cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota denpasar,
Bali
INDONESIA
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana
Published by Universitas Udayana
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 110 Documents
PERBEDAAN KADAR SERUM 8-HIDROKSI-2-DEOKSIGUANOSIN PADA BLIGHTED OVUM DAN KEHAMILAN NORMAL Anantasika, A A N
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 4 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perbedaan kadar serum 8-hidroksi-2-deoksiguanosin (8-OHdG) pada blighted ovum dan kehamilan normal. Metode penelitian : Penelitian ini merupakan desain cross sectional analitik. Jumlah sampel adalah sebesar 82 sampel, dimana 31 kasus dengan blighted ovum dan 51 kasus kehamilan normal, dengan umur kehamilan 7-12 minggu. Pengambilan darah pada vena cubiti sebanyak 3 cc kemudian dimasukkan ke dalam tabung pemeriksaan, lalu diperiksa kadar serum 8-OHdG pada Laboratorium Patologi Klinik RS Sanglah Denpasar. Dari data yang terkumpul dilakukan pengujian normalitas data dengan Shapiro-Wilk Test, kemudian dilakukan analisa data dengan t-independent sample test dengan tingkat kemaknaan ? = 0,05. Hasil : Rerata kadar serum 8-OHdG pada blighted ovum 0,177 (SD 0,06) ng/mL,  sedangkan pada kehamilan normal sebesar 0,111 (SD 0,01) ng/mL dengan perbedaan rerata kadar serum 8-OHdG pada blighted ovum dan kehamilan normal 0,066 ng/mL, dimana hasil pada dua kelompok ini berbeda bermakna (p<0,05). Nilai cut off point kadar serum 8-OHdG berdasarkan kurva ROC adalah 0,138 ng/ml dengan nilai sensitivitas 96,1 % dan nilai spesifisitas sebesar 80,6 %. Simpulan : Rerata kadar serum 8-OHdG pada blighted ovum lebih tinggi dari kehamilan normal. Kata kunci : Kadar serum 8-OHdG, blighted ovum, dan kehamilan normal
PERBEDAAN KADAR SERUM MATRIX METALLOPROTEINASE-9 PADA PERSALINAN PRETERM DIBANDINGKAN DENGAN KEHAMILAN PRETERM YANG TIDAK INPARTU Teguh, Mintareja
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 4 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

LatarBelakang: Persalinan preterm berkisar 6-10% dari seluruh kehamilan dan 75% merupakan penyebab kematian dan kesakitan perinatal. Infeksi merupakan penyebab tersering persalinan preterm. Matrix Metalloproteinase-9 diproduksi oleh banyak inflammatory cells sehingga menyebabkan lemahnya kekuatan regangan membran dan menstimulasi perlunakan serviks dan menstimulasi kontraksi miometrium. Peningkatan kadar serum MMP-9 berkaitan dengan persalinan preterm. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perbedaan kadar serum MMP-9 pada persalinan preterm dan kehamilan preterm tidak inpartu.   Metode Penelitian: Rancangan penelitian ini adalah cross-sectional analitik dengan 68 sampel, dimana 42 sampel dengan persalinan preterm dan 26 sampel dengan kehamilan preterm tidak inpartu. Dilakukan pengambilan darah vena cubiti sebanyak 5 cc dan dimasukkan kedalam tabung pemeriksaan, kadar serum MMP-9 diperiksa di laboratorium Prodia Denpasar dengan metode Quantikine Human MMP-9.  Hasil pemeriksaan serum MMP-9 dikumpulkan dan dilakukan uji statistic dengan program SPSS for windows. Uji analisis yang digunakan adalah t-independent sampel test dengan tingkat kemaknaan ?=0,05.   Hasil: Rerata kadar serum MMP-9 pada kelompok persalinan preterm adalah 1198,10±432,79ng/ml sedangkan kelompok kehamilan preterm tidak inpartu adalah 492,28±145,32ng/ml (p = 0,001). Hal ini berarti bahwa rerata kadar serum MMP-9 pada kedua kelompok berbeda bermakna(p < 0,05).   Simpulan: Didapatkan perbedaan bermakna kadar serum MMP-9 pada persalian preterm dan kehamilan preterm tidak inpartu.   Kata Kunci: MMP-9, persalinan preterm, kehamilan preterm tidak inpartu
KEHAMILAN DENGAN MASSA EPIDURAL Geriawan, Pande Made Ngurah
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 1, No 4 (2013)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Seorang wanita usia 29 tahun dikonsulkan oleh Bagian Neurologi ke IGD Kebidanan dengan keluhan lemas pada kedua tungkai bawah. Selain itu juga mengeluh susah BAB dan BAK. Sakit perut hilang timbul (-), keluar air (-), perdarahan pervaginam (-), gerak anak (+). Pasien dengan riwayat seksio sesarea 7 tahun yang lalu oleh karena oligohidramnion. Pemeriksaan fisik abdomen didapatkan tinggi fundus uteri setinggi pusat, tidak terdapat his, dan denyut jantung janin 156 kali per menit. Pemeriksaan fisik neurologi didapatkan paraparesis spastik grade 1 pada kedua ekstremitas bawah, penurunan tonus pada kedua ekstremitas bawah yang disertai munculnya refleks patologis (Babinski varians). Juga didapatkan adanya gangguan sensibilitas semua kualitas setinggi dermatome T4 ke bawah, serta retensio urin dan retensio alvi. Penanganan kasus kehamilan dengan massa epidural meliputi pemeriksaan laboratorium lengkap serta dilakukan lumbal punksi, pemantauan kesejahteraan janin dengan NST dan USG, terminasi kehamilan dilakukan dengan seksio sesarea elektif dengan pertimbangan belum pulihnya tenaga motorik ekstremitas bawah untuk menunjang persalinan pervaginam (Trial of Labor After Cesarean/TOLAC). Hasil luaran bayi secara klinis baik. Pemeriksaan Magnetic Resonance Imaging (MRI) memberikan kesan suspek massa di daerah epidural setinggi C7-Th1 sisi kanan yang sebagian tampak menginfiltrasi canalis centralis dan menyebabkan kompresi spinal cord setinggi level tersebut,            dengan diagnosis banding Epidural abscess dan Epidural lymphoma; serta hambatan aliran liquor cerebrospinalis setinggi level C7-Th1. Sebelum seksio sesarea telah dilakukan Total laminektomi C7-Th2+Pedicle Screw C7-Th1-Th2 Sinistra + C7-Th1-Th2 Dextra. Kemudian dilakukan pemeriksaan Patologi Anatomi dengan memberikan kesimpulan discus degenerated dan mengalami kalsifikasi, dan tidak tampak infiltrasi sel-sel ganas. Proses kalsifikasi dan degenerasi ini merupakan suatu osifikasi ligamentum flavum atau lebih dikenal sebagai Ossification of Yellow Ligament (OYL). Penanganan spesifik dari Bagian Neurologi dan Bagian Bedah Saraf pasca operasi Total Laminektomi adalah penanganan konservatif berupa pemberian medikamentosa untuk mengatasi nyeri dan perawatan rehabilitasi medik. Dalam perkembangannya kekuatan motorik ekstremitas bawah membaik dan retensio urine serta retensio alvi juga membaik. Diharapkan setelah waktu 6 bulan pasca operasi Total Laminektomi akan terjadi perubahan defisit neurologi ke arah normal. Pasca seksio sesarea hari ke empat, dilakukan perawatan poliklinis, dengan monitoring berupa perawatan rutin ke fisioterapi setiap minggu, sekaligus menilai perbaikan defisit neurologi.   Kata kunci: kehamilan, massa epidural, ossification of yellow ligament
KETUBAN PECAH DINI, DAN PERANAN AMNIOPATCH DALAM PENATALAKSANAAN KETUBAN PECAH DINI PRETERM Jaya Kusuma, AAN.
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Berbagai faktor dapat menjadi penyebab terjadinya Ketuban Pecah Dini (KPD), dimana salah satunya adalah pasca tindakan intervensi intrauterin yang dikenal dengan KPD iatrogenik. Tingginya prosedur tersebut sekaligus meningkatkan kejadian KPD iatrogenik - disamping KPD spontan - yang kemudian mendorong berbagai upaya  “penyumbatan” selaput ketuban. Salah satu upaya tersebut yang dianggap paling efektif adalah Amniopatch, yaitu penggunaan injeksi platelet dan cryoprecipitate kedalam cairan  ketuban, dimana penyembuhan spontan sangat sulit terjadi pada membran yang miskin vaskularisasi.Prinsip dasar Amniopatch adalah memberikan kesempatan pada platelet untuk menemukan area yang cedera lalu clot yang terjadi distabilisasi dengan cryoprecipitate. Berbagai penelitian telah menunjukkan keberhasilan amniopatch dalam penatalaksanaan KPD preterm, terutama untuk KPD iatrogenik, yang secara signifikan dapat memperpanjang kehamilan dan meningkatkan luaran bayi.
MANAJEMEN VARISELA DALAM KEHAMILAN Mawan, Pius Made
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Varisela atau cacar air merupakan penyakit yang jarang ditemukan dalam kehamilan, namun berpotensi menyebabkan komplikasi serius bagi ibu, janin maupun neonatus.Varisela dalam kehamilan merupakan suatu varisela terkomplikasi, sehingga perhatian lebih cermat harus diberikan kepadanya.Virus ini ditularkan kepada janin secara transplasental, sehingga penanganan terhadap janin dan neonatus menjadi permasalahan tersendiri yang tidak bisa dipisahkan dari maternal varisela. Untuk menghindari varisela dalam kehamilan, maka idealnya seorang ibu harus sudah imun sebelum ia hamil. Vaksinasi varisela sebelum hamil atau setelah melahirkan harus dipertimbangkan pada wanita yang tidak imun.Apabila telahterjadi kehamilan, karena saat ini VZIG tidak tersedia dipasaran, maka untuk profilaksis pasca paparan harus diberikan asiklovir sebagai sediaan terpilih. Penanganan varisela dalam kehamilan harus multidisipliner dan dikonsultasikan dengan dokter ahli.Demikian juga ambang batas untuk perawatan di Rumah Sakit harus lebih rendah.Untuk manajemen varisela dalam kehamilan, pada prinsipnya adalah pengawasan yang lebih ketat, pemberian antivirus asiklovir, pengobatan simptomatik, pencegahan komplikasi, dan pemantauanperkembangan janin secara menyeluruh, serta perlu diperhatikan juga usaha untuk meminimalkan penularan terhadap orang-orang disekitarnya.
PERANAN PEMERIKSAAN LESITHIN-SFINGOMYEILIN UNTUK MATURITAS PARU JANIN Geriawan, Pande Made Ngurah
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 2 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pada suatu keadaan dimana kehamilan harus diakhiri yang terjadi pada kasus-kasus ketuban pecah dini pada usia kehamilan preterm  pada kasus partus prematurus iminens (PPI) yang gagal dilakukan perawatan konservatif, juga pada kehamilan dengan kelainan medis  maka sangatlah penting untuk dilakukan pemeriksaan untuk menentukan maturitas paru janin dengan tepat. Maturitas paru janin sangat erat hubungannya dengan kejadian syndrome respiratory syndrome (RDS) Penggunaan hasil analisa terhadap cairan amnion telah dapat diterima secara luas, dimana pada dasarnya pemeriksaan tersebut untuk memeriksa maturitas surfaktan yang disekresikan kedalam cairan amnion. Maturitas surfaktan dinilai berdasarkan komposisi komponen-komponen aktif surfaktan. Dari sekian banyak metode pemeriksaan untuk menentukan maturitas paru janin yang dianggap sebagai “gold standart methode” adalah pemeriksaan rasiolesithin – sfingomyeilin. Pemeriksaan ini mempunyai beberapa hal kelemahan, yaitu memerlukan banyak waktu dalam proses pemeriksaannya, disamping itu pengukuran rasio lesitin-sfngomielin ini memerlukan laboratorium yang monitornya dengan baik karena variasi kecil dalam taknik dapat sangat mempengaruhi keakuratan hasilnya.Oleh karena itu metode pemeriksaan ini belumlah memenuhu criteria pemeriksaan yang ideal, karena pemeriksaan yang ideal  menurut para peneliti adalah cepat, tekniknya mudah dilakukan, biayanya tidak mahal dan memberikan hasil dengan akurasi yang tinggi Sampai saat ini masih terus dikembangkan berbagai metode pemeriksaan yang ideal untuk menentukan  maturitas paru janin.
PERBEDAAN KADAR F2-ISOPROSTAN SERUM IBU PADA PERSALINAN PRETERM DIBANDINGKAN DENGAN KEHAMILAN PRETERM YANG TIDAK INPARTU Suyasa Jaya, Made
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar Belakang : Persalinan pretermadalah persalinan yang menjadi kelahiran pada umur kehamilan kurang 37 minggu, dengan berat bayi baru lahir dapat rendah atau lebih besar dari usia kehamilan. F2-Isoprostan berperan untuk mengukur ROS yang memiliki kemampuan untuk merusak komponen membran lipid, yang dapat berdampak pada terjadinya persalinan. Tujuan Penelitian : Untuk mengetahui perbedaan antara kadar F2 isoprostan dalam serum pada persalinan preterm dibandingkan dengan pada kehamilan preterm yang tidak inpartu. Metode penelitian :Penelitian ini merupakancross sectional analitik, di IRD dan Poliklinik Obstetri dan Ginekologi RSUP Sanglah Denpasar dari Januari sampai Agustus 2012, dikumpulkan 72 sampel darah terdiri atas 36 orang sampel  hamil preterm tidak inpartu dan 36 orang sampel persalinan preterm pada umur kehamilan 28-37 minggu. Pengambilan darah pada vena cubiti sebanyak 3 cc, lalu diperiksa kadar F2-Isoprostan pada Laboratorium Biologi Molekular Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Denpasar. Dari data yang terkumpul dilakukan pengujian normalitas data denganShapiro Wilk Test, kemudian dilakukan analisa data dengan t-independent sample test dengan tingkat kemaknaan ?= 0,05 Hasil :Rerata kadar serum F2-Isoprostan pada kelompok hamil preterm tidak inpartu sebesar 0,01667+0,017869 pg/ml. Sedangkan rerata kadar serum F2 Isoprostan kelompok persalinan preterm sebesar 0,31478+0,291855 pg/ml. Simpulan : Pada penelitian ini didapatkan perbedaan bermakna kadar F2-Isoprostan serum pada kelompok persalinan preterm lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok hamil preterm tidak inpartu (p < 0,05). Kata kunci :hamil preterm tidak inpartu, persalinan preterm, kadar F2-Isoprostan.
PERBEDAAN KADAR GLUTATHION PEROXIDASESERUM (GPx) PADA ABORTUS IMINENS DANKEHAMILAN NORMAL Putu Surya, I Gede
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui perbedaan kadar Serum GPx pada abortusiminens dan kehamilan normal.   Metode penelitian: Cross sectional. Jumlah sampel adalah sebesar 42 sampel,dimana 21 kasus abortus iminens dengan umur kehamilan < 20 minggu dan 21 kasus dengan kehamilan normal < 20 minggu. Pengambilan darah pada vena cubiti sebanyak 3cc kemudian dimasukkan kedalam tabung EDTA, lalu diperiksa kadar GPx pada Laboratorium Patologi Klinik RSUP Sanglah Denpasar. Dari data yang terkumpul dilakukan pengujian normalitas data dengan Shapiro-Wilk Test, kemudian dilakukan analisa data dengan t-independent sample test dengan tingkat kemaknaan p< 0,05   Hasil: Dari penelitian ini didapatkan kadar rerata GPx pada abortus iminens 49,92   ± 14,17 U/g Hb lebih rendah dari kehamilan normal dengan kadar rerata 88,94 ± 30,11 U/g Hb dengan perbedaan rerata GPx pada abortus iminens dan hamil normal sebesar 39,01 U/g Hb.   Simpulan: Perbedaan kadar GPx antara abortus iminens dan kehamilan normalberbeda bermakna secara statistik. Hal ini berarti bahwa kadar GPx pada abortus iminens lebih rendah dibandingkan kehamilan normal.   Kata kunci :abortus iminens, GPx, hamil normal  
Tujuan Penelitian: Untuk mengetahui perbedaan kadar Serum GPx pada abortusiminens dan kehamilan normal. Metode penelitian: Cross sectional. Jumlah sampel adalah sebesar 42 sampel,dimana 21 kasus abortus iminens dengan umur kehamilan < 20 minggu dan 21 ka Putra Adnyana, I B
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Latar belakang :Abortus merupakan salah satu komplikasi kasus obstetri padatrimester pertama, dengan sebagian didahului blighted ovum. Stres oksidatif dapat menyebabkan kegagalan kehamilan.Glutathione peroxidase (GPx) merupakan enzim anti oksidan yang berfungsi mendetoksifikasi superoxide anion.   Tujuan penelitian :Untuk mengetahui perbedaan kadar serumglutathione peroxidase   (GPx) pada blighted ovum dan kehamilan normal..   Metode penelitian :Penelitian ini merupakan desaincross sectionalanalitik. Jumlahsampel adalah sebesar 42 sampel, dimana 21 kasus dengan blighted ovum dengan umur kehamilan &lt; 12 minggu, dan 21 kasus dengan kehamilan normal &lt; 12 minggu. Pengambilan darah pada vena cubiti sebanyak 3cc kemudian dimasukkan ke dalam tabung pemeriksaan, lalu diperiksa kadar serum GPx pada Laboratorium Patologi Klinik RSUP Sanglah Denpasar. Dari data yang terkumpul dilakukan pengujian normalitas data dengan Shapiro-Wilk Test, kemudian dilakukan analisa data dengan t-independentsample test dengan tingkat kemaknaan?= 0,05.   Hasil : Rerata kadar serum GPx padablighted ovum51,89 (SD 8,51) U/gHb,sedangkan pada kehamilan normal sebesar 94,94 (SD 21,66) U/gHb dengan perbedaan rerata kadar serum GPx pada blighted ovum dan kehamilan normal 43,05 U/g Hb, dimana hasil pada dua kelompok ini berbeda bermakna (p&lt;0,05).   Simpulan :Terdapat perbedaan bermakna pada rerata kadar serum GPx padablightedovum dan kehamilan normal.   Kata kunci :Serumglutathione peroxidase(GPx),blighted ovum, kehamilan normal
PHOSPHORYLATED INSULIN-LIKE GROWTH FACTOR BINDING PROTEIN-1 SEBAGAI PREDIKTOR KELAHIRAN PRETERM Suardika, Anom
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persalinan preterm yang menjadi kelahiran preterm merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal baik di dunia maupun di Indonesia. Komplikasi persalinan preterm terhadap janin dapat melibatkan berbagai sistem organ tubuh, hematologi, endokrin, dan sistem saraf pusat. Dimana komplikasi yang ditimbulkan tentunya akan mengakibatkan dampak merugikan dari segi ekonomi, sosial, dan dan terutama kualitas hidup janin yang dapat bertahan hidup. Tidak semua pasien yang datang dengan tanda persalinan preterm akan menjadi kelahiran preterm.. Prediktor diagnostik yang baik tidak hanya menghindari pasien dari terapi tokolitik dan efek sampingnya, tetapi juga dapat menurunkan angka perawatan rumah sakit dan juga menurunkan angka rujukan ke fasilitas perawatan perinatologi. Telah banyak prediktor diagnostik untuk memprediksi kelahiran preterm digunakan sebelumnya, namun belum ada yang memiliki sensitivitas dan spesifitas yang baik untuk digunakan klinisi dalam praktek sehari – hari. Phosporylated insulin-like growth factor binding protein-1 (phIGFBP-1) telah hadir diberbagai uji diagnostik dalam mendiagnosis persalinan preterm dan memprediksi terjadinya kelahiran preterm. Dengan tingginya nilai sensitivitas dan spesifisitas serta nilai prediksi negatif mencapai 100%, uji phIGFBP-1 dapat membantu klinisi memprediksi kelahiran preterm menjadi lebih baik lagi, dan menurunkan angka perawatan rumah sakit yang tidak diperlukan. 

Page 7 of 11 | Total Record : 110