cover
Contact Name
Andri Kurniawan
Contact Email
joaa.akuakultur2020@gmail.com
Phone
+6281351714747
Journal Mail Official
joaa@ubb.ac.id
Editorial Address
Jurusan Akuakultur Gedung Teladan di Fakultas Pertanian, Perikanan, dan Biologi Universitas Bangka Belitung Jl. Balunijuk, Kecamatan Mewarang, Bangka 33172
Location
Kab. bangka,
Kepulauan bangka belitung
INDONESIA
Journal of Aquatropica Asia
ISSN : 24073601     EISSN : 27217574     DOI : https://doi.org/10.33019/aquatropica
Journal of Aquatropica Asia (JoAA) is an open access scientific periodical managed by the Department of Aquaculture, Bangka Belitung University. JoAA Journal involvement is carried out 2 (two) times a year, namely in July and December in the form of the main manuscript is an article that contains the results of research (research articles). Other manuscript contributions can be in the form of short articles (short communication), articles review, and also special issues. Articles received will be reviewed by reviewers managed by the Editor in Chief before the manuscript is accepted and approved for publication in JoAA. The Journal of Aquatropica Asia (JoAA) accepts articles written in Indonesian or English with regard to aquaculture studies and aquatic ecology in the broadest sense covering aspects of reproduction, nutrition and feed, genetics, physiology, morphology, health of aquatic organisms, water quality, plankton, conservation, and other aspects relevant to the field of aquaculture.
Articles 149 Documents
CAPTURE RESULTS OF BABY LOBSTERS (Panulirus sp.) LANDED FROM PACITAN COASTAL WATERS Andriyono, Sapto; Wijanarko, Puguh Yugo; Mahasri, Gunanti; Saroso, Heri
Journal of Aquatropica Asia Vol 10 No 1 (2025): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Program Studi Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/joaa.v10i1.6362

Abstract

Lobsters from the Panulirus sp. group are a potential resource in renewable fisheries, but when exploitation continues to increase and there is no control, the number may continue to decline and become extinct. Lobster catching is not limited to the adult phase, but in all phases, including the puerulus phase (baby lobster/clear lobster seed). This study aimed to determine the diversity of baby lobster seeds landed in coastal waters in the Pacitan Regency area based on baby lobster catching activities. This research was conducted in January 2023 - January 2024. Data processing using Primer7 and MS Excel software. Based on the results of observations and data collection, both primary and secondary, 4 lobster species were obtained, namely pearl lobster (Panulirus ornatus), sand lobster (Panulirus homarus), bamboo lobster (Panulirus versicolor), and batik lobster (Panulirus longipes). Sand lobster, pearl lobster, batik lobster, and bamboo lobster were the most abundant at each station. During sampling, the average value of monthly catches in 2024 decreased compared to 2023. Water quality in this area is suitable for lobster habitat, with DO 8-8.5 ppm, salinity 33-35 ppt, pH 7-7.2, and temperature 27.0- 29.2 °C.
NUTRITIONAL AND CAROTENOID CHARACTERIZATION OF YELLOW PUMPKIN (Cucurbita moschata) POWDER FOR POTENTIAL USE IN ORNAMENTAL FISH FEED Islamy, R. Adharyan; Faqih, Abd Rahem; Putra, Arya Darmawan Kurniadi; Ramadhani, Auryn Novia; Czech, Michael
Journal of Aquatropica Asia Vol 10 No 1 (2025): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Program Studi Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/joaa.v10i1.6363

Abstract

Yellow pumpkin (Cucurbita moschata) is a natural plant source rich in carotenoids, particularly β-carotene, with promising potential as a functional ingredient in ornamental fish diets. This study aimed to evaluate the nutritional composition and carotenoid profile of yellow pumpkin powder as a preliminary step toward its application in enhancing fish coloration. Proximate analysis revealed high carbohydrate content (61.25%), crude fiber (10.48%), and moderate protein levels (13.26%). Furthermore, the β-carotene content reached 102.4 mg/kg, highlighting its value as a natural pigment source. Essential minerals such as potassium, calcium, and magnesium were also present in considerable amounts. These findings suggest that yellow pumpkin powder is a nutritious, sustainable, and pigment-rich feed ingredient suitable for use in ornamental aquaculture.
DAMPAK KEPADATAN KERANG HIJAU (Perna viridis) TERHADAP KUALITAS AGAR RUMPUT LAUT DAN KONDISI TANAH Sari, Lintang Permata; Rahim, Andi Rahmad
Journal of Aquatropica Asia Vol 10 No 1 (2025): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Program Studi Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/joaa.v10i1.6378

Abstract

Di Indonesia, terutama di Jawa Timur, Gracillaria verrucosa adalah komoditas perairan yang sangat menguntungkan secara ekonomi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi bagaimana kepadatan kerang hijau Perna viridis mempengaruhi kualitas agar yang dihasilkan oleh G. verrucosa, serta kondisi tanah di kolam budidaya. Tiga perlakuan kepadatan kerang (10, 20 dan 30 ekor) digunakan dalam penelitian ini, yang dilakukan di tambak Desa Pangkah Kulon, Gresik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa G. verrucosa menghasilkan rendemen agar berkisar antara 13,05% hingga 15,68%, dan peningkatan rendemen berkorelasi positif dengan peningkatan kepadatan kerang. Menurut analisis kandungan karbon, nitrogen, dan fosfor, G. verrucosa menyerap nitrogen lebih baik daripada fosfor. Pada Hari ke-21, pengukuran Total Bahan Organik Rumput Laut (TBOR) meningkat pada semua perlakuan, dengan nilai TBOR meningkat dari 162,47 mg/L menjadi 178,22 mg/L. Namun, jumlah Total Bahan Organik Tanah (BOT) menurun, terutama pada perlakuan dengan kepadatan kerang tertinggi (30 ekor), yang menunjukkan tingkat bahan organik di tanah yang lebih rendah. Ada kemungkinan penurunan BOT ini akan mengurangi akumulasi logam berat dalam sedimen. pH tanah tetap berada pada tingkat yang layak untuk budidaya rumput laut dan memberikan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan G. verrucosa. Menurut penelitian ini, mengelola kepadatan kerang hijau dapat meningkatkan lingkungan budidaya rumput laut selain mengurangi kemungkinan akumulasi logam berat di dasar perairan.
ANALISIS KEKERABATAN GENETIK IKAN GABUS (CHANNA STRIATA) DI SUNGAI TARUS, KABUPATEN KUPANG BERDASARKAN LOKUS COI Sawaludin, Nyai Salamah; Linggi, Yulianus; Suleman, Suleman
Journal of Aquatropica Asia Vol 10 No 1 (2025): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Program Studi Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/v9c1vk69

Abstract

Penelitian ini menganalisis genetik ikan gabus (Channa striata) dari Kabupaten Kupang dan beberapa wilayah di Indonesia berdasarkan gen Cytochrome Oxidase Subunit I (COI). Identifikasi molekuler dilakukan menggunakan metode DNA barcoding untuk memahami hubungan filogenetik antar populasi. Sampel ikan gabus dikumpulkan dari Sungai Tarus, Kabupaten Kupang dan diekstraksi menggunakan metode chelex 10%. Amplifikasi DNA dilakukan melalui Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan primer universal COI. Hasil elektroforesis menunjukan keberhasilan amplifikasi dengan panjang fragmen sekitar 650 bp. Urutan DNA yang diperoleh dibandingkan dengan database GenBank menggunakan BLAST, menunjukan bahwa specimen yang dianalisis memiliki kemiripan 100% dengan Channa striata. Analisis filogenetik dengan metode Neigbor-Joining mengungkapkan bahwa populasi ikan gabus di Kabuparen Kupang memiliki hubungan kekerabatan yang erat dengan populasi dari Kalimantan Tengah, Papua dan Sulawesi Selatan, tetapi lebih jauh dengan populasi dari Lampung. Studi ini memberikan wawasan mengenai pola kekerabatan genetik ikan gabus di berbagai wilayah Indonesia. Informasi ini dapat dimanfaatkan untuk mendukung upaya konservasi, pengelolaan sumberdaya perikanan, serta seleksi induk unggul dalam budidaya ikan gabus secara berkelanjutan.
PREFERENSI MASYARAKAT PESISIR TERHADAP PENGEMBANGAN PERIKANAN BUDIDAYA DI PROVINSI KEPULAUAN BANGKA BELITUNG Bidayani, Endang; Wahidin, La Ode; Priyambada, Agung; Umroh, Umroh; Akhriyanti, Irma; Syari, Indra Ambalika; Gustomi, Andi; Arizona, Muhammad Oka; Batubara, Geothani Harapan Putera; Pamungkas, Aditya
Journal of Aquatropica Asia Vol 10 No 1 (2025): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Program Studi Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/1dh25566

Abstract

Masyarakat pesisir di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sebagian besar menggantungkan hidupnya dengan menangkap ikan di kawasan hutan mangrove sebagai nelayan tradisional. Wilayah pesisir di provinsi ini memiliki biodiversitas mangrove tinggi dengan luas 67.386 Ha. Keberlanjutan usaha nelayan tradisional sangat bergantung pada hasil tangkapan alam. Tantangannya adalah musim paceklik, pendapatan nelayan menurun drastis. Oleh karena itu diperlukan program pemberdayaan melalui pengembangan perikanan budidaya. Tujuan penelitian adalah mengkaji preferensi masyarakat pesisir terhadap pengembangan perikanan budidaya di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung. Metode penelitian ini adalah survei yaitu mengumpulkan informasi dari kelompok masyarakat yang mewakili populasi. Pengumpulan data terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari kuesioner dan wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan yang berjumlah 129 orang dari 13 desa pesisir yang ditentukan secara purposive di Pulau Bangka dan Pulau Belitung. Pengumpulan data primer menggunakan alat bantu kuesioner, observasi dan dokumentasi. Data sekunder diperoleh dari kantor desa dan dinas tekait, seperti BPS. Hasil penelitian, preferensi masyarakat pesisir terhadap pengembangan perikanan budidaya pada kategori Baik, meliputi budidaya ikan, udang dan kepiting. Sedangkan pengembangan ekonomi lainnya yang ingin dikembangkan adalah pengolahan ikan seperti kemplang dan terasi, kerajinan nipah dan wisata mangrove.
KARAKTERISASI JENIS MAKANAN IKAN TANAH Barbodes binotatus (Valenciennes, 1842) ASAL PERAIRAN PULAU BANGKA PADA HABITAT SUNGAI DAN KOLONG BEKAS TAMBANG Nopitasari, Indah; Prasetiyono, Eva; Syarif, Ahmad Fahrul
Journal of Aquatropica Asia Vol 10 No 1 (2025): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Program Studi Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/1hww8e38

Abstract

Barbodes binotatus (Valenciennes, 1842) atau dikenal sebagai ikan tanah merupakan spesies ikan air tawar yang memiliki nilai ekologis dan ekonomi, baik sebagai ikan konsumsi maupun ikan hias. Populasinya tersebar luas di perairan Asia Tenggara, termasuk Pulau Bangka. Namun, aktivitas penambangan timah yang masif di Bangka berpotensi mengganggu habitat dan sumber pakan alami spesies ini. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji jenis makanan utama pada saluran pencernaan ikan tanah, menentukan tipe makanannya, serta mengevaluasi kondisi kualitas air pada habitat alami ikan tanah, yaitu di sungai dan kolong. Lokasi pengambilan sampel dilakukan di Sungai Kayu Besi (Kabupaten Bangka) dan kolong di Desa Terap (Kabupaten Bangka Selatan). Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei dengan teknik pengambilan sampel secara purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis fitoplankton yang ditemukan di perairan sungai berasal dari kelas Bacillariophyceae, Cyanophyceae, dan Euglenophyceae, sedangkan zooplankton tidak ditemukan di habitat sungai tersebut. Sementara itu, perairan kolong mengandung fitoplankton dari kelas Bacillariophyceae, Chlorophyceae, dan Cyanophyceae, serta zooplankton yang termasuk dalam kelas Branchiopoda, Crustacea, Maxillopoda, dan Ostracoda. Berdasarkan analisis isi saluran pencernaan, fitoplankton merupakan makanan utama ikan tanah di kedua habitat, dengan nilai Index of Preponderance (IP) berkisar antara 76–100%. Makanan tambahan berupa cacing ditemukan dengan kisaran nilai IP antara 0,17–20%, sedangkan zooplankton berperan sebagai makanan pelengkap dengan kisaran IP antara 0,03–0,6%. Berdasarkan panjang usus relatif yang berada pada rentang 1,44–1,64 cm, ikan tanah diklasifikasikan sebagai hewan omnivora.
PHYTOCHEMICAL CHARACTERIZATION AND NUTRITIONAL EVALUATION OF Ficus septica FOR AQUAFEED DEVELOPMENT IN HERBIVOROUS FISH: KARAKTERISASI FITOKIMIA DAN EVALUASI NUTRISI Ficus septica UNTUK PENGEMBANGAN PAKAN AKUATIK PADA IKAN HERBIVORA Islamy, R. Adharyan; Setyowati, Najwa Lutfi; Ni'matullah, Syakir
Journal of Aquatropica Asia Vol 10 No 2 (2025): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Program Studi Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/910n0030

Abstract

The sustainability of aquaculture relies heavily on the development of nutritionally balanced and cost-effective feed alternatives that reduce dependency on conventional protein sources. F. septica, a medicinal plant rich in bioactive compounds, offers potential as a novel functional feed ingredient for herbivorous fish. This study aimed to characterize the phytochemical profile and evaluate the proximate nutritional composition of F. septica leaves, and to assess their effects on growth performance and feed utilization in herbivorous fish. Phytochemical screening revealed high levels of phenolics (33.5 ± 2.1 mg/g), flavonoids (28.7 ± 1.3 mg/g), and tannins (16.1 ± 0.9 mg/g), indicating strong antioxidant and antimicrobial potential. Proximate analysis showed that F. septica leaves contained 18.7% protein, 40.7% nitrogen-free extract, and 16.3% fiber. Feeding trials with diets containing 0% (control), 5%, and 10% F. septica leaf powder demonstrated significant improvements in weight gain, specific growth rate, and feed conversion ratio in the 5% and 10% groups (p < 0.05), without compromising survival. These results suggest that F. septica can be effectively utilized as a nutrient-rich, bioactive aquafeed additive for herbivorous fish. Further research on digestibility, long-term effects, and residue safety is recommended to validate its practical applications in commercial aquaculture.
PENINGKATAN BIOMASSA NANNOCHLOROPSIS OCULATA MELALUI OPTIMASI KULTUR PADA SKALA LABORATORIUM DAN SKALA MENENGAH Munru, Maestro; Wulandari, Yola; Sari, Herni Iman; Syafitri, Novita nanda; Maulana, Alfiqi; Ayu, Trifajriyah Lutea
Journal of Aquatropica Asia Vol 10 No 2 (2025): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Program Studi Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/11765564

Abstract

Nannochloropsis oculata, a versatile microalga, holds immense potential in the field of marine biotechnology. Its benefits are far-reaching, particularly in sectors like aquaculture. To fully exploit this potential, effective strategies for increasing its biomass are essential. This study aims to determine the technique of laboratory-scale Nannochloropsis Oculata phytoplankton culture, as well as the phases of its growth and development. The culture process, spanning from 200 ml to 40 L, was Meticulously observed and documented. Daily observations were made from the first day of culture until the research was completed, using a haemacytometer on a binocular microscope with a magnification of 400. The observation results of Nannochloropsis oculata growth showed varying dynamics from the first to the fifth day. Overall, no significant growth was observed; however, fluctuations were noted in each phase of the growth period during the study. In 200 ml and 1 L volume cultures, Nannochloropsis oculata showed a short lag phase (1-2 days) followed by a significant increase in biomass up to 11 million cells/ml in the exponential phase (days 3 to 5). Controlled and stable conditions at small volumes favored cell adaptation and optimal replication. In contrast, the 15 L volume culture showed a more extended lag phase, indicating sensitivity to environmental changes. The most significant anomaly occurred in the 40 L culture, where a drastic decrease in biomass occurred after the second to third day, signaling culture failure. Microscopic analysis confirmed protozoan contamination as the etiological agent, which was assumed to originate from the surrounding environment due to exposure to the culture medium.
ANALISIS EXTRACELLULER PRODUCT Vibrio harveyi BERBASIS NANO-KITOSAN YANG DIPERKAYA EKSTRAK Caulerpa lentillifera SEBAGAI VAKSIN ORAL UNTUK KERAPU CANTANG TERHADAP INFEKSI Vibrio harveyi Renanda Baghaz Dzulhamdhani Surya Putra, Renanda; Maizar Suryanto Hertika, Asus; Ayu Inggrida, Jedda; Nicky Anugerah Putra, Arendra; Setiawan, Faris; Madha Su’a Achmadi, Alya
Journal of Aquatropica Asia Vol 10 No 2 (2025): Journal of Aquatropica Asia
Publisher : Program Studi Akuakultur, Universitas Bangka Belitung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33019/pkq62x73

Abstract

Vibriosis merupakan penyakit penting yang menyebabkan tingginya tingkat kematian pada ikan kerapu cantang (Epinephelus fuscoguttatus x Epinephelus lanceolatus), yang sebagian besar disebabkan oleh infeksi Vibrio harveyi. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi efektivitas vaksin oral yang mengandung produk ekstraseluler (extracellular product, ECP) dari Vibrio harveyi, nano-kitosan, dan ekstrak Caulerpa lentillifera dalam meningkatkan ketahanan terhadap vibriosis pada ikan kerapu cantang. Rancangan percobaan mencakup pemeliharaan ikan Epinephelus spp. berukuran 10–12 cm selama 30 hari dengan lima perlakuan, yaitu: (A) infeksi Vibrio harveyi (kontrol), (B) ekstrak Caulerpa lentillifera, (C) ECP + nano-kitosan, dan (D) ECP + nano-kitosan + ekstrak Caulerpa lentillifera. Indikator utama yang dievaluasi meliputi tingkat kelangsungan hidup (%), relative percent survival (RPS, %), dan performa pertumbuhan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi nano-kitosan dan ECP dari Vibrio harveyi yang diperkaya dengan ekstrak Caulerpa lentillifera memberikan respons pertumbuhan yang secara signifikan lebih tinggi dibandingkan perlakuan lainnya. Komposisi tersebut juga secara signifikan meningkatkan tingkat kelangsungan hidup ikan kerapu yang terinfeksi Vibrio harveyi. Temuan ini menunjukkan potensi vaksin oral berbasis nano-kitosan, ECP, dan ekstrak Caulerpa lentillifera sebagai pendekatan pencegahan yang menjanjikan terhadap infeksi Vibrio harveyi dalam akuakultur, sehingga diperlukan penelitian lebih lanjut untuk pengembangan aplikasi komersialnya.