Ibu Indri selaku Kepala Perpustakaan “ya seperti ini mas keadaan perpustakaan, computer hanya 4 tapi mati 2, wifi belum dipasang padalah udah di acc”. Sedangkan dari segi pelayanan pustakawan sebenanarnya pustakawan sudah sangat ramah sekali, tetapi terkadang kualahan karena minimnya pegawai yang ada di perpustakaan sehingga membuat mereka melakukan semua kegiatan pustakawan dengan jumlah pegawai yang sedikit. Sehingga dengan keadaan yang seperti itu membuat proses pelayanan kurang maksimal dan seringkali pemustaka tidak mendapat pelayanan hanya karena pegawai masih harus melayani pemustaka lain yang lebih dahulu datang. Seperti halnya di Perpustakaan Badan Pendidikan dan Pelatiah provinsi Jawa Timur, perpustakaan ini masih memiliki beberapa kekurangan dalam hal memberikan pelayanan yang menyebabkan minimnya jumlah pengunjung di pepustakaan Badan Pendidikan dan Pelatiah provinsi Jawa Timur. Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Fasilitas Perpustakaan dan Pelayanan Pustakawan Terhadap Minat Baca Peserta Diklat dan Widyaswara di Perpustakaan Badan dan Pelatihan Provinsi Jawa Timur”. Berdasarkan identifikasi masalah dan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah: (1) Apakah ada pengaruh fasilitas perpustakaan terhadap minat baca pegawai dan widyaswara di perpustakaan badan diklat provinsi Jawa Timur? (2) Apakah ada pengaruh pelayanan pustakawan terhadap minat baca pegawai dan widyaswara di perpustakaan badan diklat provinsi Jawa Timur? (3) Apakah ada pengaruh fasilitas perpustakaan dan pelayanan pustakawan secara bersama-sama terhadap minat baca pegawai dan widyaswara di perpustakaan badan diklat provinsi Jawa Timur? Sehingga, tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Menganalisis bagaimana pengaruh fasilitas perpustakaan terhadap minat baca pegawai dan widyaswara di perpustakaan badan diklat provinsi Jawa Timur. (2) Menganalisis bagaimana pengaruh pelayanan pustakawan terhadap minat baca pegawai dan widyaswara di perpustakaan badan diklat provinsi Jawa Timur. (3) Menganalisis pengaruh fasilitas perpustakaan dan pelayanan pustakawan secara simultan terhadap minat baca pegawai dan widyaswara di perpustakaan badan diklat provinsi Jawa Timur. Hasil dari penelitian ini dapat memberi manfaat, diantaranya manfaat teoritis untuk pengembangan keilmuan dibidang manajemen pendidikan khususnya ranah manajemen layanan khusus yang dalam penelitian ini adalah perpustakaan. Untuk meningkatkan teori-teori tentang pengelolaan perpustakaan yang sudah ada. Adapun penelitian ini memberikan manfaat praktis yaitu: Bagi pustakawan, penelitian ini daharapkan dapat digunakan sebagai bahan koreksi manajemen perpustakaan ke arah yang lebih baik. Bagi kepala Badan diklat Provinsi Jawa Timur, penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan masukan pengambilan keputusan buat peningkatan kualitas perpustakaan. Bagi pegawai, widyaswara dan peserta diklat, diharapkan siswa mempunyai minat membaca di perpustakaan yang tinggi agar menambah wawasan dan ilmu pengetahuan. Bagi peneliti lain, dapat memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan mengenai karya ilmiah.   Metode Penelitian ini mengunakan pendekatan kuantitatif, menurut Azwar (2014:5) penelitian dengan pendekatan kuantitatif menekankan analisis pada data-data numerikal (angka) yang diolah dengan metoda statistika. Sedangkan Sugiyono (2015:14) mengemukakan pendapatnya tentang pengertian metode penelitian kuantitatif. Metode penelitian kuantitatif dapat diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif/ statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Rancangan penelitian yang digunakan dalam Penelitian ini menggunakan jenis penelitian hubungan sebab-akibat. Margono (2010:10) mengemukakan bahwa penelitian hubungan sebab-akibat merupakan penelitian yang digunakan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab-akibat antara faktor tertentu yang mungkin menjadi penyebab gejala yang diselidiki. Peneliti menggunakan penelitian kuantitatif sebab-akibat yang terdapat variable independen atau variable bebas (X) yaitu yang mempengeruhi dan terdapat variable dependen atau variable terikat (Y) yaitu yang dipengaruhi. Peneliti mengukur sejauh mana pengaruh fasilitas perpustakaan dan pelayanan pustakawan terhadap minat baca peserta diklat dan widyaswara. Populasi yang akan diambil dalam penelitian ini adalah peserta diklat Digitalisasi Dokumen tahun 2017 yang terdiri dari 20 peserta dan widyaswara badan diklat provinsi Jawa Timur yang berjumah 39 orang. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah total sampling. Total sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana jumlah sampel sama dengan jumlah populasi (Sugiyono, 2007). Alasan mengambil total sampling karena menurut (Sugiyono, 2007) jumlah populasi yang kurang dari 100 seluruh populasi dijadikan sampel penelitian semuanya. Sampel yang diambil dari penelitian ini adalah 59 orang. Sumber data utama dalam penelitian ini adalah angka atau kuesioner yang dibagikan kepada seluruh siswa SMA Muhammadiyah 9 Surabaya, pada prinsipnya meneliti adalah melakukan pengukuran maka harus ada alat ukur yang baik. Alat ukur dalam penelitian biasanya dinamakan instrumen penelitian. Sugiyono (2011:148) menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan mengukur fenomena alat maupun sosial yang diamati. Secara spesifik semua fenomena ini disebut variabel penelitian. Pelaksanaan pengumpulan data dalam penelitian ini adalah menggunakan angket atau kuesioner. Teknik pengumpulan data pada penelitian kuantitatif yang paling utama adalah angket atau kuesioner. Menurut Sugiyono (2014:142) kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Prinsip penulisan angket yang digunakan peneliti adalah pernyataan angket tertutup. Sugiyono (2014:143) mengemukakan bahwa pertanyaan tertutup akan membantu responden untuk menjawab dengan cepat, dan juga memudahkan peneliti dalam melakukan analisis data terhadap seluruh angket yang telah terkumpul. Penelitian ini juga dilengkapi dengan teknik pengambilan data dengan dokumentasi. Menurut Arikunto (2010:274) metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai variabel-variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya. Dokumentasi yang akan dilampirkan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah seperti daftar jumlah peserta diklat dan widyaswara secara keseluruhan yang berkaitan dengan studi penelitian. Teknik analisis data yang digunakan oleh peneliti untuk menguji hipotesis adalah dengan menggunakan uji regresi berganda, uji-t (T-test) dan uji-F (F-test). Penghitungan uji t menggunakan bantuan  program SPSS 21 for windows. Sebelum melakukan uji t peneliti melakukan uji validitas, uji reliabilitas, uji normalitas, uji linearitas. Untuk mengetahui validitas instrument ini, peneliti menggunakan analisis Korelasi Product Moment yang pada program SPSS for Windows version 21,0. Rumus analisis Korelasi Product Moment adalah sebagai berikut: rxy = Keterangan: rxy          : pengaruh variabel X dan Y ΣX           : jumlah seluruh skor item ΣY           : jumlah seluruh skor total N             : jumlah responden atau sampel (Sugiyono, 2014:121) Reliabilitas instrumen penelitian ini menggunakan rumus Alpha Cronbach. Arikunto (2013:239) mengemukakan bahwa Alpha Cronbach merupakan cara mencari reliabilitas instrument yang skornya merupakan rentangan antara beberapa nilai atau yang berbentuk skala. Rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:   Keterangan: r11                   : nilai reliabilitas si                     : jumlah varians skor tiap-tiap item st                     : varians total k              : jumlah item (Arikunto, 2013:239)   Uji regresi ganda dalam penelitian ini digunakan untuk menguji hipotesis pengaruh fasilitas perpustakaan (X1) dan pelayanan pustakawan (X2) sebagai variabel bebas terhadap pengaruhnya pada variabel terikat yaitu minat baca (Y). Persamaan Regresi Ganda untuk dua variabel bebas dirumuskan sebagai berikut: ? = ? + ?1X1 + ?2X2 Keterangan: ?             : nilai yang diprediksikan ?              : konstanta atau bila harga X = 0 ?              : koefisien regresi X             : nilai variabel independen Untuk mencari harga a dan b digunakan rumus:     (Riduwan, 2011:252)   Uji T digunakan untuk menguji pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat. Adapun prosedur Uji T adalah sebagai berikut: 1)              Hipotesis a)              H0 : β1 = 0 Variabel fasilitas perpustakaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap pelayanan pustakawan. H1 : β1 ≠ 0 Variabel fasilitas perpustakaan secara parsial berpengaruh terhadap pelayanan pustakawan. b)              H0 : β2 = 0 Variabel fasilitas perpustakaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap minat baca.   H1 : β2 ≠ 0 Variabel fasilitas perpustakaan secara parsial berpengaruh terhadap minat baca. c)          H0 : β3 = 0 Variabel pelayanan perpustakaan secara parsial tidak berpengaruh terhadap minat baca. H1 : β3 ≠ 0 Variabel pelayanan perpustakaan secara parsial berpengaruh terhadap minat baca. 2)    Level of Signifikan (?) = 0,05 3)    Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: a)    Apabila tingkat signifikan (p-value) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. b)    Apabila tingkat signifikan (p-value) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Uji F ini dilakukan untuk melihat apakah variabel fasilitas perpustakaan dan pelayanan pustakawan secara simultan berpengaruh terhadap minat baca. Adapun prosedur uji F adalah sebagai berikut: 1)         Hipotesis a)         H0 : β1 dan β2 = 0 Variabel fasiitas perpustakaan bersama-sama variabel pelayanan pustakawan secara simultan tidak berpengaruh terhadap minat baca. b)         H1 : β1 dan β2 ≠ 0 Variabel fasilitas perpustakaaan bersama-sama variabel pelayanan pustakawan secara simultan berpengaruh terhadap minat baca. 2)         Level of Signifikan (?) = 0,05 3)         Kriteria pengujian adalah sebagai berikut: a)         Apabila tingkat signifikan (p-value) > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak. b)         Apabila tingkat signifikan (p-value) < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima.   Hasil Penelitian ini tentang pengaruh fasilitas perpustakaan dan pelayanan pustakawan terhadap minat baca peserta diklat dan widyaiswara di perpustakaan badan diklat provinsi jawa timur. Ada beberapa tahap yang dilakukan peneliti sebelum mendapatkan data penelitian. Tahap kegiatan yang dilakukan adalah tahap analisis validasi instrumen, tahap pelaksanaan penelitian dan terakhir adalah tahap analisis data hasil penelitian. Pada tahap ini peneliti melakukan kevalidan instrumen yang telah peneliti susun sesuai dengan kisi-kisi instrumen yang telah tertera pada BAB III. Peneliti melakukan dua tahapan validasi yaitu kepada dosen ahli Dr.Karwanto, S.Ag, M.Pd dan selanjutnya di ujicobakan kepada pegawai badan diklat provinsi Jawa Timur. Validasi kepada ahli dilaksanakan pada tanggal 12 september 2017 dan hasilnya ada beberapa masukan oleh ahli, dan instrumen dinyatakan valid. Langkah selanjutnya yaitu peneliti melakukan uji coba instrumen pada tanggal 20 september 2017. Berikut hasil analisis validasi instrument Hasil yang diperoleh dari analisis penghitungan uji validitas instrumen dengan menggunakan bantuan SPSS (Statistical Product and Service Solution) versi 21 for windows adalah sebanyak 40 butir item valid dari total 46 item soal yang diajukan. Penghitungan lebih lengkapnya terdapat di lampiran. Table 1 Hasil Uji Validitas Instrumen Nomor Butir Soal     Valid atau Tidak Valid 1 0.459 0.361 Valid 2 0.52 0.361 Valid 3 0.374 0.361 Valid 4 0.644 0.361 Valid 5 0.602 0.361 Valid 6 0.376 0.361 Valid 7 0.542 0.361 Valid 8 0.343 0.361 Tidak Valid 9 0.668 0.361 Valid 10 0.667 0.361 Valid 11 0.441 0.361 Valid 12 0.346 0.361 Tidak Valid 13 0.522 0.361 Valid 14 0.672 0.361 Valid 15 0.816 0.361 Valid 16 0.742 0.361 Valid 17 0.663 0.361 Valid 18 0.682 0.361 Valid 19 0.544 0.361 Valid 20 0.616 0.361 Valid 21 0.427 0.361 Valid 22 0.426 0.361 Valid 23 0.369 0.361 Valid 24 0.478 0.361 Valid 25 0.68 0.361 Valid 26 0.749 0.361 Valid 27 0.495 0.361 Valid 28 0.754 0.361 Valid 29 0.681 0.361 Valid 30 0.568 0.361 Valid 31 0.407 0.361 Valid 32 0.525 0.361 Valid 33 0.487 0.361 Valid 34 0.406 0.361 Valid 35 0.617 0.361 Valid 36 0.18 0.361 Tidak Valid 37 0.165 0.361 Tidak Valid 38 0.566 0.361 Valid 39 0.456 0.361 Valid 40 0.508 0.361 Valid 41 0.662 0.361 Valid 42 0.671 0.361 Valid 43 0.766 0.361 Valid 44 0.505 0.361 Valid 45 0.091 0.361 Tidak Valid Total Valid = 40 Tidak Valid = 5   Dari tabel 1 diketahui rtabel untuk N=30 dengan taraf signifikan 5% adalah 0,361. Jadi rhitung lebih besar dari rtabel, maka hasil uji validitas butir instrumen menunjukkan bahwa 40 butir soal dinyatakan valid dan 5 butir soal dinyatakan tidak valid dari total 45 butir soal. Setelah uji validitas dilakukan, langkah selanjutnya peneliti melakukan uji reliabilitas instrumen soal. Hal ini untuk mengetahui apakah instrumen sudah reliable atau belum. Pengujian reliabilitas dalam instrumen penelitian yang telah dipercaya dan reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Dalam melakukan penghitungan uji reliabilitas peneliti menggunakan SPSS versi 21 for windows. Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas Reliability Statistics Variabel Cronbach’s Alpha Butir Angket Nilai Kritis Keterangan Fasilitas Perpustakaan (X1) 0,896 16 O,6 Reliabel Pelayanan Pustakawan (X2) 0,879 13 0,6 Reliabel Minat Baca (Y) 0,849 16 0,6 Reliabel Sumber: Data Primer yang diolah, 2017 Hasil uji reliabilitas di atas menunjukkan bahwa semua variabel mempunyai koefisien alpha yang cukup besar yakni di atas 0,60 sehingga dapat dikatakan seluruh konsep pengukuran masing-masing variabel dari kuisoner adalah reliabel yang mana untuk selanjutnya item-item pada masing-masing konsep variabel tersebut layak digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini. Uji normalitas adalah mengadakan pengujian terhadap normal tidaknya sebaran data yang akan dianalisis, yang bertujuan untuk mengetahui distribusi data dalam variabel yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini menggunakan one ssmple kolmogrov-smirnov test pada program spss versi 21 dengan kriteria pengujian apabila nilai asymp.sig (2-tailed) ≥ 0,05 maka data berdistribusi normal. Sebaliknya jika nilai asymp.sig (2-tailed) ≤  0,05 maka data tidak berdistribusi normal. Dibawah ini adalah gambar hasil uji normalitas data:                       One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test   Skor_Total N 59 Normal Parametersa,b Mean 107.51 Std. Deviation 3.923 Most Extreme Differences Absolute .094 Positive .094 Negative -.079 Kolmogorov-Smirnov Z .722 Asymp. Sig. (2-tailed) .675 a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.   Gambar 1 Hasil Uji Normalitas One Sample Kolmogrov-Smirnov Test   Berdasarkan gambar 1 dapat diketahui bahwa nilai Asymp.Sig. (2-tailed) untuk Unstandarized Residual sebesar 0,675 > 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data memenuhi kriteria uji normalitas dengan nilai Asymp.Sig (2-tailed) ≥ 0,05. Analisis yang digunakan untuk uji linearitas dalam penelitian ini adalah dengan one way anova. Merupakan jenis teknik statistik yang digunakan untuk menguji komparatif data yang saling berkorelasi dengan jenis data interval. Apabila p > 0,05 maka data berhubungan secara linier, maka dapat dikatakan bahwa variabel bebas dan terikat memenuhi uji linearitas. Hasil uji linearitas padamasing-masing variabel dapat dilihat pada gambar di bawah ini: ANOVA Table   Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Minatbaca * Fasilitas Between Groups (Combined) 63.267 11 5.752 .801 .639 Linearity .355 1 .355 .049 .825 Deviation from Linearity 62.913 10 6.291 .876 .562 Within Groups 337.682 47 7.185     Total 400.949 58       Gambar 2 Hasil Uji Linearitas Fasilitas Perpustakaan (X1) dan Minat Baca (Y)   Sum of Squares df Mean Square F Sig. Minatbaca * Pelayanan Between Groups (Combined) 126.687 12 10.557 1.771 .082 Linearity 59.245 1 59.245 9.937 .003 Deviation from Linearity 67.442 11 6.131 1.028 .438 Within Groups 274.262 46 5.962     Total 400.949 58       Gambar 3 Hasil Uji Linearitas Pelayanan Pustakawan (X2) dan Minat Baca (Y)   Berdasrkan hasil perhitungan di atas dapat diketahui bahwa: (a)  Hubungan antara variabel fasilitas perpustakaan (X1) dan minat baca (Y) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,562 > 0,05 maka kedua variabel mempunyai hubungan yang linear. (b)  Hubungan antara variabel pelayanan pustakawan (X2) dan minat baca (Y) memiliki nilai signifikansi sebesar 0,438 > 0,05 maka kedua variabel mempunyai hubungan yang linear. Uji analisis berganda dilakukan untuk mengethui pengaruh fasilitas perpustakaan dan pelayanan perpustakaan terhadap minat baca di badan diklat provinsi Jawa Timur. Adapun hasil dari uji regresi berganda dapat dilihat pada gambar 4 di bawah ini:                                     Coefficientsa Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients T Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) 1.161 2.724   .426 .671     Fasilitas_X1 .018 .048 .020 .373 .710 .993 1.007 Pelayanan_X2 .944 .053 .922 17.652 .000 .993 1.007 a. Dependent Variable: Minatbaca_Y     Gambar 4 Hasil Analisis Berganda   Hasil analisis data diperoleh nilai persamaan regresi yaitu Y=1,161+0,018+0,944 dari hasil persamaan tersebut dapat diartikan bahwa: Nilai konstanta adalah 1,161 hal ini menunjukkan bahwa jika nilai variabel independen (variabel bebas) yaitu variabel fasilitas perpustakaan (X1) dan pelayanan pustakawan (X2) adalah (1), maka nilai dari variabel minat baca (Y) sebesar 1,161 Nilai 0,018 (X1) merupakan koefisien regresi yang menunjukkan bahwa jika nilai variabel fasilitas perpustakaan mengalami kenaikan 1%, dengan asumsi variabel pelayanan pustakawan tetap, maka akan menyebabkan peningkatan nilai dari variabel terikat (Y) sebesar 0,018 atau 1,8%. Nilai 0,944 (X2) merupakan koefisien regresi yang menunjukkan bahwa jika nilai variabel pelayanan pustakawan mengalami kenaikan 1%, dengan asumsi variabel fasilitas perpustakaan tetap, maka akan menyebabkan peningkatan nilai dari variabel terikat (Y) sebesar 0,944 atau 94,4%.   Uji T digunakan untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas (X1,X2) terhadap minat baca peserta diklat dan widyaiswara di badan diklat provinsi jawa timur. Pengujian dalam uji T dilakukan dengan melihat taraf signifikan (Thitung), jika taraf signifikansi > 0,05 maka hipotesis diterima. Adapun hasil dari uji T dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut: Tabel 3 Hasil Uji T Variabel T hitung T tabel Sig Fasilitas Perpustakaan (X1) 0,373 2,004 0,710 Pelayanan Pustakawan (X2) 17,652 0,000   Berdasrkan tabel di atas dapat diketahui: Variabel fasilitas perpustakaan (X1) terhadap minat baca peserta diklat dan widyaiswara di badan diklat provinsi Jawa Timur (Y) diketahui nilai Thitung 0,373 nilai tersebut lebih kecil dari Ttabel sebesar 2,004. Sedangkan nilai signifikan 0,710 nilai tersebut lebih besar dari nilai alpha 0,05 dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak, artinya fasilitas perpustakaan tidak berpengaruh terhadap minat baca peserta diklat dan widyaiswara badan diklat provinsi Jawa Timur. Variabel pelayanan pustakawan (X2) terhadap minat baca peserta diklat dan widyaiswara di badan diklat provinsi Jawa Timur (Y) diketahui nilai Thitung 17,652 nilai tersebut lebih besar dari Ttabel sebesar 2,004. Sedangkan nilai signifikan 0,000 nilai tersebut lebih kecil dari nilai alpha 0,05 dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, artinya pelayanan pustakawan berpengaruh terhadap minat baca peserta diklat dan widyaiswara badan diklat provinsi Jawa Timur. ANOVAa Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig. 1 Regression 325.377 2 162.689 156.406 .000b Residual 58.250 56 1.040     Total 383.627 58       a. Dependent Variable: Minatbaca_Y b. Predictors: (Constant), Pelayanan_X2, Fasilitas_X1 Uji F Penelitian ini digunakan untuk menjawab rumusan masalah ketiga yakni pengaruh secara bersama-sama antara fasilitas perpustakaan dan pelayanan pustakawan terhadap minat baca peserta diklat provinsi Jawa Timr. Di bawah ini adalah gambar 5 hasil uji F:                     Gambar 5 Hasil Uji F   Berdasrkan penghitungan uji F di atas dapat diketahui nilai Fhitung sebesar 156,406 lebih besar dari Ftabel sebesar 3,16 dan nilai signifikan yang diperoleh sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, artinya fasilitas perpustakaan dan pelayanan pustakawan secara bersama-sama terhap minat baca peserta diklat dan widyaiswara di badan diklat provinsi Jawa Timur. Selanjutnya hasil dari koefisien determinasi dapat dilihat pada gambar 6 di bawah ini: Model Summaryb Model R R Square Adjusted R Square Std. Error of the Estimate 1 .921a .848 .843 1.020 a. Predictors: (Constant), Pelayanan_X2, Fasilitas_X1 b. Dependent Variable: Minatbaca_Y Gambar 6 Koefisien determinasi   Deskripsi dari koefisien determinasi adalah sebagai berikut: Koefisien korelasi (R) = 0,921 Hasil perhitungan menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara variabel fasilitas perpustakaan dan pelayanan pustakawan secara bersama-sama terhadap minat baca peserta diklat dan widyaiswara provinsi Jawa Timur. Arah hubungannya positif sehingga artinya apabila variabel fasilitas perpustakaan dan pelayanan pustakawan ditingkatkan, maka variabel  minat baca (Y) cenderung meningkat begitu pula sebaliknya. Koefisien determinasi (R2) = 0,843 Hasil tersebut mempunyai arti bahwa pengaruh semua variabel bebas (X1,X2) terhadap variabel Y adalah 0,843. Jadi keseluruhan variabel bebas sebesar 84,3% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak dibahas dalam penelitian ini.   Uji hipotesis dilakukan untuk membuktikan kebenaran dari hipotesis yang telah diajukan. 1.          Pengaruh fasilitas perpustakaan (X1) terhadap minat baca peseta diklat dan widyaiswara badan diklat provinsi Jawa Timur (Y). Ho              : Tidak ada pengaruh fasilitas perpustakaan terhadap minat membaca peserta diklat dan widyaiswara di perpustakaan badan pendidikan dan pelatihan provinsi Jawa Timur. H1              : Ada pengaruh fasilitas perpustakaan terhadap minat membaca peserta diklat dan widyaiswara di perpustakaan badan pendidikan dan pelatihan provinsi Jawa Timur. Berdasrkan nilai signifikan variabel fasilitas perpustakaan (X1) terhadap minat baca peserta diklat dan widyaiswara di badan diklat provinsi Jawa Timur (Y) adalah sebesar 0,710 > 0,05 dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak. Kesimpulannya tidak terdapat pengaruh antara fasilitas perpustakaan (X1) terhadap minat baca peserta diklat dan widyaiswara di badan diklat provinsi Jawa Timur. 2.          Pengaruh pelayanan pustakawan (X2) terhadap minat baca peseta diklat dan widyaiswara badan diklat provinsi Jawa Timur (Y). Ho              : Tidak ada pengaruh pelayanan pustakawan terhadap minat membaca peserta diklat dan widyaiswara di perpustakaan badan pendidikan dan pelatihan provinsi Jawa Timur. H1              : Ada pengaruh pelayanan pustakawan terhadap minat membaca peserta diklat dan widyaiswara di perpustakaan badan pendidikan dan pelatihan provinsi Jawa Timur. Berdasarkan nilai signifikasi variabel status akreditasi (X2) terhadap minat baca peserta diklat dan widyaiswara di badan diklat provinsi Jawa Timur (Y) adalah sebesar 0,000 < 0,05 dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima. Kesimpulannya terdapat pengaruh antara pelayanan pustakawan (X2) terhadap minat baca. 3.          Pengaruh fasilitas perpustakaan (X1) dan Pelayanan Pustakawan (X2) terhadap Minat Baca peseta diklat dan widyaiswara badan diklat provinsi Jawa Timur (Y) Ho              : Tidak ada pengaruh pelayanan pustakawan terhadap minat membaca peserta diklat dan widyaiswara di perpustakaan badan pendidikan dan pelatihan provinsi Jawa Timur. H1              : Ada pengaruh pelayanan pustakawan terhadap minat membaca peserta diklat dan widyaiswara di perpustakaan badan pendidikan dan pelatihan provinsi Jawa Timur. Berdasrkan penghitungan uji F di atas dapat diketahui nilai Fhitung sebesar 156,406 lebih besar dari Ftabel sebesar 3,16 dan nilai signifikan yang diperoleh sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 0,05 dengan demikian H0 ditolak dan H1 diterima, artinya fasilitas perpustakaan (X1) dan pelayanan pustakawan (X2) secara bersama-sama terhap minat baca peserta diklat dan widyaiswara di badan diklat provinsi Jawa Timur.   Pembahasan 1.     Pengaruh Fasilitas Perpustakaan Terhadap Minat Baca Peserta Diklat dan Widyaiswara di Badan Diklat Provinsi Jawa Timur Penelitian yang dilakukan di badan diklat provinsi Jawa Timur diperoleh hipotesis yaitu fasilitas perpustakaan tidak berpengaruh terhadap minat baca peserta diklat dan widyaiswara di badan diklat provinsi Jawa Timur. Berdasarkan uji hipotesis diketahui besarnya nilai taraf signifikan variabel fasilitas perpustakaan (X1) adalah 0,710 > nilai alpha 0,05 dengan demikian H0 diterima dan H1 ditolak yang artinya fasilitas perpustakaan tidak berpengaruh terhadap minat baca peserta diklat dan widyaiswara di badan diklat provinsi Jawa Timur. Artinya tinggi rendahnya minat baca di perpustakaan badan diklat provinsi Jawa Timur tidak ditentukan oleh kelengkapan fasilitas perpustakaan. Semakin lengkap perpustakaan akan membuat perpustakaan itu semakin baik tetapi tidak mempengaruhi minat baca di perpustakaan provinsi Jawa Timur. Berdasarkan penghitungan di atas, maka hasil penelitian tentang fasilitas perpustakaan tidak sejalan dengan pendapat yang diungkapkan Moenir (2001:119) menyatakan “Fasilitas adalah segala jenis peralatan, perlengkapan kerja dan pelayanan fasilitas lain yang berfungsi sebagai alat utama/pembantu dalam melaksanakan pekerjaan atau segala sesuatu yang digunakan, dipakai, ditempati, dan dinikmati oleh orang pengguna”. Pendapat lain yang tidak sejalan juga dinyakakan oleh Hardjoprakosa (2005:146) bahwa usaha untuk meningkatkan minat baca dapat dilakukan dengan peningkatan fasilitas perpustakaan dan program kegiatan minat baca, dengan menambah jumlah berbagai jenis layanan seperti penyediaan fasilitas membaca yang baik serta penyediaan fasilitas membaca yang baik serta penyediaan armada perpustakaan keliling. Dari penjelasan teori tersebut perpustakaan badan diklat provinsi Jawa Timur tidak memenuhi faktor yang seharusnya dipertimbangkan dalam penentuan fasilitas perpustakaan. Selain itu penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian dari Adriana dan Marinus (1995) penelitian ini tentang membaca bersama dapat meningkatkan literasi masyarakat Georgia. Dapat diartikan bahwa membutuhkan fasilitas guna meningkatkan literasi.
STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN SISWA DI SD NEGERI BALAS KLUMPRIK 1 SURABAYA Arli Wandio, Ramadhan
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 6, No 1 (2018): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

STRATEGI KEPALA SEKOLAH DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER DISIPLIN SISWA   DI SD NEGERI BALAS KLUMPRIK 1 SURABAYA Ramadhan Arli Wandio Manajemen Pendidikan, FIP, Universitas Negeri Surabaya, arlilalat@gmail.com Mudjito Manajemen Pendidikan, FIP, Universitas Negeri Surabaya Abstrak Disiplin adalah bagian yang tak terpisahkan dari pendidikan karakter. Penelitian ini bertujuan untuk memahami, menganalisis dan mendeskripsikan perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan serta pengawasan dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan observasi partisipatif, wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan cara mengkondensasi data, penyajian data, dan verifikasi data. Kemudian, pengecekan keabsahan data dilakukan dengan kredibilitas, transferbilitas, dependabilitas, dan konfirmabilitas. Hasil penelitian menunjukan pertama pada perencanaan melalui visi misi sekolah dibuat fenomena sesuai dengan keadaaan serta kebutuhan sekolah dan dirumuskan oleh kepala sekolah, guru, komite dan pengawas sekolah. visi misi dibentuk siswa dapat dapat menumbuhkan karakter disiplin dan berpedoman pada nilai-nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Tata tertib dirumuskan oleh kepala sekolah, guru dan staf. Sanksi yang diberikan adalah hukuman yang mendidik hingga pemanggilan orang tua. Usaha dalam mendisplinkan disertai contoh yang baik dan benar. Kedua pada pengorganisasian dalam kebijakan kepala sekolah pembentukan disiplin dan yang bertanggung jawab serta penegakan disiplin pada siswa adalah semua warga sekolah memiliki peran memberi contoh yang baik dan disiplin pada siswa. Ketiga pada pelaksanaan disiplin di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya cukup baik,pembinaan dilakukan pada saat upacara bendera dan bentuk disiplin  melalui baris-berbaris. Faktor penghambat adalah masih  adanya siswa yang melanggar tata tertib dan upaya yang dilakukan adalah mengadakan kegiatan yang mendidik pada siswa. Keempat pada pengawasan  kepala sekolah turut memantau karakter disiplin siswa dan strategi yang dilakukan adalah berkoordinasi dengan orang tua siswa agar siswa lebih berdisiplin di sekolah maupun di rumah. Abstract Discipline is an integral part of character education. This study aims to understand, analyze and describe the planning, organizing, implementation and supervision in the formation of student discipline character in SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya. This research used qualitative approach with case study research design. The data collection techniques were passive participation observation, interview and documentation. Data analysis was done by condensing data, data presentation, and data verification. To check the validity of data, the researcher used the credibility, transferability, dependability, and conformability. The results of this study showed that first, the planning is able to do through the school’s vision and mission which is made in accordance with the circumstances and needs of the school and defined by principals, teachers, committees and school supervisors. The school’s vision and mission is formed to create students grow with discipline character and guided by the values and norms that exist in society. The rules are formulated by principals, teachers and staff. Sanctions for the students who break the rules are punishment which educates them. If the fault belongs to a hard one, the principle has a right to call the parents to school. Second, on organizing the policy in the formation of students’ discipline character, all the staff in the school has responsibility to give good example on how discipline character is. Third, on the implementation of discipline in SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya was quite good which was proved during the flag ceremony. The inhibiting factor was there were still some students who violated the rules. To overcome this, it is necessary to hold more activities that relate to the formation of student discipline character. Fourth, the principal also monitors the improvement of the students discipline character by having coordination with students’ parents.             Pendahuluan Pendidikan adalah salah satu upaya untuk mengembangkan kepribadian siswa secara utuh. Pengertian utuh ini meliputi ranah kognitif, afektif dan psikomotorik (Damayanti, 2014:9). Muara ranah kognitif pada adalah tumbuh dan berkembangnya kecerdasan dan kemampuan intelektual akademik, ranah afektif bermuara pada terbentuknya moral dari nilai-nilai sedangkan ranah psikomotorik bermuara pada keterampilan dan perilaku. Pendidikan apapun jalurnya baik formal, informal, maupun nonformal sangat berpengaruh dalam kehidupan manusia.. Sebagaimana tertera dalam tujuan pendidikan menurut Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) sebagai berikut: ”Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual, keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, dan masyarakat, bangsa dan negara”. Dari tujuan pendidikan di atas, pendidikan dimaknai sebagai usaha sadar atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Perilaku tersebut antara lain mencakup pengendalian diri dan perilaku disiplin. Disiplin merupakan salah satu kebutuhan dasar anak, dalam rangka pembentukan dan pengembangan wataknya secara sehat. Dari tujuan pendidikan tersebut tampak bahwa kedisiplinan memiliki arti penting guna membentuk karakter yang diinginkan di dalam tujuan pendidikan. Hal ini sejalan dengan kebijakan tertuang di dalam Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 1995 Tentang Gerakan Disiplin Nasional. Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia tersebut, disadari perlunya seorang siswa menerapkan disiplin sekolah sehingga akan terjalin keharmonisan dalam kehidupan sehari-hari antara sesama siswa dan juga dengan para guru dan tenaga kependidikan lainnya. Menurut Heri (2012:33), disiplin merupakan suatu tindakan yang menunjukan perilaku tertib dan patuh pada berbagai ketentuan dan peraturan. Disiplin adalah suatu nilai karakter yang harus dikembangkan di sekolah. Dalam jurnal penelitian Wuryandani (2014) menjelaskan bahwa pendidikan karakter disiplin merupakan hal penting untuk diperhatikan dalam rangka membina karakter seseorang. Berbekal nilai karakter disiplin akan mendorong tumbuhnya nilai-nilai karakter yang baik lainnya, seperti tanggung jawab, kejujuran, kerjasama, dan sebagainya. Menurut Curvin dan Mindler (Wuryandani, 2014) mengemukakan bahwa ada tiga dimensi disiplin, yaitu (1) disiplin untuk mencegah masalah; (2) disiplin untuk memecahkan masalah agar tidak semakin buruk; dan (3) disiplin untuk mengatasi siswa yang berperilaku di luar kontrol. Kecenderungan fenomena yang terjadi di masyarakat, antara lain (1) melemahnya nilai-nilai moral dan etika sosial di kalangan peserta didik dan pendidik; (2) maraknya tindakan kekerasan dan perilaku tercela yang menjurus ke tindak kejahatan tingkat tinggi, yang menyiratkan lemahnya kontrol terhadap sistem persekolahan; dan (3) makin langkanya keteladanan (sikap dan perilaku) di kalangan pendidik dan pengelola sekolah tentang nilai-nilai kebajikan seperti kejujuran, kesantunan, kasih sayang, berprinsip, berintegritas dan perilaku sosial terpuji yang merujuk pada moralitas publik (Sarjunani, 2014). Pentingnya pendidikan karakter disiplin diterapkan didasarkan pada banyak terjadinya perilaku menyimpang yang bertentangan dengan norma kedisiplinan. Pendidikan karakter menegaskan bahwa jika disiplin hendak berfungsi, hal itu harus mengubah anak-anak pada sisi dalamnya. Disiplin harus mengubah sikap mereka, cara mereka berpikir, merasa, bertindak. Disiplin harus menyebabkan mereka ingin berperilaku secara berbeda. Disiplin harus membantu mereka mengembangkan kebajikan-kebajikan penghormatan, empati, penilaian yang baik, dan pengendalian diri yang tanpa hal-hal ini, masalah disiplin muncul pertama kali. Jika kebajikan-kebajikan yang absen ini tidak dikembangkan, bersama dengan komitmen untuk mempraktikannya, persoalan perilaku perilaku negatif tersebut akan terulang lagi. Singkatnya, disiplin yang efektif harus berbasis karakter, kepala sekolah harus memperkuat karakter peserta didik, tidak hanya mengendalikan perilaku dari peserta didik. Dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas dari bidang pendidikan tentunya harus memiliki strategi yang baik. Hal ini dikemukakan oleh Suyadi dalam bukunya yang berjudul Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Suyadi (2013:13) mengungkapkan bahwa “seiring berjalannya waktu, istilah strategi di dunia militer tersebut diadopsi ke dalam pendidikan, strategi digunakan untuk mengatur siasat agar dapat mencapai tujuan dengan baik. Dengan kata lain, strategi dalam konteks pendidikan dapat dimaknai sebagai perencanaan yang berisi serangkain kegiatan yang didesain untuk mencapai tujuan pendidikan”. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. Di sinilah pentingnya peran kapasitas Kepala Sekolah dalam meningkatkan pengelolaan sekolah yang akuntabel (Nina, 2009:28). Intinya kepala sekolah memainkan peran strategis dalam mengembangkan karakter disiplin  siswa. Dengan ungkapan lain kepemimpinan kepala sekolah menjadi faktor terpenting dalam menentukan mutu sekolah. Ungkapan ini didukung, hasil penelitian Peters & Austin (Sallis, 1993:3), yang membuktikan bahwa faktor yang menentukan mutu dalam institusi adalah kepemimpinan. Bagaimana apabila sekolah menjalankan kepemimpinannya, tentu akan mempengaruhi kinerja guru dan stafnya, mempengaruhi proses hasil belajar siswanya, mempengaruhi dukungan dan partisipas masyarakat. Ketercapaian tujuan pendidikan sangat bergantung pada percakapan dan kebijaksanaan kepala sekolah sebagai salah satu pemimpin sekolah. Hal ini karena kepala sekolah merupakan pejabat yang professional dalam organisasi sekolah yang bertugas mengatur semua sumber organisasi dan bekerjasama dengan guru-guru dalam mendidik siswa untuk mencapai tujuan pendidikan. Penanaman karakter dapat menumbuhkan bertindak disiplin terhadap sesuatu yang diberikan kepada peserta didik. Pendidikan dasar memiliki peran yang sangat penting dan merupakan pondasi dalam membentuk ataupun menanamkan karakter disiplin yang baik pada peserta didik. Ketika pendidikan dasar di sekolah telah berhasil membentuk atau menanamkan karakter disiplin yang baik pada peserta didik, maka untuk mengarahkan dan melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi pasti akan lebih berkesinambungan. Bentuk disiplin yang ada di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya antara lain berupa ketentuan bahwa masuk sekolah dibagi menjadi dua sistem waktu yaitu jam masuk pagi sekolah pukul 06.30-12.00 dan jam masuk siang pada pukul 12.00-16.30. Untuk  kelas rendah kelas 1&2 masuk pada pukul 06.30-09.00 dan untuk kelas tinggi pada kelas 3 hingga 6 masuk pada pukul 06.30-12.00, akan tetapi pada kelas 6 mendapat jam tambahan yang menjadikan  waktu di sekolah jam 06.30-13.30. Lalu pada jam masuk siang, pada kelas tinggi jenjang kelas 3-5 masuk pada pukul 12.00-16.30. Ketika hendak memasuki gerbang sekolah siswa diwajibkan melakukan 4S yaitu salim, salam, senyum, sapa. Selain itu segi kerapian penampilan siswa juga dipantau. Kerapian tersebut meliputi ; (1) kerapian seragam, (2) kelengkapan atribut seragam sekolah, (3) sepatu harus hitam, (4) kaos kaki berlogo sekolah. Bagi siswa yang tidak memenuhi tata tertib tersebut  akan ada tindakan dari petugas yaitu mendata siswa-siswa yang melanggar peraturan dan dipanggil ke ruang guru untuk mendapatkan sanksi.  Meskipun sudah diterapkan disiplin yang tinggi tetapi masih saja ada siswa yang melanggar peraturan, masalah yang sering terjadi yaitu seperti siswa tidak memakai atribut lengkap. Oleh karena itu kepala sekolah berupaya untuk selalu melakukan inovasi agar pelanggaran disiplin dapat diatasi sehingga tidak ada siswa yang melanggar disiplin. Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan, di SD Negeri Balas klumprik 1 Surabaya disimpulkan bahwa sekolah tersebut telah berupaya menerapkan tingkat disiplin yang tinggi. Kesadaran disiplin siswa yang dilaksankan sehari-hari yang telah tumbuh dengan hasil yang baik sesuai dengan tujuan pendidikan. Pembentukan disiplin memiliki keuntungan bagi siswa untuk hidup dengan kebiasaan yang baik, positif dan bermanfaat bagi diri dan lingkungannya. Pembiasaan lingkungan sekolah mempunyai pengaruh positif bagi siswa untuk masa depannya. Berdasarkan fakta  yang diamati dari hasil studi pendahuluan itulah maka peneliti terdorong  untuk melakukan penelitian di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya dengan judul “Strategi Kepala Sekolah Dalam Pembenrtukan Karakter Disiplin Siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya”. Alasan kedua pemilihan judul tersebut  adalah dorongan keingintahuan mengenai bagaimana kepemimpinan suatu satuan pendidikan dalam pelaksanaan disiplin  Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka penelitian  ini lebih memfokuskan pada permasalahan tentang strategi kepala sekolah dalam pembentukan karakter disiplin di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya, yaitu: (1) Perencanaan dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya. (2) Pengorganisasian dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya. (3) Pelaksanaan dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya. (4) Pengawasan dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya. Sehingga, tujuan dari penelitian ini adalah: (1) Perencanaan yang dilakukan dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya (2) Pengorganisasian dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya (3) Pelaksanaan kegiatan sekolah dalam pembentukan karakter disiplin siswa yang diterapkan sekolah di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya. (4) Pengawasan yang dilakukan sekolah dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya Hasil dari penelitian ini dapat memberi manfaat, diantaranya manfaat teoritis Hasil dari Penelitian ini diharapkan sebagai kontribusi manajemen kesiswaan yang difokuskan pada keilmuan dalam manajemen pendidikan khususnya mengenai strategi sekolah dalam membentuk karakter disiplin siswa di sekolah, pengembangan pembentukan karakter disiplin untuk efektifitas proses pembelajaran yang kondusif. Adapun penelitian ini memberikan manfaat praktis yaitu: Bagi kepala sekolah, hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan evaluasi bagi kepala sekolah dalam memperkuat strategi dalam pembentukan karakte disiplin siswa di sekolah, sehingga kepala sekolah dapat meningkatkan mutu  dengan cara menciptakan karakter disiplin peserta didik dengan semakin baik.. Bagi manajemen kesiswaan, Hasil penelitian ini diharapkan sebagai alat motivasi diri dalam  meningkatkan kinerja bidang kesiswaan sehingga lebih efektif dalam melaksanakan proses pembentukan karakter disiplin siswa, juga berperan aktif dalam menmbentuk karakter siswa yang memliki kedisiplinan yang tinggi. Hal ini berpengaruh dalam peningkatan prestasi di sekolah. Bagi peserta didik, hasil penelitian ini diharapkan peserta didik mengetahui bentuk karakter yang diinginkan dalam pembentukan karakter disiplin sehingga peserta didik dapat mengimplementasikannya dalam kehiduan sehari-hari. Bagi peneliti lain, Penelitian ini diharapkan bisa menjadi acuan bagi peneliti selanjutnya yang membahas tentang hal yang sama demi kesempurnaan penelitian..   Metode Berdasarkan jenisnya penelitian ini termasuk dalam penelitian kualitatif. Menurut Moleong (2007:6), penelitian kualitatif bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode ilmiah. Berdasarkan karakteristik tersebut, penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dilakukan secara intensif. Peneliti secara langsung terjun ke lapangan mengumpulkan data dan fakta, serta melakukan analisis terhadap fakta yang diperoleh, yang nantinya akan diolah menjadi informasi yang berguna. Penelitian kualitatif dipilih karena melihat strategi kepala sekolah dalam pembentukan karakter disiplin bersifat kompleks, dinamis dan penuh makna sehinga tidak mungkin apabila data yang dikumpulkan melalui instrument-instrumen seperti penyebaran angket atau kuesioner. Sehingga data penelitian dapat diungkapkan secara deskriptif yang berasal dari beberapa informan tentang apa yang mereka alami dan lakukan dengan menyesuaikan dari fokus penelitian. Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan penelitian studi kasus. Studi kasus mengulas keadaaan sebenarnya secara  mendalam mengenai masalah yang terjadi di suatu lokasi tempat tertentu. Studi kasus bertujuan untuk mengembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai objek yang diteliti, sehingga sifat penelitiannya lebih banyak eksploratif dan deskriptif (Ulfatin, 2013:49). Desain kasus pada penelitian ini adalah bagaimana strategi kepala sekolah dalam pembentukan karakter disiplin sisw di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya yang digali secara langsung dan mendalam dengan metode pengambilan data dan infomasi yang diperoleh melalui berbagai sumber yang secara langsung mengetahui, terlibat dan mengalaminya dalam kegiatan sehari-hari disekolah misalnya seluruh warga sekolah melakukan program sekolah dalam kurun wakru tertentu sesuai dengan situasi dan kondisi sekolah. Proses penelitian studi kasus ini dilakukan meliputi beberapa langkah sebagai berikut: (1) menyeleksi dan memilih topik penelitian, topik penelitian ini adalah strategi kepala sekolah dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya; (2) Menentukan masalah dan fokus penelitian, fokus penelitian ini adalah perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan kegiatan sekolah serta pengawasan dalam  pembentukan karakter disiplin siswa; (3) mendesain rancangan, desain rancangan penelitian ini yaitu penelitian kualitatif; (4) mengumpulkan data, dalam penelitian ini pengumpulan data mengenai strategi kepala sekolah dalam pembentukan karakter disiplin siswa menggunakan teknik observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Peneliti sebagai instrumen penelitian dapat menyesuaikan cara pengumpulan data  dengan masalah dan lingkungan penelitian; (5) menganalisis data, setelah data terkumpul peneliti menganalisi data dengan cara reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewaktu pengumpulan data dan setelah semua data terkumpul atau selesai dari lapangan; (6) menggenaralisasikan temuan, yang dimaksud dengan menggenaralisasikan temuan yaitu dengan menarik kesimpulan dari data yang didapat dari penelitian strategi kepala sekolah dalam pembentukan karakter disiplin siswa; (7) validasi data dilakukan peneliti dengan menggunakan pengecekan keabsahan data. Peneliti akan melakukan uji credibility, transferability, dan comfirmability; (8) tahap yang terakhir yaitu peneliti menulis laporan penelitian dalam bentuk karya ilmiah mengenai strategi kepala sekolah dalam pembentukan karakter disiplin siswa. Subjek Penelitian diartikan sebagai informan yang artinya orang pada latar peneltian yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi-informasi tentang situasi dan kondisi latar penelitian (Moleong, 2012:76). Selanjutnya menurut Satori & Komariah (2009:53), peneliti perlu memilih subjek atau orang-orang yang dapat mengungkap informasi, mempunyai pengetahuan dan informasi tentang fenomena yang sedang diteliti (sesuai dnegan kategori penelitian). Karena penelitian ini untuk memahami, menganalisis dan mendeskripsikan strategi kepala sekolah dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya, maka subjek pada penelitian ini adalah kepala sekolah, seksi bidang kurikulum, seksi bidang kesiswaan, guru kelas SD Negeri Balas Klumprik 1  Surabaya Dalam setiap penelitian, data merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap peneliti. Menurut Lofland (Moleong, 2007:157) sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata-kata dan tindakan, selebihnya data tambahan seperti dokumen dan lain-lain. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa jenis data diantaranya data primer dan data sekunder. Menurut Azwar (2007:91) data primer adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan menggunakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subjek sebagai sumber informasi yang dicari. Peneliti menggunakan data primer dalam penelitiam ini berupa rekaman suara saat melakukan wawancara, pengambilan foto pelaksanaan dalam pembentukan karakter disiplin siswa, data siswa SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya pada tahun ajaran 2016/2017, serta data guru di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya. Sedangkan informan dalam peneliti ini kepala sekolah, seksi bidang kurikulum, sarana prasarana, dan guru kelas SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya. Dalam hal ini yang menjadi informan kunci adalah kepala sekolah, seksi bidang kurikulum, seksi bidang kesiswaan dan guru kelas SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya. Sumber data atau sampel pada penelitian kualitatif adalah semua orang, dokumen dan peristiwa-peristiwa (yang di tetapkan oleh peneliti) untuk diamati, diobservasi atau diwawancara sebagai sumber informasi yang dianggap ada hubungannya dengan tujuan dan permasalahan penelitian (Satori & Komariah, 2009:52). Sehingga di penelitian ini sumber diperoleh dari informan manusia kepala sekolah, seksi bidang kurikulum, guru kelas SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya. Teknik pengumpulan data sebagai tahap awal dalam sebuah penelitian, dimana kegiatan penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan sebuah data lengkap yang menunjang penelitian. Sehingga teknik pengumpulan data sangat diperlukan agar data yang didapat sesuai dengan yang dibutuhkan dengan menggunakan suatu teknik yang tepat dalam penggalian data lapangan. Berikut penjelasan peneliti secara rinci mengenai tiga teknik yang digunakan yaitu: (1) Observasi, Menurut Supardi (2006:88) metode observasi merupakan metode pengumpul data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselediki. Metode observasi ini dalam melakukan pengumpulan data peneliti menyatakan terus terang kepada sumber data, bahwa peneliti sedang melakukan penelitian, sehingga mereka yang diteliti mengetahui sejak awal sampai akhir aktifitas penelitian. Kegiatan ini dilakukan ketika kegiatan upacara berlangsung tentunya dibawah pendampingan guru. Peneliti melihat bagaimana strategi atau karakter disiplin di lingkungan sekolah melalui lingkup yang kecil yaitu di dalam kelas, tidak hanya itu peneliti juga melakukan observasi pada jam istirahat dikarenakan bagaimana siswa dilatih berdisiplin. Peneliti mengamati kebiasaan siswa selama berlangsung kegiatan upacara serta kegiatan yang berkaitan dengan karakter disiplin di luar kelas apakah siswa dan guru turut saling bersinergi membentuk karakter disiplin baru berupa kebiasaan mentaati tata tertib atau mungkin sebaliknya. (2) Wawancara, Menurut Sugiyono (2014:317) wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu dan dengan wawancara, peneliti akan mengetahu hal-hal yang lebih mendalam tentang partisipan dalam menginterprestasikan situasi dan fenomena yang terjadi yang tidak mungkin bisa ditemukan melalui observasi.  Penelitian tentang strategi kepala sekolah dalam pembentukan karakter disiplin siswa ini menggunakan teknik wawancara semi terstruktur. Alasan peneliti memilih wawancara semi terstruktur adalah wawancara tipe ini mendekati keadaan yang lebih sebenarnya dan didasarkan pada spontanitas wawancara, dan lebih banyak kemungkinan untuk menjelajahi berbagai aspek dari masalah yang diajukan serta dapat mengumpulkan informasi sebanyak-banyaknya dari informan secara mendalam dengan tetap menggunakan pedoman wawancara sebagai acuan pertanyaan. Informan dapat menyampaikan pernyataan-pernyataan secara leluasa atas pertanyaan yang telah diajukan oleh peneliti atau telah disusun  sebelumnya dalam pedoman wawancara. (3) Studi dokumentasi, Menurut Arikunto (2006:158) dokumentasi adalah mencari dan mengumpulkan hal-hal yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar majalah, notulen, rapot, agenda dan sebagainya. Data yang diambil dalam penelitian berkaitan dengan strategi kepala sekolah dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya seperti , kegiatan sekolah dalam pembentukan karakter disiplin, dokumen-dokumen sekolah, foto dokumentasi kegiatan  sekolah yang berkaitan dengan pembentukan karakter disiplin, tata tertib sekolah, dan juga dokumen lainnya yang menunjukkan pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya. Teknik analisis data, Sugiyono (2014:244) menyatakan bahwa analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara lapangan dan dokumentasi, yang disusun, dipilih, serta dibuat kesimpulan sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat diinformasikan kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis deskriptif melalui tiga tahap yaitu: reduksi data/kondensasi, penyajian data dan verifikasi data/simpulan. Analisis data kualitatif adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan tentang objek-objek penelitian.   Hasil dan Pembahasan Penelitian ini menghasilkan terkait empat fokus penelitian yaitu, perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya. 1.          Perencanaan dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya Berdasarkan temuan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: 1) Merumuskan visi misi sekolah; a) Visi dan misi sekolah dibuat sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah, yaitu berdasar pada lingkungan sekolah baik lingkungan eksternal maupun internal, tujuan sekolah dan karakter siswa; b) Yang terlibat dalam pembuatan visi misi sekolah adalah kepala sekolah, guru, komite sekolah dam pengawas; c) Visi misi sekolah dibentuk agar siswa dapat menumbuhkan karakter disiplin dan mengembangkan sikap-sikap baik yang ada dalam diri setiap siswa; d) Pembentukan karakter disiplin siswa dibentuk berdasar nilai-nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. 2) Merumuskan tata tertib sekolah; a) Tata tertib dirumuskan atau dibuat dengan melakukan rapat yang dihadiri seluruh stakeholder sekolah; b) Yang terlibat dalam merumuskan tata tertib adalah kepala sekolah, guru, dan komite sekolah; c) Sanksi yang diberikan kepada siswa jika melanggar tata tertib yang ada disekolah ataupun yang sudah disepakati adalah hukuman yang mendidik, bimbingan konseling hingga pemanggilan orang tua; d) Usaha dalam membentuk karakter disiplin siswa stakeholder sekolah tentu memberi contoh yang baik kepada siswanya agar siswa tersebut dapat berperilaku yang baik pula dan hal lain yaitu dengan memberikan arahan untuk melakukan hal-hal baik disekitar lingkungannya. SDN Balas Klumprik 1 Surabaya dalam merumuskan visi dan misi sekolah senantiasa menyesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan sekolah. Visi dan misi mejadi tolok ukur untuk keberhasilan sekolah. berdasar pada lingkungan sekolah baik lingkungan eksternal maupun internal, tujuan sekolah dan karakter siswa. Hal ini sesuai dengan pernyataan Fitri (2012:58) membentuk karakter pada diri anak memerlukan suatu tahapan yang dirancang dan sistematis dan berkelanjutan. SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya karakter yang ingin ditanamkan sekolah dalam disiplin siswa antara lain karakter sikap disiplin siswa dapat mengetahui kecakapan atau ketrampilan-ketrampilan yang ada dalam dirinya. Seperti pendapat yang dikemukakan oleh Megawangi dalam (2015:5) ada tiga tahapan  pembentukan karakter yakni: a) Moral knowing, memahamkan dengan baik pada anak tentang arti kebaikan. Mengapa harus berperilaku baik. b) moral feeling, membangun kecintaan berperilaku baik pada anak yang akan menjadi sumber energy anak untuk berperilaku baik. c) moral action ini merupakan outcome dari dua tahap sebelumnya dan harus dilakukan berulang-ulang agar menjadi kebiasaan. 2.          Pengorganisasian dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya Berdasarkan temuan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: 1) Yang dilibatkan dalam kebijakan kepala sekolah dalam pembentukan disiplin siswa adalah semua warga yang ada di sekolah mulai dari kepala sekolah hingga staf; 2) Yang bertanggung jawab terhadap pengorganisasian dalam pembentukan karakter disiplin adalah semua warga sekolah dan yang paling utama adalah guru kelas, karena guru kelas yang lebih dekat dengan siswanya; 3) Peran masing-masing dalam mengorganisasikan terhadap pembentukan karakter disiplin siswa adalah selalu mengarahkan memberi contoh yang baik dan disiplin kepada siswa; 4) Yang terlibat dalam penegakan disiplin di sekolah adalah semua warga sekolah, mulai kepala sekolah, guru hingga staf. SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya dalam pengorganisasian pembentukan karakter disiplin siswa banyak melibatkan banyak pihak mulai kepala sekolah hingga staf. Dalam hal ini sesuai dengan pernyataan Kimbrough & Burkett (dalam Dharma, 2007:8) mengemukakan enam bidang tugas kepala sekolah dasar sebagai pemimpin, yaitu mengelola pengajaran dan kurikulum, mengelola siswa, mengelola personalia, mengelola fasilitas dan lingkungan sekolah, mengelola hubungan sekolah dan masyarakat, serta organisasi dan struktur sekolah. Pertanggung jawaban juga di semua lini sesuai job desk masing-masing dalam membentuk siswa yang berkarakter disiplin. Hal ini diperkuat oleh pendapat Robbins dan Judge (2008:5), organisasi adalah sebuah unit sosial yang dikoordinasikan secara sadar, terdiri atas dua orang atau lebih dan yang relatif terus-menerus guna mencapai satu atau serangkaian tujuan bersama. Sehingga telah menjadi satu kesatuan untuk mencapai tujuan bersama dalam membentuk siswa yang berkarakter disiplin. Dalam penelitian Evy Mafulah Tahun 2015 dalam bentuk skripsi dengan judul “Penerapan Pendidikan Karakter Disiplin Melalui Budaya Sekolah di SDIT At-Taqwa Surabaya”. Persamaan dari penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian kualitatif dan membahas tentang karakter disiplin. Perbedaan dari penelitian ini terletak pada fokus penelitian serta subjeknya yaitu pada penerapan karakter disiplin. 3.          Pelaksankan dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya Berdasarkan temuan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: 1) Pelaksanaan disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya cukup baik, namun masih ada beberapa yang masih melanggar.; 2) Pembinaan kepala sekolah terhadap siswa melalui kegiatan upacara ataupun hari-hari besar nasional yang diadakan di sekolah.; 3) Bentuk kegiatan yang dilakukan untuk membentuk karakter disiplin siswa melalui kegiatan baris-berbaris sebelum masuk ke ruang kelas, upacara ataupun kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah; 4) Faktor penghambat di dalam pelaksanaan pembentukan karakter disiplin siswa ada masih adanya beberap siswa atau anak yang masih  kurang dalam mentaati peraturan atau tata tertib yang ada di sekolah dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak, 5) Peran masing-masing dalam mengatasi faktor penghambat tersebut adalah mengadakan pertemuan dengan orang tua agar menunjang kegaiatan yang ada di sekolah, mengadakan kegiatan yang mendidik anak dan memberi contoh yang baik kepada anak. Pelaksanaan disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya cukup baik sehingga pembinaan yang dilakukan oleh para stakeholder sekolah tidaklah berat, namun masih saja terdapat siswa yang melanggar tata tertib sekolah. Dalam hal ini karakter disiplin sudah harus ditanamkan sejak dini, hal ini sesuai oleh pendapat Semiawan, (2009:27-30) Disiplin merupakan pengaruh yang dirancang untuk membentuk anak mampu mengahadapi lingkungan. Disiplin tumbuh dari kebutuhan menjaga keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat agar memperoleh sesuatu, dengan pembatasan atau peraturan yang diperlukan oleh lingkungan terhadap dirinya. Menciptakan kedisiplinan siswa bertujuan untuk mendidik siswa agar sanggup memerintahkan diri sendiri. Mereka dilatih untuk dapat menguasai kemampuan agar ia dapat mengatur dirinya sendiri, dan dapat mengerti kelemahan atau kekurangan yang ada pada dirinya. Selain itu  dapat diperkuat yang dikemukakan oleh Shochib, (2000:2), pribadi yang memiliki dasar-dasar  dan mampu mengembangkan kedisiplinan diri berarti memiliki keteraturan diri berdasarkan acuan nilai moral. Lebih lanjut siswa dapat mengembangkan kedisiplinan diri, memiliki keteraturan diri berdasarkan nilai agama, nilai budaya, norma-norma masyarakat, dan sikap yang bermakna bagi dirinya sendiri, masyarakat, bangsa, dan negara. 4.          Pengawasan dalam pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya Berdasarkan temuan penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa: 1) Kepala sekolah turut memantau berjalannya pembentukan karakter disiplin siswa seperti tiap minggunya pada saat upacara kepala sekolah memantau apakah siswa sudah disiplin atau belum; 2) Strategi yang dilakukan apabila dibeberapa aspek masih memiliki kekurangan yaitu mensosialisasikan kepada orang tua dengan mengadakan rapat, agar siswa tetap menerapkan di rumah apa yang sudah diajarkan dengan baik oleh sekolah. Tanggung jawab yang besar dan kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah dalam pembentukan karakter di sekolah agar terwujudnya ketercapaian hal tersebut, hal ini sesuai dengan pendapat yang dikemukakan oleh Sagala (2011:126), untuk menjamin mutu pelayanan pendidikan dan mutu manajemen pendidikan, maka pengembangan standar kompetensi kepala sekolah meliputi kompetensi kepribadian, kompetensi manajerial, kompetensi supervisi, dan kompetensi sosial. Hal ini juga diperkuat oleh pendapat Tobroni (2014:54) bahwa kepala sekolah merupakan pimpinan tunggal di sekolah yang mempunyai tanggung jawab dan wewenang untuk mengatur, mengelola, dan menyelenggarakan kegiatan di sekolah, agar tujuan sekolah dapat tercapai. Kepala sekolah harus mempunyai pemikiran luas dan strategi apabila terdapat kendala untuk mencapai tujuan tersebut. Hal ini sesuai dengan pendapat Sagala (2007:141), strategi adalah sekumpulan hipotesis tentang hubungan sebab akibat yang dinyatakan dengan suatu urutan jika-maka. Pelaksanaan strategi dimulai dengan membidik dan melibatkan orang-orang yang harus melaksakannya.   Penutup Simpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang telah diuraikan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: (1) Perencanaan pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya dibagi menjadi dua yaitu visi misi sekolah dan tata tertib sekolah. Visi misi dan tata tertib sekolah dibuat sesuai dengan keadaan dan kebutuhan sekolah, yaitu berdasar pada lingkungan sekolah baik lingkungan eksternal maupun internal, tujuan sekolah dan karakter siswa. Perumusan visi misi dan tata tertib sekolah melibatkan beberapa stakeholder sekolah antara lain kepala sekolah, guru, komite sekolah dan pengawas. Visi misi sekolah dibentuk agar siswa dapat menumbuhkan karakter disiplin dan mengembangkan sikap-sikap baik yang ada dalam diri setiap siswa. Pedoman dalam pembentukan karakter disiplin adalah siswa dibentuk berdasar nilai-nilai dan norma yang ada dalam masyarakat. Sanksi yang diberikan kepada siswa jika melanggar tata tertib yang ada di sekolah ataupun yang sudah disepakati adalah hukuman yang mendidik, bimbingan konseling hingga pemanggilan orang tua. (2) Pengorganisasian pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya. Pembentukan disiplin siswa digabung  secara kolektif semua warga yang ada di sekolah mulai dari kepala sekolah hingga staf dalam kebijakan kepala sekolah. Penanggung jawab terhadap pengorganisasian dalam pembentukan karakter disiplin adalah semua warga sekolah dan yang paling utama adalah guru kelas. Penegakan disiplin melibatkan semua warga sekolah, mulai kepala sekolah, guru hingga staf. (3) Pelaksanaan pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya cukup baik, meskipun masih ada beberapa pelanggaran. Pembinaan kepala sekolah terhadap siswa melalui kegiatan upacara ataupun hari-hari besar nasional yang diadakan di sekolah untuk meningkatkan kedisiplinan anak. Bentuk kegiatan yang dilakukan untuk membentuk karakter disiplin siswa melalui kegiatan baris-berbaris sebelum masuk ke ruang kelas, upacara ataupun kegiatan ekstrakulikuler yang ada di sekolah. Faktor penghambat  dalam pelaksanaan pembentukan karakter disiplin siswa adalah masih adanya beberapa siswa yang melanggar peraturan atau tata tertib yang ada di sekolah dan kurangnya perhatian orang tua terhadap anak. (4) Pengawasan pembentukan karakter disiplin siswa di SD Negeri Balas Klumprik 1 Surabaya dilakukan oleh kepala sekolah. Kepala sekolah turut memantau berjalannya pembentukan karakter disiplin siswa. Strategi yang dilakukan apabila dibeberapa aspek masih memiliki kekurangan yaitu mensosialisasikan kepada orang tua dengan mengadakan rapat, agar siswa tetap menerapkan di rumah apa yang sudah diajarkan dengan baik oleh sekolah.     Saran Berdasrkan hasil penelitian dan kesimpulan yang telah dipaparkan di atas, peneliti menawarkan beberapa saran yang terkait dalam bahasan penelitian ini, antara lain: (1) Bagi Kepala Sekolah hendaknya diharapkan membuat sistem terhadap sanksi yang diberikan kepada siswa agar terwujudnya sikap disiplin pada anak (2) Bagi Waka bagian Kurikulum hendaknya  melakukan analisis dibeberapa aspek yang masih mengalami hambatan. (3) Bagi Waka bagian Kesiswaan hendaknya membuat program atau kegiatan untuk meningkatkan kedisiplinan siswa   Daftar Pustaka Arikunto (2006). Metodelogi Penelitian. Yogyakarta: Bina Aksara  Azwar, S. 2007. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Curvin, dan Mindler. 1999. Discipline With Dignity. USA: Association For Supervision And Curriculum Development  Damayanti, D. 2014. Panduan Implementasi Pendidikan Karakter di Sekolah. Yogyakarta: Araska Dharma, Surya. 2007. Diklat Manajemen Unit Produksi/ Jasa sebagai Sumber Belajar Siswa dan Penggalian dana Pendidikan Persekolahan. Jakarta: Dirjen PMPTK. Fitri, Agus Zaenul. 2012. Pendidikan Karakter Berbaasis Nilai dan Etika di Sekolah. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Keputusan Presiden RI Nomor 33 Tahun 1995 tentang gerakan disiplin nasional Lickona, Thomas. 2013. Pendidikan Karakter Pandua Lengkap Mendidik Siswa Menjadi Pintar dan Baik. Cetakan ke satu. Bandung: Penerbit Nusa Media. Megawangi, Ratna. 2015. Inilah Tahap-tahap Pembentukan Karakter Siswa, (online), (http://www.abdimadrasah.com/2015/05/inilah-tahap-tahap-pembentukan-karakter-siswa.html?m=1, diakses pada tanggal 22 Maret 2017) Moleong. Lexy J. 2012. Metodelogi Penelitian Kulaitatif. Edisi Revisi. Bandung: Remaja Rosada Karya Rahyubi, Heri. 2012. Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung : Nusa Media. Robbins dan Judge. 2008. Perilaku Organisasi, Edisi Duabelas. Jakarta: Salemba Empat Sagala, Syaiful. 2013. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. Sallis, Edward. 1993. Total Quality Management in Education. Logan : Kogan Page Satori, Djama’an dan Komariah, Aan. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta. Semiawan, Conny R. 2009. Penerapan Pembelajaran Pada Anak. Jakarta: PT Ideks. Shochib. 2000. Pola Asuh Orangtua dalam Membantu Anak Mengembangkan Disiplin Diri. Jakarta. Rineka Cipta. Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta Supardi, M.d (2006). Metodologi Penelitian. Mataram: Yayasan Cerdas Press Suyadi. 2013. Strategi Pembelajaran Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya. Taufiqurokhman. 2016. Manajemen Strategik. Jakarta Pusat: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Prof. Dr. Moestopo Beragama. No ISBN: 9-781234-567897 https://moestopo.ac.id/wp-content/uploads/2016/09/MANAJEMEN-STRATEGIK-Oleh-Dr.-Taufiqurokhman.-M.Si_.pdf. Diakses pada tanggal 22 maret 2017. Tulus, Tu’u. 2004. Peran Disiplin pada Perilaku dan Prestasi Belajar. Jakarta: Grasindo. Ulfatin, Nurul. 2013. Metode Penelitian Kualitatif di bidang Pendidikan: Teori dan Aplikasinya. Studi Kasus, Etnografi, Interaksi Simbolik Penelitian Tindakan Pada Konteks Manajemen Pendidikan  . Malang: Media Nusa Creative. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 ayat 1  
PENGELOLAAN PERPUSTAKAAN DALAM UPAYA MENINGKATKAN LAYANAN PRIMA (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 TAMAN KABUPATEN SIDOARJO) MAULIDIAH, DIAN
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 6, No 1 (2018): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PELAKSANAAN KEPEMIMPINAN DEMOKRATIS KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI 2 TAMAN SIDOARJO NINGSIH, YULIA
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 6, No 1 (2018): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PERAN KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI 6 SURABAYA DWI UTAMI, ANA
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 6, No 1 (2018): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PERAN KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI 6 SURABAYA Ana Dwi Utami Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya E-mail: dwitaana5@gmail.com   Dr. Erny Roesminingsih, M.Si Dosen Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya E-mail: erny_roes@yahoo.com   Abstrak Masih minimnya kepala sekolah yang memfokuskan kepemimpinannya pada pembelajaran menjadi salah satu faktor penghambat tecapainya tujuan pendidikan nasional. Kepemimpinan pembelajaran sebagai salah satu kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah, sebagai upaya untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas di sekolah melalui peningkatan kompetensi guru. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis; 1) peran kepala sekolah sebagai pembimbing pengembangan proses pembelajaran; dan 2) peran kepala sekolah sebagai pengembang profesionalisme guru di SMP Negeri 6 Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data manusia dan sumber data non-manusia. Analisis data dilakukan dengan kondensasi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Uji keabsahan data dengan menggunakan uji kredibilitas, uji transferabilitas, uji dependabilitas dan uji konfirmabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) peran pemimpin pembelajaran sebagai pembimbing pengembangan proses pembelajaran meliputi (a) kegiatan monitoring/ pemantauan yang dilaksanakan rutin di sekolah untuk menciptakan pembelajaran kondusif, dan (b) pemberian motivasi yang bertujuan agar warga sekolah mampu mengembangkan prestasinya; (2) peran pemimpin pembelajaran sebagai pengembang profesionalisme guru meliputi (a) kegiatan pelatihan yang dimaksudkan untuk mendukung kompetensi yang dimiliki guru, dan (b) supervisi pembelajaran yang dilaksanakan untuk membantu guru memecahkan permasalahan yang dihadapi ketika mengajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran kepemimpinan pembelajaran ini berdampak positif pada meningkatnya kualitas pembelajaran di sekolah. Kata Kunci: pemimpin pembelajaran, monitoring, motivasi, pelatihan, supervisi pembelajaran   Abstract Still the lack of Headmasters who focus on their leadership, it becomes one of the factors which barriers in achieving national education goal. Leadership learning as one of competencies which is owned by headmaster, as one of efforts to create the learning quality in school by increasing teacher’s competency.  This research aims to describe and analysis; 1) the role of headmaster as advisor of improvement of learning process; and 2) The role of headmaster as the developer of teacher’s professionalism in State Junior High School 6 of Surabaya. This research uses qualitative approach with the design of case study research.  The data collection technique uses interview, observation and documentation study. The data sources in this research are human data source and non-human data source. The data analysis technique uses data condensation, presenting data and drawing conclusion. The data validity test uses credibility test, transferability test, dependability test, and conformability test. The result of this research shows that: (1) the role of learning leader as the advisor of improvement of learning process includes (a) monitoring activity which is conducted continuously in school to create learning conducive, and (b) motivation giving in order to make school’s members are able to improve their achievement; (2) The role of learning leader as the developer of teacher’s professionalism includes (a) training activity which aims to support teacher’s competency, and (b) Learning supervision which is conducted to support the teachers in solving their problem when teaching. With that, it can be concluded that the role of this learning leadership has positive effect to the improvement of  leaning quality in school.    Key Words: learning leader, monitoring, motivation, training, learning supervision.         PENDAHULUAN Belajar merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Belajar sering dikaitkan dengan bagaimana guru memberikan pembelajaran pada siswa. Sering kita jumpai beberapa peristiwa pembelajaran yang kurang menyenangkan sehingga kelas menjadi tidak kondusif. Hal ini dapat menjadi faktor penghambat dalam majunya pembangunan khususnya pendidikan. Sebagian orang mengatakan bahwa Indonesia telah kehilangan pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, pembelajaran berkualitas dipandang perlu untuk menjadi fokus utama pendidikan kita sebagai alternatif jalan keluar dari permasalahan tersebut. Kualitas pembelajaran secara operasional menurut Rossow (Kusmintardjo, 2014: 209), dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis antara guru, siswa, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang benar harus melibatkan peserta didik secara langsung, karena objek utama pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Pembelajaran berkualitas dapat terjadi dengan adanya pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, siswa mampu berinteraksi dengan mata pelajaran lain dan siswa mampu mengkontekskan hasil pembelajaran. Pembelajaran yang efektif di kelas lebih memberdayakan potensi siswa dan pencapaian tujuan serta target kurikulum. Pembelajaran yang berkualitas akan memfasilitasi proses pembelajaran agar siswanya meningkat prestasinya, meningkat karakter yang melekat pada dirinya, jiwa kewirausahaannya, keingintahuannya, inovasi dan kreativitasnya, serta meningkat kesadarannya untuk belajar secara terus menerus sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan sangat pesat (Daryanto, 2011: 70). Hal ini dapat dicapai dengan memperbaiki kepemimpinan pembelajaran yang ada di sekolah karena kepemimpinan pembelajaran menempati posisi yang urgent mengingat pembelajaran yang baik merupakan goal oriented dari terbentuknya lembaga pendidikan. Peran kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah memiliki kontribusi penting untuk mencapai tujuan tersebut. Komisi Redisain Kepemimpinan Pembelajaran (The Instructional Leadership Redesign Comission, Tennesee, USA, 2008: 17) mendefinisikan kepemimpinan pembelajaran sebagai berikut: Instructional Leadership is leader that ensure school programs, procedures, and practices focus on the learning and achievement of all students and support the social and emotional development necessary for students to attain academic success, which cover 7 component standarts: continuous improvement, culture for teaching learning, assesment, profesional growth, management of the school, ethics, and diversity. (Learning Centered Leadership Policy, ILRC, Tennessee, USA. 2008). Definisi tersebut menjelaskan bahwa kepemimpinan pembelajaran yang berfokus pada pembelajaran, bermakna bahwa proses penyelenggaraan sekolah diarahkan pada perbaikan secara terus menerus terhadap mutu kualitas pembelajaran dengan menciptakan budaya belajar, penilaian berkelanjutan, pengembangan profesionalitas guru, manajemen sekolah yang berbasiskan etika, dan toleransi terhadap keberagaman siswa yang kesemuanya diarahkan pada peningkatan layanan prima untuk pencapaian prestasi akademik siswa yang tinggi. Menurut Gorton (Astuti, 2011: 68), kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran (instructional leader), merupakan sosok unik yang diharapkan mampu menyusun strategi dalam membantu kemajuan sekolah meraih visi yang diidamkan dan sangat menentukan kesuksesan sekolah. Tiga gagasan dasar menurut Idris (2007: 24-25) tentang pengkaitan peranan kepemimpinan pengajaran dari seorang kepala sekolah dengan ciri dan tingkah laku kepala sekolah efektif yang dilihat dari visi sekolah adalah sebagai berikut: 1) kepala sekolah yang efektif memiliki dan memegang teguh visi atau image tentang apa yang akan dicapai; 2) visi ini menuntun kepala sekolah dalam mengelola dan memimpin sekolahnya; dan 3) kepala sekolah yang efektif memusatkan kegiatannya pada pengajaran dan kinerja (unjuk kerja) guru di kelas. Kepemimpinan pembelajaran yang efektif dan optimal dari kepala sekolah akan mewujudkan suasana pembelajaran yang mendukung ketercapaian tujuan sekolah. Landasan yuridis tentang kepemimpinan pembelajaran adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya bahwa efektivitas kepala sekolah dinilai angka kreditnya dalam kompetensi: 1) kepribadian dan sosial; 2) kepemimpinan pembelajaran; 3) pengembangan sekolah dan madrasah; 4) manajemen sumber daya; 5) kewirausahaan sekolah/ madrasah; dan 6) supervisi pembelajaran. (Wardani, dkk., 2015: 684-685). Kepemimpinan pembelajaran sangat cocok diterapkan di sekolah karena misi utama sekolah adalah mendidik semua siswa agar siap menghadapi masa depan yang belum diketahui, yang syarat akan tantangan-tantangan (Ditjen-PMPTK, 2010:1). Kepemimpinan pembelajaran sangat penting diterapkan karena mampu: 1) meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan; 2) mendorong dan mengarahkan warga sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik; 3) memfokuskan kegiatan-kegiatan warga sekolah untuk menuju pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah; dan 4) membangun komunitas belajar warga sekolah dan bahkan mampu menjadikan sekolahnya sebagai sekolah pembelajar. (Wardani, dkk., 2015: 686). SMP Negeri 6 Surabaya adalah sekolah unggulan yang terletak di Jalan Jawa Nomor 24 Gubeng Kota Surabaya. Sekolah ini telah menerapkan sistem fullday school sejak tahun 2007 hingga sekarang. Sekolah ini termasuk sekolah yang berukuran kecil dan berlantai tiga karena lokasinya yang berada di daerah padat penduduk. Keunikan SMP Negeri 6 Surabaya ini adalah seringnya mendapatkan penghargaan karena prestasi yang telah diraih. Berbagai prestasi tersebut tidak lepas dari peran kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah yang terus memberikan dukungan untuk pengembangan belajar siswa. Kepala SMP Negeri 6 Surabaya adalah sosok pemimpin yang ulet, disiplin, cerdas, dan pernah meraih penghargaan sebagai Kepala Sekolah Berprestasi tingkat Nasional. Kepemimpinannya di SMP Negeri 6 Surabaya ini telah membawa berbagai perubahan atau inovasi demi kemajuan sekolah, melalui implementasi peran kepala sekolah sebagai pembimbing pengembangan proses pembelajaran dan sebagai pengembang profesionalisme guru. Kepala sekolah dalam membimbing pengembangan proses pembelajaran berperan dalam mendukung proses pembelajaran siswa di sekolah. Dalam hal ini, Kepala SMP Negeri 6 Surabaya telah melaksanakan monitoring terhadap kinerja guru sebagai langkah untuk membantu guru dalam memecahkan masalah yang dihadapi ketika mengajar. Selain dengan memantau melalui CCTV sekolah, monitoring tersebut juga dilaksanakan kepala sekolah dengan kunjungan ke kelas-kelas ketika guru sedang dalam proses pembelajaran. Selain itu, kepala sekolah juga selalu memberikan motivasi kepada guru sebagai upaya untuk menumbuhkan semangat guru dalam mengajar, baik dalam dukungan kebijakan ataupun fasilitas yang disediakan sekolah. Salah satu dampak dari kegiatan ini adalah guru lebih mampu menggunakan Teknologi Informasi (IT) dalam pembelajaran, baik dalam proses pembelajaran, maupun dalam penilaian hasil belajar. Selain perannya dalam membimbing pengembangan proses pembelajaran, Kepala Sekolah juga berperan dalam mengembangkan profesionalisme guru. Dalam hal ini, kepala SMP Negeri 6 Surabaya mengikutsertakan guru dalam kegiatan-kegiatan pelatihan baik akademik maupun non-akademik, pembinaan dan diskusi. Kegiatan ini melibatkan seluruh guru di SMP Negeri 6 Surabaya, dimana terdapat penunjukan tugas dari kepala sekolah dan juga ada guru yang ingin mengembangkan kompetensi diri karena adanya inisiatif dari guru itu sendiri. Kepala sekolah juga memberikan supervisi pembelajaran untuk pengembangan kompetensi guru dalam mengajar.  Peningkatan profesionalisme guru ini berdampak pada meningkatnya kemampuan guru dalam mengajar dan kepercayaan diri dalam memberikan pelayanan pada siswa. Salah satu dampak tersebut adalah guru di SMP Negeri 6 Surabaya lebih tanggap terhadap pembaruan pembelajaran yang digunakan di masyarakat. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis peran kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah sebagai pembimbing pengembangan proses pembelajaran dan pengembang profesionalisme guru di SMP Negeri 6 Surabaya.   METODE Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan rancangan penelitian studi kasus. Kehadiran peneliti di lapangan sebagai pengumpul data utama. Informan penelitian adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, guru kelas I, dan guru kelas II. Pengumpulan data dilaksanakan dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.   HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini berdasarkan pada focus penelitian, yakni peran kepemimpinan pembelajaran sebagai pembimbing pengembangan proses pembelajaran melalui a) monitoring, dan b) pemberian motivasi; dan sebagai pengembang profesionalisme guru melalui a) pelatihan dan  b) supervisi pembelajaran di SMP Negeri 6 Surabaya.   Hasil Peran Pembimbing Pengembangan Proses Pembelajaran Monitoring Monitoring adalah salah satu program pembimbingan pengembangan proses pembelajaran di SMP Negeri 6 Surabaya. Monitoring ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan kepala sekolah untuk memantau kinerja guru. Kegiatan monitoring diadakan rutin setiap hari di sekolah dengan tujuan agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Kegiatan ini dilaksanakan dengan berjalan berkeliling ke teras kelas untuk memantau guru dan siswa terutama setelah jam masuk berbunyi. Pelaksanaan kegiatan monitoring selain dengan berjalan berkeliling juga dilaksanakan dengan menggunakan media CCTV. Media ini berguna untuk memudahkan kepala sekolah dalam memantau kelas, dan dirasa efektif serta hasilnya terlihat lebih apa adanya dan tidak dibuat-buat. CCTV ini dipasang di kelas-kelas, dan monitor/ pemantau berada di ruang kepala sekolah dan staf sekolah. Akan tetapi CCTV ini terkadang eror atau tidak berfungi sehingga media ini jarang digunakan. Dari hasil observasi dan studi dokumentasi, proses pemantauan di sekolah juga dilaksanakan melalui pengumpulan jurnal harian kelas oleh wali kelas tiap minggu sekali. Dalam jurnal harian kelas tersebut terdapat kolom-kolom yang berisi keterangan hari/ tanggal, mata pelajaran, jam-jam kosong, dan catatan terkait pembelajaran kelas. Jurnal tersebut akan direkap untuk dilaporkan ke kepala sekolah dan ditindaklanjuti sebagaimana mestinya. Pelaksana monitoring selain dilakukan langsung oleh kepala sekolah, juga dibantu oleh wakil kepala sekolah atau staf. Mengingat tugas kepala sekolah yang tidak hanya fokus di sekolah, maka pemantauan ini harus menjadi tanggung jawab wakil kepala dan staf yang ditunjuk untuk menggantikan. Tindak lanjut monitoring dibutuhkan agar kesalahan yang dilakukan guru atau siswa pada hari itu dapat diperbaiki dan dipraktekkan dihari yang lain. Tindak lanjut ini dapat berupa peneguran langsung ataupun keteladanan. Peneguran langsung diberikan ketika kepala sekolah menemukan kesalahan yang dilakukan guru saat itu juga dan diberi masukan-masukan yang membangun, sedangkan keteladanan diberikan kepala sekolah melalui sikap dan perilaku yang dimunculkan oleh kepala sekolah. Motivasi Motivasi termasuk dalam salah satu pembimbingan proses pembelajaran oleh Kepala sekolah. Motivasi merupakan salah satu faktor kesuksesan suatu lembaga untuk terus berkembang. Kepala sekolah mengambil peran penting sebagai motivator untuk pengembangan sekolah tersebut. Pemberian motivasi dari kepala SMP Negeri 6 Surabaya, diberikan dengan adanya arahan tiap hari senin ketika upacara bendera, melalui reward, dan melalui papan-papan poster yang terpasang dilingkungan sekolah.  Arahan tiap hari senin merupakan kegiatan rutin yang diberikan baik oleh kepala sekolah maupun staf sekolah untuk memberikan masukan-masukan yang membangun untuk kelancaran pembelajaran. Misalnya dalam hal Ulangan Harian, Ujian Tengah Semester, maupun Hari-Hari Nasional.   Reward diberikan untuk guru dan siswa yang berprestasi agar mereka dapat berkreasi untuk kedepannya. Reward ini diberikan dalam bentuk kenang-kenangan dan juga dukungan moril. Motivasi di sekolah juga digambarkan melalui papan-papan poster yang terpasang di lingkungan sekolah. Papan poster ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan motivasi diri warga sekolah yang mendukung pembelajaran berkualitas. Papan-papan poster tersebut terpasang hampir di setiap sudut sekolah yang bertujuan agar warga sekolah selalu membacanya dan terus mengingatnya.    Peran Pengembang Profesionalisme Guru Pelatihan Pelatihan adalah bagian dari pengembangan profesioalisme guru yang diberikan oleh kepala sekolah. Pelatihan merupakan salah satu komponen pendukung dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki. Pelatihan untuk pengembangan profesionalisme guru di SMP Negeri 6 Surabaya dilaksanakan menyesuaikan kebutuhan sekolah. Kegiatan pelatihan di sekolah diimplementasikan melalui workshop dengan mendatangkan pemateri dari luar pada kurun waktu yang kondisional serta fokus pada materi yang berkaitan dengan inovasi pendidikan.  Pelatihan dilaksanakan dengan sistem penunjukan tugas. Penunjukan tugas tersebut merupakan kegiatan untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang lebih pada guru dan pengetahuan baru yang telah diperoleh dapat ditularkan pada guru yang lain di SMP Negeri 6 Surabaya. Pelatihan ini sekaligus merupakan pemberian tanggung jawab langsung dari kepala sekolah.   Pelaksanaan pelatihan di SMP Negeri 6 Surabaya tidak jarang menghadapi berbagai kendala yang perlu untuk diselesaikan secara bersama-sama. Kendala yang dihadapi adalah terkait dengan waktu pelaksanaan pelatihan. Waktu pelaksanaan ini berkaitan dengan jam mengajar guru SMP Negeri 6 Surabaya yang padat sehingga pelatihan harus menyesuaikan jadwal guru.   Supervisi Pembelajaran Supervisi pembelajaran merupakan kegiatan pengembangan profesionalisme guru dalam mengajar dan juga untuk membantu guru dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi ketika mengajar. Supervisi pembelajaran di SMP Negeri 6 Surabaya dilaksanakan secara terprogram oleh pihak sekolah. Kegiatan ini dimulai dengan pengisian angket yang disediakan sekolah untuk kemudian dibuatkan jadwal sesuai dengan kesiapan guru untuk disupervisi.   Supervisi pembelajaran dilakukan dengan kunjungan kelas dan pengisian angket. Kunjungan kelas ini dilakukan langsung oleh kepala sekolah dan guru senior pengganti kepala sekolah ketika berhalangan hadir. Sedangkan pengisian angket ini lebih kepada penentuan jadwal supervisi pembelajaran itu sendiri.  Supervisi pembelajaran selain dilaksanakan oleh kepala sekolah, juga dibantu oleh guru-guru senior yang telah ditunjuk untuk melaksanakan supervisi pembelajaran di kelas. Supervisi pembelajaran yang dilakukan guru senior, harus melampirkan rekaman video untuk diserahkan ke kepala sekolah untuk ditindaklanjuti. Tindak lanjut dari supervisi pembelajaran yakni memungkinkan adanya diskusi personal yang dilakukan antara kepala sekolah dan guru untuk sama-sama menemukan solusi yang sesuai dengan kebutuhan guru.    Pembahasan Peran Pembimbing Pengembangan Proses Pembelajaran di SMP Negeri 6 Surabaya Hasil temuan dilapangan diketahui bahwa sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran, kepala sekolah mengimpelementasikan program pengembangan sekolah yang mengacu pada hal tersebut. Sekolah memandang bahwa proses pembelajaran merupakan sesuatu yang vital dalam kegiatan belajar mengajar. Karena keberhasilan dari pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai elemen, diantaranya kepala sekolah, guru, media, metode, dan juga lingkungan yang kondusif. Dalam hal ini peran kepala sekolah sebagai pemimpin tunggal dalam suatu lembaga dapat dijadikan fokus perhatian untuk mencapai tujuan tersebut. Keberhasilan sekolah dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang berkualitas tidak dapat dipisahkan dari kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan administrator yang bertanggungjawab penuh terhadap keberhasilan belajar setiap peserta didiknya, dengan menyediakan fasilitas, lingkungan belajar, dan program pembelajaran yang memungkinkan siswa bisa berkembang dengan baik. (Herawan, 2013: 262). Kepala sekolah yang memfokuskan kepemimpinannya pada pembelajaran maka ia telah menerapkan kepemimpinan pembelajaran. Salah satu temuan penelitian disebutkan bahwa peran kepemimpinan pembelajaran yang tergambar di SMP Negeri 6 Surabaya adalah dengan menerapkan peran pembimbing pengembangan proses pembelajaran dimana kepala sekolah berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif melalui peningkatan disiplin dari warga sekolah. Peran pembimbing pengembangan proses pembelajaran oleh kepala sekolah diimplementasikan melalui kegiatan monitoring atau pemantauan. Sejak tahun 2013, selain menjalankan tugas manajerial, kepala sekolah juga rutin melaksanakan kegiatan monitoring untuk memantau kinerja guru dan siswa, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana implementasi program tersebut dijalankan dan efeknya terhadap kualitas pembelajaran. Kegiatan ini sendiri bukan merupakan agenda yang dijadwalkan oleh pihak sekolah, namun lebih kepada agenda rutinitas yang waktu pelaksanaannya lebih kondisional. Dengan dirutinkannya kegiatan ini diharapkan guru dan juga siswa dapat meningkat kedisiplinannya sehingga pembelajaran dapat berjalan kondusif. Monitoring ini dilaksanakan dengan observasi atau berjalan berkeliling ke teras-teras kelas pada jam-jam tertentu yang bertujuan untuk mengetahui secara langsung kondisi kelas, sebagaimana Suryana (Daman, 2012: 23) yang menyebutkan bahwa observasi merupakan kunjungan secara langsung ke tempat kegiatan, sehingga semua kegiatan yang sedang berlangsung atau obyek yang ada dapat diobservasi dan dilihat. Kepala sekolah memantau guru dan juga siswa yang masih berkeliaran di luar kelas setelah jam masuk berbunyi. Hal ini dilaksanakan untuk menghindari kelas yang kosong sehingga pembelajaran dapat berjalan kondusif. Menurut Mulyasa (2012: 56) seorang kepala sekolah  harus sadar bahwa keberhasilannya bergantung pada orang lain, seperti guru dan tenaga kependidikan. Dalam hal ini, untuk mengembangkan proses pembelajaran kepala sekolah memanfaatkan media CCTV sebagai alternatif dari observasi dengan memanfaatkan staf untuk membantu pelaksanaan program. Penggunaan media ini dimaksudkan untuk memudahkan kepala sekolah dalam memantau kelas karena dirasa efektif, hasilnya terlihat lebih apa adanya dan tidak dibuat-buat. Untuk memudahkan pemantauan, CCTV ini dipasang di kelas-kelas dan monitor/ pemantau berada di ruang kepala sekolah dan staf sekolah. Akan tetapi, media CCTV ini jarang digunakan karena terkadang eror atau tidak berfungi. Kepemimpinan pembelajaran lebih bersifat transaksional yang dicirikan dengan pemuasan mengenai kebutuhan para guru dan murid berdasarkan tujuan yang disepakati bersama (Kusmintardjo, 2014: 204). Untuk mendukung kebutuhan tersebut, kepala sekolah mengadakan kegiatan pengumpulan jurnal harian kelas oleh wali kelas tiap minggu sekali sebagai salah satu upaya untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan guru dan siswa dalam kelas. Dalam jurnal harian kelas tersebut terdapat kolom-kolom yang berisi keterangan hari/ tanggal, mata pelajaran, jam-jam kosong, dan catatan terkait pembelajaran kelas selama satu minggu. Jurnal tersebut akan direkap untuk dilaporkan ke kepala sekolah dan ditindaklanjuti sebagaimana mestinya. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi bawahannya agar dapat bekerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Namun hal ini, manusia selalu dikendalikan dan dioengaruhi oleh kondisi fisik yang dimilikinya dan juga faktor psikis. Sehingga kepala sekolah harus berupaya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dengan melihat permasalahan yang terjadi (Triyanto, dkk.: 2013: 235). Untuk mengatasi kemungkinan tersebut, kepala sekolah SMP Negeri 6 Surabaya berupaya untuk memberikan motivasi warga sekolah agar dapat terus menjalankan tugasnya dengan baik, yaitu dengan memberikan dorongan berupa reward (hadiah) dalam bentuk kenang-kenangan bagi mereka yang berprestasi dan mendatangkan tokoh-tokoh yang berpengaruh agar warga sekolah dapat meniru perjuangan mereka. Kepala sekolah juga memasang papan-papan poster di lingkungan sekolah guna tercapainya tujuan peningkatan kualitas proses pembelajaran yang menjadi tujuan sekolah. Pemberian motivasi ini bukan tanpa adanya alasan, namun karena adanya keinginan dari kepala sekolah untuk menjadikan lingkungan SMP Negeri 6 Surabaya sebagai lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dengan cara menggerakkan stakeholder sekolah agar dapat berkembang. Sebagaimana yang diungkapkan Wahyudi (2012: 101) bahwa proses terjadinya motivasi seseorang merupakan gabungan dari kebutuhan, dorongan, tujuan, dan imbalan. Hal ini menunjukkan bahwa, selain dari diri individu (motivasi instrinsik), motivasi juga dapat dimunculkan karena adanya pengaruh dari orang lain (motivasi ekstrinsik).   Peran Pengembang Profesionalisme Guru di SMP Negeri 6 Surabaya Triyanto, dkk. (2013: 234) dalam penelitiannnya menjelaskan bahwa kepala sekolah yang berperan aktif dalam memajukan proses pembelajaran agar pembelajaran di sekolah dapat berjalan efektif dan efisien dengan berbagai cara, diantaranya mendorong guru untuk meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme dalam mengajar, mendorong guru untuk memberdayakan penggunaan media dalam proses pembelajaran, mendorong guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan baik yang diadakan oleh dinas terkait maupun pihak lain, melengkapi sarana prasarana pembelajaran serta mengadakan pertemuan rutin sebagai media untuk sharing antara guru-guru dengan kepala sekolah. Hal tersebut sesuai dengan temuan penelitian di SMP Negeri 6 Surabaya, dimana kepala sekolah berupaya mengembangkan profesionalisme guru dengan menunjuk guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan dan juga mengadakan pertemuan untuk sharing melalui kegiatan supervisi pembelajaran. Pengembangan profesionalisme guru menjadi kebutuhan di setiap sekolah yang berkeinginan untuk menjadikan sekolah sebagai salah satu sekolah unggulan.  Hal tersebut juga menjadi perhatian di SMP Negeri 6 Surabaya, dimana guru-guru disiapkan untuk menjadi guru yang berkompeten dibidangnya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan pengembang kompetensi guru. Salah satunya adalah kegiatan pelatihan atau workshop. Pribadi (2016: 1) mengatakan bahwa: “pelatihan merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) pada sebuah institusi. Pelatihan yang dijalankan secara efektif dan efisien akan memberikan kontribusi yang positif untuk perkembangan lembaga khususnya pendidikan. Dalam hal ini, pelatihan untuk mengembangkan kompetensi guru di SMP Negeri 6 Surabaya dilaksanakan dalam kurun waktu tiga kali dalam satu tahun. Biasanya diadakan pada bulan Maret, Juli, dan juga September. Pelatihan ini dilaksanakan secara insidentil bergantung pada kebutuhan sekolah. Pelatihan yang dilaksanakan juga lebih bersifat workshop, dimana setelah guru mendapatkan materi, guru dituntut untuk langsung mempraktikkannya pada proses pembelajaran kelas. Pelatihan dilaksanakan dengan menggunakan sistem penunjukan tugas. Pengembangan kompetensi melalui pelaksanaan tugas pada dasarnya adalah upaya memadukan antara potensi profesional dengan pelaksanaan tugas-tugas pokoknya. Dengan cara ini, tugas-tugas yang diberikan dalam pelaksanaan tugas, secara langsung maupun tidak langsung merupakan upaya peningkatan kompetensi guru (Mudlofir, 2012: 132-137). Penunjukan tugas tersebut merupakan kegiatan untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang lebih pada guru dan pengetahuan baru yang telah diperoleh dapat ditularkan pada guru yang lain selingkup SMP Negeri 6 Surabaya pada khususnya. Pelatihan ini sekaligus merupakan pemberian tanggung jawab langsung dari kepala sekolah kepada guru di sekolah. Pelatihan di SMP Negeri 6 Surabaya tidak jarang menghadapi berbagai kendala yang perlu untuk diselesaikan secara bersama-sama. Kendala yang dihadapi adalah terkait dengan waktu pelaksanaan pelatihan. Waktu pelaksanaan ini berhubungan dengan jam mengajar guru SMP Negeri 6 Surabaya yang padat sehingga untuk mengatasi masalah tersebut pihak sekolah berupaya untuk melaksanakan pelatihan yang disesuaikan dengan jadwal guru. Selain dengan mengadakan pelatihan di sekolah, peran pengembang profesionalisme guru juga diimplementasikan melalui kegiatan supervisi pembelajaran di sekolah. Mulyasa (2015: 241) menyatakan: “pada hakikatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu pembinaan yang kontinyu, pengembangan kemampuan professional personel, perbaikan situasi belajar mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik”. Supervisi pembelajaran di SMP Negeri 6 Surabaya serupa dengan pendapat Mulyasa bahwa supervisi ini ditujukan agar dapat memperbaiki masalah yang dihadapi guru dalam mengajar dan sebagai upaya pembinaan bagi guru secara kontinyu. Kepala sekolah selalu memberikan masukan-masukan yang membangun ketika mengadakan supervisi pembelajaran dengan mengobservasi kelas. Tujuannya adalah untuk memperbaiki masalah-masalah pembelajaran yang sering dihadapai guru di dalam kelas. Hal ini tentu saja memberikan dampak pada kualitas pembelajaran kelas di sekolah. Supervisi pembelajaran dilakukan dengan kunjungan kelas dan pengisian angket. Kunjungan kelas ini bertujuan untuk mendapatkan informasi secara langsung dan ada apanya, sehingga kepala sekolah dapat menilai kelebihan dan kekurangan guru secara langsung. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mulyasa (2015: 245) kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang proses belajar mengajar secara langsung, baik yang mengangkut kelebihan maupun kekurangannya. Melalui teknik ini, kepala sekolah dapat mengamati secara langsung kegiatan guru dalam melaksanakan tugas utamanya, mengajar, penggunaan alat, metode, dan teknik mengajar secara keseluruhan dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Supervisi pembelajaran selain dilaksanakan oleh kepala sekolah, juga dibantu oleh guru-guru senior yang telah ditunjuk untuk melaksanakan supervisi pembelajaran di kelas. Hal ini dilaksanakan ketika kepala sekolah sedang berhalangan hadir atau sedang ada tugas di luar sekolah. Supervisi pembelajaran yang dilakukan guru senior, harus melampirkan rekaman video untuk diserahkan ke kepala sekolah untuk ditindaklanjuti. Dari hasil rekaman tersebut, kepala sekolah dapat melihat bukti valid dari pelaksanaaan supervisi pembelajaran, sehingga kepala sekolah juga dapat menilai apa kekurangan dan kelebihan guru ketika mengajar. Tindak lanjut dari supervisi pembelajaran di SMP Negeri 6 Surabaya dibutuhkan sebagai langkah perbaikan dari proses supervisi pembelajaran yang telah dilakukan. Tindak lanjut ini memungkinkan adanya diskusi personal yang dilakukan antara kepala sekolah dan guru untuk sama-sama menemukan solusi yang sesuai dengan kebutuhan guru. Kepala sekolah juga akan memonitor kemajuan mengajar guru pasca supervisi melalui jurnal harian yang dilaporkan oleh wali kelas tiap minggunya sebagai upaya pengembangan untuk guru-guru ketika mengajar.   PENUTUP Simpulan  Pembimbing pengembangan proses pembelajaran dilaksanakan melalui kegiatan monitoring dan pemberian motivasi. Monitoring ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan kepala sekolah untuk memantau kinerja guru. Kegiatan monitoring sendiri diadakan rutin setiap hari di sekolah dengan tujuan agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Kegiatan ini dilaksanakan dengan berjalan berkeliling ke teras kelas, memanfaatkan media CCTV dan juga pengumpulan jurnal harian kelas oleh wali kelas tiap minggu sekali. Pelaksana monitoring selain dilakukan langsung oleh kepala sekolah, juga dibantu oleh wakil kepala sekolah atau staf. Tindak lanjutnya berupa peneguran langsung ataupun keteladanan. Pemberian motivasi dari kepala SMP Negeri 6 Surabaya, diberikan dengan memberikan arahan tiap hari senin ketika upacara bendera, melalui reward, dan melalui papan-papan poster yang terpasang dilingkungan sekolah. Pelatihan untuk pengembangan profesionalisme guru di SMP Negeri 6 Surabaya dilaksanakan menyesuaikan kebutuhan sekolah. Kegiatan pelatihan di sekolah diimplementasikan melalui workshop dengan mendatangkan pemateri dari luar pada kurun waktu yang kondisional serta fokus pada materi yang berkaitan dengan inovasi pendidikan. Pelatihan dilaksanakan dengan sistem penunjukan tugas. Bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang lebih pada guru dan pengetahuan baru yang telah diperoleh dapat ditularkan pada guru yang lain di SMP Negeri 6 Surabaya. Pelatihan ini sekaligus merupakan pemberian tanggung jawab langsung dari kepala sekolah. Kendala yang dihadapi adalah terkait dengan waktu pelaksanaan pelatihan yang harus menyesuaikan jadwal guru. Supervisi pembelajaran di SMP Negeri 6 Surabaya dilaksanakan secara terprogram oleh pihak sekolah. Kegiatan ini dimulai dengan pengisian angket yang disediakan sekolah untuk kemudian dibuatkan jadwal sesuai dengan kesiapan guru untuk disupervisi. Supervisor berasal dari internal sekolah, yakni kepala sekolah dan guru senior pengganti ketika kepala sekolah berhalangan hadir. Tindak lanjut dari supervisi pembelajaran yakni memungkinkan adanya diskusi personal yang dilakukan antara kepala sekolah dan guru untuk sama-sama menemukan solusi yang sesuai dengan kebutuhan guru.   Saran Setelah penelitian ini dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang ditujukan kepada:  Kepala SMP Negeri 6 Surabaya Dari berbagai peran yang telah dilaksanakan, hendaknya kepala sekolah mampu mengoptimalkan pendukung terlaksananya peran kepala sekolah salah satunya pada penggunaan media CCTV dalam kegiatan pemantauan siswa di kelas. Dari hasil temuan dilapangan, diketahui bahwa penggunaan CCTV masih kurang maksimal karena sering eror sehingga media ini jarang digunakan.   Wakil Kepala Sekolah Wakil kepala sekolah hendaknya mampu menjadi motivator kedua setelah kepala sekolah dalam memberikan contoh dan panutan bagi warga sekolah. Selain itu diharapkan wakil kepala sekolah juga mampu berperan secara optimal dalam menggantikan peran kepala sekolah selama beliau berhalangan terutama pada bimbingan pengembangan proses pembelajaran di sekolah. Guru Kelas Dengan adanya program pengembangan profesionalisme guru di sekolah, hendaknya guru mampu berperan secara aktif dalam mengembangkan kompetensinya, dengan aktif mengajukan diri untuk diikutkan dalam kegiatan pelatihan atau workshop yang diadakan di Dinas maupun lembaga sejenis. Siswa Sebagai salah satu focus di sekolah hendaknya siswa dapat berperilaku lebih disiplin dan aktif dalam pembelajaran. Disiplin ini terutama terkait jam masuk kelas untuk pembelajaran dan jam untuk organisasi. Karena berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, masih ada beberapa siswa yang izin keluar kelas untuk kegiatan organisasi ketika jam belajar telah dimulai. Peneliti lain Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain terutama terkait implementasi peran kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah, dengan menggunakan setting yang berbeda.   DAFTAR PUSTAKA Astuti, Idayu. 2011. Kepemimpinan Pembelajaran Sekolah Inklusi. Malang: Bayumedia Daman. 2012. Monitoring Dan Supervisi Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Semarang: Unnes Press Daryanto. 2011. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. “Kepemimpinan Pembelajaran”. Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Idris, Jamaluddin. 2007. Sekolah Efektif dan Guru Efektif. Yogyakarta & Banda Aceh: Taufiqiyah Sa’adah & Suluh Press Herawan, Endang. 2013. “Kinerja Kepala Sekolah Sebagai Instructional Leader”. Pedagogia: Jurnal Ilmu Pendidikan. Hal. 259-265 Kusmintardjo. 2014. “Kepemimpinan Pembelajaran Oleh Kepala Sekolah”. Jurnal Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang. Vol. 24 (3) hal. 203-213 Mudlofir, Ali. 2012. Pendidik Profesional: Konsep, Strategi, Dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada Mulyasa, 2012. Manajemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara _______, 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara _______, 2015. Manajemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Edisi 5. Jakarta: Bumi Aksara Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknik Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1990 pasal 12 ayat (1) tentang Pendidikan Dasar. Pribadi, Benny. 2016. Desain Dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis Komeptensi: Implementasi Model ADDIE. Jakarta: Prenada Media Grup Tennessee State Board Of Education. 2008. “Learning Centered Leadership Policy”. The Instructional Leadership Redesign Comission. USA: ILRC Triyanto, Eko., Sri Anitah, dan Nunuk Suryani. 2013. “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Proses Pembelajara”. Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 1 (2) hal. 226-238 Wahyudi. 2012. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization). Bandung: Alfabeta Wardani, Dewi Kusuma dan Mintasih Indriayu. 2015. “Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”. Makalah disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional, 9 Mei. 
PERAN KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI 6 SURABAYA DWI UTAMI, ANA
Inspirasi Manajemen Pendidikan Vol 6, No 1 (2018): Inspirasi Manajemen Pendidikan
Publisher : Inspirasi Manajemen Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PERAN KEPEMIMPINAN PEMBELAJARAN KEPALA SEKOLAH DI SMP NEGERI 6 SURABAYA Ana Dwi Utami Mahasiswa Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya E-mail: dwitaana5@gmail.com   Dr. Erny Roesminingsih, M.Si Dosen Jurusan Manajemen Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Surabaya E-mail: erny_roes@yahoo.com   Abstrak Masih minimnya kepala sekolah yang memfokuskan kepemimpinannya pada pembelajaran menjadi salah satu faktor penghambat tecapainya tujuan pendidikan nasional. Kepemimpinan pembelajaran sebagai salah satu kompetensi yang dimiliki oleh kepala sekolah, sebagai upaya untuk menciptakan pembelajaran yang berkualitas di sekolah melalui peningkatan kompetensi guru. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis; 1) peran kepala sekolah sebagai pembimbing pengembangan proses pembelajaran; dan 2) peran kepala sekolah sebagai pengembang profesionalisme guru di SMP Negeri 6 Surabaya. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan rancangan penelitian studi kasus. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Sumber data dalam penelitian ini adalah sumber data manusia dan sumber data non-manusia. Analisis data dilakukan dengan kondensasi data, menyajikan data, dan menarik kesimpulan. Uji keabsahan data dengan menggunakan uji kredibilitas, uji transferabilitas, uji dependabilitas dan uji konfirmabilitas. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) peran pemimpin pembelajaran sebagai pembimbing pengembangan proses pembelajaran meliputi (a) kegiatan monitoring/ pemantauan yang dilaksanakan rutin di sekolah untuk menciptakan pembelajaran kondusif, dan (b) pemberian motivasi yang bertujuan agar warga sekolah mampu mengembangkan prestasinya; (2) peran pemimpin pembelajaran sebagai pengembang profesionalisme guru meliputi (a) kegiatan pelatihan yang dimaksudkan untuk mendukung kompetensi yang dimiliki guru, dan (b) supervisi pembelajaran yang dilaksanakan untuk membantu guru memecahkan permasalahan yang dihadapi ketika mengajar. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa peran kepemimpinan pembelajaran ini berdampak positif pada meningkatnya kualitas pembelajaran di sekolah. Kata Kunci: pemimpin pembelajaran, monitoring, motivasi, pelatihan, supervisi pembelajaran   Abstract Still the lack of Headmasters who focus on their leadership, it becomes one of the factors which barriers in achieving national education goal. Leadership learning as one of competencies which is owned by headmaster, as one of efforts to create the learning quality in school by increasing teacher’s competency.  This research aims to describe and analysis; 1) the role of headmaster as advisor of improvement of learning process; and 2) The role of headmaster as the developer of teacher’s professionalism in State Junior High School 6 of Surabaya. This research uses qualitative approach with the design of case study research.  The data collection technique uses interview, observation and documentation study. The data sources in this research are human data source and non-human data source. The data analysis technique uses data condensation, presenting data and drawing conclusion. The data validity test uses credibility test, transferability test, dependability test, and conformability test. The result of this research shows that: (1) the role of learning leader as the advisor of improvement of learning process includes (a) monitoring activity which is conducted continuously in school to create learning conducive, and (b) motivation giving in order to make school’s members are able to improve their achievement; (2) The role of learning leader as the developer of teacher’s professionalism includes (a) training activity which aims to support teacher’s competency, and (b) Learning supervision which is conducted to support the teachers in solving their problem when teaching. With that, it can be concluded that the role of this learning leadership has positive effect to the improvement of  leaning quality in school.    Key Words: learning leader, monitoring, motivation, training, learning supervision.       PENDAHULUAN Belajar merupakan suatu aktivitas untuk memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dan mengokohkan kepribadian. Belajar sering dikaitkan dengan bagaimana guru memberikan pembelajaran pada siswa. Sering kita jumpai beberapa peristiwa pembelajaran yang kurang menyenangkan sehingga kelas menjadi tidak kondusif. Hal ini dapat menjadi faktor penghambat dalam majunya pembangunan khususnya pendidikan. Sebagian orang mengatakan bahwa Indonesia telah kehilangan pembelajaran yang berkualitas. Oleh karena itu, pembelajaran berkualitas dipandang perlu untuk menjadi fokus utama pendidikan kita sebagai alternatif jalan keluar dari permasalahan tersebut. Kualitas pembelajaran secara operasional menurut Rossow (Kusmintardjo, 2014: 209), dapat diartikan sebagai intensitas keterkaitan sistemik dan sinergis antara guru, siswa, kurikulum dan bahan ajar, media, fasilitas, dan sistem pembelajaran dalam menghasilkan proses dan hasil belajar yang optimal sesuai dengan tuntutan pembelajaran. Kualitas pembelajaran yang benar harus melibatkan peserta didik secara langsung, karena objek utama pembelajaran adalah peserta didik itu sendiri. Pembelajaran berkualitas dapat terjadi dengan adanya pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa, siswa mampu berinteraksi dengan mata pelajaran lain dan siswa mampu mengkontekskan hasil pembelajaran. Pembelajaran yang efektif di kelas lebih memberdayakan potensi siswa dan pencapaian tujuan serta target kurikulum. Pembelajaran yang berkualitas akan memfasilitasi proses pembelajaran agar siswanya meningkat prestasinya, meningkat karakter yang melekat pada dirinya, jiwa kewirausahaannya, keingintahuannya, inovasi dan kreativitasnya, serta meningkat kesadarannya untuk belajar secara terus menerus sepanjang hayat karena ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang dengan sangat pesat (Daryanto, 2011: 70). Hal ini dapat dicapai dengan memperbaiki kepemimpinan pembelajaran yang ada di sekolah karena kepemimpinan pembelajaran menempati posisi yang urgent mengingat pembelajaran yang baik merupakan goal oriented dari terbentuknya lembaga pendidikan. Peran kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah memiliki kontribusi penting untuk mencapai tujuan tersebut. Komisi Redisain Kepemimpinan Pembelajaran (The Instructional Leadership Redesign Comission, Tennesee, USA, 2008: 17) mendefinisikan kepemimpinan pembelajaran sebagai berikut: Instructional Leadership is leader that ensure school programs, procedures, and practices focus on the learning and achievement of all students and support the social and emotional development necessary for students to attain academic success, which cover 7 component standarts: continuous improvement, culture for teaching learning, assesment, profesional growth, management of the school, ethics, and diversity. (Learning Centered Leadership Policy, ILRC, Tennessee, USA. 2008). Definisi tersebut menjelaskan bahwa kepemimpinan pembelajaran yang berfokus pada pembelajaran, bermakna bahwa proses penyelenggaraan sekolah diarahkan pada perbaikan secara terus menerus terhadap mutu kualitas pembelajaran dengan menciptakan budaya belajar, penilaian berkelanjutan, pengembangan profesionalitas guru, manajemen sekolah yang berbasiskan etika, dan toleransi terhadap keberagaman siswa yang kesemuanya diarahkan pada peningkatan layanan prima untuk pencapaian prestasi akademik siswa yang tinggi. Menurut Gorton (Astuti, 2011: 68), kepala sekolah sebagai pemimpin pembelajaran (instructional leader), merupakan sosok unik yang diharapkan mampu menyusun strategi dalam membantu kemajuan sekolah meraih visi yang diidamkan dan sangat menentukan kesuksesan sekolah. Tiga gagasan dasar menurut Idris (2007: 24-25) tentang pengkaitan peranan kepemimpinan pengajaran dari seorang kepala sekolah dengan ciri dan tingkah laku kepala sekolah efektif yang dilihat dari visi sekolah adalah sebagai berikut: 1) kepala sekolah yang efektif memiliki dan memegang teguh visi atau image tentang apa yang akan dicapai; 2) visi ini menuntun kepala sekolah dalam mengelola dan memimpin sekolahnya; dan 3) kepala sekolah yang efektif memusatkan kegiatannya pada pengajaran dan kinerja (unjuk kerja) guru di kelas. Kepemimpinan pembelajaran yang efektif dan optimal dari kepala sekolah akan mewujudkan suasana pembelajaran yang mendukung ketercapaian tujuan sekolah. Landasan yuridis tentang kepemimpinan pembelajaran adalah Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya bahwa efektivitas kepala sekolah dinilai angka kreditnya dalam kompetensi: 1) kepribadian dan sosial; 2) kepemimpinan pembelajaran; 3) pengembangan sekolah dan madrasah; 4) manajemen sumber daya; 5) kewirausahaan sekolah/ madrasah; dan 6) supervisi pembelajaran. (Wardani, dkk., 2015: 684-685). Kepemimpinan pembelajaran sangat cocok diterapkan di sekolah karena misi utama sekolah adalah mendidik semua siswa agar siap menghadapi masa depan yang belum diketahui, yang syarat akan tantangan-tantangan (Ditjen-PMPTK, 2010:1). Kepemimpinan pembelajaran sangat penting diterapkan karena mampu: 1) meningkatkan prestasi belajar siswa secara signifikan; 2) mendorong dan mengarahkan warga sekolah untuk meningkatkan prestasi belajar peserta didik; 3) memfokuskan kegiatan-kegiatan warga sekolah untuk menuju pencapaian visi, misi, dan tujuan sekolah; dan 4) membangun komunitas belajar warga sekolah dan bahkan mampu menjadikan sekolahnya sebagai sekolah pembelajar. (Wardani, dkk., 2015: 686). SMP Negeri 6 Surabaya adalah sekolah unggulan yang terletak di Jalan Jawa Nomor 24 Gubeng Kota Surabaya. Sekolah ini telah menerapkan sistem fullday school sejak tahun 2007 hingga sekarang. Sekolah ini termasuk sekolah yang berukuran kecil dan berlantai tiga karena lokasinya yang berada di daerah padat penduduk. Keunikan SMP Negeri 6 Surabaya ini adalah seringnya mendapatkan penghargaan karena prestasi yang telah diraih. Berbagai prestasi tersebut tidak lepas dari peran kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah yang terus memberikan dukungan untuk pengembangan belajar siswa. Kepala SMP Negeri 6 Surabaya adalah sosok pemimpin yang ulet, disiplin, cerdas, dan pernah meraih penghargaan sebagai Kepala Sekolah Berprestasi tingkat Nasional. Kepemimpinannya di SMP Negeri 6 Surabaya ini telah membawa berbagai perubahan atau inovasi demi kemajuan sekolah, melalui implementasi peran kepala sekolah sebagai pembimbing pengembangan proses pembelajaran dan sebagai pengembang profesionalisme guru. Kepala sekolah dalam membimbing pengembangan proses pembelajaran berperan dalam mendukung proses pembelajaran siswa di sekolah. Dalam hal ini, Kepala SMP Negeri 6 Surabaya telah melaksanakan monitoring terhadap kinerja guru sebagai langkah untuk membantu guru dalam memecahkan masalah yang dihadapi ketika mengajar. Selain dengan memantau melalui CCTV sekolah, monitoring tersebut juga dilaksanakan kepala sekolah dengan kunjungan ke kelas-kelas ketika guru sedang dalam proses pembelajaran. Selain itu, kepala sekolah juga selalu memberikan motivasi kepada guru sebagai upaya untuk menumbuhkan semangat guru dalam mengajar, baik dalam dukungan kebijakan ataupun fasilitas yang disediakan sekolah. Salah satu dampak dari kegiatan ini adalah guru lebih mampu menggunakan Teknologi Informasi (IT) dalam pembelajaran, baik dalam proses pembelajaran, maupun dalam penilaian hasil belajar. Selain perannya dalam membimbing pengembangan proses pembelajaran, Kepala Sekolah juga berperan dalam mengembangkan profesionalisme guru. Dalam hal ini, kepala SMP Negeri 6 Surabaya mengikutsertakan guru dalam kegiatan-kegiatan pelatihan baik akademik maupun non-akademik, pembinaan dan diskusi. Kegiatan ini melibatkan seluruh guru di SMP Negeri 6 Surabaya, dimana terdapat penunjukan tugas dari kepala sekolah dan juga ada guru yang ingin mengembangkan kompetensi diri karena adanya inisiatif dari guru itu sendiri. Kepala sekolah juga memberikan supervisi pembelajaran untuk pengembangan kompetensi guru dalam mengajar.  Peningkatan profesionalisme guru ini berdampak pada meningkatnya kemampuan guru dalam mengajar dan kepercayaan diri dalam memberikan pelayanan pada siswa. Salah satu dampak tersebut adalah guru di SMP Negeri 6 Surabaya lebih tanggap terhadap pembaruan pembelajaran yang digunakan di masyarakat. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis peran kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah sebagai pembimbing pengembangan proses pembelajaran dan pengembang profesionalisme guru di SMP Negeri 6 Surabaya.   METODE Jenis dari penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif dengan rancangan penelitian studi kasus. Kehadiran peneliti di lapangan sebagai pengumpul data utama. Informan penelitian adalah kepala sekolah, wakil kepala sekolah bagian kurikulum, wakil kepala sekolah bagian kesiswaan, guru kelas I, dan guru kelas II. Pengumpulan data dilaksanakan dengan wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.   HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil dari penelitian ini berdasarkan pada focus penelitian, yakni peran kepemimpinan pembelajaran sebagai pembimbing pengembangan proses pembelajaran melalui a) monitoring, dan b) pemberian motivasi; dan sebagai pengembang profesionalisme guru melalui a) pelatihan dan  b) supervisi pembelajaran di SMP Negeri 6 Surabaya.   Hasil Peran Pembimbing Pengembangan Proses Pembelajaran Monitoring Monitoring adalah salah satu program pembimbingan pengembangan proses pembelajaran di SMP Negeri 6 Surabaya. Monitoring ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan kepala sekolah untuk memantau kinerja guru. Kegiatan monitoring diadakan rutin setiap hari di sekolah dengan tujuan agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Kegiatan ini dilaksanakan dengan berjalan berkeliling ke teras kelas untuk memantau guru dan siswa terutama setelah jam masuk berbunyi. Pelaksanaan kegiatan monitoring selain dengan berjalan berkeliling juga dilaksanakan dengan menggunakan media CCTV. Media ini berguna untuk memudahkan kepala sekolah dalam memantau kelas, dan dirasa efektif serta hasilnya terlihat lebih apa adanya dan tidak dibuat-buat. CCTV ini dipasang di kelas-kelas, dan monitor/ pemantau berada di ruang kepala sekolah dan staf sekolah. Akan tetapi CCTV ini terkadang eror atau tidak berfungi sehingga media ini jarang digunakan. Dari hasil observasi dan studi dokumentasi, proses pemantauan di sekolah juga dilaksanakan melalui pengumpulan jurnal harian kelas oleh wali kelas tiap minggu sekali. Dalam jurnal harian kelas tersebut terdapat kolom-kolom yang berisi keterangan hari/ tanggal, mata pelajaran, jam-jam kosong, dan catatan terkait pembelajaran kelas. Jurnal tersebut akan direkap untuk dilaporkan ke kepala sekolah dan ditindaklanjuti sebagaimana mestinya. Pelaksana monitoring selain dilakukan langsung oleh kepala sekolah, juga dibantu oleh wakil kepala sekolah atau staf. Mengingat tugas kepala sekolah yang tidak hanya fokus di sekolah, maka pemantauan ini harus menjadi tanggung jawab wakil kepala dan staf yang ditunjuk untuk menggantikan. Tindak lanjut monitoring dibutuhkan agar kesalahan yang dilakukan guru atau siswa pada hari itu dapat diperbaiki dan dipraktekkan dihari yang lain. Tindak lanjut ini dapat berupa peneguran langsung ataupun keteladanan. Peneguran langsung diberikan ketika kepala sekolah menemukan kesalahan yang dilakukan guru saat itu juga dan diberi masukan-masukan yang membangun, sedangkan keteladanan diberikan kepala sekolah melalui sikap dan perilaku yang dimunculkan oleh kepala sekolah. Motivasi Motivasi termasuk dalam salah satu pembimbingan proses pembelajaran oleh Kepala sekolah. Motivasi merupakan salah satu faktor kesuksesan suatu lembaga untuk terus berkembang. Kepala sekolah mengambil peran penting sebagai motivator untuk pengembangan sekolah tersebut. Pemberian motivasi dari kepala SMP Negeri 6 Surabaya, diberikan dengan adanya arahan tiap hari senin ketika upacara bendera, melalui reward, dan melalui papan-papan poster yang terpasang dilingkungan sekolah.  Arahan tiap hari senin merupakan kegiatan rutin yang diberikan baik oleh kepala sekolah maupun staf sekolah untuk memberikan masukan-masukan yang membangun untuk kelancaran pembelajaran. Misalnya dalam hal Ulangan Harian, Ujian Tengah Semester, maupun Hari-Hari Nasional.   Reward diberikan untuk guru dan siswa yang berprestasi agar mereka dapat berkreasi untuk kedepannya. Reward ini diberikan dalam bentuk kenang-kenangan dan juga dukungan moril. Motivasi di sekolah juga digambarkan melalui papan-papan poster yang terpasang di lingkungan sekolah. Papan poster ini berisi tentang hal-hal yang berkaitan dengan pembentukan motivasi diri warga sekolah yang mendukung pembelajaran berkualitas. Papan-papan poster tersebut terpasang hampir di setiap sudut sekolah yang bertujuan agar warga sekolah selalu membacanya dan terus mengingatnya.    Peran Pengembang Profesionalisme Guru Pelatihan Pelatihan adalah bagian dari pengembangan profesioalisme guru yang diberikan oleh kepala sekolah. Pelatihan merupakan salah satu komponen pendukung dalam meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang telah dimiliki. Pelatihan untuk pengembangan profesionalisme guru di SMP Negeri 6 Surabaya dilaksanakan menyesuaikan kebutuhan sekolah. Kegiatan pelatihan di sekolah diimplementasikan melalui workshop dengan mendatangkan pemateri dari luar pada kurun waktu yang kondisional serta fokus pada materi yang berkaitan dengan inovasi pendidikan. Pelatihan dilaksanakan dengan sistem penunjukan tugas. Penunjukan tugas tersebut merupakan kegiatan untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang lebih pada guru dan pengetahuan baru yang telah diperoleh dapat ditularkan pada guru yang lain di SMP Negeri 6 Surabaya. Pelatihan ini sekaligus merupakan pemberian tanggung jawab langsung dari kepala sekolah. Pelaksanaan pelatihan di SMP Negeri 6 Surabaya tidak jarang menghadapi berbagai kendala yang perlu untuk diselesaikan secara bersama-sama. Kendala yang dihadapi adalah terkait dengan waktu pelaksanaan pelatihan. Waktu pelaksanaan ini berkaitan dengan jam mengajar guru SMP Negeri 6 Surabaya yang padat sehingga pelatihan harus menyesuaikan jadwal guru. Supervisi Pembelajaran Supervisi pembelajaran merupakan kegiatan pengembangan profesionalisme guru dalam mengajar dan juga untuk membantu guru dalam menyelesaikan permasalahan yang dihadapi ketika mengajar. Supervisi pembelajaran di SMP Negeri 6 Surabaya dilaksanakan secara terprogram oleh pihak sekolah. Kegiatan ini dimulai dengan pengisian angket yang disediakan sekolah untuk kemudian dibuatkan jadwal sesuai dengan kesiapan guru untuk disupervisi. Supervisi pembelajaran dilakukan dengan kunjungan kelas dan pengisian angket. Kunjungan kelas ini dilakukan langsung oleh kepala sekolah dan guru senior pengganti kepala sekolah ketika berhalangan hadir. Sedangkan pengisian angket ini lebih kepada penentuan jadwal supervisi pembelajaran itu sendiri. Supervisi pembelajaran selain dilaksanakan oleh kepala sekolah, juga dibantu oleh guru-guru senior yang telah ditunjuk untuk melaksanakan supervisi pembelajaran di kelas. Supervisi pembelajaran yang dilakukan guru senior, harus melampirkan rekaman video untuk diserahkan ke kepala sekolah untuk ditindaklanjuti. Tindak lanjut dari supervisi pembelajaran yakni memungkinkan adanya diskusi personal yang dilakukan antara kepala sekolah dan guru untuk sama-sama menemukan solusi yang sesuai dengan kebutuhan guru.   Pembahasan Peran Pembimbing Pengembangan Proses Pembelajaran di SMP Negeri 6 Surabaya Hasil temuan dilapangan diketahui bahwa sebagai upaya peningkatan kualitas pembelajaran, kepala sekolah mengimpelementasikan program pengembangan sekolah yang mengacu pada hal tersebut. Sekolah memandang bahwa proses pembelajaran merupakan sesuatu yang vital dalam kegiatan belajar mengajar. Karena keberhasilan dari pembelajaran dipengaruhi oleh berbagai elemen, diantaranya kepala sekolah, guru, media, metode, dan juga lingkungan yang kondusif. Dalam hal ini peran kepala sekolah sebagai pemimpin tunggal dalam suatu lembaga dapat dijadikan fokus perhatian untuk mencapai tujuan tersebut. Keberhasilan sekolah dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang berkualitas tidak dapat dipisahkan dari kepemimpinan yang dilakukan oleh kepala sekolah, karena kepala sekolah merupakan administrator yang bertanggungjawab penuh terhadap keberhasilan belajar setiap peserta didiknya, dengan menyediakan fasilitas, lingkungan belajar, dan program pembelajaran yang memungkinkan siswa bisa berkembang dengan baik. (Herawan, 2013: 262). Kepala sekolah yang memfokuskan kepemimpinannya pada pembelajaran maka ia telah menerapkan kepemimpinan pembelajaran. Salah satu temuan penelitian disebutkan bahwa peran kepemimpinan pembelajaran yang tergambar di SMP Negeri 6 Surabaya adalah dengan menerapkan peran pembimbing pengembangan proses pembelajaran dimana kepala sekolah berupaya untuk menciptakan lingkungan belajar yang kondusif melalui peningkatan disiplin dari warga sekolah. Peran pembimbing pengembangan proses pembelajaran oleh kepala sekolah diimplementasikan melalui kegiatan monitoring atau pemantauan. Sejak tahun 2013, selain menjalankan tugas manajerial, kepala sekolah juga rutin melaksanakan kegiatan monitoring untuk memantau kinerja guru dan siswa, yang bertujuan untuk mengetahui sejauh mana implementasi program tersebut dijalankan dan efeknya terhadap kualitas pembelajaran. Kegiatan ini sendiri bukan merupakan agenda yang dijadwalkan oleh pihak sekolah, namun lebih kepada agenda rutinitas yang waktu pelaksanaannya lebih kondisional. Dengan dirutinkannya kegiatan ini diharapkan guru dan juga siswa dapat meningkat kedisiplinannya sehingga pembelajaran dapat berjalan kondusif. Monitoring ini dilaksanakan dengan observasi atau berjalan berkeliling ke teras-teras kelas pada jam-jam tertentu yang bertujuan untuk mengetahui secara langsung kondisi kelas, sebagaimana Suryana (Daman, 2012: 23) yang menyebutkan bahwa observasi merupakan kunjungan secara langsung ke tempat kegiatan, sehingga semua kegiatan yang sedang berlangsung atau obyek yang ada dapat diobservasi dan dilihat. Kepala sekolah memantau guru dan juga siswa yang masih berkeliaran di luar kelas setelah jam masuk berbunyi. Hal ini dilaksanakan untuk menghindari kelas yang kosong sehingga pembelajaran dapat berjalan kondusif. Menurut Mulyasa (2012: 56) seorang kepala sekolah  harus sadar bahwa keberhasilannya bergantung pada orang lain, seperti guru dan tenaga kependidikan. Dalam hal ini, untuk mengembangkan proses pembelajaran kepala sekolah memanfaatkan media CCTV sebagai alternatif dari observasi dengan memanfaatkan staf untuk membantu pelaksanaan program. Penggunaan media ini dimaksudkan untuk memudahkan kepala sekolah dalam memantau kelas karena dirasa efektif, hasilnya terlihat lebih apa adanya dan tidak dibuat-buat. Untuk memudahkan pemantauan, CCTV ini dipasang di kelas-kelas dan monitor/ pemantau berada di ruang kepala sekolah dan staf sekolah. Akan tetapi, media CCTV ini jarang digunakan karena terkadang eror atau tidak berfungi. Kepemimpinan pembelajaran lebih bersifat transaksional yang dicirikan dengan pemuasan mengenai kebutuhan para guru dan murid berdasarkan tujuan yang disepakati bersama (Kusmintardjo, 2014: 204). Untuk mendukung kebutuhan tersebut, kepala sekolah mengadakan kegiatan pengumpulan jurnal harian kelas oleh wali kelas tiap minggu sekali sebagai salah satu upaya untuk mengetahui apa saja yang dibutuhkan guru dan siswa dalam kelas. Dalam jurnal harian kelas tersebut terdapat kolom-kolom yang berisi keterangan hari/ tanggal, mata pelajaran, jam-jam kosong, dan catatan terkait pembelajaran kelas selama satu minggu. Jurnal tersebut akan direkap untuk dilaporkan ke kepala sekolah dan ditindaklanjuti sebagaimana mestinya. Kepala sekolah sebagai seorang pemimpin harus mampu mempengaruhi bawahannya agar dapat bekerja sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Namun hal ini, manusia selalu dikendalikan dan dioengaruhi oleh kondisi fisik yang dimilikinya dan juga faktor psikis. Sehingga kepala sekolah harus berupaya untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran dengan melihat permasalahan yang terjadi (Triyanto, dkk.: 2013: 235). Untuk mengatasi kemungkinan tersebut, kepala sekolah SMP Negeri 6 Surabaya berupaya untuk memberikan motivasi warga sekolah agar dapat terus menjalankan tugasnya dengan baik, yaitu dengan memberikan dorongan berupa reward (hadiah) dalam bentuk kenang-kenangan bagi mereka yang berprestasi dan mendatangkan tokoh-tokoh yang berpengaruh agar warga sekolah dapat meniru perjuangan mereka. Kepala sekolah juga memasang papan-papan poster di lingkungan sekolah guna tercapainya tujuan peningkatan kualitas proses pembelajaran yang menjadi tujuan sekolah. Pemberian motivasi ini bukan tanpa adanya alasan, namun karena adanya keinginan dari kepala sekolah untuk menjadikan lingkungan SMP Negeri 6 Surabaya sebagai lingkungan yang kondusif untuk pembelajaran dengan cara menggerakkan stakeholder sekolah agar dapat berkembang. Sebagaimana yang diungkapkan Wahyudi (2012: 101) bahwa proses terjadinya motivasi seseorang merupakan gabungan dari kebutuhan, dorongan, tujuan, dan imbalan. Hal ini menunjukkan bahwa, selain dari diri individu (motivasi instrinsik), motivasi juga dapat dimunculkan karena adanya pengaruh dari orang lain (motivasi ekstrinsik).   Peran Pengembang Profesionalisme Guru di SMP Negeri 6 Surabaya Triyanto, dkk. (2013: 234) dalam penelitiannnya menjelaskan bahwa kepala sekolah yang berperan aktif dalam memajukan proses pembelajaran agar pembelajaran di sekolah dapat berjalan efektif dan efisien dengan berbagai cara, diantaranya mendorong guru untuk meningkatkan pengetahuan dan profesionalisme dalam mengajar, mendorong guru untuk memberdayakan penggunaan media dalam proses pembelajaran, mendorong guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan baik yang diadakan oleh dinas terkait maupun pihak lain, melengkapi sarana prasarana pembelajaran serta mengadakan pertemuan rutin sebagai media untuk sharing antara guru-guru dengan kepala sekolah. Hal tersebut sesuai dengan temuan penelitian di SMP Negeri 6 Surabaya, dimana kepala sekolah berupaya mengembangkan profesionalisme guru dengan menunjuk guru untuk mengikuti pelatihan-pelatihan dan juga mengadakan pertemuan untuk sharing melalui kegiatan supervisi pembelajaran. Pengembangan profesionalisme guru menjadi kebutuhan di setiap sekolah yang berkeinginan untuk menjadikan sekolah sebagai salah satu sekolah unggulan.  Hal tersebut juga menjadi perhatian di SMP Negeri 6 Surabaya, dimana guru-guru disiapkan untuk menjadi guru yang berkompeten dibidangnya dengan mengadakan kegiatan-kegiatan pengembang kompetensi guru. Salah satunya adalah kegiatan pelatihan atau workshop. Pribadi (2016: 1) mengatakan bahwa: “pelatihan merupakan salah satu komponen penting dalam pengembangan sumber daya manusia (SDM) pada sebuah institusi. Pelatihan yang dijalankan secara efektif dan efisien akan memberikan kontribusi yang positif untuk perkembangan lembaga khususnya pendidikan. Dalam hal ini, pelatihan untuk mengembangkan kompetensi guru di SMP Negeri 6 Surabaya dilaksanakan dalam kurun waktu tiga kali dalam satu tahun. Biasanya diadakan pada bulan Maret, Juli, dan juga September. Pelatihan ini dilaksanakan secara insidentil bergantung pada kebutuhan sekolah. Pelatihan yang dilaksanakan juga lebih bersifat workshop, dimana setelah guru mendapatkan materi, guru dituntut untuk langsung mempraktikkannya pada proses pembelajaran kelas. Pelatihan dilaksanakan dengan menggunakan sistem penunjukan tugas. Pengembangan kompetensi melalui pelaksanaan tugas pada dasarnya adalah upaya memadukan antara potensi profesional dengan pelaksanaan tugas-tugas pokoknya. Dengan cara ini, tugas-tugas yang diberikan dalam pelaksanaan tugas, secara langsung maupun tidak langsung merupakan upaya peningkatan kompetensi guru (Mudlofir, 2012: 132-137). Penunjukan tugas tersebut merupakan kegiatan untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang lebih pada guru dan pengetahuan baru yang telah diperoleh dapat ditularkan pada guru yang lain selingkup SMP Negeri 6 Surabaya pada khususnya. Pelatihan ini sekaligus merupakan pemberian tanggung jawab langsung dari kepala sekolah kepada guru di sekolah. Pelatihan di SMP Negeri 6 Surabaya tidak jarang menghadapi berbagai kendala yang perlu untuk diselesaikan secara bersama-sama. Kendala yang dihadapi adalah terkait dengan waktu pelaksanaan pelatihan. Waktu pelaksanaan ini berhubungan dengan jam mengajar guru SMP Negeri 6 Surabaya yang padat sehingga untuk mengatasi masalah tersebut pihak sekolah berupaya untuk melaksanakan pelatihan yang disesuaikan dengan jadwal guru. Selain dengan mengadakan pelatihan di sekolah, peran pengembang profesionalisme guru juga diimplementasikan melalui kegiatan supervisi pembelajaran di sekolah. Mulyasa (2015: 241) menyatakan: “pada hakikatnya supervisi mengandung beberapa kegiatan pokok, yaitu pembinaan yang kontinyu, pengembangan kemampuan professional personel, perbaikan situasi belajar mengajar, dengan sasaran akhir pencapaian tujuan pendidikan dan pertumbuhan pribadi peserta didik”. Supervisi pembelajaran di SMP Negeri 6 Surabaya serupa dengan pendapat Mulyasa bahwa supervisi ini ditujukan agar dapat memperbaiki masalah yang dihadapi guru dalam mengajar dan sebagai upaya pembinaan bagi guru secara kontinyu. Kepala sekolah selalu memberikan masukan-masukan yang membangun ketika mengadakan supervisi pembelajaran dengan mengobservasi kelas. Tujuannya adalah untuk memperbaiki masalah-masalah pembelajaran yang sering dihadapai guru di dalam kelas. Hal ini tentu saja memberikan dampak pada kualitas pembelajaran kelas di sekolah. Supervisi pembelajaran dilakukan dengan kunjungan kelas dan pengisian angket. Kunjungan kelas ini bertujuan untuk mendapatkan informasi secara langsung dan ada apanya, sehingga kepala sekolah dapat menilai kelebihan dan kekurangan guru secara langsung. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Mulyasa (2015: 245) kunjungan dan observasi kelas sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi tentang proses belajar mengajar secara langsung, baik yang mengangkut kelebihan maupun kekurangannya. Melalui teknik ini, kepala sekolah dapat mengamati secara langsung kegiatan guru dalam melaksanakan tugas utamanya, mengajar, penggunaan alat, metode, dan teknik mengajar secara keseluruhan dengan berbagai faktor yang mempengaruhinya. Supervisi pembelajaran selain dilaksanakan oleh kepala sekolah, juga dibantu oleh guru-guru senior yang telah ditunjuk untuk melaksanakan supervisi pembelajaran di kelas. Hal ini dilaksanakan ketika kepala sekolah sedang berhalangan hadir atau sedang ada tugas di luar sekolah. Supervisi pembelajaran yang dilakukan guru senior, harus melampirkan rekaman video untuk diserahkan ke kepala sekolah untuk ditindaklanjuti. Dari hasil rekaman tersebut, kepala sekolah dapat melihat bukti valid dari pelaksanaaan supervisi pembelajaran, sehingga kepala sekolah juga dapat menilai apa kekurangan dan kelebihan guru ketika mengajar. Tindak lanjut dari supervisi pembelajaran di SMP Negeri 6 Surabaya dibutuhkan sebagai langkah perbaikan dari proses supervisi pembelajaran yang telah dilakukan. Tindak lanjut ini memungkinkan adanya diskusi personal yang dilakukan antara kepala sekolah dan guru untuk sama-sama menemukan solusi yang sesuai dengan kebutuhan guru. Kepala sekolah juga akan memonitor kemajuan mengajar guru pasca supervisi melalui jurnal harian yang dilaporkan oleh wali kelas tiap minggunya sebagai upaya pengembangan untuk guru-guru ketika mengajar.   PENUTUP Simpulan Pembimbing pengembangan proses pembelajaran dilaksanakan melalui kegiatan monitoring dan pemberian motivasi. Monitoring ini merupakan kegiatan yang dilaksanakan kepala sekolah untuk memantau kinerja guru. Kegiatan monitoring sendiri diadakan rutin setiap hari di sekolah dengan tujuan agar pembelajaran dapat berjalan secara efektif dan efisien. Kegiatan ini dilaksanakan dengan berjalan berkeliling ke teras kelas, memanfaatkan media CCTV dan juga pengumpulan jurnal harian kelas oleh wali kelas tiap minggu sekali. Pelaksana monitoring selain dilakukan langsung oleh kepala sekolah, juga dibantu oleh wakil kepala sekolah atau staf. Tindak lanjutnya berupa peneguran langsung ataupun keteladanan. Pemberian motivasi dari kepala SMP Negeri 6 Surabaya, diberikan dengan memberikan arahan tiap hari senin ketika upacara bendera, melalui reward, dan melalui papan-papan poster yang terpasang dilingkungan sekolah. Pelatihan untuk pengembangan profesionalisme guru di SMP Negeri 6 Surabaya dilaksanakan menyesuaikan kebutuhan sekolah. Kegiatan pelatihan di sekolah diimplementasikan melalui workshop dengan mendatangkan pemateri dari luar pada kurun waktu yang kondisional serta fokus pada materi yang berkaitan dengan inovasi pendidikan. Pelatihan dilaksanakan dengan sistem penunjukan tugas. Bertujuan untuk menumbuhkan rasa percaya diri yang lebih pada guru dan pengetahuan baru yang telah diperoleh dapat ditularkan pada guru yang lain di SMP Negeri 6 Surabaya. Pelatihan ini sekaligus merupakan pemberian tanggung jawab langsung dari kepala sekolah. Kendala yang dihadapi adalah terkait dengan waktu pelaksanaan pelatihan yang harus menyesuaikan jadwal guru. Supervisi pembelajaran di SMP Negeri 6 Surabaya dilaksanakan secara terprogram oleh pihak sekolah. Kegiatan ini dimulai dengan pengisian angket yang disediakan sekolah untuk kemudian dibuatkan jadwal sesuai dengan kesiapan guru untuk disupervisi. Supervisor berasal dari internal sekolah, yakni kepala sekolah dan guru senior pengganti ketika kepala sekolah berhalangan hadir. Tindak lanjut dari supervisi pembelajaran yakni memungkinkan adanya diskusi personal yang dilakukan antara kepala sekolah dan guru untuk sama-sama menemukan solusi yang sesuai dengan kebutuhan guru.   Saran Setelah penelitian ini dilaksanakan, terdapat beberapa saran yang ditujukan kepada: Kepala SMP Negeri 6 Surabaya Dari berbagai peran yang telah dilaksanakan, hendaknya kepala sekolah mampu mengoptimalkan pendukung terlaksananya peran kepala sekolah salah satunya pada penggunaan media CCTV dalam kegiatan pemantauan siswa di kelas. Dari hasil temuan dilapangan, diketahui bahwa penggunaan CCTV masih kurang maksimal karena sering eror sehingga media ini jarang digunakan.   Wakil Kepala Sekolah Wakil kepala sekolah hendaknya mampu menjadi motivator kedua setelah kepala sekolah dalam memberikan contoh dan panutan bagi warga sekolah. Selain itu diharapkan wakil kepala sekolah juga mampu berperan secara optimal dalam menggantikan peran kepala sekolah selama beliau berhalangan terutama pada bimbingan pengembangan proses pembelajaran di sekolah. Guru Kelas Dengan adanya program pengembangan profesionalisme guru di sekolah, hendaknya guru mampu berperan secara aktif dalam mengembangkan kompetensinya, dengan aktif mengajukan diri untuk diikutkan dalam kegiatan pelatihan atau workshop yang diadakan di Dinas maupun lembaga sejenis. Siswa Sebagai salah satu focus di sekolah hendaknya siswa dapat berperilaku lebih disiplin dan aktif dalam pembelajaran. Disiplin ini terutama terkait jam masuk kelas untuk pembelajaran dan jam untuk organisasi. Karena berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, masih ada beberapa siswa yang izin keluar kelas untuk kegiatan organisasi ketika jam belajar telah dimulai. Peneliti lain Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi referensi bagi peneliti lain terutama terkait implementasi peran kepemimpinan pembelajaran kepala sekolah, dengan menggunakan setting yang berbeda.   DAFTAR PUSTAKA Astuti, Idayu. 2011. Kepemimpinan Pembelajaran Sekolah Inklusi. Malang: Bayumedia Daman. 2012. Monitoring Dan Supervisi Pendidikan Luar Sekolah (PLS). Semarang: Unnes Press Daryanto. 2011. Kepala Sekolah Sebagai Pemimpin Pembelajaran. Yogyakarta: Gava Media Direktorat Jenderal Peningkatan Mutu Pendidik Dan Tenaga Kependidikan Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. “Kepemimpinan Pembelajaran”. Materi Pelatihan Penguatan Kemampuan Kepala Sekolah. Jakarta: Direktorat Tenaga Kependidikan Idris, Jamaluddin. 2007. Sekolah Efektif dan Guru Efektif. Yogyakarta & Banda Aceh: Taufiqiyah Sa’adah & Suluh Press Herawan, Endang. 2013. “Kinerja Kepala Sekolah Sebagai Instructional Leader”. Pedagogia: Jurnal Ilmu Pendidikan. Hal. 259-265 Kusmintardjo. 2014. “Kepemimpinan Pembelajaran Oleh Kepala Sekolah”. Jurnal Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Malang. Vol. 24 (3) hal. 203-213 Mudlofir, Ali. 2012. Pendidik Profesional: Konsep, Strategi, Dan Aplikasinya Dalam Peningkatan Mutu Pendidikan Di Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada Mulyasa, 2012. Manajemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Edisi 2. Jakarta: Bumi Aksara _______, 2013. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara _______, 2015. Manajemen Dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Edisi 5. Jakarta: Bumi Aksara Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 35 Tahun 2010 tentang Petunjuk Teknik Jabatan Fungsional Guru dan Angka Kreditnya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 1990 pasal 12 ayat (1) tentang Pendidikan Dasar. Pribadi, Benny. 2016. Desain Dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis Komeptensi: Implementasi Model ADDIE. Jakarta: Prenada Media Grup Tennessee State Board Of Education. 2008. “Learning Centered Leadership Policy”. The Instructional Leadership Redesign Comission. USA: ILRC Triyanto, Eko., Sri Anitah, dan Nunuk Suryani. 2013. “Peran Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Pemanfaatan Media Pembelajaran Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas Proses Pembelajara”. Jurnal Teknologi Pendidikan. Vol. 1 (2) hal. 226-238 Wahyudi. 2012. Kepemimpinan Kepala Sekolah Dalam Organisasi Pembelajar (Learning Organization). Bandung: Alfabeta Wardani, Dewi Kusuma dan Mintasih Indriayu. 2015. “Kepemimpinan Pembelajaran Kepala Sekolah Untuk Meningkatkan Profesionalisme Guru Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN”. Makalah disajikan dalam Prosiding Seminar Nasional, 9 Mei.