cover
Contact Name
Tri Wahyu Widodo
Contact Email
notasi3@yahoo.co.id
Phone
+6287839174055
Journal Mail Official
promusika7@gmail.com
Editorial Address
Jurusan Musik Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indoneisa Yogyakarta Jl. Parangtritis Km 6,5 Sewon Bantul Yogyakarta Telp: 0274-384108, 375380, fax: 0274-384108/0274-484928 HP: Hp. 087839174055
Location
Kab. bantul,
Daerah istimewa yogyakarta
INDONESIA
PROMUSIKA: Jurnal Pengkajian, Penyajian, dan Penciptaan Musik
ISSN : 2338039X     EISSN : 2477538X     DOI : https://doi.org/10.24821/promusika.v1i2
Core Subject : Art,
PROMUSIKA: Jurnal Pengkajian, Penyajian, dan Penciptaan Musik, focuses on the results of studies in the field of music, that its topics scope encompasses: Western Music Studies; History of music; Music theory/ analysis; Choir; Orchestra/ Ensemble/ Chamber Music; Composition/ Arrangement; Music Pedagogy/ education; Instrumental/ Vocal Studies; Music Technology; Popular/ folk Music; Music Esthetic/ philosophy
Articles 136 Documents
Pembelajaran Ear Training Berbasis Teknologi dalam Meningkatkan Musikalitas Josias Tuwondai Adriaan; Suryati Suryati
PROMUSIKA Vol 11, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/promusika.v11i1.8961

Abstract

Ear training atau aural skills adalah latihan keterampilan untuk mengidentifikasi nada melalui kegiatan mendengarkan musik. Penerapan keterampilan ini biasannya dilakukan dengan cara dikte musik secara lisan atau tertulis. Sedangkan teknologi berupa seperangkat komputer atau laptop dengan aplikasi software yang telah dirancang khusus untuk pembelajaran ear training di Program Studi Penyajian Musik FSP ISI Yogyakarta. Media teknologi ini digunakan untuk membantu dosen dalam menyampaikan materi ajar dalam kelas pembelajaran ear training. Penelitian ini bertujuan, pertama, menemukan formulasi tepat dan terbaik terhadap unsur-unsur musik, yakni : interval, trinada, ritme, melodi dan akor/harmoni, dan mendeskripsikannya sebagai bahan Pembelajaran Ear Training di Prodi Penyajian Musik FSP ISI Yogyakarta. Kedua, membuktikan bahwa Pembelajaran Ear Training Berbasis Teknologi ini bermanfaat besar bagi dosen dan mahasiswa. Data-data diperoleh antara lain, dari hasil pembelajaran pada semester-semester awal karena penelitian ini difokuskan untuk materi semester III. Untuk memperoleh data yang lebih akurat, maka dilakukan depth interview langsung kepada mahasiswa, kemudian data dipilah-pilah sesuai kategorisasi permasalahan dan menganalisis situasi pembelajaran ear training yang dihadapi mahasiswa sebagai informan.AbstractTechnology-Based Ear Training to Improve Musicality. Ear training or aural skills are skills training to identify tone through listening to music. These skills are customarily applied by music dictation orally or in writing. At the same time, the technology is in the form of a computer or laptop with software applications designed specifically for teaching ear training at the Music Performance Studies Program FSP Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Media technology assists the faculty in delivering teaching materials in classroom teaching ear training. First, This study aims to find the suitable formulation and the best musical elements, namely: interval, triad, rhythm, melody and chord/harmony, and described it as learning material ear training at the Music Performance Studies Program FSP Institut Seni Indonesia Yogyakarta. Second, prove that Ear Learning Technology Based Training benefits faculty and students greatly. The data obtained, among others, of the learning outcomes at the beginning of semesters because the research was focused on the material in the third semester. To get more accurate data, the depth interview is conducted directly with the students, and then, the data is sorted according to the categorisation of problems and ear training, analysing learning situations students face as informants.Keywords: ear training; technology; musicality
Kajian Musikologis Terhadap Komposisi Musik Angklung Toel dan Maqam Hijaz Teguh Gumilar; Rendi Alhusaini
PROMUSIKA Vol 11, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/promusika.v11i1.9202

Abstract

Studi ini bertujuan untuk menunjukan komposisi musik yang menggunakan konsep musik islam dengan kaya fungky.  Maqam hijaz merupakah salah satu dari tujuh irama seni membaca Al-Qur’an yang terdapat pada sumber yang dikaji. Hijaz dalam irama memiliki makna doa, panggilan, dan mengingat-ingat sesuatu. Metode yang digunakan dalam penciptaan karya ini adalah pengembangan dasar dari tangga nada maqam hijaz ke dalam bentuk karya musik dengan penggabungan antara dua jenis musik, yaitu musik Timur Tengah, dan musik gaya funky. Karya angklung toel dan maqam hijaz, diketahui bahwa karya musik ini dapat menciptakan suatu hal baru dalam pengkolaborasian antara musik Timur Tengah dan musik gaya funky sebagai pengembangannya, dan diwarnai dengan progresi-progresi akornya yang terdapat pada karya ini. Gaya seni membaca Al-Qur’an dapat dikembangkan atau diaplikasikan ke dalam bentuk karya musik bambu.AbstractMusicological Study of Angklung Toel and Maqam Hijaz Music Composition. This study aims to show a musical composition that uses the concept of Islamic music with a funky richness. Maqam Hijaz is one of the seven rhythms of the art of reading the Qur'an found in the sources studied. Hijaz, in rhythm, has the meaning of prayer, calling, and remembering something. The method used in creating this work is the essential development of the Maqam Hijaz scales into the form of musical works by combining two types of music, namely Middle Eastern music and funky style music. The results of the musical works that have been made show that this work can create something new in the collaboration between Middle Eastern music and funky style music as its development, and is coloured by the chord progressions found in this rich. The art style of reading the Qur'an can be developed or applied as bamboo musical works.Keywords: Maqam, Hijaz, Music, Bamboo
Representasi Kisah Perang Bubat Dalam Karya Ensambel Perkusi Oleh Kelompok Studi Perkusi (KESPER) Ridhlo Gusti Pradana
PROMUSIKA Vol 11, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/promusika.v11i1.9220

Abstract

Perang Bubat sebagai inspirasi karya ensambel perkusi merupakan aplikasi yang didapatkan dari menelaah informasi, kajian sejarah dan kisah perang bubat dalam setiap bagian yang direpresentasikan kedalam karya musik perkusi oleh KESPER dengan format ensambel modern. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendakatan deskriptif analisis, cara pengumpulan data melalui observasi dan wawancara dari masing-masing sumber yang terkait dengan penelitian ini. Musik perkusi dapat merepresentasikan sebuah suasana yang terjadi dalam kisah perang bubat, dengan memberikan ekspresi sebagai emosi dalam pengkaryaan ensambel perkusi itu sendiri. Rangkaian bagian dalam kisah perang bubat dibuat sedemikian rupa sehingga dapat mawakili isi dari kisah perang bubat itu sendiri. Musik perkusi bukan hanya dapat menciptakan musik yang keras tapi juga dapat memberikan kesan romantis terhadap penikmatnya.AbstractRepresentation of the Bubat War Story in Percussion Ensemble Works by the Percussion Study Group (KESPER). Bubat War as the inspiration for the percussion ensemble work is an application obtained from examining information, historical studies and the story of the Bubat War in each part, represented in percussion music by KESPER with a modern ensemble format. The method used is qualitative with a descriptive-analytical approach, collecting data such as observation and interviews from each source associated with this research. Percussion music can represent an atmosphere that occurs in the war story of Bubat by expressing emotion in the percussion ensemble itself. The series of parts in the war story is made to represent the contents of the report of the war story itself. Percussion music can not only create loud music but can also give a romantic impression to the audience.Keywords: Representation, Bubat War, Percussion Ensemble, KESPER
Think-Pair-Share: Peningkatkan Kemampuan Bernyanyi Teknik, Lagu, dan Efikasi Diri Stephanie Anggreinie; Nancy Susianna
PROMUSIKA Vol 11, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/promusika.v11i1.9172

Abstract

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana kemampuan siswa dalam bernyanyi teknik dan lagu dapat ditingkatkan dengan menggunakan model pembelajaran think-pair-share. Penelitian ini dilakukan di Sekolah GenIUS selama enam minggu dengan subyek penelitian sebanyak 16 siswa. Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan metode weak experiment menggunakan static-group Pretest dan Posttest design. Intsrumen yang digunakan untuk memperoleh data telah divalidasi oleh dua orang orang ahli dalam bidang musik dan pendidikan. Nilai yang diperoleh diuji menggunakan Mann-Whitney. Hasil uji hipotesis kemampuan bernyanyi teknik menunjukkan asymp. sig (2-tailed) sebesar 0,004 dan uji hipotesis kemampuan bernyanyi lagu menunjukkan asymp.sig (2tailed) menunjukkan asymp. sig (2-tailed) sebesar 0,002 serta uji hipotesis efikasi diri menunjukkan asymp. sig (2-tailed) sebesar 0,170. Disimpulkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan bernyanyi teknik dan lagu pada siswa antara kelas kontrol yang diajarkan menggunakan metode konvensional dengan kelas eksperimen yang diajarkan menggunakan metode think-pair-share, tetapi tidak terdapat perbedaan antara efikasi diri siswa kelas kontrol dengan siswa eksperimen. Siswa kelas eksperimen berkesempatan belajar dengan cara berpasangan, sehingga saling memberikan masukan pada saat latihan. Hal ini membuat waktu berlatih mereka menjadi lebih efektif sehingga kelas eksperimen mendapatkan nilai bernyanyi teknik dan lagu yang lebih baik daripada kelas control.AbstractThink-Pair-Share: Improving Singing Technique, Song, and Self-Efficacy. This study aims to find out how students' abilities in singing techniques and songs can be improved by using the think-pair-share learning model. In this study, students were asked to try to solve problems encountered when practising in pairs. By having the ability to solve these problems, it is expected that students' self-efficacy in singing will also increase. This research was conducted at GenIUS School for six weeks with 16 students as research subjects. This research is quantitative with a weak experimental method using a static-group Pretest and Posttest design. The instruments used to obtain data have been validated by two experts in music and education. The values obtained were tested using Mann-Whitney. The hypothesis test results of the ability to sing techniques show asymp. sig (2-tailed) of 0.004, and the hypothesis test of song singing ability shows asymp. sig (2-tailed) shows asymp. sig (2-tailed) of 0.002, and the self-efficacy hypothesis test showed asymp. sig (2-tailed) of 0.170. It was concluded that there were differences in students' singing techniques and song abilities between the control and experimental classes. However, the self-efficacy of the control and experiment classes was the same. In practical courses, students learn in pairs, so they provide input to each other during practice. This method made sure that the practical class practised more effectively, therefore, got a better score in singing technique and song.Keywords: think-pair-share; technic-singing; song-singing and self-efficacy
Musik “Sparkle”: Konstruksi Karya Grup Musik Radwimps pada Film Animasi Jepang “Kimi No Na Wa” Arif Rahman Hidayat; Irfanda Rizki Harmono Sejati
PROMUSIKA Vol 11, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/promusika.v11i1.9406

Abstract

Film animasi Jepang “Kimi no Na Wa” dan lagu berjudul “Sparkle" yang menjadi musik ilustrasi atau musik pengiring pada film ini sangatlah terkenal di kalangan pecinta film animasi Jepang. Dimana sejak film tersebut dirilis pada tahun 2016 bahkan hingga saat ini, film ini masih termasuk dalam daftar Top 10 Most Popular Anime yang menduduki posisi sepuluh, juga menduduki posisi empat dalam daftar Top Anime Movies dengan rating 8.91 bintang pada situs database dan komunitas anime terbesar di dunia, myanimelist. Penelitian ini difokuskan kepada analisis bentuk musik ilustrasi “Sparkle” dan fungsi musik ilustrasi ini pada adegan inti film “Kimi no Na wa” pada durasi 1:25:01. Tujuan dari dilakukannya penelitian ini ialah untuk mengidentifikasi bentuk dan fungsi dari musik ilustrasi “Sparkle” yang mengiringi suatu adegan inti pada film tersebut. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif dengan pendekatan musikologi. Lingkup kajian dari penelitian difokuskan pada bentuk dan fungsi musik ilustrasi “Sparkle” pada film animasi Jepang berjudul “Kimi no Na wa” karya grup musik Radwimps. Data yang diperoleh pada penelitian ini diperoleh dengan cara observasi dan dokumentasi.AbstractMusic for "Sparkle": Construction by Radwimps on Japanese Animated Film "Kimi No Na Wa". The Japanese animated film "Kimi no Na Wa" and the song "Sparkle", which serves as the accompanying music or music for this film, are viral among Japanese animation film lovers. Since the film was released in 2016, even today, this film is still included in the list of Top 10 Most Popular Anime, which occupies the tenth position, also occupies the fourth position in the list of Top Anime Movies with a rating of 8.91 stars on the largest anime database and community site in the world, minimalist. This research focuses on the analysis of the form of the illustration music "Sparkle" and the function of this illustration music in the main scene of the film "Kimi no Na wa" at 1:25:01. The purpose of this research is to identify the form, function, and atmosphere of the musical illustration "Sparkle" which accompanies a core scene in the film. This study used a qualitative descriptive research method with a musicological approach. The scope of study of this research is focused on the form and function of the musical illustration “Sparkle” in the Japanese animation film “Kimi no Na wa” by the band Radwimps. The data obtained in this study were obtained through observation and documentation.Keywords: music analysis; Kimi no na wa; anime; radwimps
Musik Eksperimental: Angkep Wilang I Gde Made Indra Sadguna; Kadek Dimas Mahardika; I Nyoman Sudiana
PROMUSIKA Vol 11, No 1 (2023): April 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/promusika.v11i1.8823

Abstract

Musik eksperimental sering dikatakan sebagai musik kontemporer atau musik yang berbeda dari konvensi musik tradisional. Perbedaannya, dalam musik eksperimental mengedepankan pengalaman auditif yang ‘tidak biasa’. Hal tersebut bisa dilihat dari bermacam elemen, seperti dari pemilihan alat, cara memainkan alat yang non-konvensional sehingga menghasilkan timbre yang tidak lazim, serta pola garap musik yang memfokuskan pada eksplorasi bunyidalam pembangun suara sehingga menghasilkan output yang kadangkala tidak familiar di telinga. Berpijak dari penjelasan mengenai musik eksperimental tersebut, timbul ketertarikan penulis untuk menciptakan sebuah karya musik kontemporer dengan mengadopsi salah satu rumus/sistem kerja matematika yaitu pencarian KPK (Kelipatan persekutuan terkecil), dengan menggunakan metode pohon faktor (faktorisasi prima) sebagai cara kerja dalam penciptaan karya musik eksperimental yang berjudul Angkep Wilang. Formulasi serta cara kerja aritmatika ini penulis transformasikan ke dalam media ansambel gamelan Bali, dengan memadukan dua jenis laras yang terdapat pada gamelan Bali yaitu laras pelog dan laras slendro. Jenis gamelan yang digunakan sebagai perwakilan dari laras pelog adalah Semar Pagulingan Saih Pitu, sedangkan untuk laras sle­ndro menggunakan gamelan Angklung Saih Lima. Metode penciptaan karya yang digunakan dalam komposisi musik ini mengacu pada konsep kekaryaan yang dikemukakan oleh Alma M. Hawkins,yaitu exploration, improvisation, dan forming.AbstractExperimental Music: Angkep Wilang. Experimental music is often said to be contemporary music or music that is different from traditional music conventions. The difference is that experimental music puts forward an 'unusual' auditive experience. This can be seen from various elements, such as the selection of instruments, unconventional ways of playing instruments that produce unusual timbres, and patterns of musical compositions that focus on sound exploration in sound construction to produce output that is sometimes unfamiliar to the ear. Based on this explanation of experimental music, the author's interest arose in creating a contemporary piece of music by adopting one of the mathematical formulas/work systems, namely the search for the LCM (least common multiple), using the factor tree method (prime factorisation) as a way of working in creation. An experimental piece of music is entitled Angkep Wilang. The writer transforms the formulation and the practice of working this arithmetic into a Balinese gamelan ensemble medium by combining the two types of tunings found in Balinese gamelan, namely the pelog tunings and the slendro tunings. The kind of gamelan used to represent the pelog tunings is Semar Pagulingan Saih Pitu, while for the slendro tunings, the gamelan Angklung Saih Lima is used. The numbers used in the search are 28 and 20; these two numbers are obtained through the media used to realise the concepts that have been designed. The work creation method used in this musical composition refers to the creative idea put forward by Alma M. Hawkins, namely exploration, improvisation, and forming.Keywords: Angkep Wilang; Experimental; LCM
Implementasi Teknik Vokal Luk, Gregel dan Crooning dalam Repertoar Tristeza
PROMUSIKA Vol 11, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/promusika.v11i2.10989

Abstract

Penulisan ini membahas tentang bagaimana implementasi teknik vokal luk, gregel, dan crooning pada repertoar Tristeza dengan iringan combo keroncong. Teknik vokal luk, dan gregel merupakan teknik vokal yang digunakan dalam menyanyikan repertoar keroncong. Luk dapat diartikan sebagai bagian dari cengkok yang memperindah pembawaan lagu. Kemudian gregel merupakan hiasan dari nada yang bergerak dengan cepat. Pada penulisanya gregel dapat ditulis dengan tanda inverted mordent. Teknik vokal crooning merupakan teknik bernyanyi ringan seperti berbicara. Tristeza merupakan repertoar musik latin. Musik keroncong dan musik latin merupakan musik yang berasal dari akar yang sama. Musik latin memiliki ciri pada permainan ritmik yang kerap dipegang oleh instrumen perkusi, 2 sedangkan ciri khas musik keroncong terletak pada instrumen cak, dan cuk. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan penerapan metode studi dokumen, wawancara dan diskografi. Hasil yang diperoleh berupa sajian musik dengan repertoar Tristeza yang telah diaransemen dibawakan dengan iringan combo keroncong, dan implementasi teknik vokal luk, gregel, dan crooning. Dengan demikian menghasilkan nuansa musik yang baru.AbstractImplementation of Luk, Gregel, and Crooning Vocal Techniques in the Tristeza Repertoire. This writing discusses how the implementation of luk, gregel, and crooning vocal techniques in the Tristeza repertoire with keroncong combo accompaniment. Luk, and gregel vocal techniques are vocal techniques used in singing keroncong repertoire. Luk can be interpreted as part of the cengkok that beautifies the rendition of the song. Then gregel is a decoration of a tone that moves quickly. In writing gregel can be written with an inverted mordent sign. Crooning vocal technique is a light singing technique like talking. Tristeza is a Latin music repertoire. Keroncong music and Latin music come from the same roots. Latin music is distinguished by its intricate rhythmic patterns, often driven by percussion instruments, whereas keroncong music is defined by the distinctive sounds produced by the cak and cuk instruments. This research is a qualitative research with the application of document study, interview and discography methods. The results obtained are in the form of a musical presentation with the Tristeza repertoire that has been arranged performed with keroncong combo accompaniment, and the implementation of luk, gregel, and crooning vocal techniques. Thus producing new musical nuances.Keywords: Luk; Gregel; Crooning; Latin; Keroncong
Struktur dan Harmoni Komposisi Sonata Op. 2 No. 1, 4th Movement Ludwig van Beethoven: Sebuah Kajian Musikologis Indrawati, Dorothea Belicia Violista; Hananto, Paulus Dwi
PROMUSIKA Vol 12, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/promusika.v12i1.10940

Abstract

Beethoven adalah salah satu komposer dan pianis yang terkenal dari Jerman pada periode klasik. Semasa hidupnya, Beethoven membuat 32 sonata dan salah satu yang terkenal adalah Sonata Op. 2 No. 1. Sonata merupakan bentuk struktur yang banyak digubah oleh komponis pada periode klasik. Sonata Op. 2 No. 1 merupakan karya yang digubah oleh Beethoven pada awal karirnya dan dipersembahkan untuk gurunya, Joseph Haydn. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis struktur musik, teknik pengolahan motif di antaranya sekuen, motif yang digunakan dan harmoni seperti progresi akord dan kadens yang terdapat dalam Sonata Op. 2 No. 1, 4th movement. Penelitian ini juga meneliti karakteristik Haydn yang ada di dalamnya dikarenakan karya Sonata Op. 2 No. 1 ini dipersembahkan kepada Joseph Haydn. Penelitian ini didasarkan dari practice-based reserach atau penelitian berdasarkan praktik. Penelitian ini bersandar pada dokumen secara tekstual dan menggunakan pendekatan musikologi. Struktur komposisi pada Sonata Op. 2 No. 1, 4th movement berbentuk sonata form yang terdiri atas eksposisi, pengembangan, dan rekapitulasi. Hasil penelitian menunjukkan komposisi ini menggunakan  karakter Haydn yaitu menggunakan pola triplet broken chord, menggunakan sonata form pada movement terakhir, periode tema yang tidak teratur, dan ada kecondongan untuk menekankan pentingnya second subject.Structure and Harmony of Ludwig van Beethoven's Sonata Op. 2 No. 1, 4th Movement: A Musicological StudyAbstractBeethoven is one of Germany's most famous composers and pianists in the classical period. During his lifetime, Beethoven composed 32 sonatas, one of which is the Sonata Op. 2 No. 1. Sonata is a form of structure that many composers composed in the classical period. Sonata Op. 2 No. 1 is a work composed by Beethoven at the beginning of his career and dedicated to his teacher, Joseph Haydn. This research aims to analyze the musical structure, motif processing techniques, sequences, motifs used, and harmonies such as chord progressions and cadences contained in Sonata Op. 2 No. 1, 4th movement. This research also examines Haydn's characteristics because the Sonata Op. 2 No. 1 is dedicated to Joseph Haydn. This research is based on practice-based research. It relies on textual documents and uses a musicological approach. The compositional structure of Sonata Op. 2 No. 1, 4th movement is in sonata form, which consists of exposition, development, and recapitulation. The results show that this composition uses Haydn's characters, namely using triplet broken chord patterns, using sonata form in the last movement, irregular theme periods, and there is a tendency to emphasize the importance of the second subject.Keywords: Musicological Analysis; Beethoven; Sonata Op. 2 No. 1, 4th movement.
Analisis Struktur Musik dan Teknik dalam Penyajian "Partita in A Minor" (BWV 1013) untuk Alto Saksofon
PROMUSIKA Vol 11, No 2 (2023): Oktober 2023
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/promusika.v11i2.9476

Abstract

Artikel ini menyajikan hasil analisis struktur musik dan teknik penyajian “Partita in A Minor” (BWV 1013), karya Johann Sebastian Bach. Repertoar “Partita in A Minor” (BWV 1013), karya Johann Sebastian Bach aslinya digubah untuk solo flute, namun untuk kepentingan pementasan, disajikan dalam permainan solo saksofon alto. Rumusan masalah yang muncul adalah terdapatnya perbedaan dalam teknik permainan antara flute dan saksofon alto sehingga menghadirkan beberapa tantangan dalam mengartikulasikan kalimat-kalimat musik dalam repertoar tersebut. Hal-hal yang muncul dalam permainan saksofon alto dipaparkan berdasarkan metode penelitian kualitatif dengan pemaparan secara deskriptif analisis musikologis. Bentuk kebaruan dalam artikel ini adalah menyajikan analisis struktur musik dan tantangan dalam permainan solo saksofon alto, karena repertoar ini aslinya untuk solo flute tanpa iringan. Melalui kajian ini disimpulkan bahwa repertoar untuk instrumen flute sangat memungkinkan dimainkan alto saksofon karena memiliki beberapa persamaan dalam hal register suara dan klaviatur organologis, meskipun juga memiliki perbedaan yang cukup signifikan pada warna suara dan frasering pernafasan. Pengaruh yang paling signifikan adalah cara penyajian dalam tempo yang lebih lambat dari permainan flute.  Penulis berharap bahwa penelitian ini  dapat memberi dorongan kepada para musisi lainnya untuk mentranskipsi atau memainkan repertoar-repertoar klasik instrumen flute ke saksofon menjadi semakin masif.AbstractAnalysis of Musical Structure and Technique in the Presentation of "Partita in A Minor" (BWV 1013) for Alto Saxophone. This article presents the results of an analysis of the musical structure and performing technique of "Partita in A Minor" (BWV 1013) by Johann Sebastian Bach, an alto saxophone soloist whose original repertoire was composed for solo flute. The formulation of the problem that arises is that there are differences in playing techniques between the flute and the alto saxophone, which present several challenges in articulating the musical sentences in the repertoire. Any things that appear in alto saxophone playing are explained based on qualitative research methods with a descriptive presentation of musicological analysis. This article's novelty is that it analyzes the musical structure and challenges in alto saxophone solo playing because this repertoire was originally for unaccompanied flute solos. This study concluded that the repertoire for the flute instrument could be played on the alto saxophone because it has several similarities in register and organological claviature. However, there are also significant differences in timbres and breathing phrasing. The primary influence factor is executing this repertoire at a reduced pace compared to the original flute. The author hopes this research can encourage other musicians to transcribe or play the classical repertoire from flute instruments to the saxophone more massively.Keywords:  Partita in A minor; classical; articulating; flute; alto saxophone
Teknik Permainan Guzheng pada Turkish March Mozart Orkestrasi Quartet Wang Zhong Shan Evellyn, Evellyn; Sagala, Jayanti M.
PROMUSIKA Vol 12, No 1 (2024): April 2024
Publisher : Institut Seni Indonesia Yogyakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24821/promusika.v12i1.10352

Abstract

Piano Sonata No. 11 in A major, K331 movement ke-3, Alla Turca atau Turkish March merupakan musik piano karya Mozart yang terkenal karena bentuknya yang menyerupai jenis lagu mars dengan tempo cepat, gembira, dan meriah. Popularitas Turkish March di abad ke-21 membuat karya ini diaransemen dan diorkestrasikan dalam berbagai instrumen, salah satunya yaitu alat musik tradisional Tiongkok, guzheng oleh Wang Zhong Shan pada tahun 2009. Meskipun piano dengan guzheng merupakan instrumen string, namun perbedaan bentuk instrumen, bahan pembuatan, serta cara memproduksi bunyi mengakibatkan adanya beberapa perbedaan teknik permainan yang digunakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui teknik permainan guzheng dalam Turkish March karya Mozart yang diorkestrasikan oleh Wang Zhong Shan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pengambilan data berupa studi literatur, studi diskografi, dan observasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik permainan guzheng yang digunakan dalam Turkish March antara lain teknik memetik senar yang paling dasar yaitu dengan keempat jari, kemudian teknik memetik senar dengan kedua telunjuk kanan dan kiri secara bergantian, teknik menekan senar untuk mendapatkan nada tertentu yang tidak ditala pada senar guzheng, teknik double stop, teknik tremolo, dan teknik arpeggio. Baik notasi yang tertulis di partitur maupun bunyi permainan guzheng yang dihasilkan, ternyata tidak memiliki perbedaan signifikan dengan karya musik piano asli karena teknik permainan guzheng yang digunakan diolah sedemikian rupa untuk tetap menghasilkan bunyi yang mirip dengan karya aslinya

Page 11 of 14 | Total Record : 136