Anom Suardika
Bagian/SMF Obstetri Dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, RSUP Sanglah, Denpasar-Bali

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

INFEKSI KLAMIDIA TRACHOMATIS SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB OKLUSI TUBA FALOPI Suardika, Anom
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 4, No 1 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

PRP (Penyakit Radang Panggul), endometriosis, riwayat operasi didaerah abdomen  bagian bawah  merupakan beberapa penyebab gangguan pada tuba. Pada beberapa studi terdahulu didapatkan risiko infertil tuba meningkat seiring dengan derajat keparahan dari infeksi yang terjadi di area panggul, dengan insiden diperkirakan 10-12%  setelah satu serangan, 23-35% setelah dua serangan dan 54-75% setelah tiga serangan PRP akut. Meskipun banyak wanita dengan penyakit tuba ataupun perlengketan pelvik tidak mempunyai riwayat infeksi sebelumnya, namun data membuktikan secara kuat bahwa ascending infection tanpa gejala merupakan penyebab tersering kerusakan pada tuba. Banyak dari wanita dengan riwayat PRP didapatkan terdeteksi memiliki antibodi klamidia pada infeksi sebelumnya.
PERBEDAAN KADAR ANTI OKSIDAN ENZIMATIK KATALASE PADA KEHAMILAN YANG MENGALAMI ABORTUS IMINENS DAN KEHAMILAN TRIMESTER PERTAMA NORMAL Suardika, Anom
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 3 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Untuk mengetahui perbedaan kadar antioksidan enzimatik katalase pada abortus imminen dan kehamilan trimester pertama normal. Penelitian cross sectional yang dilaksanakan di Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Udayana/ RSUP Sanglah Denpasar selama periode Desember 2011 sampai dengan Desember 2012,dimana terkumpul 76 sampel darah terdiri atas 30 orang sampel kehamilan normal dan 46 orang sampel abortus imminens.Data tersebut kemudian dianalisa deskriptif dan uji normalitas dengan Saphiro Wilk test. Komparabilitas karakteristik dengan uji t-independent untuk variabel umur ibu, umur kehamilan dan paritas serta perbedaan rerata kadar antioksidan enzimatik katalase antara abortus imminens dan kehamilan trimester pertama normal diuji dengan t-independent. Rerata umur ibu pada kelompok abortus imminen adalah 27,59 tahun (SD 5,40) dan pada kelompok kehamilan normal adalah 30,27 (SD 6,70), secara statistik tidak berbeda bermakna (p>0,05). Rerata paritas ibu pada kelompok abortus imminen adalah 0,96 (SD 1,11) dan pada kelompok kehamilan normal adalah 1,07 (SD 1,02), secara statistik tidak berbeda bermakna (p>0,05). Sementara itu rerata umur kehamilan pada kelompok abortus imminen adalah 8,63 minggu (SD 1,78) dan pada kelompok kehamilan normal adalah 9,13 (SD 2,29), secara statistik tidak berbeda bermakna (p>0,05). Pada perhitungan rerata kadar antioksidan enzimatik katalase pada kelompok kehamilan normal sebesar 822,50  ng/ml (SD 30,29), sedangkan rerata kadar antioksidan enzimatik katalase pada kelompok abortus imminen sebesar 629,70 ng/ml (SD 13,49). Dengan demikian didapatkan perbedaan rerata antara kelompok abortus imminen dan hamil normal adalah 192,81 (SD 5,17), di mana hasil kedua kelompok ini berbeda secara bermakna (p<0,001). Terdapat perbedaan rerata kadar antioksidan enzimatik katalase pada abortus imminen dan kehamilan trimester pertama normal.
PHOSPHORYLATED INSULIN-LIKE GROWTH FACTOR BINDING PROTEIN-1 SEBAGAI PREDIKTOR KELAHIRAN PRETERM Suardika, Anom
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 3, No 3 (2015)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Persalinan preterm yang menjadi kelahiran preterm merupakan penyebab utama morbiditas dan mortalitas perinatal baik di dunia maupun di Indonesia. Komplikasi persalinan preterm terhadap janin dapat melibatkan berbagai sistem organ tubuh, hematologi, endokrin, dan sistem saraf pusat. Dimana komplikasi yang ditimbulkan tentunya akan mengakibatkan dampak merugikan dari segi ekonomi, sosial, dan dan terutama kualitas hidup janin yang dapat bertahan hidup. Tidak semua pasien yang datang dengan tanda persalinan preterm akan menjadi kelahiran preterm.. Prediktor diagnostik yang baik tidak hanya menghindari pasien dari terapi tokolitik dan efek sampingnya, tetapi juga dapat menurunkan angka perawatan rumah sakit dan juga menurunkan angka rujukan ke fasilitas perawatan perinatologi. Telah banyak prediktor diagnostik untuk memprediksi kelahiran preterm digunakan sebelumnya, namun belum ada yang memiliki sensitivitas dan spesifitas yang baik untuk digunakan klinisi dalam praktek sehari – hari. Phosporylated insulin-like growth factor binding protein-1 (phIGFBP-1) telah hadir diberbagai uji diagnostik dalam mendiagnosis persalinan preterm dan memprediksi terjadinya kelahiran preterm. Dengan tingginya nilai sensitivitas dan spesifisitas serta nilai prediksi negatif mencapai 100%, uji phIGFBP-1 dapat membantu klinisi memprediksi kelahiran preterm menjadi lebih baik lagi, dan menurunkan angka perawatan rumah sakit yang tidak diperlukan. 
INFEKSI KLAMIDIA TRACHOMATIS SEBAGAI SALAH SATU PENYEBAB OKLUSI TUBAFALOPI Suardika, Anom
E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana Vol 2, No 4 (2014)
Publisher : E-Journal Obstetric & Gynecology Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sekitar 10-15% pasangan di dunia mengalami masalah infertilitas. Jumlah pasangan infertil di dunia maupun di indonesia semakin bertambah, terjadi peningkatan jumlah pasangan infertil sekitar 2% setiap 5 tahun. Penyebab infertilitas sendiri sangat beragam, namun sekitar 70-75% penyebab infertilas diperoleh dari masalah yang terjadi pada wanita dari banyak hasil studi menyatakan oklusi tuba dan perlengketan pada adneksa terjadi pada 30-35% wanita infertil baik yang terjadi pada wanita usia muda maupun yang lebih tua. Hal ini menempatkan faktor tuba sebagai salah satu masalah terbesar dalam infertilitas. PRP (Penyakit Radang Panggul) merupakan penyebab terbesar infertilitas dari faktor tuba dan juga kehamilan ektopik. Ascending infectiontanpa gejala merupakan penyebab tersering kerusakan pada tuba. Banyak dari wanita dengan riwayat PRP didapatkan terdeteksi memiliki antibodi klamidia pada infeksi sebelumnya. Infeksi klamidia trachomatis dapat dideteksi dengan pemeriksaan laboratorium terhadap antibodi dalam serum baik Ig G maupun Ig M anti klamidia trachomatis.Cara ini akurat, efisien dan tidak membutuhkan waktu yang lama dalam menentukan adanya infeksi chlamydia trachomatis.Dengan diketahuinya hubungan langsung antara infeksi klamidia dengan angka kejadian oklusi tuba, maka pembuktian tersangka oklusi tuba dapat diperkirakan dari pendeteksian adanya infeksi chlamydia pada seorang wanita, dimana tindakan ini bukan merupakan tindakan invasif dengan resiko dan biaya yang lebih rendah. Prognosis sangat baik bila di diagnosa dan diobati lebih dini. Risiko infertilitas meningkat pada infeksi yang berulang. Reinfeksi dapat dicegah bila semua partner seksual diobati
KARAKTERISTIK KEHAMILAN DENGAN HIV/AIDS DI RSUP SANGLAH TAHUN 2017 A.A. Ngurah Laksamana Yudha; Anom Suardika; Ryan Saktika Mulyana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 6 (2020): Vol 9 No 06(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i6.P18

Abstract

ABSTRAK Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyebabkan penurunan sistem imunitas tubuh manusia. Angka kejadian HIV/AIDS terus meningkat di seluruh dunia setiap tahunnya dengan persentase 51% dari penderita HIV merupakan perempuan. AIDS tetap menjadi penyebab utama kematian pada wanita usia reproduksi (15-49 tahun) di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS di RSUP Sanglah periode tahun 2017. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif cross-sectional, Sumber data merupakan data sekunder yang diambil dari catatan medis pasien ibu hamil dengan HIV/AIDS di RSUP Sanglah/FK Unud dimulai dari Januari 2017-Desember 2017. Pengambilan data diambil dengan teknik Total Sampling. Distribusi variabel penelitian yaitu usia, pekerjaan pasien, pekerjaan suami pasien, tingkat pendidikan, daerah asal, dan paritas ibu hamil. Hasil penelitian menunjukan terdapat kejadian kehamilan dengan HIV/AIDS di RSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2017 sebanyak 41 kasus. Kejadian kehamilan dengan HIV/AIDS paling banyak terjadi pada rentang usia 20-29 tahun sebanyak 25 orang (61%). Tingkat pendidikan ibu tebanyak terdapat pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 19 orang (46,3%). Didapatkan daerah terbanyak yaitu pada Kabupaten Negara sebanyak 11 orang (26,8%). Pekerjaan pasien dengan HIV/AIDS terbanyak yaitu ibu rumah tangga dengan jumlah 26 orang (63,4%). Pekerjaan suami pasien terbanyak adalah swasta didapatkan sejumlah 12 orang (29,3%). Pada tingkat paritas didapatkan terbanyak pada paritas 3 didapatkan sebanyak 17 orang (41,5%). Kata kunci : ibu hamil, HIV/AIDS, karakteristik
KARAKTERISTIK KEHAMILAN DENGAN HIV/AIDS DI RSUP SANGLAH TAHUN 2017 A. A. Ngurah Laksamana Yudha; Anom Suardika; Ryan Saktika Mulyana
E-Jurnal Medika Udayana Vol 9 No 6 (2020): Vol 9 No 06(2020): E-Jurnal Medika Udayana
Publisher : Universitas Udayana

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (202.979 KB) | DOI: 10.24843/MU.2020.V09.i6.P01

Abstract

ABSTRAK Human Immunodeficiency Virus (HIV) merupakan virus yang menyebabkan penurunan sistem imunitastubuh manusia. Angka kejadian HIV/AIDS terus meningkat di seluruh dunia setiap tahunnya denganpersentase 51% dari penderita HIV merupakan perempuan. AIDS tetap menjadi penyebab utamakematian pada wanita usia reproduksi (15-49 tahun) di dunia. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuikarakteristik dari ibu hamil yang mengidap HIV/AIDS di RSUP Sanglah periode tahun 2017. Penelitianini menggunakan metode penelitian deskriptif cross-sectional, Sumber data merupakan data sekunderyang diambil dari catatan medis pasien ibu hamil dengan HIV/AIDS di RSUP Sanglah/FK Unud dimulaidari Januari 2017-Desember 2017. Pengambilan data diambil dengan teknik Total Sampling. Distribusivariabel penelitian yaitu usia, pekerjaan pasien, pekerjaan suami pasien, tingkat pendidikan, daerah asal,dan paritas ibu hamil. Hasil penelitian menunjukan terdapat kejadian kehamilan dengan HIV/AIDS diRSUP Sanglah Denpasar pada tahun 2017 sebanyak 41 kasus. Kejadian kehamilan dengan HIV/AIDSpaling banyak terjadi pada rentang usia 20-29 tahun sebanyak 25 orang (61%). Tingkat pendidikan ibutebanyak terdapat pada tingkat pendidikan SMA yaitu sebanyak 19 orang (46,3%). Didapatkan daerahterbanyak yaitu pada Kabupaten Negara sebanyak 11 orang (26,8%). Pekerjaan pasien dengan HIV/AIDSterbanyak yaitu ibu rumah tangga dengan jumlah 26 orang (63,4%). Pekerjaan suami pasien terbanyakadalah swasta didapatkan sejumlah 12 orang (29,3%). Pada tingkat paritas didapatkan terbanyak padaparitas 3 didapatkan sebanyak 17 orang (41,5%). Kata kunci : ibu hamil, HIV/AIDS, karakteristik
Risk factors of preeclampsia and eclampsia in Sanglah General Hospital from March 2016 to March 2017 Ng Teng Fung Vincent; I Made Darmayasa; Anom Suardika
Intisari Sains Medis Vol. 9 No. 2 (2018): (Available online: 1 August 2018)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (230.343 KB) | DOI: 10.15562/ism.v9i2.162

Abstract

Background: Preeclampsia and eclampsia have been increasing at an alarming rate. It is a challenging task for doctors and pregnant mothers. Preeclampsia defined as new onset of hypertension (≥140mmHg systolic or ≥90mm Hg diastolic on at least two occasions 6 hours apart) and proteinuria (at least 1+ on dipstick or ≥300mg in a 24-hour urine collection) after 20 weeks of gestation. Eclampsia defined as neurologic involvement in the form of generalized tonic-clonic convulsions in women with preeclampsia is termed eclampsia if the seizures cannot be attributed to any other cause such as epilepsy, cerebral infection, tumor or ruptured aneurysm. Aim: This study aims to find the association of risk factors for preeclampsia and eclampsia. The risk factors for preeclampsia and eclampsia are obesity, primigravida, multiple pregnancies, diabetes, pre-existing hypertension, family history, expecting mother’s age, nutritional status, and socioeconomic status. The study was carried out by using descriptive research and data were collected from medical records in Sanglah hospital which has 140 cases. Results: The results for preeclampsia are highest in expecting the age of 20-35 years old, primigravida women with gestational age > 37 weeks, overweight and overnourished women, a middle socioeconomic status and also without risk factors. The results for eclampsia are dominant in expecting age of 20-35 years old, primigravida women with gestational age > 37 weeks, women with middle socioeconomic status and majority without risk factors, and women who are overweight and overnourished. Conclusion: Preeclampsia and eclampsia cases are highest in expecting age of 20-35 years old, primigravida women with gestational age >37 weeks, overweight and overnourished women, majority women without risk factors and from middle socioeconomic status.
Faktor determinan kematian ibu di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2016 Rela Hamdanillah; Anom Suardika; Made Darmayasa; Ida Bagus Gde Fajar Manuaba
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 3 (2020): (Available online: 1 December 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (287.007 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i3.249

Abstract

Background: Maternal mortality is the death of women during pregnancy or within 42 days of delivery, whether associated with pregnancy or complications exacerbated by pregnancy and not related to incidental causes. Maternal mortality is a critical indicator in assessing the level of wellbeing and public health status. The risk of maternal death is divided into three such as remote determinants, intermediate determinants, and acute clinical determinants.Aim: This study aims to determine the determinant factors as a role player in maternal mortality at Sanglah Hospital Denpasar in 2016.Method: This research is cross-sectional descriptive research conducted at RSUP Sanglah Denpasar. The sample of the study was all mothers died at Sanglah Hospital during the year 2016. The data obtained in the form of patient medical record data. Data were analyzed by descriptive methods.Result and Conclusion: The maternal mortality caused by the remoted determinant factors which were the highest in the maternal group with 9-12 years of education (77.3%) and the working mother group (54.5%). On the intermediate determinant, the highest is at age 20-35 years (81.8%), with parity 2-3 (63.6%), 2-10 year of gestational distance (54.5%), the most top obstetric factors are preeclampsia/eclampsia (27.2%), but the nonobstetric cause is the leading cause of maternal mortality. Kematian ibu adalah kematian wanita selama masa kehamilan atau dalam kurun waktu 42 hari setelah melahirkan, baik yang berhubungan dengan kehamilan maupun komplikasi yang diperburuk oleh masa kehamilan, serta tidak berhubungan dengan penyebab incidental. Angka kematian ibu merupakan indikator penting dalam menilai tingkat kesejahteraan dan status kesehatan masyarakat. Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu secara garis besar dapat kelompokkan menjadi penyebab obstetrik dan penyebab non obstetrik. Menurut McCarthy dan Maine, risiko kematian ibu dibagi menjadi 3 yaitu, determinan jauh, determinan antara dan determinan dekat.Tujuan: Untuk mengetahui faktor-faktor determinan yang berperan dalam kematian ibu di RSUP Sanglah Denpasar tahun 2016.Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif cross-sectional yang dilakukan di RSUP Sanglah Denpasar. Sampel penelitian adalah semua ibu meninggal di RSUP Sanglah selama tahun 2016. Data yang diperoleh berupa data rekam medis pasien, kemudian dianalisis secara deskriptif.Hasil dan Kesimpulan: Kematian ibu yang disebabkan karena faktor determinan yang tertinggi yaitu pada kelompok ibu dengan pendidikan 9-12 tahun (36,4%) dan kelompok ibu yang bekerja (54,5%). Pada faktor determinan antara yang tertinggi yaitu pada usia 20-35 tahun (81,8%), dengan paritas 2-3 (63,6%), jarak kehamilan 2-10 tahun (54,5%), faktor penyebab obstetrik yang tertinggi adalah preeklampsia/eklampsia (27,2%), namun secara garis besar penyebab non obstetrik merupakan penyebab utama kematian ibu.
Faktor penyebab infertilitas pasien program IVF (In Vitro Fertilization) di Klinik Graha Tunjung RSUP Sanglah Ni Wayan Ariati Trisna Dewi; Anom Suardika; Ryan Saktika Mulyana
Intisari Sains Medis Vol. 10 No. 3 (2019): (Available online: 1 December 2019)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (216.71 KB) | DOI: 10.15562/ism.v10i3.421

Abstract

Latar Belakang: Infertilitas adalah tidak mampu untuk hamil sesudah 12 bulan atau lebih tanpa menggunakan kontrasepsi dan bersifat primer dimana pasangan yang gagal untuk mendapatkan kehamilan untuk meneruskan keturunan. Infertilitas dapat disebabkan oleh faktor perempuan, laki-laki maupun keduanya. Sekitar 50-80 juta pasangan mengalami infertilitas di dunia, infertilitas di negara berkembang terjadi lebih tinggi yaitu sekitar 30%, di bandingkan negara maju hanya 5-8%.Metode: Penelitian ini merupakan suatu penelitian deskriptif cross sectional, Sumber data berasal dari data sekunder yaitu rekam medis pasien yang mengalami infertilitas di klinik graha tunjung RSUP Sanglah periode Januari 2016 -Desember 2017. Pengambilan data di ambil dengan metode Total Sampling. Distribusi variabel penelitian yaitu pada perempuan dengan faktor tuba, uterus dan ovarium sedangkan pada laki-laki yaitu faktor sperma.Hasil: Kejadian infertilitas di RSUP Sanglah Denpasar periode Januari 2016 -Desember 2017 sebanyak 38 kasus. Pada perempuan yaitu faktor satu tuba non-paten sebanyak 4 kasus (25,0%), dan responden dengan kedua tuba non-paten sejumlah 12 kasus (75,0%). Kasus denghan kelainan Faktor ovarium, yaitu Endometrioma sebanyak 2 kasus (12,5%). Tidak didapatkan kasus dengan kelainan faktor Uterus pada Perempuan. Infertilitas pada laki-laki berdasarkan faktor sperma: oligozoospermia 1 kasus (5,6%), Asthenozoospermia 2 kasus (11,1%), Teratozoospermia 1 kasus (5,6%), Oligo Astheno Teratozoospermia 11 kasus (61,1%) dan Azoospermia 3 kasus (16,7%).Simpulan: Faktor penyebbab infertilitas pada perempuan yang paling tinggi adalah kelainan pada tuba yaitu, kedua tuba non patten. Sedangkann penyebab infertilitas paling tinggi pada laki-laki yaitu kelainan pada sperma Oligo Astheno Teratozoospermia.Introduction: Infertility is the inability to get pregnant after 12 months or more without using contraception and is primary where the couple fails to get a pregnancy to continue the offspring. Infertility can be caused by factors of women, men or both. Around 50-80 million couples experience infertility in the world, infertility in developing countries is higher, which is around 30%, compared to developed countries, only 5-8%.Method: This research is a cross-sectional descriptive study. The source of the data comes from secondary data, namely medical records of patients experiencing infertility at the clinic visiting Sanglah Hospital for the period January 2016-December 2017. Data collection was taken by the Total Sampling method. The distribution of research variables is in women with tubal, uterine and ovarian factors whereas in men it is sperm factor.Result: Infertility events at Sanglah General Hospital Denpasar in January 2016 -December 2017 were 38 cases. In women, the factor of one non-patent tube were 4 cases (25.0%), and respondents with both non-patent tubes were 12 cases (75.0%). Ovarian factor abnormalities, Endometrioma were 2 cases (12.5%). There were no cases of Uterine factor abnormalities in Women. Infertility in men based on sperm factors: 1 case oligozoospermia (5.6%), Asthenozoospermia 2 cases (11.1%), Teratozoospermia 1 case (5.6%), Oligo Astheno Teratozoospermia 11 cases (61.1%) and Azoospermia 3 cases (16.7%).Conclusion: The highest factor of infertility in women is abnormalities in the tube, both tubal non-patent. The highest cause of infertility in men is an abnormality in sperm, Oligo-Astheno-Teratozoospermia.
Infeksi Saluran Kemih Sebagai Faktor Risiko Terjadinya Persalinan Preterm Sugianto Sugianto; I Wayan Megadhana; Ketut Suwiyoga; Tjokorda Gde Agung Suwardewa; I Gusti Putu Mayun Mayura; Anom Suardika; I Wayan Artana Putra
Intisari Sains Medis Vol. 11 No. 2 (2020): (Available online: 1 August 2020)
Publisher : DiscoverSys Inc.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (336.351 KB) | DOI: 10.15562/ism.v11i2.774

Abstract

Introduction: Preterm labor is one of the major problem and challenge in the obstetric field, since it is associated with high mortality and morbidity in newborn. Preterm delivery around 39.6% was thought to be caused by infection. One of the most common causes of preterm labor is Urinary Tract Infection (UTI). This study aims to determine the role of UTI in pregnancy as a risk factor for preterm labor.Method: This study is a case control study conducted from February 2019 to November 2019. This study involved 52 women (26 case group and 26 control group) with gestational ages over 20 weeks and under 37 weeks, where in case group with signs and symptoms of threatened of preterm delivery and in control group with no signs and symptoms of threatened of preterm delivery. The research sample is maternal peripheral blood for evaluation of Haemoglobin and mid stream urine for evaluation of Bacteriuria and Urine Culture - Resistance Test. Result: In this study, there were no differences in the value of characteristics of maternal age, gestasional age, and gravidity between the two groups (p> 0.05). Pregnancy with UTI (asymptomatic bacteriuria) increased the risk of preterm labor by 13 times compared to pregnancies without UTI (OR = 13.24; 95% CI = 1.53-114.30; p = 0.005 ).Conclusion: Based on the results of this study it can be concluded that a pregnancy with a UTI has a 13 times higher risk of experiencing preterm labor when compared to a pregnancy without a UTI.  Pendahuluan: Persalinan preterm adalah salah satu masalah dan tantangan dalam bidang obstetrik, terkait dengan tingginya mortalitas dan morbiditas pada bayi yang dilahirkan. Persalinan preterm sekitar 39,6% disebabkan oleh infeksi. Salah satu penyebab yang paling umum adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peranan ISK dalam kehamilan sebagai faktor risiko terjadinya persalinan preterm.Metode: Penelitian ini adalah studi kasus kontrol yang dilakukan dari Februari 2019 hingga November 2019. Penelitian ini melibatkan 52 wanita (26 kelompok kasus dan 26 kelompok kontrol) dengan usia kehamilan lebih dari 20 minggu dan di bawah 37 minggu, di mana dalam kelompok kasus dengan adanya tanda dan gejala ancaman persalinan preterm dan dalam kelompok kontrol tanpa adanya tanda dan gejala ancaman persalinan preterm. Sampel penelitian adalah darah tepi ibu untuk keperluan menilai kadar Hemoglobin dan urin aliran tengah untuk keperluan evaluasi adanya Bakteriuria dan selanjutnya untuk Kultur Urin – Uji Resistensi.Hasil: Dalam penelitian ini, diketahui bahwa tidak ada perbedaan bermakna dalam karakteristik usia ibu, usia kehamilan, dan graviditas antara kedua kelompok (p>0,05). Diketahui bahwa kehamilan dengan ISK (bakteriuria asimptomatik) meningkatkan risiko persalinan preterm sebesar 13 kali dibandingkan dengan kehamilan tanpa ISK (OR = 13,24; IK 95%= 1,53-114,30; p = 0,005).Simpulan: Berdasarkan hasil penelitian ini disimpulkan bahwa kehamilan dengan ISK memiliki risiko 13 kali lebih tinggi mengalami persalinan preterm bila dibandingkan dengan kehamilan tanpa ISK.