cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kab. sleman,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
DIMENSIA: Jurnal Kajian Sosiologi
ISSN : 1978192X     EISSN : 26549344     DOI : 10.21831
Core Subject : Social,
Arjuna Subject : -
Articles 164 Documents
Semua adalah masyarakat: intervensi paradigma monadologi Gabriel Tarde untuk radikalisasi Sosiologi Rafiq, Devananta
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi Vol 13, No 2 (2024): Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi Volume 13, Edisi 2
Publisher : Departemen Pendidikan Sosiologi FISHIPOL UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/dimensia.v13i2.68802

Abstract

Artikel ini merupakan upaya memperkenalkan kembali gagasan sosiolog Gabriel Tarde melalui kajian kualitatif yang dilakukan dengan metode penggalian data studi pustaka. Dari hasil penelusuran ditemukan bahwa Tarde melalui teorisasi ‘monadologi’ berhasil memperluas cakupan definisi masyarakat pada segala hal yang ada (‘everything is society’). Dari situ, artikel ini berusaha berargumen bahwa pemikiran Tarde ini menandai peralihan secara radikal diskursus sosiologi dari yang sekadar dimaknai sebagai ‘ilmu mengenai masyarakat’ (science about the society) menjadi ‘ilmunya masyarakat’ (the science of society). Jenis pemerian monadologi ini kemudian bisa secara praktis dipergunakan pada paradigma ‘actor-network theory’ (ANT) yang banyak dikembangkan oleh Bruno Latour untuk mendorong semakin terlibatnya sosiolog dengan kenyataan sosial yang ditelitinya.This article aims to reintroduce the ideas of sociologist Gabriel Tarde with a research that is conducted through a qualitative study using literature studies. From the research, it was found that through his theorization of ‘monadology’, Tarde managed to expand the scope of society’s definition to include everything that exists (thus: ‘everything is society’). From there, this article argues that Tarde’s thinking marks a radical shift in sociological discourse: from being simply interpreted as ‘the science about the society’ to ‘the science of society’. This type of monadological explication can then be used in the ‘actor-network theory’ (ANT) paradigm that has been developed by Bruno Latour to encourage sociologists to become more involved with the social reality they study.
Nongkrong dalam perspektif Dramaturgi Erving Goffman Iqbal, Muhammad Falih; Handoyo, Pambudi; Harianto, Sugeng
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi Vol 13, No 1 (2024): Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi
Publisher : Departemen Pendidikan Sosiologi FISHIPOL UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/dimensia.v13i1.65282

Abstract

Pelajar di Surabaya nongkrong di kafe dan restoran tidak hanya untuk mengkonsumsi produk yang ditawarkan tetapi juga untuk membentuk makna dan simbol yang memaknai identitas sosialnya. Penelitian ini menjelaskan tentang nongkrong dalam perspektif Dramaturgi Erving Goffman. Dengan melakukan wawancara terhadap mahasiswa di Surabaya, penelitian ini merumuskan beberapa temuan penting mengenai nongkrong di kafe atau restoran yang dilakukan mahasiswa. Hasil penelitian menyebutkan bahwa mahasiswa Kota Surabaya menghabiskan waktu nongkrong 2-4 kali dalam seminggu di kafe dan restoran mewah. Budaya nongkrong di kalangan pelajar Kota Surabaya terlihat dari rangkaian sandiwara dramatis yang ditampilkan di atas panggung di depan media sosial. Serangkaian sandiwara dalam bentuk postingan media sosial dilakukan untuk mengaktualisasikan diri, merepresentasikan kemewahan, meningkatkan gengsi, dan mengikuti tren masa kini.Students in Surabaya hang out in cafes and restaurants not only to consume the products offered but also to form meanings and symbols that interpret their social identity. This research explains hanging out from Erving Goffman's Dramaturgical perspective. By conducting interviews involving students in Surabaya, the research formulated several important findings regarding hanging out in cafes or restaurants by students. The results of the research state that Surabaya City students spend time hanging out 2-4 times a week in luxury cafes and restaurants. The culture of hanging out among Surabaya City students is seen as a series of dramatic plays performed on the stage in front of social media. A series of skits in the form of social media posts are carried out to actualize oneself, represent luxury, increase one's prestige and follow current trends.
Makna tarian moshing penggemar musik underground Prasojo, Luqman Rohim; Hendrastomo, Grendi
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi Vol 13, No 2 (2024): Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi Volume 13, Edisi 2
Publisher : Departemen Pendidikan Sosiologi FISHIPOL UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/dimensia.v13i2.68094

Abstract

Penggemar musik underground – sebagai bentuk sub-kultur – merupakan komunitas yang membangun identitas sosial tertentu guna mempererat dan memperkuat ikatan internalnya. Upaya tersebut ditunjukkan dalam pemaknaan tarian Moshing yang dilakukan dalam pentas-pentas musiknya. Untuk mendalaminya, peneliti melakukan pengamatan berperanserta dan mewawancarai beberapa informan, yaitu para penggemar musik underground yang sering terlibat dan melakukan Moshing. Hasilnya, terdapat empat tema yang muncul sebagai makna yang dipahami oleh informan, antara lain moshing sebagai ruang ekspresi dan apresiasi, sebagai wadah penerimaan, penguat relasi dan pekerjaan, serta sebagai aktivitas olahraga. Selanjutnya, peneliti menemukan bahwa dalam memaknainya, terdapat makna lain yang dapat dikategorikan sebagai sebuah tujuan dalam keterlibatan informan atas tarian ini, yaitu: untuk melepaskan emosi dan ketegangan (katarsis), dan sebagai peneguh identitas.Underground music fans – as a form of subculture – are a community that builds a certain social identity to strengthen and tighten its internal bonds. This effort is shown in the meaning of the Moshing dance performed in its music performances. To explore this further, the researcher conducted participant observation and interviewed several informants, namely underground music fans who often engage in and perform Moshing. As a result, there were four themes that emerged as meanings understood by the informants, including: moshing as a space for expression and appreciation, as a place of acceptance, strengthening relationships and work, and as a sports activity. Furthermore, the researcher found that in interpreting it, there were other meanings that could be categorized as a goal in the informant's involvement in this dance, namely: to release emotions and tension (catharsis), and as an identity reinforcer.
Strategi bertahan hidup petani subsisten pasca erupsi Gunung Semeru Arifiyanti, Jati; Nursafitri, Dina
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi Vol 13, No 1 (2024): Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi
Publisher : Departemen Pendidikan Sosiologi FISHIPOL UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/dimensia.v13i1.64623

Abstract

Penelitian mendeskripsikan strategi bertahan hidup petani subsisten pasca erupsi Gunung Semeru tahun 2021 di Relokasi Sumbermujur Lumajang, Jawa Timur. Para petani menghadapi permasalahan yang sangat kompleks karena perubahan ekosistem dan rusaknya fasilitas-fasilitas pendukung di wilayahanya. Dengan menggunakan metode kualitatif melalui wawancara dan observasi bersama para petani subsisten, kajian mendokumentasikan berbagai strategi bertahan hidup yang mereka tempuh dalam beberapa waktu pasca bencana. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa masing-masing petani memiliki strategi yang berbeda-beda dalam strategi bertahan hidupnya. Pertama, petani melakukan strategi menghemat dengan mengurangi pengeluaran pada pangan dan memilih makanan yang mutunya lebih rendah. Kedua, petani melakukan alternatif subsisten dengan mencari pekerjaan sampingan agar dapat menambah penghasilan. Ketiga, petani memanfaatkan jaringan sosial dalam mencari pekerjaan, meminta bantuan dan memanfaatkan hubungan patron klien.The research describes the survival strategies of subsistence farmers after the eruption of Mount Semeru in 2021 in the Sumbermujur Lumajang Relocation, East Java. Farmers face very complex problems due to changes in the ecosystem and damage to supporting facilities in their area. Using qualitative methods through interviews and observations with subsistence farmers, the study documents the various survival strategies they adopted during the post-disaster period. The results of this research show that each farmer has a different strategy in their survival strategy. First, farmers implement a savings strategy by reducing spending on food and choosing food of lower quality. Second, farmers use alternative subsistence by looking for side jobs to increase their income. Third, farmers utilize social networks to find work, ask for help and utilize patron-client relationships.
Integrasi tasawuf dalam masyarakat modern: perspektif Sosiologi Agama Afiani, Vivia Zahira
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi Vol 14, No 1 (2025): Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi
Publisher : Departemen Pendidikan Sosiologi FISHIPOL UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/dimensia.v14i1.80063

Abstract

Sosiologi memiliki peran krusial dalam memahami dan memfasilitasi integrasi spiritualitas tasawuf dalam konteks sosial kontemporer. Integrasi ini dapat menjadi dasar bagi transformasi sosial yang lebih seimbang antara aspek spiritual dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis bagaimana pendekatan tasawuf dapat digunakan dalam menghadapi tantangan masyarakat modern yang semakin terfragmentasi dan individualistis. Metode yang digunakan adalah studi literatur dengan pendekatan kualitatif, di mana data diperoleh melalui analisis kritis terhadap literatur terkait sosiologi agama, spiritualitas, dan transformasi sosial. Temuan penelitian menunjukkan bahwa integrasi spiritualitas tasawuf berpotensi mengatasi berbagai permasalahan sosial, seperti dekadensi moral, alienasi, dan kehampaan makna dalam kehidupan modern. Kajian ini menegaskan bahwa pendekatan tasawuf dapat menjadi solusi alternatif dalam membangun tatanan sosial yang lebih harmonis serta memperkuat dimensi spiritual sebagai bagian dari kehidupan bermasyarakat.Sociology plays a crucial role in understanding and facilitating the integration of Sufi spirituality into contemporary social contexts. This integration serves as a foundation for transformative efforts to create a more balanced spiritual and social order. This study aims to analyze how Sufi approaches can address the challenges of an increasingly fragmented and individualistic modern society. Utilizing a qualitative literature review method, data were collected through a critical analysis of sources related to the sociology of religion, spirituality, and social transformation. The findings reveal that the integration of Sufi spirituality has the potential to mitigate social issues such as moral decadence, alienation, and existential emptiness in modern life. This study highlights Sufism as an alternative approach to fostering a more harmonious social structure while reinforcing spirituality as an integral aspect of communal life.
Representasi Standar Kecantikan Perempuan Indonesia dalam Konten Endorsement Produk Kecantikan TikTok Mufidah, Anis; Mubarrok, Zidan Alfin; Az-zahra, Fadillah; Wulandari, Carlina Ayu; Rosita, Hesti; Nabila, Aisha Cahyarani; Novika, Rossa Intania; Dewi, Ratna
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi Vol 14, No 1 (2025): Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi
Publisher : Departemen Pendidikan Sosiologi FISHIPOL UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/dimensia.v14i1.80014

Abstract

Penelitian ini menganalisis representasi standar kecantikan perempuan Indonesia dalam konten endorsement produk kecantikan di platform TikTok selama periode September 2023 – September 2024. Menggunakan metode analisis isi dengan pendekatan kuantitatif, penelitian ini melibatkan 51 video yang dipilih melalui teknik Simple Random Sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas influencer dalam sampel memiliki kulit kuning langsat (90,2%) dan wajah dengan kondisi sehat (68,6%), mengindikasikan dominasi standar kecantikan tertentu. Teknik promosi yang paling umum digunakan mencakup penyampaian informasi produk (76,5%) dan berbagi pengalaman pribadi (64,7%). Selain itu, penggunaan tagar kecantikan (82,3%) dan elemen visual seperti aksesori (54,9%) menjadi faktor penting dalam menarik perhatian audiens. Studi ini menyoroti peran TikTok dalam membentuk persepsi masyarakat terhadap standar kecantikan perempuan Indonesia, serta bagaimana media sosial berkontribusi dalam konstruksi sosial kecantikan melalui konten visual dan narasi personal.This study analyzes the representation of Indonesian women’s beauty standards in beauty product endorsement content on TikTok from September 2023 to September 2024. Using a quantitative content analysis approach, the study examines 51 video samples selected through Simple Random Sampling. The findings indicate that the majority of influencers in the sample have fair yellow-toned skin (90.2%) and healthy facial conditions (68.6%), reflecting the dominance of a specific beauty standard. The most commonly employed promotional techniques include product information delivery (76.5%) and personal experience sharing (64.7%). Additionally, beauty-related hashtags (82.3%) and visual elements such as accessories (54.9%) play a crucial role in capturing audience attention. This study highlights TikTok’s role in shaping societal perceptions of Indonesian beauty standards and how social media contributes to the social construction of beauty through visual content and personal narratives.
Religious social literacy among UNESA’s students with pesantren backgrounds Pratama, Adhitiya Prasta; Mudzakkir, Moh.; Fauzi, Agus Mahfud
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi Vol 14, No 1 (2025): Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi
Publisher : Departemen Pendidikan Sosiologi FISHIPOL UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/dimensia.v14i1.76333

Abstract

Penelitian ini mengkaji literasi sosial keagamaan di kalangan santri alumni pesantren. Literasi sosial keagamaan merujuk pada kemampuan untuk memaknai dan menginterpretasikan dunia sosial secara religius, tidak terbatas pada aspek membaca dan menulis teks-teks keagamaan saja. Konsep ini dianalisis dengan menggunakan teori konstruksi sosial Peter L. Berger dan pemikiran Henry A. Giroux sebagai landasan teori. Pendekatan metodologis yang digunakan adalah studi kasus Robert K. Yin dengan analisis data kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang pernah mengenyam pendidikan di pondok pesantren memiliki literasi sosial keagamaan yang lebih baik daripada siswa non pondok pesantren. Hal ini disebabkan oleh pengalaman hidup di lingkungan pesantren yang kental dengan nilai-nilai dan ideologi Islam. Temuan ini mengonfirmasi peran penting pesantren dalam membentuk literasi sosial keagamaan siswa, yang menjadi bekal penting bagi mereka dalam memaknai realitas sosial dari sudut pandang agama. This study examines religious social literacy among pesantren alumni students. Religious social literacy refers to the ability to interpret and interpret the social world religiously, not limited to the aspects of reading and writing religious texts alone. This concept is analysed using Peter L. Berger's social construction theory and Henry A. Giroux's thoughts as theoretical foundations. The methodological approach used is Robert K. Yin's case study with qualitative data analysis. The results showed that students who have been educated in boarding schools have better religious social literacy than non-boarding school students. This is due to the experience of living in a pesantren environment that is thick with Islamic values and ideology. The findings confirm the significant role of Islamic boarding schools in shaping students' religious social literacy, which is an important provision for them in interpreting social reality from a religious perspective
Peran spiritualitas dalam penuaan sehat: studi di pondok pesantren Mukti Mulia Yogyakarta Destiara, Anisa Bella; Kencana Putri, Diah Sukma; Ayu Permata, Keisha Dinda; Agustina, Dwi
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi Vol 14, No 1 (2025): Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi
Publisher : Departemen Pendidikan Sosiologi FISHIPOL UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/dimensia.v14i1.78900

Abstract

Fenomena peningkatan populasi lanjut usia (lansia) di Indonesia diproyeksikan mencapai 25% pada tahun 2045, sehingga pemberdayaan lansia menjadi aspek krusial dalam mewujudkan kehidupan yang sehat, aktif, dan bermakna. Penelitian ini bertujuan untuk memahami makna penuaan yang sehat, aktif, dan positif di kalangan lansia yang tinggal di Pondok Pesantren Mukti Mulia. Menggunakan metode kualitatif deskriptif, penelitian ini dilakukan melalui teknik purposive sampling dengan pengumpulan data melalui studi kepustakaan, observasi, dan wawancara mendalam. Analisis data dilakukan dengan menggunakan model Miles dan Huberman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia memaknai penuaan yang sehat, aktif, dan positif melalui keterlibatan dalam aktivitas fisik, sosial, dan keagamaan, seperti olahraga, bakti sosial, rekreasi, serta kajian keagamaan. Lansia di pesantren ini juga menekankan pentingnya keseimbangan antara kebutuhan duniawi dan persiapan spiritual untuk kehidupan akhirat. Temuan ini menunjukkan bahwa aspek spiritualitas memainkan peran penting dalam membangun kebermaknaan hidup pada lansia di lingkungan pesantren.The increasing elderly population in Indonesia is projected to reach 25% by 2045, highlighting the importance of elderly empowerment to ensure a healthy, active, and meaningful life. This study aims to explore the meaning of healthy, active, and positive aging among the elderly residing at Pondok Pesantren Mukti Mulia. Using a qualitative descriptive approach, data were collected through purposive sampling, literature studies, observations, and in-depth interviews. Data analysis was conducted using the Miles and Huberman model. The findings indicate that the elderly perceive healthy, active, and positive aging through engagement in physical, social, and religious activities, including exercise, social service, recreation, and religious studies. The elderly in this pesantren also emphasize the importance of balancing worldly needs with spiritual preparation for the afterlife. These findings suggest that spirituality plays a crucial role in fostering a sense of meaning in later life, particularly within the pesantren environment.
Kapitalisme, Perubahan Iklim, dan Eksklusi Sosial: Implikasinya Terhadap Masyarakat Adat Saputra, Hendra Puji
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi Vol 14, No 1 (2025): Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi
Publisher : Departemen Pendidikan Sosiologi FISHIPOL UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/dimensia.v14i1.75909

Abstract

Artikel ini mengeksplorasi eksklusi sosial yang dialami oleh masyarakat adat dalam konteks perubahan iklim yang didorong oleh sistem ekonomi kapitalistik. Konsep eksklusi sosial digunakan untuk menganalisis fenomena ini. Secara metodologis, penelitian ini mengadopsi pendekatan kualitatif deskriptif melalui studi kepustakaan dengan mengumpulkan sumber dari buku, jurnal, dan artikel berita. Hasil temuan menunjukkan bahwa masyarakat adat mengalami eksklusi struktural dan kultural akibat krisis iklim yang terkait dengan relasi ekonomi antara negara dan korporasi. Bentuk-bentuk eksklusi tersebut meliputi marjinalisasi sosial-ekonomi, keterbatasan akses terhadap sumber daya alam, serta lemahnya pengakuan dan perlindungan hak-hak masyarakat adat dalam tata kelola lingkungan. Kondisi ini membuat masyarakat adat menghadapi risiko yang lebih besar akibat perubahan iklim yang dipicu oleh dominasi kapitalisme. Oleh karena itu, diperlukan kebijakan sosial yang inklusif untuk mengatasi eksklusi sosial yang dialami masyarakat adat serta meredam dampak krisis iklim yang diakibatkan oleh model pembangunan ekonomi kapitalistik.This article explores the social exclusion experienced by Indigenous communities in the context of climate change, which is driven by a capitalist economic system. The concept of social exclusion is employed to analyze this phenomenon. Methodologically, this study adopts a qualitative descriptive approach through a literature review, drawing from books, journals, and news articles. The findings indicate that Indigenous communities face both structural and cultural exclusion as a result of climate crises linked to state-corporate economic relations. Forms of exclusion include socio-economic marginalization, restricted access to natural resources, and weak recognition and protection of Indigenous rights in environmental governance. These conditions expose Indigenous communities to heightened risks from climate change due to the dominance of capitalism. Therefore, inclusive social policies are necessary to address the exclusion of Indigenous communities and mitigate the impacts of a capitalist-driven economic model on climate crises.
Membangun budaya literasi melalui perpustakaan jalanan: studi Sabtu membaca di Malang Kurniawan, Muhammad Arif; Pratiwi, Seli Septiana
Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi Vol 14, No 1 (2025): Dimensia: Jurnal Kajian Sosiologi
Publisher : Departemen Pendidikan Sosiologi FISHIPOL UNY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21831/dimensia.v14i1.76859

Abstract

Rendahnya minat baca di masyarakat menjadi tantangan dalam pengembangan literasi di Kota Malang. Salah satu upaya untuk mengatasinya adalah melalui keberadaan perpustakaan jalanan. Penelitian ini mengeksplorasi peran Sabtu Membaca sebagai gerakan sosial yang berkontribusi dalam meningkatkan kebiasaan membaca masyarakat. Menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif, penelitian ini dilakukan di Taman Slamet, Kota Malang. Data dikumpulkan melalui observasi dan wawancara dengan teknik purposive sampling, kemudian dianalisis melalui reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Sabtu Membaca, yang didirikan oleh Cak Pendek pada 2017, menjadi ruang baca inklusif bagi masyarakat tanpa memandang latar belakang sosial atau ekonomi. Dengan pendekatan gerakan sosial, komunitas ini tumbuh dari keresahan terhadap rendahnya minat baca dan berupaya membangun budaya literasi yang lebih kuat. Keberadaannya tidak hanya menyediakan akses terhadap bahan bacaan tetapi juga membentuk ekosistem literasi yang lebih luas di Kota Malang.The low reading interest in society poses a challenge to literacy development in Malang City. One initiative to address this issue is the presence of street libraries. This study explores the role of Sabtu Membaca as a social movement contributing to the enhancement of reading habits in the community. Using a qualitative approach with a descriptive method, the research was conducted at Taman Slamet, Malang City. Data were collected through observations and interviews using purposive sampling, then analyzed through data reduction, data presentation, and conclusion drawing. The findings indicate that Sabtu Membaca, founded by Cak Pendek in 2017, has become an inclusive reading space for the community, regardless of social or economic background. As a social movement, this community emerged from concerns over low reading interest and strives to build a stronger literacy culture. Its presence not only provides access to reading materials but also fosters a broader literacy ecosystem in Malang City.