Qawwam: Journal for Gender Mainstreaming
Qawwam: Journal for Gender Mainstreaming has been enlisted with p-ISSN: 1978-9378 and e-ISSN: 2580-9644 and published per semester on January-June and July-December by Pusat Studi Gender dan Anak (PSGA) of Universitas Islam Negeri Mataram (Mataram State Islamic University). This Qawwam: Journal for Gender Mainstreaming focuses on gender mainstreaming, women empowerment, child and familily, and other actual issues relevant to the focus and scope of journal.
Articles
60 Documents
Analisis Gender Peran Ganda Perempuan Pekerja (Studi Kasus di Keluahan Pancor, Lombok Timur, NTB)
Lalu Azmi
QAWWAM Vol. 16 No. 1 (2022): Gender Mainstreaming
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20414/qawwam.v16i1.5256
Penelitian ini bertujuan untuk memahami fakta empirik para isteri yang berperan ganda di Kelurahan Pancor, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Pengumpulan data menggunakan observasi dan wawancara. Secara singkat, hasil penelitian menunjukan bahwa para isteri memilih ikut berperan di ranah publik karena faktor ekonomi dan masyarakat sekitar sudah mulai terbuka akan hal itu, tidak terlalu mengekang perempuan tidak boleh bekerja di luar, walaupun ranah domestiknya harus tetap diemban sehingga membuatnya memiliki beban berlipat. wilayah Pancor yang terhitung sebagai pusat administrasi dan perkantoran berbagai instansi membuat warga sekitar mulai menerima perempuan berhak mengaktualisasikan diri di ranah publik. Fenomena ini diteliti dengan dengan pandangan Feminimsme Modern dan pemikiran Dr. Zaitunah Subhan yang berkesimpulan bahwa tidak seharusnya isteri mengemban beban berlibat karena ranah domestik bukan fitrah atau kodrat gender tertentu.
Eksistensi Janda dalam Meningkatkan Perekonomian Keluarga Perspektif Gender (Studi di Desa Batu Bangka Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa)
Nur Haini
QAWWAM Vol. 16 No. 1 (2022): Gender Mainstreaming
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20414/qawwam.v16i1.5258
Eksistensi Janda Dalam Meningkatkan Perekonomian Keluarga Perspektif Gender di Desa Batu Bangka Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa. Artikel ini untuk mengetahui kondisi kehidupan para janda dalam meningkatkan ekonomi keluarga dan pengolahan kehidupan janda dalam keluarganya, serta tantangan dan kendalanya. Jenis penelitian adalah penelitian kualitatif.Subyek penelitian adalah janda di Desa Batu Bangka Kecamatan Moyo Hilir Kabupaten Sumbawa. Hasil penelitian ini menujukkan bahwa kehidupan para janda dalam meningkatkan ekonomi keluarga dilandasi atas tiga kondisi yaitu, kondisi yang ditinggal mati oleh suami dengan berusaha dan bekerja secara mandiri demi menyambung hidup dan masa depan anak-anaknya, kondisi yang di tinggal cerai oleh suami dengan bekerja memenuhi kebutuhan rumah tangga tanpa campur tangan suami, janda ditinggal suami tanpa alasan yang kondisinya memprihatinkan terlebih memiliki anak. Pengolahan janda dalam kehidupannya dengan mendirikan usaha dan tambahan dari anak yang sudah bekerja. Tantangan dari janda adalah pembagian waktu untuk keluarga dan persaingan usaha. Kendala yang dihadapin adalah adanya resiko yang didapat oleh janda setiap bentuk atau tindakan yang dipilih.
Gender dan Polemik Institusi Keluarga Sebuah Telaah Kritis Worldview Islam
Fauzan Azizan -
QAWWAM Vol. 16 No. 1 (2022): Gender Mainstreaming
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20414/qawwam.v16i1.5282
Postmodernism dengan gerakan pluralism dan relativism melahirkan berbagai wacana paradigmatis dan rekonstruktif terhadap nilai-nilai kemapanan agama. Genderism melawan paham patriarki yang bersifat diskriminatif. Gagasan yang menuntut radikal oleh feminisme sosialis terhadap institusi keluarga, dan menganggap wanita selalu berada pada peran dan posisi yang terikat dan terbelenggu oleh otoritas suami. Para feminism menjadikan institusi keluarga sebagai musuh pertama yang harus ditiadakan atau perannya dikecilkan. Keluarga menjadi sumbu yang memicu ketimpangan sosial yang ada, memandang antara istri dan suami memiliki ketimpangan hak asasi. Institusi keluarga memposisikan wanita sebagai makhluk sekunder yang lemah. Artikel ini mengulas bagaimana institusi keluarga berdasarkan persfektif gender para feminis mengkritik komparatif dengan pendekatan worldview Islam, sebagai pembanding dan jawaban atas polemik institusi keluarga yang dipermasalahkan oleh para feminism. Adapun alat bantu analitis tulisan ini menggunakan metode kualitatif deskriftif berdasarkan studi pustaka. Sehingga menghasilkan sebuah pandangan objektif dan ilmiah.
Media Sosial sebagai sebab Perceraian Masyarakat Upper Class di Kecamatan Woja Kabupaten Dompu
Ahmad Syauqy Alfan Syauqy
QAWWAM Vol. 16 No. 1 (2022): Gender Mainstreaming
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20414/qawwam.v16i1.5289
Permasalahan dalam penelitian ini adalah terkait dengan penyebab perceraian akibat adanya perselisihan secara terus-menerus yang dilakukan antara pasangan suami istri. Penyebab terjadinya pertengkaran akan ditelusuri lebih mendalam dalam sidang perceraian di Pengadilan Agama sehingga dapat membuktikan bahwa perceraian yang terjadi akibat adanya perselingkuhan yang dapat terekam di media sosial. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian lapangan (field research) dengan menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Teknik penggumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi untuk mengumpulkan data-data yang relevan. Hasil penelitian ini diperoleh bahwa, media sosial banyak memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam berkomunikasi, berinteraksi, dan membantu dalam meningkatkan perekonomian masyarakat yang ada di desa Ganting khususnya ibu-ibu rumah tangga dan memberikan dampak positif terhadap penggunaan media, tidak hanya sebagai sarana komunikasi tetapi media dapat dimanfaatkan sebagai media untuk berbisnis
Faktor Ekonomi Terhadap Pernikahan Dini
Nisanurpadlah nisa;
Nisanurpadlah nisa
QAWWAM Vol. 16 No. 2 (2022): Desember
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20414/qawwam.v16i2.5205
Abstrak: Penelitian ini digunakan pada salah satu masyarakat dikecamatan sobang ,metode yang digunakan dalam pembuatan artikel Faktor Ekonomi terhadap Pernikahan Dini ini menggunakan Metode Kualitatif dengan meggunakan pendekatan observasi dan juga melakukan wawancara pada salah satu masyarakat di desa sindanglaya yang melaksanakan penikahan diusia dini. Tujuan penulisan artikel ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai factor ekonomi terhadap pernikahan dini. Permasalahan-permasalahan dalam keluarga banyak yang diawali dari kurang matangnya seseorang ketika melangsungkan pernikahan, baik kematangan secara fisik maupun secara psikis. Faktor ekonomi merupakan salah satu penyebab terjadinya pernikahan dini, yaitu tidak ada biaya untuk melanjutkan sekolah menyebabkan mereka berfikir lebih baik menikah dari pada menganggur. Selain itu terdapat juga karena adanya faktor sosial atau lingkungan dan pendidikan. Oleh karenanya, pernikahan dini menjadi isu yang menarik bagi banyak pihak baik di tingkat nasional maupun didaerah. Masing-masing daerah berusaha menekan persoalan-persoalan tersebut agar tidak muncul
Konsep Mahar Menurut Pemikiran Ulama Empat Mazhab dan Relevansinya di Era Kontemporer
ZULAIFI ZULAIFI
QAWWAM Vol. 16 No. 2 (2022): Desember
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20414/qawwam.v16i2.5348
Tujuan artikel untuk mengungkap seberapa banyak harta yang sepatutnya dikeluarkan untuk membayar mahar dengan menggunakan teori mashlahah dan relevansi untuk menerjemahkan nilai mahar di zaman rasulallah yang relevan di era kontemporer. Mahar adalah sesuatu pemberian yang wajib menurut mayoritas ulama, sehingga dalam pernikahan diwajibkan seorang suami untuk memberikan mahar kepada istrinya. Mahar bukan lambang jual-beli, tetapi sebagai penghormatan terhadap perempuan dan lambang cinta kasih sayang. Secara eksplisit mahar tidak disebutkan rincian jumlahnya pada nash, sehingga sepakat ulama empat mazhab tidak ada batas tertingginya. Penelitian kualitatif berupa kajian studi pustaka, dengan metode analisis komparatif untuk membandingkan pemikiran ulama empat mazhab mengenai konsep mahar. Hasil Menunjukkan bahwa perbedaan pendapat nilai terendah mahar, seperti mazhab Hanafi menetapkan 10 dirham batas terendah yang setara dengan Rp 417.000. Mazhab Malik menetapkan 3 dirham yang setara Rp 125.000. Mazhab Syafi’i dan Hambali tidak menetapkan batas terendahnya. Namun ada sebagian orang yang salah faham dengan konsep mahar dan keluar dari eksistensinya, seperti memberikan mahar berupa sendal jepit, minyak goreng dan sebagainya.
Ketentuan Bagian Waris Perempuan pada Kelompok Adat Cireundeu Kota Cimahi
Neng Eri Sofiana;
Uswatul Khasanah
QAWWAM Vol. 16 No. 2 (2022): Desember
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20414/qawwam.v16i2.5971
Hukum kewarisan Indonesia adalah hal yang selalu menarik diperbincangkan. Terlebih tentang bagian laki-laki dan perempuan yang dalam alquran surat An-Nisa ayat 11 yang menegaskan bahwa bagian laki-laki adalah dua kali lipat bagian perempuan. Ketentuan ini bersinergi dengan banyak hukum adat yang terdapat di Nusantara yang memiliki banyak suku dan budaya. Begitu juga pada kelompok adat yang terdapat di Kampung Adat Cireundeu Kota Cimahi Jawa Barat sebagai salah satu masyarakat adat yang masih melestarikan budaya dan adat istiadatnya, begitu juga dalam hal kewarisan. Tulisan ini ingin melihat bagaimana bagian waris perempuan pada kelompok adat ini. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan melakukan penelitian di lapangan, sehingga data didapatkan dari wawancara, observasi, dan dokumentasi, serta menggunakan metode analisis deksriptif. Hasilnya, bagian waris perempuan pada kelompok adat Cireundeu adalah sama seperti bagian laki-laki, tanpa adanya penghalang dengan mengedepankan keadilan dan kesepatakan semua pihak
Zarri Bano's Moral Conflict: A Woman Fighting Injustice
WAHYU SAEFUDIN;
Fitria Nur Barokah
QAWWAM Vol. 16 No. 2 (2022): Desember
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20414/qawwam.v16i2.6116
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan dilema dalam novel Qaisra Shahraz The Holy Woman, yang menggambarkan seorang aktivis feminis bernama Zarri Banno. Dalam ceritanya, Zarri Bano, putri tuan tanah, hidup mewah, mendapat akses pendidikan tertinggi, dan dipuja banyak orang karena kecantikannya. Sayangnya, setelah keluarganya kehilangan satu-satunya warisan, dia harus berjuang untuk melindungi dirinya dari tirani patriarki di keluarganya. Zarri Bano harus pasrah dengan pernikahannya dan mengabdikan hidupnya menjadi Shahzadi Ibadat. Dilema moral terjadi pada Zarri Bano sejak Habib memaksanya menjadi Wanita Suci, sehingga dia tidak punya pilihan untuk memilih keinginannya. Peneliti mencoba menganalisis perjuangan Zarri Bano dengan menggunakan care-focused feminism karya Carol Gilligan. Care-focused feminism menitikberatkan pada perkembangan moral yang terjadi pada perempuan, apalagi teori ini memiliki tiga tahapan: pra-konvensional, konvensional, dan pasca-konvensional. Setiap langkah pendekatan Gilligan mencoba menggambarkan dilema Zarri Bano untuk menentukan antara cinta atau ketaatannya pada tradisi. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif yang berfokus pada deskripsi dan interpretasi. Hasilnya menggambarkan bahwa dilema Zarri Bano membawanya pada identitas barunya sebagai perempuan; dia juga menyadari bahwa seorang wanita harus melawan ketidakadilan.
Keterlibatan Orang Tua dalam Memberikan Stimulasi Emosi pada Anak
Maria Natalia Kewa
QAWWAM Vol. 16 No. 2 (2022): Desember
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20414/qawwam.v16i2.6566
Tujuan artikel ini untuk meningkatkan pemahaman kepada orang tua tentang cara memberikan stimulus pada tahap perkembangan emosi anak, sehingga menimbulkan keinginan untuk mengimplementasikan stimulus ini terhadap anak. Masalah yang berkaitan dengan keterlibatan orang tua dalam memberikan stimulus dan perkembangan emosional anak, seperti definisi perkembangan emosi pada anak usia dini, bentuk-bentuk emosi, kompetensi emosi, peran orang tua dalam membentuk dan mengembangkan emosi pada anak. Cara memberikan pengawasan terhadap anak akan mempengaruhi anak dalam meregulasi emosinya. Keterlibatan orang tua berarti orang tua harus memberikan pola asuh, dengan kata lain kebiasaan orang tua, ayah, dan ibu dalam mengasuh dan membimbing anak. Mengasuh dalam arti menjaga dengan cara merawat dan mendidiknya. Membimbing dengan cara membantu, melatih, dan meregulasi perkembangan emosinya. Kebiasaan orang tua dalam mendidik dan memperlakukan anaknya akan direkam anak sebagai bentuk anak dalam mengekspresikan emosinya. Perkembangan emosi anak akan memberikan dampak negatif apabila orang tua tidak terlibat di dalamnya ataupun orang tua mencontohkan bentuk emosi yang tidak baik terhadap anak.
Bias Gender Pada Perkawinan Perempuan Bangsawan Sasak
Lalu Riki Wijaya
QAWWAM Vol. 16 No. 1 (2022): Gender Mainstreaming
Publisher : Pusat Studi Gender dan Anak Universitas Islam Negeri (UIN) Mataram
Show Abstract
|
Download Original
|
Original Source
|
Check in Google Scholar
|
DOI: 10.20414/qawwam.v16i1.7028
Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan tradisi perkawinan bangsawan sasak perspektif gender, dengan fokus yaitu: (1) tradisi perkawinan bangsawan (2) keadilan gender dalam tradisi perkawinan bangsawan. Salah satu rangkaian dalam proses perkawinan masyarakat Sasak adalah merarik, yaitu persetujuan antara laki-laki dan perempuan untuk menikah. Dalam tradisi perkawinan bangsawan seorang gadis dibawa lari terlebih dahulu dari kekuasaan orang tuanya sebelum prosesi pernikahan secara adat dan agama dilangsungkan. Melarikan dimaksud sebagai permulaan dari tindakan pelaksanaan perkawinan. Dengan demikian, perkawinan pada masyarakat Sasak lebih populer dengan istilah Sasak disebut “merarik”. Dalam budaya merarik, merarik memberikan peluang bagi pria dan wanita untuk menentukan pasangannya