cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota semarang,
Jawa tengah
INDONESIA
WALISONGO
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Social,
Jurnal Walisongo adalah jurnal ilmiah yang diterbitkan oleh Lembaga Penelitian IAIN Walisongo Semarang. Jurnal ini memiliki spesifikasi sebagai media untuk mengkomunikasikan hasil-hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang sosial keagamaan Islam. Jurnal ini terbit berkala setiap enam bulan sekali pada bulan Mei dan November
Arjuna Subject : -
Articles 92 Documents
DAKWAH TRANSFORMATIF MOHAMMAD NATSIR al-Asy’ari, M. Khoirul Hadi
WALISONGO Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Da‘wa is probably the best effort to spread Islam. In the context of Indonesia, somany figures engaged in Islamic da‘wa. One of them is Mohammad Natsir whoimplemented transformative Islamic da‘wa in of his life times. Applying qualitativeresearch with historical approach, both on his life history and his writings, it wasfound that transformative efforts on the dakwah movement implemented byMohammad Natsir was based on the principles of verbalic deeds, actualization ofIslam in a factual actions, and good personily. The principles had been implementedby doing organizational breakthrough toward the community. Applyingthis strategy made the da‘wa movement infiltrated toward all levels of society.Nowadays it was showed that the organization set up by Mohammad Natsirdeveloped well and support the religiousity among Indonesian society.***Dakwah adalah salah satu upaya untuk menyebarkan agama Islam. Dalamkonteks Indonesia, banyak sekali tokoh yang bergerak dalam bidang dakwah.Salah satunya adalah Mohammad Natsir. Mohammad Natsir melakukan dakwahtranformatif pada zamannya. Dengan menggunakan penelitian kualitatif, denganpendekatan sejarah, baik melalui sejarah kehidupan maupun karyanya ditemukanbahwa upaya transformatif dalam gerakan dakwah yang dilakukan olehMohammad Natsir didasarkan pada prinsip amal perbuatan lisan, aktualisasiajaran Islam dengan karya nyata, dan kepribadian terpuji. Upaya yang dilakukannyaadalah melakukan gebrakan organisatoris. Implementasi dakwah MohammadNatsir melalui gerakan organisasional telah terbukti menyebar di seluruhwilayah Indonesia dan membentuk keberagamaan Islam di Indonesia.Keywords: dakwah, dakwah transformatif, Mohammad Natsir,Dewan Dakwah Islamiyyah Indonesia
ISLAM RAḤMATAN LI ’L-‘ĀLAMĪN SEBAGAI LANDASAN DAKWAH MULTIKULTURAL: Prespektif Muhammad Fethullah Gülen Bisri, Achmad
WALISONGO Vol 22, No 2 (2014): Dakwah Multikultural
Publisher : IAIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article aimed to analyze Fethullah Gülen’s concept on raḥmatan li ’l-‘ālamīn.This concept can be used as an important basic for designing a multicultural da‘wathat emphasizes: (1) love and affection; (2) tolerance; and (3) interfaith dialogue.This research used hermeneutic analysis. There are three important researchfindings. Firstly, Islam as raḥmatan li ‘l-‘ālamīn to be reflected with love andaffection. Secondly, Islam as raḥmatan li ’l-‘ālamīn to be reflected with interfaithdialogue. Thirdly, Islam as raḥmatan li ’l-‘ālamīn to be reflected as tolerance.***Artikel ini bertujuan untuk menganalisis konsep Fethullah Gülen mengenairaḥmatan li ’l-‘ālamīn. Konsep ini dapat dijadikan landasan pentingnya membangundakwah multikultural yang menekankan pada: (1) cinta dan kasih; [2]toleransi; dan [3] dialog antar iman. Penelitian ini menggunakan analisis hermeneutika.Terdapat tiga temuan penting dalam penelitian ini. Pertama, Islamraḥmatan li ’l-‘ālamīn itu direfleksikan dengan cinta dan kasih. Kedua, Islamraḥmatan li ’l-‘ālamīn itu direfleksikan dengan dialog antar iman. Ketiga, Islamraḥmatan li ’l-‘ālamīn itu direfleksikan dengan toleransi.Keywords: Fethullah Gülen, raḥmatan li ’l-‘ālamīn, dialog antar iman
MEMBACA GERAKAN ISLAM RADIKAL DAN DERADIKALISASI GERAKAN ISLAM Ahyar, Muzayyin Ahyar
WALISONGO Vol 23, No 1 (2015): "PENDIDIKAN DAN DERADIKALISASI AGAMA"
Publisher : LP2M UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study focussed on many radical Islamic movements in Solo as the objects ofresearch, especially the islamic movements oftenly called as Tim Hisbah. Applyingthe approach of political sociology, this research will capture that phenomenons ofreligious radicalism are not merely problem of religious ideology, but also sociopoliticalproblem. Frammed by the social theories such as the theory of identityand social movements, included political opportunity structure, framing process,and the mobilizing structure this study showed that radicalism is an effort toestablish identity by utilizing mass network (Muslim), mobilization, framingprocess, and advantaging political opportunities (democratic nature). In additionto relate to religious de-radicalization in Indonesia, this research argued thatIslamic radicalism is not only a religious phenomenon that must be solved solelyby de-radicalization of Islamic thought and ideology, but also a phenomenon thatcan be discussed by other sciences such as social, political and economic sciences.***Penelitian ini mengangkat gerakan Islam di Solo sebagai objek kajian, khususnyapada gerakan yang sering disebut Tim Hisbah. Dengan menggunakan pendekatansosiologi politik, penelitian ini berusaha menangkap fenomena radikalisme agamabukan sepenuhnya gejala ideologi keagamaan, namun juga sebagai gejala sosialpolitik.Penelitian ini akan dipandu oleh teori-teori sosial seperti teori identitasdan gerakan sosial meliputi kesempatan politik (political opportunity structure),struktur pembingkaian (framing process), dan struktur mobilisasi (mobilizingstructure). Temuan dari penelitian ini menggambarkan bahwa radikalisme adalahsebuah upaya membentuk identitas dengan menggunakan jejaring massa (Islam),dan memanfaatkan peluang politik (alam demokratis), mobilisasi dan prosespembingkaian. Dalam kaitannya dengan deradikalisasi, penelitian ini juga membahasbahwa radikalisme bukan hanya fenomena keagamaan, yang mana permasalahannyaharus dipecahkan dengan deradikalisasi pemikiran dan ideologiIslam. Ia juga fenomena yang dapat dikaji melalui ilmu-ilmu lainnya seperti ilmusosial, politik dan bahkan ekonomi.
DIALEKTIKA RADIKALISME DAN ANTI RADIKALISME DI PESANTREN Kusmanto, Thohir Yuli; Fauzi, Moh Fauzi; Jamil, M Mukhsin
WALISONGO Vol 23, No 1 (2015): "PENDIDIKAN DAN DERADIKALISASI AGAMA"
Publisher : LP2M UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Any effort opoosing toward any form of radicalism is a part of the reactions to antiradicalism.The spirit of anti-radicalism emerged as part of the peoples resistance.Radicalism and anti-radicalism was dialectically interrelated. Although both areparadoxical, but always be united. Dialectic of radicalism and anti-radicalism interesting isonce it was observed in boarding school life. The phenomena of Islamic radicalism isoften associated with Islamic boarding schools in Indonesia. Some communitiesunderstood that the growing radicalism came from Islamic boarding schools. This viewwas based on the the many actors of violent Islamic radicalism were the alumni ofboarding school. The reality may be true in certain cases, but they may not be generalized.This study explored the data on the perspective of Islamic boarding schools on thediscourse and praxis of radicalism and anti radicalism and resistance patterns. The researchresults showed that the community of Islamic boarding schools rejected, oppossed andactively built the spirit of anti radicalism that was implemented in several patterns. Thefindings of these research was a synthesis of the thesis which had become the publicdiscourse about radicalism and Islamic boarding school.***Upaya menentang segala bentuk radikalisme merupakan bagian dari reaksi antiradikalisme. Semangat anti radikalisme muncul sebagai bagian dari resistensimasyarakat. Radikalisme dan anti radikalisme saling berkaitan secara dialektis. Meskipunkeduanya merupakan sesuatu yang paradoks, namun selalu menyatu. Dialektikaradikalisme dan anti radikalisme menarik ketika dilihat dalam kehidupan pesantren.Fenomena radikalisme Islam seringkali dihubungkan dengan masyarakat pesantren diIndonesia. Beberapa kelompok masyarakat memahami radikalisme tumbuh daripesantren. Pandangan tersebut didasari oleh banyaknya pelaku radikalisme Islamdalam bentuk kekerasan alumni pesantren. Realitas tersebut bisa jadi benar dalamkasus tertentu, tetapi tidak bisa digeneralisasi. Penelitian ini berupaya menggali datapandangan pesantren tentang wacana dan praksis radikalisme dan anti radikalismeserta pola resistensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat pesantrenmenolak, menentang dan aktif membangun spirit anti radikalisme yang diwujudkandalam beberapa pola. Temuan penelitian tersebut merupakan sintesis dari tesis yangselama ini menjadi wacana masyarakat tentang radikalisme dan pesantren.
PENDIDIKAN AGAMA DALAM KULTUR SEKOLAH DEMOKRATIS: Potensi Membumikan Deradikalisasi Agama di Sekolah Jannet, Herly Jannet
WALISONGO Vol 23, No 1 (2015): "PENDIDIKAN DAN DERADIKALISASI AGAMA"
Publisher : LP2M UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This study aimed in general to determine and describe the religious education in ademocratic school culture is one of potential strategies in disseminating religious deradicalizationin schools. Applying qualitative naturalistic approach with case study,this study focused the location in Christian High School Urimessing Ambon. Theobject of this research was the all democratic phenomena found in the process ofteaching and learning of Christian education. The results of this study can bedescribed as follows: religious education in a democratic school culture has thepotential to disseminate de-radicalization because the learning process optimizedthe attitude of critical thinking on freedom, independence, and accountability thatwere assumed to build the belief, attitude and norm of student to: (1) deepen andbelieve their own religious teachings; (2) commit to transform their religiousteacgings in their daily life, both individually and socially; and (3) become the realwho got off from violence and anarchy in realizing their objectives.***Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dan mendeskripsikan PendidikanAgama dalam kultur sekolah demokratis sebagai salah satu strategi membumikanderadikalisasi agama di sekolah. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatifnaturalistik dengan strategi studi kasus dan mengambil tempat penelitian diSMA Kristen Urimessing Ambon. Objek penelitian ini adalah keseluruhan gejalademokratis dalam proses belajar mengajar Pendidikan Agama Kristen. Hasil penelitiandapat dideskripsikan sebagai berikut, Pendidikan Agama dalam kultursekolah demokratis berpotensi membumikan deradikalisasi, karena dalam prosesbelajar mengajar mengoptimalkan sikap kebebasan berpikir kritis, kemandirian,dan akuntabilitas sehingga dapat membentuk keyakinan, sikap dan norma pesertadidik untuk: (1) mendalami dan meyakini ajaran agamanya sendiri; (2) berkomitmenmentransformasikan ajaran agamanya secara baik dalam kehidupanpribadi maupun sosial bermasyarakat; dan (3) memberi teladan secara konkrettidak terjebak menggunakan kekerasan dan anarkisme dalam mewujudkankeinginan.
REORIENTASI MANAJEMEN PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DAN DERADIKALISASI AGAMA Syukur, Fatah
WALISONGO Vol 23, No 1 (2015): "PENDIDIKAN DAN DERADIKALISASI AGAMA"
Publisher : LP2M UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Islamic religious education in schools substantively had a very important role. Inaccordance with the mandate of the Law on National Education System, religiouseducation should be provided to learners at all levels of education. Religiouseducation was expected not only to provide knowledge of religion, but also buildthe personality character of the students using religious values taught. Throughquantitative research, this study examined the implementation of Islamic religiouseducation in schools with the research problems: is there any correlation withreligious observance, and any other factors that affect the behavior of religion?How does the orientation of Islamic religious educationin schools? The resultsshowed that Islamic education is not positively correlated to the level of religiousobservance. Similarly, differences in men and women are not correlated to thelevel of religious observance. Therefore, there will be necessary reorientation ofreligious education in schools.***Pendidikan agama Islam di sekolah secara substantif memiliki peran yang sangatpenting. Sesuai dengan amanat Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional,bahwa Pendidikan Agama harus diberikan kepada peserta didik di semua jenjangpendidikan. Diharapkan Pendidikan Agama bukan hanya memberikan pengetahuanagama saja, akan tetapi juga membentuk karakter kepribadian anak didikdengan nilai-nilai yang diajarkan oleh agama. Melalui penelitian kuantitatif, tulisanini mengkaji pelaksanaan Pendidikan Agama Islam di sekolah, apakah adakorelasinya dengan ketaatan beragama, adakah faktor-faktor lain yang berpengaruhterhadap perilaku beragama? Serta Bagaimana orientasi PendidikanAgama Islam di sekolah?. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa PendidikanAgama Islam tidak berkorelasi positif terhadap tingkat ketaatan beragama.Demikian pula perbedaan laki-laki dan perempuan tidak berkorelasi terhadaptingkat ketaatan beragama. Oleh karena itu, maka perlu ada reorientasi Pendidikan Agama di sekolah.
BINA-DAMAI DALAM KOMUNITAS PESANTREN: Sebuah Upaya Counter-Radikalisme Mantu, Rahman
WALISONGO Vol 23, No 1 (2015): "PENDIDIKAN DAN DERADIKALISASI AGAMA"
Publisher : LP2M UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article discussed about the experience of al-Qodir Boarding School in SlemanYogyakarta in the effort to counter the radicalism through the approach of peacebuilding. Applying qualitative approach, this research using the methods ofobservation and deep interview in collecting data. With the theoritical frameworkof cognitive peace building, three factors of peace building became the focus; themechanism of internal group, among group and external group. The mainresearch finding here was the essential role of kiai in building participativedialogue with the community out of the boarding school which was implementedthrough social actions. It resulted in the ability of al-Qodir Boarding School informulating the strategy of radicalism counter which became a typical strategy ofpesantren among so many strategies to find out new formulations in avoiding themovement of radicalism in Indonesia.***Tulisan ini akan membahas tentang pengalaman Pondok Pesantren Al-Qodirterhadap upaya counter-radikalisme melalui pendekatan bina-damai di SlemanYogyakarta. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan melakukanpengamatan serta wawancara mendalam. Kerangka teoritik yang digunakanpeneliti adalah teori peace building. Perdamaian menurut teori ini bisa terciptakarena tiga faktor; mekanisme internal, antar kelompok dan eksternal. Temuandari riset ini adalah adanya peran penting kiai dalam membangun dialogpartisipatif dengan masyarakat luar pesantren yang terimplementasi melaluiaksi-aksi sosial. Hasilnya Pesantren Al-Qadir mampu merumuskan strategicounter-radikalisme yang khas pesantren ditengah upaya banyak pihak mencariformulasi baru dalam menangkal gerakan radikalisme di Indonesia.
PEACEFUL JIHĀD DAN PENDIDIKAN DERADIKALISASI AGAMA Sulasman, Sulasman
WALISONGO Vol 23, No 1 (2015): "PENDIDIKAN DAN DERADIKALISASI AGAMA"
Publisher : LP2M UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Islamic Boarding School (Pondok Pesantren) Miftahul Huda was originatellyidentical with the radicalism movement not only because of its exclusivism in religiousactivities, the criticism toward the government, but also the identification of itsmembers with DI/TII movement and FPI. In line with internal and external dynamics,this boarding school reoriented its movement from physical jihād to the path ofeducation and peaceful dakwah or in Lukens-Bull’s perspective it is so-called peacefuljihād. The process of self-domestication and the movement of de-radicalization in thisboarding was executed by six ways. They are internalizing the values of boardingschool, increasing the Islamic perspective, adopting schools system, providing theeducation of hubb al-waṭan, using local wisdom, and developing skill education. Thestrategy of de-radicalization applied by Miftahul Huda Islamic Boarding School isdivided into three efforts; preventive de-radicalization, preservative de-radicalization,and curative de-radicalization. The results was shown that the students, alumni, andthe boarding schools incorporated in Miftahul Huda Islamic boarding schoolnetworking system that appears in peace, moderate, and tolerance appearance.***Pondok Pesantren Miftahul Huda semula identik dengan gerakan “radikal” baikkarena pandangan eksklusivismenya dalam beragama, kritisisme terhadapPemerintah, maupun karena keidentikkan beberapa personalnya dengan gerakanDI/TII dan FPI. Sejalan dengan dinamika internal dan eksternal, pondok pesantrenini pun mereorientasi gerakannya dari jihād fisik ke jalur pendidikan dandakwah damai atau dalam perspektif Lukens-Bull dikenal sebagai jihad damai(peaceful jihād). Proses menjinakkan diri dan gerakannya, yang dikenal denganderadikalisasi, dilalui oleh pondok pesantren ini dengan enam cara, yakni internalisasinilai-nilai pesantren, perluasan perspektif keislaman, adopsi sistemsekolah, pendidikan hubb al-waṭan, penggunaan local wisdom, dan pendidikanketerampilan. Upaya deradikalisasi yang dilakukan Pondok Pesantren MiftahulHuda berkisar pada tiga strategi, yakni pencegahan, pemeliharaan budaya damai,dan pemulihan bagi yang terdampak radikal. Hasilnya, para santri, alumni, danpesantren yang tergabung dalam sistem jaringan Pondok Pesantren MiftahulHuda muncul dalam wajah damai, moderat, dan toleran.
PERTEMANAN SEBAYA SEBAGAI ARENA PENDIDIKAN DERADIKALISASI AGAMA Yusar, Yusar
WALISONGO Vol 23, No 1 (2015): "PENDIDIKAN DAN DERADIKALISASI AGAMA"
Publisher : LP2M UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

This article was an endeavor to describe the arena of the education which aim tode-radicalization, specially among the youth with their peer group. In many cases,the youth is the main target of the radicalism and they were often exploited for theradical movement. In previous researches, the concept of the peer group arerarely considered. Data collected based on several observations in the experimentswith the artificial scene of daily life. The youth found their way to showtheir awareness on the religious radical movement. In some empirical investigations,this article might offers the theoretical framework of peers that may beconstructed to study the de-radicalization of religious movement. In the peer life,it was built the force to control the members not to join the radical movement.This article may provide a new approach in terms of education for deradicalizationof religious movement.***Artikel ini merupakan upaya untuk menggambarkan arena pendidikan yang bertujuanuntuk deradikalisasi, khususnya di antara kaum muda dengan kelompoksebaya mereka. Dalam banyak kasus, pemuda adalah sasaran utama radikalismedan mereka sering dilakukan untuk gerakan radikal. Dalam penelitian sebelumnya,konsep dari kelompok sebaya jarang dipertimbangkan. Data dikumpulkanberdasarkan beberapa pengamatan dalam eksperimen dalam adegan buatankehidupan sehari-hari. Pemuda menemukan jalan mereka untuk memberikantanda kesadaran gerakan radikal agama. Pada beberapa penyelidikan empiris,artikel ini dapat menawarkan kerangka teoritis teman sebaya yang mungkindibangun untuk mempelajari deradikalisasi gerakan keagamaan. Dalam kehidupanteman sebaya, dibangun kekuatan untuk mengendalikan anggota untuk tidakbergabung dengan gerakan radikal. Artikel ini dapat memberikan pendekatanbaru dalam pendidikan istilah untuk deradikalisasi gerakan keagamaan.
DISKURSUS DERADIKALISASI AGAMA: Pola Resistensi Pesantren terhadap Gerakan Radikal Muhammad, Hasyim; Anwar, Khoirul; Elizabeth, Misbah Zulfa
WALISONGO Vol 23, No 1 (2015): "PENDIDIKAN DAN DERADIKALISASI AGAMA"
Publisher : LP2M UIN Walisongo Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pesantren had a specific perspective related to religious radicalism and violence.The purpose of this study is to uncover the discourse of radicalism and deradicalizationin Pesantren Soko Tunggal Semarang. Applying the qualitativeresearch, it was revealed that Pesantren Soko Tunggal against all forms of violencein the name of religion. According to Pesantren Soko Tunggal radical movements inthe name of religion is a form of misunderstanding of the religion. Islamicradicalism is generally based on the Wahhabi’s understanding, so that attitudes andbehavior are influenced by the teachings of Wahhabi. In the view of Wahabismheresy in religion is a form of desecration and denial that must be fought. Pesantrenassumed that Pancasila and UUD 1945 is a form of actual enforcement of Islamiclaw due to Pesantren Soko Tunggal kept to preserve the values of moderatism anddevelop a peaceful multicultural life.***Pesantren memiliki perspektif tersendiri terhadap radikalisme agama dan kekerasan.Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap wacana radikalisme danderadikalisasi di Pesantren Soko Tunggal Semarang. Dengan menggunakan pendekatankualitatif penelitian menunjukkan bahwa Pesantren Soko Tunggal menentangsegala bentuk kekerasan atas nama agama. Dalam pandangan PesantrenSoko Tunggal bahwa gerakan radikal atas nama agama merupakan bentuk kesalahpahamanagama. Islam radikal umumnya didasarkan pada pemahamanWahabi, sehingga sikap dan perilaku dipengaruhi oleh Wahabi. Menurut Wahabi,bidah dalam agama adalah bentuk penodaan dan penolakan yang harus diperangi.Pesantren menganggap bahwa Pancasila dan UUD 1945 merupakan bentukpenegakan hukum Islam yang aktual. Karena di Pesantren Soko Tunggal ini inginmempertahankan nilai-nilai moderatisme dan mengembangkan kehidupan multikulturalyang damai.

Page 9 of 10 | Total Record : 92