cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
jpptp06@yahoo.com
Editorial Address
Jalan Tentara Pelajar No. 10 Bogor, Indonesia
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 1410959x     EISSN : 25280791     DOI : -
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (JPPTP) adalah media ilmiah penyebaran hasil penelitian/pengkajian inovasi pertanian untuk menunjang pembangunan pertanian wilayah.Jurnal ini memuat hasil penelitian/pengkajian primer inovasi pertanian, khususnya yang bernuansa spesifik lokasi. Jurnal diterbitkan secara periodik tiga kali dalam satu tahun.
Arjuna Subject : -
Articles 634 Documents
KAJIAN PAKET TEKNOLOGI BAWANG MERAH DI HARANGGAOL SUMATERA UTARA Winarto, Loso; Yufdy, M. Prama; Haloho, Lermansius
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Package Technology of Red Onion in Haranggaol, North Sumatera. The cultivation of red onion around Toba Lake has not been developed well due to pest and disease problems, improper cultivation practices adopted by farmers as characterized by the planting local varieties. A study was conducted in Haranggaol, North Sumatra in an effort to introduce suitable technology needed for increasing production. Two high yield varieties `Tiron and Thilipina were planted using two recommended technology packages which were then compared to local practices. Research results indicated that Tiron produced the highest number of tiller i.e. 17.30/cluster, while Philipina yielded the highest production (20.51 t/ha) with larger size of bulb (141 bulb/kg). In comparison, Tiron produced 7.88 t/ha with higher number of bulb at 237 bulb/kg while local variety produced 7.43 t/ha with 221 bulb/kg. The highest reduction of bulb weight after 60 days stored was Philipina reached 20.40%, Tiron 19.20% and local variety 18.80%. The control of Spodoptera exiqua by using feromon­exi showed that 1,059 heads of imago could be trapped. If one pair of imago can produced 500-600 eggs, it can be estimated that this treatment could kill 635,400 larvas of Spodopthera exigua. Results also indicated that the package technology 2 with Philipina showed R/C at 2.8, followed by package technology 1 with Tiron variety at 1.7 and local practice at 1.2 Key words: Red onion, technology package, varietyPertanaman bawang merah di sekitar kawasan Danau Toba tidak berkembang bahkan cenderung menurun akibat serangan hama dan penyakit, budidaya yang masih tradisional dan belum digunakannya varietas unggul. Berkaitan dengan hal tersebut, telah dilakukan suatu pengkajian perbaikan budidaya dan varietas unggul bawang merah di Desa Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horisan, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara. Teknologi yang diterapkan adalah bawang merah varietas Tiron dan Philipina yang ditanam dengan dua paket teknologi anjuran dibandingkan dengan teknologi petani. Hasil kajian menunjukkan bahwa jumlah anakan tertinggi diperoleh pada varietas Tiron (17,30/ rumpun). Produksi yang tertinggi didapat pada varietas Philipina yaitu 20,51 t/ha dan umbi lebih besar (141 umbi/kg); Tiron 7,88 t/ha dengan jumlah umbi 237/kg sedangkan varietas lokal hanya mencapai 7,43 t/ha dengan jumlah umbi 221/kg. Penyusutan setelah 60 hari dalam penyimpanan tertinggi terdapat pada varietas Philipina mencapai 20,40%, Tiron 19,20% dan Samosir 18,80%. Pengendalian hama spodoptera exigua dengan pemasangan Feromon-exi dapat ditangkap imago jantan sebanyak 1.059 ekor. Jika sepasang imago mampu bertelur 500 — 600 butir maka diperkirakan dapat membunuh larva keturunannya mencapai 635.400 ekor larva Spodoptera exigua. Hasil perhitungan menggunakan R/C secara berturut-turut Teknologi-1 (Bawang Tiron) sebesar 1,7; Teknologi-2 (bawang Philipina) sekitar 2,8 dan Teknologi Petani (Bawang Samosir/Lokal) sebesar 1,2. Kata kunci: Bawang merah, paket teknologi, varietas
ANALISIS NERACA KELEMBABAN TANAH AKIBAT PERUBAHAN LANDUSE DI SUB-DAERAH ALIRAN SUNGAI MASIEN KALIMANTAN TENGAH Firmansyah, M. Anang
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 3 (2010): November 2010
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Soil Moisture Balance Analysis Due to Land Use Change in Masien Sub –Wathershed, CentralKalimantan. Water availability is very important during dry months, because of low precipitation andevapotranspiration processes from soil surface and plants. The aim of this research was to predict the changeof soil moisture deficit and evapotranspiration, due to forest change to grass land use in Masien Sub-Watershedof Central Kalimantan. Analysis was based on monthly average precipitation and precipitation > 50% based ongamma distribution probability. Result of this study indicated that higher forest land had soil moisture deficit andactual evapotranspiration than after change to grass land use. The use of average precipitation is resulting lowsoil moisture deficit and evapotranspiration than precipitation > 50% based on gamma distribution probability.Keys words: Evapotranspiration, forest, Imperata cylindrica, Central Kalimantan. Ketersediaan air sangat penting terutama di musim kemarau, sebab pada musim tersebut curah hujan rendahdan juga terjadi proses evapotranspirasi dari permukaan tanah dan tanaman. Tujuan penelitian ini untuk memprediksiperubahan besarnya defisit air tanah dan evapotanspirasi akibat perubahan landuse, yaitu dari hutan menjadi lahan alangalang(Imperata cylindrica) di Sub-DAS (Daerah Aliran Sungai) Masien Kalimantan Tengah. Analisis didasarkanpada curah hujan rata-rata dan curah hujan berpeluang melampaui 50% berdasarkan peluang sebaran gamma. Hasilnyamenunjukkan bahwa landuse hutan mengalami defisit air tanah dan evapotranspirasi aktual lebih tinggi dibandingkansetelah landuse berubah menjadi alang-alang. Penggunaan curah hujan rata-rata menunjukkan defisit air tanahjauh lebih rendah dibandingkan penggunaan curah hujan melampaui 50% berdasarkan peluang distribusi gamma.Kata kunci: Evapotranspirasi, hutan, Imperata cylindrica, Kalimantan Tengah
PERBAIKAN TEKNOLOGI BUDIDAYA PADI PADA LAHAN SAWAH BERKADAR BESI TINGGI L, Ismon; , Azwir
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 13, No 3 (2010): November 2010
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Improvement of Paddy Cultural Practices in High Iron Soil. Productivity of rice on the high iron soilremain low at about 2,5 t GKP/ha. It is caused by inapproriate management, limited tolerant varieties, and lessoptimal planting system and fertilizing. The objective of the experiment were to observe the performances of somevarieties by using technology of Lado-21 pakage and to analyze financial feasibility on irigated rice field withhigh iron content, and to determine of planting system for each varieties that more applicable for high iron soilwith LADO-21 technology. The experiment was conducted in the farmer field at Sitiung II block D Koto SalakVillage, Koto Baru Sub-District, Dharmasraya Regency, West Sumatera on irigated land with high iron contentfrom Januari to Mei 2007. Six varieties were evaluated for their performance in to planting system (directseedingbroadcat and direct seeding using seeder). In each planting system the varieties (Ciujung, Ciherang, IR 66, BatangPiaman, and Batang Lembang) were arranged in Randomized Completely Block Design with four replications. Theso called Lado-21 water management was imposed on planting system and varieties. With this water management,the land was maintained in aerobic condition for 21 days after palnting, and was kept at field capacity conditionin two weeks with the interval of two weeks. The conventional cultural practice was used as control. The resultsshowed that application of Lado-21 increased production of rice from 44,5 to 121%, depend on varieties andaplicable planting system. Batang Piaman gave the higt yield (7,2 t roughrice/ha) with the direct planting system(broadcast). The system also gave the benefit of Rp.14,477,675/ha with R/C 3,73. Batang Lembang using directseeder system gave the yield 7,1 t roughrice /ha and the income of Rp.14,496,225 /ha. Ciherang using direct seedersystem gave the yield of 6,9 t roughrice /ha and the income of Rp.14,075,475/ha with R/C 3,90. The farmersystem with local variety only gave the yield at 3256 kg GKP/ha and income Rp.3,339,000/ha with R/C 1,59.Key words : rice varieties, planting system, iron toxicity, economic analysis. Produktivitas padi sawah pada lahan-lahan sawah berkadar besi tinggi sangat rendah dengan rata-ratahasil hanya 2,5 t GKP/ha, disebabkan cara pengelolaan lahan yang kurang tepat, terbatasnya pilihan varietasyang toleran, cara tanam dan pemupukan yang belum tepat. Tujuan penelitian adalah untuk : 1) Melihatkeragaan masing-masing varietas melalui penerapan teknologi Lado-21 serta kelayakan ekonomis pada lahansawah berkadar besi; 2) Menentukan cara tanam yang cocok untuk masing-masing varietas pada lahan sawahberkadar besi dengan penerapan teknologi introduksi Lado-21. Penelitian dilaksanakan pada lahan petani SitiungII Blok D Desa Koto Salak, Kecamatan Koto Baru Kabupaten Dharmasraya, Sumatera Barat pada lahan irigasiberkadar besi tinggi dari bulan Januari sampai Mei 2007. Penelitian terdiri dari dua cara tanam yaitu sebarPerbaikan Teknologi Budidaya Padi Pada Lahan Sawah Berkadar Besi Tinggi (Ismon L dan Azwir)223benih langsung (SBL) dan tanam benih langsung menggunakan alat tanam (Atabela). Pada masing-masing caratanam diuji enam varietas yang disusun dalam Rancangan Acak Kelompok 4 ulangan. Varietas yang diuji yaituCiujung, Ciherang, IR 66, Batang Piaman dan Batang Lembang dengan menerapkan paket teknologi Lado-21(Lingkungan Akar Dioksidasi selama 21 hari). Penerapan teknologi lado-21 yaitu tanah diolah sempurna dapatsecara kering atau basah, saat tanam dalam keadaan lembab (aerobic moisture rezyme) digenangi paling cepatsetelah tanaman berumur 21 hari, dan dipertahankan dalam kapasitas lapang selama dua minggu dengan intervaldua minggu. Sebagai pembanding adalah paket teknologi dan varietas yang biasa digunakan petani (paket petani)dengan cara tanam sebar langsung (Tabela). Hasil peneltian menunjukkan bahwa penerapan teknologi Lado-21meningkatkan hasil pada sawah berkadar besi tinggi sebesar 44,5 sampai 121% tergantung varietas dan caratanam yang digunakan. Batang Piaman memberikan hasil tertinggi (7,2 t GKP/ha) dengan cara tanam sebarlangsung dengan tingkat keuntungan Rp.14.477.675 /ha dengan R/C 3,73. Batang lembang memberikan hasilyang lebih tinggi dengan cara tanam menggunakan alat tanam benih langsung (Atabela) yaitu 7,1 t GKP/hadengan tingkat keuntungan Rp.14.496.225 /ha. Hasil varietas Ciherang lebih tinggi dengan Atabela (6,9 t GKP/ha)dengan tingkat keuntungan Rp.14.075.475 /ha dengan R/C 3,90. Hasil yang diperoleh dengan teknologi petanimenggunakan varietas lokal hanya 3,3 t GKP/ha dengan tingkat keuntungan Rp.3.339.000 /ha dengan R/C 1,59.Kata kunci : Varietas padi, cara tanam, keracunan besi, analisis ekonomi
ANALISIS PEMASARAN JAGUNG DAN DAYA BELT PETANI DI KABUPATEN TAKALAR SULAWESI SELATAN , Sunanto; , Sahardi
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Analysis on Maize Marketing and Farmer Purchasing Power in Takalar Regency South Sulawesi. Agricultural development is very important as an activator of the national economy. Domestic resources need to be empowered to improve the welfare of farmer communities. The empowerment offers problems and opportunities. South Sulawesi is one of prominent maize production centers and one region that can become a maize production center is Takalar Regency. This research was conducted from June to October 2006 at Parasangan Beru Village and Bonto Lebang Village, North Galesong Sub-district in Takalar Regency. The research result shows that Takalar Regency area has potency for maize development. This is supported by natural and farmer resources, and the potency of Takalar Regency as a support of a metropolitan city (the marketing potency for agricultural products). The price of maize at the farmer level is feasible, this is reflected by the analysis research on price determination through the determination on the selling price cost. The welfare level of farmers (especially those with corn base) reaches a sufficiently good welfare level as it reaches an average of 2.57. Furthermore, the average net income of a farmer household reaches Rp.10,440,400/year. Key words: Make, purchasing capacity, marketing.   Pembangunan pertanian sangat penting sebagai motor penggerak ekonomi nasional. Sumberdaya domestik perlu diberdayakan untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Pemberdayaan tersebut memberikan dampak masalah dan peluang. Sulawesi Selatan merupakan salah satu sentra produksi jagung yang menonjol, salah satu daerah yang bisa dijadikan sentra produksi jagung adalah wilayah Kabupaten Takalar. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni hingga Oktober 2006 di Desa Parasangan Beru dan Desa Bonto Lebang Kecamatan Galesong Utara Kabupaten Takalar. Hasil Penelitian menunjukkan bahwa Wilayah Kabupaten Takalar mempunyai potensi untuk pengembangan jagung. Hal ini didukung sumberdaya alam, sumberdaya petani, dan potensi Kab. Takalar sebagai penyangga kota metropolitan (potensi pangsa pasar produk pertanian). Harga jagung yang berlaku di tingkat petani sudah layak, hal ini tercermin dari hasil analisis penentuan harga melalui penentuan harga pokok penjualan. Tingkat kesejahteraan petani (khususnya berbasis jagung ) mencapai tingkat kesejahteraan yang cukup bail karena mencapai rataan 2,57. selain itu juga rataan tingkat pendapatan bersih rumah tangga petani mencapai Rp.10.440.400/tahun.Kata kunci: Jagung, daya beli, pemasaran
PENGKAJIAN PENGEMBANGAN MODEL AGRIBISNIS JAGUNG PADA LAHAN KERING DI KABUPATEN CIAMIS Bachrein, Saeful
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Study on the Development of Maize Agribusiness Model in Up Land in Ciamis Regency. This study was conducted at Margaharja Village, Sub-district, Ciamis Regency from January to December, 2007. The objectives of the study were: (1) to design the formulation and development of agribusiness model system for village industry by implementing various technological and institutional innovations, and (2) to obtain feedback for the improvement of the model system and agribusiness activities as materials for program perfection. The activities were conducted by using "Before" and "After" approaches, and "Without" and "With" the introduction of technological and institutional innovations. The data observed comprise farm enterprise profile, the local technology performance compared with the technological innovations developed, business efficiency, the adoption of technological innovations, and institutional performance. Among the results of the study were: (1) The improvement of extension intensity and farmer group/ farmer group union dynamism showed by: (a) managing consolidation under the management of k farmer group/ farmer group union; (b) regular farmer group/ farmer group union meetings; (c) Problems in the provision of agricultural product infrastructure and marketing the harvested corn can be solved by the collaboration of farmer group union CV Karya Mulya and PT Petro Kimia, Gresik; (d) the availability of agribusiness clinics with various latest dissemination facilities for agricultural technology innovations and adequate meeting room; and (e) the availability if dissemination materials such as leaflets, technical guidelines, posters, scientific publications, and visual aids; and (2) From the technological exhibition it was obvious that supreme maize varieties , especially Sukmaraga, was demanded by most of farmers, hence they will be implemented widely in the 2007/2008 wet season. However, the planting of Sukmaraga variety cannot be realized by farmers as the seeds were not available when required. Key words: Agribusiness, village industry, technological innovations, and institutional innovations Pengkajian pengembangan model agribisnis jagung di lahan kering telah dilaksanakan di Desa Margaharja, Kecamatan Sukadana, Kabupaten Ciamis pada bulan Januari hingga Desember, 2007. Tujuan dari pengkajian ini adalah: (1) Merancang pembentukan dan pengembangan percontohan/model sistem agribisnis berbasis industri pedesaan melalui penerapan berbagai inovasi teknologi dan kelembagaan, dan (2) Mendapatkan umpan balik perbaikan model percontohan sistem dan usaha agribisnis sebagai bahan penyempurnaan program. Kegiatan ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan "Sebelum" dan "Sesudah", serta "Tanpa" dan "Dengan" introduksi inovasi teknologi dan kelembagaan. Data yang diamati meliputi profil usahatani, kinerja teknologi setempat dibandingkan dengan inovasi teknologi yang dikembangkan, efisiensi usaha, adopsi inovasi teknologi, dan kinerja kelembagaan. Basil pengkajian, antara lain: (1) Peningkatan intensitas penyuluhan dan dinamika kelompoktani/gapoktan yang ditunjukkan, antara lain: (a) konsolidasi pengelolaan di bawah manajemen kelompoktani/gapoktan; (b) pertemuan kelompoktani/ gapoktan secara berkala; (c) Permasalahan dalam penyediaan sarana produksi pertanian dan pemasaran hasil panen jagung dapat teratasi melalui kemitraan gapoktan dengan CV Karya Mulya dan PT Petro Kimia, Gresik; (d) ketersediaan klinik agribisnis dengan Pengkajian Pengembangan Model Agribisnis Jagung pada Lahan Kering di Kabupaten Ciamis (Saeful Bachrein)berbagai fasilitas diseminasi inovasi teknologi pertanian terkini dan ruang pertemuan yang memadai; dan (e) ketersediaan materi diseminasi seperti leaflet, petunjuk teknis, poster, publikasi ilmiah, dan bahan peraga; dan (2) Dari basil gelar teknologi ternyata varietas unggul jagung, khususnya varietas Sukmaraga, sangat diminati sebagian besar petani sehingga akan diimplementasikan secara luas pada MH 2007/2008. Namun demikian, penanaman secara luas jagung varietas Sukmaraga tersebut tidak dapat dilaksanakan oleh petani karena benih tidak tersedia pada saat diperlukan. Kata kunci: Agribisnis, industri pedesaan, Inovasi teknologi, dan inovasi kelembagaan
PERTUMBUHAN DAN HASIL GALUR-GALUR KACANG TANAH DI LAHAN LEBAK , Koesrini; Sabran, M.; Ningsih, R.D.; , Sumanto
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Growth and Yield of Groundnut Genotypes on Swampy Areas. One of the causes of low groundnut yield on swampy areas in South Kalimantan is the presence of environmental stress. The use of varieties adaptable to environmental stress is one of the efforts to increase groundnut yield in swampy areas. The objective of this research was to find out the effect of environmental grip levels on the growth and yield of ten groundnut genotypes on swampy areas. This research was conducted at 3 locations on swampy areas of South Kalimantan, i.e. at Tambangan Village of Daha Selatan Sub-district-Kandangan, Panggang Marak Village of Labuhan Amas Selatan-Barabai and Setiap-Pandawan-Barabai Village, during the dry season of 2004. This research was arranged in Randomized Complete Design with three replications. Seven groundnut genotypes and 3 control varieties i.e. Jerapah, Singa and Lokal were tested for their adaptability on those three swampy areas differing in the environmental stress levels. The results show that groundnuts are adequately adaptable to environmental stress especially soil acidity on swampy areas. Three lines i.e. GH-5, GH-8 and GH-11 yielded more than that of control variety Jerapah, had better seed quality and more adaptive on swampy areas. Key words: Environmental stress, swampy areas, groundnut Salah satu penyebab rendahnya hasil kacang tanah di lahan lebak Kalimantan Selatan adalah adanya cekaman lingkungan. Penggunaan varietas adaptif terhadap cekaman lingkungan merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan hasil kacang tanah di lahan lebak. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui pengaruh perbedaan tingkat cekaman lingkungan terhadap pertumbuhan dan hasil 10 galur kacang tanah di lahan lebak. Penelitian ini telah dilaksanakan di lahan lebak dangkal di Desa Tambangan-Kecamatan Daha Selatan­Kandangan, di desa Panggang Marak-Kecamatan Labuhan Amas Selatan-Barabai dan di desa Setiap-Kecamatan Pandawan-Barabai pada MK 2004. Rancangan yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok dengan tiga ulangan. Tujuh galur kacang tanah dan tiga varietas cek yaitu varietas Jerapah, Singa dan Lokal, diuji daya adaptasinya pada 3 lokasi lahan lebak yang berbeda tingkat cekaman lingkungannya. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kacang tanah cukup adaptif terhadap cekaman lingkungan terutama cekaman kemasaman tanah di lahan lebak. Terdapat tiga galur yaitu GH-5, GH-8 dan GH-11 memiliki daya hasil lebih tinggi daripada varietas cek Jerapah, memiliki mutu biji baik dan adaptif di lahan lebak. Kata kunci: Cekaman lingkungan, lahan lebak, kacang tanah
SISTEM USAHA TANI TERPADU DI LAHAN LEBAK KABUPATEN HULU SUNGAI SELATAN, KALIMANTAN SELATAN Qomariah, Retna; Amalie, Noor; Rina, Yanti
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Integrated Farming System on Fresh Water Swampy Land in Hulu Sungai Selatan Regency, South Kalimantan. The utilization of fresh water swampy land has not been optimal due to some land bio-physical and socio-economical constraints so that the production and income of the farmers are still low. In order to increase the farmers, an integrated farming system of specific location suitable with the bio-physical and socio­economical conditions of farmers is needed. Research on Farming System in Fresh Swampy Land in Hulu Sungai Selatan Regency is aimed to obtain a model of integrated farming system which can be adopted by the farmers, give benefits and increase the farmer income continually. The farming system models consisted of three models (MI, M2, and M3) conducted by 25 cooperator farmers with the total area of ± 10 ha and seven cooperators were chosen to carry out duck husbandry (feed fermentation technology) at their yards. One hundred and seventy five (175) ducks were used in the research. For the standard of comparison/ non-cooperator, fifteen farmers were selected from around the research area (Hamayung Utara Village). The data were collected by using farm record keeping method (FRK) and survey. The collected data were analyzed by using ratio of revenue and cost (R/C) and MBCR approaches. The research results show that integrated farming models could be adopted by farmers, were beneficial and increased farmer incomes and were feasible to be developed with a pattern of rice + corn + chili in the rice field and duck husbandry in the yard with MBCR value of 9.69, a net income of Rp 6,307,097 per 0.334 ha, 37.7% higher than the net income of model farmers which was Rp.4,586,893. The net income of the introduced model in 2005 compared to that model farmers increased 144%, i.e. from Rp.1,.740,476 to Rp.4,246,946 per 0.97 ha. Key words: Farming system, fresh water swampy landPemanfaatan lahan lebak masih belum optimal karena berbagai kendala biofisik lahan dan sosial ekonomi sehingga produksi dan pendapatan petani rendah. Untuk meningkatkan pendapatan petani diperlukan model sistem usahatani terpadu yang spesifik lokasi sesuai dengan kondisi biofisik dan sosial ekonomi petani. Pengkajian Sistem Usahatani di Lahan Lebak Kabupaten Hulu Sungai Selatan bertujuan untuk mendapatkan model usahatani terpadu yang dapat diadopsi petani, menguntungkan dan meningkatkan pendapatan petani secara berkelanjutan. Model sistem usahatani yang dikaji terdiri dari tiga model sistem usahatani (Ml, M2, dan M3) yang dilakukan oleh 25 orang petani kooperator dengan luas areal ± 10 ha dan dipilih 7 orang kooperator untuk melaksanakan usahatani itik (teknologi pakan fermentasi) di lahan pekarangan. Jumlah itik yang digunakan dalam pengkajian sebanyak 175 ekor. Sebagai pembanding/non kooperator dipilih 15 orang petani yang ada di sekitar wilayah pengkajian (Desa Hamayung Utara) secara acak. Data dikumpulkan melalui farm record keeping dan survei. Data yang terkumpul dianalisis menggunakan pendekatan imbangan biaya dan pendapatan (R/C) dan MBCR. Hasil pengkajian menunjukkan model usahatani terpadu dapat diadopsi petani, menguntungkan dan meningkatkan pendapatan serta layak untuk dikembangkan dengan pola usahatani padi + jagung + cabai di lahan sawah dan ternak itik di lahan pekarangan, dengan nilai MBCR = 0,69, pendapatan bersih sebesar Rp.6.307.097 per 0,334 ha, lebih tinggi sebesar 37,5% dibanding pendapatan bersih model petani sebesar Rp.4.586.893.Pendapatan bersih model introduksi tahun 2005 dibanding dengan pendapatan bersih model petani meningkat sebesar 144% yaitu dari Rp.1.740.476 menjadi Rp.4.246.946 per luas 0,397 ha.Kata kunci: Sistem usahatani terpadu, lahan lebak,Kalimantan Selatan
ANALISIS TITIK IMPAS DAN LABA USAHATANI MELALUI PENDEKATAN PENGELOLAAN PADI TERPADU DI KABUPATEN LEBAK- BANTEN Rachman, Benny; Saryoko, Andy
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Break Even Point Analysis and Profitability of Paddy Farming System through Integrated Paddy Management in Lebak District — Banten. In the last decade, national rice production tend to stagnant in line with deterioted and declining soil fertility due to high intensity. An effort to solve the problem can be done trough integrated crop (paddy) management (ICM), wick as sinergistic amoung component of technologies in paddy farming sytem included fertilizyng efficiency. The assesment aims to analyze profitability of ICM and break even point. The assesment conducted in sawah agroecosystem, Lebak district in wet season 2004/2005 and wet season 2005/2006. The result of the study indicated that implementation of ICM can increase rice production, and net profitability, respectively 38%, and 70%. As an implication of integrated crop (paddy) management is quite feasible to be implemented with considering spesific agroecosystem. Key words : ICM, break even point, paddy, ex post, ex ante, non adopteDalam dekade terakhir, produksi beras nasional cenderung mengalami pelandaian seiring dengan terjadinya deteriosasi dan penurunan kesuburan tanah akibat intensifikasi yang berkelanjutan. Salah satu upaya mengatasi kondisi tersebut dapat ditempuh melalui pendekatan pengelolaan tanaman (padi) terpadu (PTT), yang merupakan bentuk sinergisme antar komponen intensifikasi budidaya padi termasuk efisiensi pemupukan. Kajian ini dimaksudkan untuk menganalisis perolehan Laba Usahatani dan Titik Impas dari penerapan pengelolaan padi terpadu. Kajian dilakukan di wilayah agroekosistem sawah Kabupaten Lebak MH 2004/2005 dan MH 2005/2006. Hasil analisis mengindikasikan bahwa penerapan pengelolaan padi terpadu mampu meningkatkan produksi, dan keuntungan bersih masing-masing 38%, dan 70%. Sebagai implikasinya pengelolaan padi terpadu dinilai sangat layak untuk dimplementasikan secara masif dengan mempertimbangkan kesesuain agroekosistem. Kata kunci : PTT, titik inipas, padi, ex post, ex ante, non adopter
TEH INSTAN SEBAGAI ALTERNATIF PRODUK OLAHAN TEH HIJAU Herawati, Heny; Nurawan, Agus
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Instant Tea as an Alternative Product of Green Tea Processing. Green tea has a number of functional values and one of the supremacies of Indonesian tea is it has sufficiently high catechin content. The high functional value of green tea is an opportunity for further developments. One method to increase the added value of green tea is by producing an alternative product namely instant tea. The research methodology used RAL with processing as the variable factor with two replicates. Based on the research results, it was found out that the instant tea produced from boiled tea leaves has the highest recovery, i.e. 717.60 g with the percentage of smooth particle 59% and rough particle 41%. The highest catechin content was found in boiled green tea amounting 1.30%. The addition of artificial sweetener was conducted in accordance with BPOM and CAC standards and based on the organoleptic test , instant tea with saccharin addition was more preferred by panelists. Key words: alternative, processing, instant tea   Teh hijau memiliki banyak nilai fungsional dan salah satu keunggulan teh Indonesia diantaranya memiliki kandungan katekin yang cukup tinggi. Tingginya nilai fungsional dari teh hijau tersebut, merupakan suatu peluang untuk pengembangan lebih lanjut. Salah satu cara untuk meningkatkan nilai tambah produk teh hijau, dengan melalui alternatif pembuatan produk lain yaitu teh instan. Metodologi penelitian dilakukan dengan menggunakan RAL dengan faktor peubah perlakuan pengolahan dengan menggunakan dua kali ulangan. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil pucuk teh seduh memiliki hasil rendemen lebih tinggi yaitu sebesar 717,60 g dengan percentage butir halus sebesar 59% dan butir kasar sebesar 41%. Kadar katekin terbesar terdapat pada teh kering seduh sebesar 1,30% jika dibandingkan dengan perlakuan lain. Penambahan pemanis buatan dilakukan sesuai standar BPOM dan CAC dan berdasarkan hasil, uji organoleptik, teh instan dengan penambahan sakarin lebih diminati oleh panelis. Kata kunci: alternatif, pengolahan, teh instan
KINERJA USAHATANI KOMODITAS WORTEL (Daucus carrota L) (Studi kasus di Kabupaten Cianjur, Propinsi Jawa Barat) Supriatna, Ade
Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008
Publisher : Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

The Performance of Carrot (Daucus carrota L) Farming (a case study in Cianjur Regency, West Java Province). Approaching the era of globalization, the government is demanded to improve the performance of vegetable farming to be more competitive in both domestic and international markets. This study was conducted in 2005 in West Java. The objectives of the study were: (a) to identify the characteristics of carrot farmers, (b) to identify cultivation practices, (c) to analyze the economic feasibility of carrot farm, and (d) to describe the marketing channels, margin and price share received by farmers. The results show that the farmers characteristics were sufficiently good in the aspects of age, education and participation in trainings, but some aspects were still weak such as small farm size (0.44 ha/farmer) and 22.2 % of farmers of hired status. Vegetable farm required a cost of Rp.28.8 million, a gross income of Rp.53.4 million and a net income of Rp.25.4 million/ha/year. It was suitable economically with B/C ratio of 1.89. The main problem in the production was selling price uncertainty, so that the farmers were unsure to implement the recommended technologies, especially the application of fertilizers. There were three channels in marketing carrots from farmers to consumers, i.e. (1) farmer, collector trader, whole trader, central market, traditional market, consumer; (2) farmer, collector trader, Sub terminal agribusiness (STA), central market, traditional market, consumer and (3) farmer, collector trader, supplier, super market, consumer. The farmers sold the carrot product through the first channel (76.6%), the second channel (13.3%) and the third channel (10.1%). The first and the second channels gave farmers share of 49.3%, marketing cost of Rp.172 and a marketing profit of Rp.370/kg. While the third cannel gave farmers share of 20.9%, marketing cost of Rp.300 and marketing profit of Rp.553/kg. The central market was the referee market, the price offered by the central market would be used as the standard to determine the purchasing price by the preceding market institutions until the farmers. Up till now, the selling prices of vegetables are very fluctuated and unpredictable causing the farmers to be doubtful to implement the technologies advised by the government to maintain the balance of supply and demand in the central market so the farmers can obtain selling price certainty. Key words: carrot, farm performance, West Java. Dalam menyongsong era globalisasi, pemerintah dituntut meningkatkan kinerja usahatani sayuran agar lebih kompetitif baik di tingkat pasar domestik maupun pasar intemasional. Penelitian ini dilaksanakan tahun 2005 di Propinsi Jawa Barat. Tujuan penelitian adalah; (a) mengidentifikasi karakteristik petani, (b) praktek budidaya, (c) menganalis kelayakan ekonomi usahatani dan (c) menggambarkan saluran pemasaran, margin dan bagian harga yang diterima petani. Hasil menunjukan bahwa karakteristik petani cukup baik dalam aspek umur, pendidikan dan keikutsertaan pelatihan tetapi beberapa aspek masih lemah yaitu rataan penguasaan lahan masih rendah (0,44 ha/petani) dan masih ditemukan petani berstatus sewa sebanyak 22,2%. Usahatani sayuran membutuhkan biaya Rp.28,8 juta, penerimaan kotor Rp.53,4 juta dan penerimaan bersih 25,4 juta /ha/tahun. Usahatani sayuran termasuk layak secara ekonomi dengan nilai B/C 1,89. Masalah utama dalam produksi adalah ketidakpastian harga jual sayuran sehingga petani masih ragu untuk menerapkan budidaya sesuai rekomendasi,terutama penggunaan pupuk. Ditemukan tiga saluran pemasaran wortel dari petani sampai ke konsumen, yaitu; (1) petani, pedagang pengumpul, pedagang besar, pasar induk, pasar tradisional, konsumen; (2) petani, pedagang pengumpul, Sub terminal agribisnis (STA), pasar induk, pasar tradisional, konsumen dan (3). Petani, pedagang pengumpul, suplayer, super market, konsumen. Petani menjual wortel melalui saluran pertama (76,6%), saluran kedua (13,3%) dan saluran ketiga (10,1%). Farmers share saluran pertama dan kedua adalah 49,3%, biaya pemasaran Rp.172,- dan keuntungan pemasaran Rp.370,-/kg. Sedangkan farmers share saluran ketiga adalah 20,9%, biaya pemasaran Rp.300,- dan keuntungan pemasaran Rp.553,-/kg. Pasar induk merupakan pasar acuan (referee market), harga beli wortel yang ditetapkan pasar tersebut dijadikan acuan untuk menetapkan harga bell oleh pelaku pasar sebelumnya sampai di tingkat petani. Selama ini, harga jual sayuran sangat fluktuatif dan sulit diperkirakan menyebabkan petani ragu-ragu untuk menerapkan teknologi sesuai anjuran Pemerintah harus mengatur keseimbangan suplai dan deman produk sayuran di pasar induk agar supaya petani memperoleh kepastian harga jual. Kata kunci: wortel, kinerja usahatani, Jawa Barat.

Page 7 of 64 | Total Record : 634


Filter by Year

2003 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 24, No 3 (2021): Desember 2021 Vol 24, No 2 (2021): Juli 2021 Vol 24, No 1 (2021): Maret 2021 Vol 23, No 3 (2020): November 2020 Vol 23, No 2 (2020): Juli 2020 Vol 23, No 1 (2020): Maret 2020 Vol 22, No 3 (2019): November 2019 Vol 22, No 2 (2019): Juli 2019 Vol 22, No 1 (2019): Maret 2019 Vol 21, No 3 (2018): November 2018 Vol 21, No 2 (2018): Juli 2018 Vol 21, No 1 (2018): Maret 2018 Vol 20, No 3 (2017): November 2017 Vol 20, No 2 (2017): Juli 2017 Vol 20, No 1 (2017): Maret 2017 Vol 19, No 3 (2016): November 2016 Vol 19, No 2 (2016): Juli 2016 Vol 19, No 1 (2016): Maret 2016 Vol 18, No 3 (2015): November 2015 Vol 18, No 2 (2015): Juli 2015 Vol 18, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 17, No 3 (2014): November 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 2 (2014): Juli 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 17, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 16, No 3 (2013): November 2013 Vol 16, No 2 (2013): Juli 2013 Vol 16, No.1 (2013): Maret 2013 Vol 15, No 2 (2012): Juli 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 15, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 3 (2011): November 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 2 (2011): Juli 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 14, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 3 (2010): November 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 2 (2010): Juli 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 13, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 3 (2009): November 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 2 (2009): Juli 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 12, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 3 (2008): November 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 2 (2008): Juli 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 11, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 3 (2007): November 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 2 (2007): Juli 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 10, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 3 (2005): November 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 2 (2005): Juli 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 8, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 2 (2004): Juli 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 7, No 1 (2004): Januari 2004 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 2 (2003): Juli 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 Vol 6, No 1 (2003): Januari 2003 More Issue