cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
LOKABASA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 285 Documents
MERETAS KEBUNTUAN LITERASI AKSARA JAWA DENGAN MNEMONICS DEVICES Alfiah, Alfiah
LOKABASA Vol 8, No 2 (2017): Vol. 8, No. 2, Oktober 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v8i2.11176

Abstract

 Lupa menjadi salah satu permasalahan serius yang dihadapi oleh siswa dalam mencapai keberhasilan pembelajaran.  Cara penyampaian materi oleh guru yang secara verbal cenderung mudah terlupakan, kecuali bila dalam pemaparan materi tersebut lebih bersifat kontekstual. Tujuan penelitian ini mengarah pada ranah kognitif kemampuan yang harus dikuasai oleh siswa dalam rangka memahami konsep materi yang dipelajari. Pembelajaran aksara Jawa merupakan salah satu materi pembelaran yang dianggap sulit oleh peserta didik. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif. Dari hasil penelitian ini ditemukan bentuk aksara Jawa yang cukup unik menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, khususnya menghafalkan bentuk-bentuknya. Dalam aksara Jawa terdapat 20 aksara carakan dan pasangannya, sandangan, aksara murda, aksara rekan, tanda baca, dan angka Jawa. Dengan berbagai bentuk aksara Jawa tersebut menuntut adanya strategi khusus agar mudah dalam mempelajarinya. Mnemonics Devices adalah alternatif strategi yang ditawarkan. Dengan muslihat nya strategi tersebut dapat membantu ingatan.  Strategi tersebut adalah kiat khusus yang dijadikan “alat pengait” mental untuk memasukkan informasi ke dalam sistem ingatan siswa.EXPLORING LITERATION BLOCK OF JAVANESE SCRIPT BY USING MNEMONICS DEVICES AbstractForgetfulness is one of the serious problems faced by students in achieving the success of learning. The way of delivering material by teachers verbally tends to be easily forgotten, unless the material exsposed is more contextual. The purpose of this study leads to the ability of cognitive domain that must be mastered by students in order to understand the concept of the material being studied. The learning of Javanese script is one of learning material that is considered difficult by the learners. The method used in this study is descriptive method. The results of this study showed that the unique form of Javanese script may cause students have difficulty in learning it, especially memorizing its forms. In the Javanese script there are 20 carakan script and its pair, sandangan, murda script, rekan script, punctuation, and Javanese numerals. The various forms of Javanese script require a special strategy to ease learning it. Mnemonics Devices is an alternative strategy offered. The tricks of this strategy can help memory. These strategies are special tips that serve as mental "hooks" to incorporate information into student memory systems.
NOVEL ANAK RASIAH KODEU BINER KARYA DADAN SUTISNA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP (Analisis Strukturalisme dan Etnopedagogik) Fatimah, Euis Siti
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan unsur struktural dan etnopedagogik novel Rasiah Kodeu Biner sebagai alternatif bahan pengajaran apresiasi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik telaah pustaka, analisis data, dan teknik interpretasi. Hasil penelitian ditemukan tema novel tentang usaha sekelompok anak memecahkan rahasia surat yang menggunakan bilangan biner. Alur yang digunakan alur campuran. Jumlah tokoh 43 orang. Latar yang ditemukan dalam penelitian ini diantaranya latar tempat, waktu, dan sosial. Judul telah mewakili isi cerita. Pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga. Bahasa yang digunakan bahasa sehari-hari. Novel Rasiah Kodeu Biner memiliki banyak nilai etnopedagogik moral kemanusiaan. Novel ini bisa dijadikan alternatif bahan pembelajaran apresiasi sastra karena memenuhi kriteria pemilihan bahan ajar serta mengandung nilai moral kemanusian sesuai kepribadian siswa. ABSTRACTThe purpose of this study is to describe the structural and ethnopedagogic elements of Rasiah Kodeu Biner novel as an alternative of literature appreciation teaching-learning material. The method used in this research is descriptive analysis method, while the techniques used are literature review techniques, data analysis, and interpretation techniques. The results of the study revealed that the novel theme is about the effort of group of children to solve the secret letter using binary numbers. The sequel used is mixed sequel. Numbers of characters are 43 people. The backgrounds found in this study include setting place, time, and social. The title has represented the story content. The author uses a third-person point of view. Language used is common language. Rasiah Kodeu Biner novel has many ethnopedagogic moral values of humanity. This novel can be used as an alternative material in teaching-learning literature appreciation, as it meets the criteria of the selection of teaching-learning materials and contains the moral values of humanity suitable with the students’ personality.
LIRIK LAGU DALAM KESENIAN RONGGENG GUNUNG DI DESA CIULU KECAMATAN BANJARSARI KABUPATEN CIAMIS (Kajian Struktur dan Stilistik) Lestari, Respi
LOKABASA Vol 7, No 2 (2016): Vol. 7, No. 2, Oktober 2016
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v7i2.9170

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur dan unsur stilistik lirik lagu dalam kesenian Ronggeng Gunung. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan menggunakan teknik observasi dan wawancara. Data dalam penelitian ini yakni lirik lagu dari hasil wawancara dengan bi Raspi yang merupakan seniman Ronggeng Gunung di Desa Ciulu Kecamatan Banjarsari Kabupaten Ciamis. Dari hasil analisis, terdapat 114 imaji yang terdiri dari (1) 29 imaji visual; (2) 9 imaji auditif; dan (3) 75 imaji taktil/rasa. Lirik lagu tersebut menggunakan patokan pantun, ada 109 buah pantun yang terdiri dari: (1) 79 paparikan; (2) 25 rarakitan; dan (3) 5 wawangsalan. Rima yang terdapat dalam lirik ini adalah ”purwakanti mindoan kawit”, “larasmadya”, “laraswekas”, dan “pangluyu”. Tema dari lirik lagu dalam kesenian Ronggeng Gunung paling banyak berkaitan dengan asmara dan kesedihan. Rasa yang paling banyak tergambar dari lirik tersebut adalah bingung, sedih, dan sakit hati. Nada yang digunakan dalam menyampaikan lirik tersebut di antaranya nada bingung, sedih, dan kecewa. Maksud dari lirik tersebut menjelaskan tentang seseorang yang merasa tergila-gila, keinginan untuk bersama, dan kesedihan ketika patah hati. Sebagaimana cerita Ronggeng Gunung yang tercipta dari rasa kehilangan seorang perempuan yang ditinggal mati oleh kekasih yang sangat ia cintai. Jadi, isi lirik lagunya berhubungan dengan asmara antara seorang perempuan dan laki-laki. Unsur stilistik atau gaya bahasa yang ada di antaranya (1) 1 gaya bahasa simile; (2) 1 gaya bahasa metafora; (3) 4 gaya bahasa personifikasi; (4) 1 gaya bahasa metonimia; (5) 2 gaya bahasa litotes; (6) 1 gaya bahasa hiperbola; dan (7) 1 gaya bahasa pleonasme. ABSTRACTThis study aimed to describe the structure and stylistic the lyrics of song in Ronggeng Gunung. The method used in this research is descriptive analysis method by using observation and interviews techniques. Sources of data in this study is lyrics of song from interviews with Ronggeng Gunung artists in Ciulu Village Banjarsari Sub-district Ciamis Regency. From the analysis of the physical structure, there are 114 images which consists of (1) 29 visual image; (2) 9 auditif image; and (3) 75 images of tactile/sense. Lyrics of the song are using poem, there are 109 pieces of poem that consisting of: (1st) 79 paparikan; (2) 25 rarakitan; and (3) 5 wawangsalan. Rhyme contained in the lyrics is assonance “mindoan kawit", "larasmadya", "laraswekas", and "pangluyu". From the analysis of the inner structure, the theme of the lyrics most associated with romance and sadness. The most sense of the lyrics are sad, indecisive, and heartache. The tone used in the lyrics are which vacillation, sadness, and disappointed. The purpose of the lyrics describes someone who feels infatuation, desire to be together, and sadness when heartbroken. As the story of Ronggeng Gunung that is created from a sense of a woman who was left to die by someone she loved very much. Thus, the lyrical content associated with romance between a woman and a man. Stylistic element or language style that is contained in the lyrics which consists of (1) 1 simile; (2) 1 metaphors; (3) 4 personified; (4) 1 metonymy; (5) 2 litotes; (6) 1 hyperbole; and (7) 1 pleonasme. 
ASPEK SOSIOLINGUISTIK DALAM STIKER HUMOR Surana, Surana
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Ada dua aspek dalam sosiolinguistik yaitu aspek sosial kemasyarakatan dan aspek linguistik. Mengingat aspek sosiolinguistik dalam stiker humor ini juga terkait dengan wujud stiker itu sendiri yang juga merupakan sebuah wacana pendek, maka uraian tentang analisis wacana juga akan dipaparkan dalam tulisan ini (Roberson, D., 2016). Jadi, dalam tulisan berikut diuraikan berbagai aspek sosial yang hanya menyangkut peserta tutur, kebahasaan, dan wujud stiker yang berupa sebuah wacana, dengan metode sosiolinguistik. Aspek sosiolinguistik terdiri atas dua aspek yakni aspek sosial kemasyarakatan dan aspek kebahasaan. Hymes (1972) merumuskan pendapatnya tentang aspek sosiolinguitik dengan menyebutnya sebagai konteks dengan singkatan SPEAKING. Fishman (1968) dengan sebuah konsep yang disimpulkan dalam pernyataan: “Who speak, What language to whom, when and what end” siapa berbicara dengan bahasa apa, kepada siapa, kapan dan mengenai masalah apa. Pendapat yang lebih luas dikemukakan oleh Poedjosoedarmo. Konteks tuturan diartikan dengan komponen tutur yang meliputi 12 hal yang disingkat dengan memoteknik O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, R, A. Konteks dengan aspek-aspek situasi tutur berdasar Leech meliputi 5 (lima) hal yang merupakan kriteria di dalam studi variasi bahasa yakni (1) Penutur dan lawan tutur; (2) Konteks tuturan; (3) Maksud tuturan; (4) Tuturan sebagai bentuk tindakan atau aktivitas; dan (5) Tuturan sebagai produk tindak verbal. ABSTRACTThere are two aspects in sociolinguistic i.e. social aspect and linguistic aspect. Since the sociolinguistic aspect of the sticker of humor is also related to the form of the sticker itself which is also a short discourse, the description of discourse analysis will also be presented in this paper (Roberson, D., 2016). The following article described various social aspects that only concern with the speech participants, linguistic, and the form of stickers in the form of a discourse are analyzed by sociolinguistic methods. The sociolinguistic aspect consists of two aspects, namely social aspect and linguistic aspect. Hymes (1972) formulated his opinion on the sociolinguistic aspect and named it as a context with the abbreviation SPEAKING. Fishman (1968) with a concept summarized in the statement: "Who speak, What language to whom, when and what end". Other depth opinion is expressed by Poedjosoedarmo. The context of speech is defined by the speech component which includes 12 things that are abbreviated by the mnemotechniques O, O, E, M, A, U, B, I, C, A, R, A. The other context according to Leechs speech situation includes 5 matters which are the criteria in the study of variation of language namely (1) speakers and listeners; (2) speech context; (3) the purpose of the speech; (4) speech act; and (5) speech as speech act product.
IDEOLOGI DAN IDENTITAS MASYARAKAT SUNDA DALAM ROMAN CARIOS AGAN PERMAS KARYA JOEHANA (Pendekatan Kritik Poskolonial) Abdilah, Arif Ali; Isnendes, Retty
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan ideologi dan identitas masyarakat Sunda yang tercermin dalam karya sastra, khususnya roman. Deskripsinya berkaitan dengan pengaruh dan perubahan ideologi dan identitas sebab-akibat adanya kolonialisme. Untuk dapat menguraikan hal tersebut, maka dalam tulisan ini digunakan pendekatan kritik poskolonial, dengan menggunakan metode deskriptif-analitik. Untuk menganalisis data digunakan teknik fokalisator dan teknik interpretasi. Hasilnya menunjukkan bahwa dalam roman Carios Agan Permas, setiap kelas sosial masyarakat memiliki ideologi yang berbeda-beda. Bagi kelas kuasa, ideologi digunakan untuk mempertahankan kohesi sosial dan memperkuat kekuasaan. Ini terepresentasikan oleh subjek Haji Serbanna dan Imas. Bagi kelas tertindas, ideologi digunakan sebagai bentuk perlawanan. Bentuk ideologi ini hadir dalam diri Ambu Imba dan Otong. Dalam roman ini terdapat juga ideologi kelas kuasa, namun dalam praktiknya digunakan untuk melakukan resistensi sekaligus melindungi kelas tertindas. Adapun identitas yang terbentuk adalah identitas hibrid, dalam arti, subjek yang terdapat dalam roman ini memiliki sifat yang ambigu sekaligus ambivalen. Hal ini tampak pada subjek Haji Serbanna, Imas, sedangkan identitas yang terbangun dalam diri Brani bersifat ambigu. ABSTRACTThis study aims to describe the ideology and identity of the Sundanese community which is reflected in the literary works, especially romance. Its description concerns with the influence and change of ideology and the causal effect identity of colonialism. In describing this study, the writer used Poscolonial Criticism Approach and descriptive-analytic method. Fokalisator and interpretation techniques were used to analyze the data. The analysis result of Carios Agan Permas romantic story shows that every social society class has different ideologies. For the rulling class, the ideology is used to maintain social cohesion and to strengthen the power. It is represented by the subject of Haji Serbanna and Imas. For the oppressed class, the ideology is used as a form of resistance. This form of ideology is present in Ambu Imba and Otong. In this romantic story there is also a rulling class ideology, but in practice it is used to carry out resistance and to protect the oppressed class. The formed identity is a hybrid identity, in a sense, the subjects in this romantic story have both ambiguous and ambivalent caracter. The ambivalent character is seen in the subject of Haji Serbann and Imas, while the ambiguous caracter is found in Brani personality. Keywords: ideology, identity, poskolonia
WAWACAN CARIOS MUNADA (Kajian Struktural, Feminisme, dan Sosiologi Sastra) Rahmawati, Evi
LOKABASA Vol 7, No 2 (2016): Vol. 7, No. 2, Oktober 2016
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v7i2.9166

Abstract

ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan unsur naratif wawacan, gambaran (citra) perempuan Sunda dan aspek sosial yang terdapat dalam Wawacan Carios Munada. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan teknik dokumentasi. Berdasarkan hasil analisis, diketahui bahwa Wawacan Carios Munada memiliki unsur naratif yang lengkap seperti tema, latar, alur, tokoh, dan motif cerita. Selain itu, juga menunjukan adanya tokoh perempuan dalam panggung kehidupan masyarakat Sunda zaman dulu yang berperan sebagai seorang istri (baik istri resmi/istri padmi maupun istri tidak resmi/selir) dan seorang ibu. Kedua peran tersebut menjadikan tokoh perempuan dalam Wawacan Carios Munada hanya jadi pelengkap kaum laki-laki. Kenyataan tersebut merupakan akibat dari tumbuhnya feodalisme yang mempengaruhi kehidupan masyarakat Sunda. ABSTRACTThis study aimed to describe the narrative elements, the image of Sundanese women, and the social aspects contained in Wawacan Carios Munada. The method used in this study is a descriptive method with documentation technique. Based on the analysis, it is known that Wawacan Carios Munada has complete narrative elements such as the theme, setting, plot, characters, and motif of story. Moreover, it also shows the presence of female character in the life of ancient Sundanese people in the form of wives (padmi wife official wife and concubine) and mothers. Both roles of female characters in Wawacan Carios Munada only serve as complementary to men. The reality is the result of feudalism that affects Sundanese people. 
ANALISIS KEBUTUHAN PENGAJAR DAN PEMELAJAR BAGI PENGEMBANGAN MODEL MATERI AJAR BERBICARA BAHASA SUNDA UNTUK PENUTUR NON SUNDA MELALUI PENDEKATAN KOMUNIKATIF Rohani, Anita
LOKABASA Vol 8, No 2 (2017): Vol. 8, No. 2, Oktober 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v8i2.11326

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara mendalam tentang: (1) Materi ajar berbicara bahasa Sunda bagi penutur non Sunda yang sesuai dengan kebutuhan pengajar dan pemelajar bahasa Sunda di kelas VII SMP Negeri 1 Depok. (2) Rancangan materi ajar berbicara bahasa Sunda yang sesuai kebutuhan pengajar dan pemelajar dengan mengadaptasi Kerangka Umum Acuan Eropa level A1. Penelitian ini menggunakan pendekatan komunikatif dengan metode penelitian pengembangan. Hasil penelitian berupa pengunitan model materi ajar berbicara bahasa Sunda untuk kelas VII berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengajar dan pemelajar di SMPN 1 Depok. TEACHER’S AND STUDENT’S NEEDS ANALYSISI FOR MODEL DEVELOPMENT OF SUNDANESE SPEAKING MATERIALS FOR NON-NATIVE SPEAKER THROUGH COMMUNICATIVE APPROACH AbstractThis study aims to find out about: (1) Sundanese speaking teaching materials for non-Sundanese speakers in accordance to the needs of teachers and learners of Sundanese in class VII of SMP Negeri 1 Depok. (2) The design of Sundanese teaching materials to suit the needs of teachers and learners by adapting the A1 level European Common Reference Framework. This research uses communicative approach with research development method. The result of the research is the Sundanese teaching materials for class VII based on the analysis of the needs of teachers and learners in SMPN 1 Depok. 
WAWACAN MAHABARATA KARYA R. MEMED SASTRAHADIPRAWIRA DKK. (Kajian Struktural dan Etnopedagogik) Nur Alam, Fajar Sukma
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur wawacan Mahabarata dan nilai etnopedagogik yang terdapat di dalamnya. Sumber data penelitian ini adalah buku Wawacan Mahabarata karya R. Memed Sastrahadiprawira dkk. Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif. Data dikumpulkan melalui teknik studi pustaka. Data yang terkumpul diolah dengan teknik analisis unsur langsung. Berdasarkan hasil penelitian ditemukan bahwa struktur formal Wawacan Mahabarata meliputi guru gatra, guru wilangan, guru lagu, watak pupuh, dan sasmita pupuh. Struktur naratif Wawacan Mahabarata memiliki tema sosial, ada 162 tokoh, latar cerita (tempat, waktu, suasana), dan alur maju. Nilai etnopedagogik dalam cerita ini tergambar dari moral kemanusiaan, yakni moral manusia terhadap Tuhan, moral manusia kepada diri pribadi, moral manusia kepada manusia lain, moral manusia kepada alam, moral manusia kepada waktu, dan moral manusia dalam mencapai kepuasan lahir batin.ABSTRACT This study aims to describe the structure of Wawacan Mahabharata and its ethnopedagogic values. The data source of this study data is the book Wawacan Mahabharata of R. Memed Sastrahadiprawira et al. This study used descriptive method. Data collected through literature study techniques. The collected data is processed by direct element analysis technique. Based on the research results, it is found that the formal structure of Wawacan Mahabharata includes guru gatra, guru wilangan, guru lagu, watak pupuh, and sasmita pupuh. The narrative structure of Wawacan Mahabharata has a social theme. There are 162 characters, story background (place, time, atmosphere), and forward sequel. The ethnopedagogic value in this story is depicted from the moral of humanity, the moral of human to God, the moral of human to themself, the moral of human to other human beings, the moral of human to nature, the moral of human to time, and the moral of human in achieving physical and mental satisfaction.
NASKAH WAWACAN PANDITA SAWANG SEBAGAI DOKUMEN SOSIAL (Interpretasi Verbal, Teknis, Logis, Psikologis, dan Faktual) Suherman, Agus
LOKABASA Vol 7, No 2 (2016): Vol. 7, No. 2, Oktober 2016
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v7i2.9171

Abstract

Naskah merupakan peninggalan masa lalu yang dihasilkan melalui tradisi literasi. Oleh sebab itu, munculnya tradisi naskah disertai dengan aspek kehidupan lainnya yang berkaitan dengan tradisi baca-tulis, misalnya teknologi yang menyertai kegiatan baca-tulis, bahan dan alat tulis, keberaksaraan, perkembangan intelektualitas, dan kesadaran untuk mencatat atau mendokumentasikan segala sesuatu yang dianggap penting pada masa itu. Sebagai dokumen sosial, naskah menyimpan informasi masa lalu yang meliputi berbagai aspek kehidupan, di antaranya keagamaan, kebahasaan, filsafat, mistik, ajaran moral, peraturan atau hukum, silsilah raja-raja, arsitektur, obat-obatan, astronomi, sastra, dan sejarah. Untuk mengungkap kandungan isinya tersebut, diperlukan kajian khusus, salah satunya melalui ragam interpretasi, di samping kajian filologi yang umum dilakukan terhadap naskah. Ragam interpretasi yang dapat diterapkan terhadap dokumen tertulis di antaranya interpretasi verbal, interpretasi teknis, interpretasi logis, interpretasi psikologis, dan interpretasi faktual. ABSTRACTManuscript is a relic of the past that is generated through traditional literacy. Therefore, the manuscript tradition emerges together with other aspects of life related to traditions of literacy. For example, technology accompanies the activities of reading and writing, materials and stationery, literacy, development of intellectual, and consciousness to record or document everything that is considered important at the time. As a social document, a manuscript stores past information covering various aspects of life, including religious, linguistics, philosophy, mystics, moral teachings, laws or regulations, genealogy of kings, architecture, medicine, astronomy, literature, and history. To reveal its contents, special studies are needed, one of them through a variety of interpretations, in addition to the common study of philology to manuscript. Variety of interpretation that can be applied to a document written in between verbal interpretation, technical interpretation, logical interpretation, psychological interpretation, and interpretation of facts. manuscript, wawacan, social document
BAHASA SUNDA DIALEK PANGANDARAN DI KECAMAYAN SIDAMULIH Widyastuti, Temmy
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh perbedaan variasi bahasa masyarakat dalam satu wilayah bahasa yang bisa mengakibatkan perbedaan pemahaman. Seperti diungkapkan dalam geografi dialek bisa saja hal tersebut dilatarbelakangi oleh lapisan masyarakat berdasar usia, pekerjaan ataupun pendidikan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, dengan observasi, wawancara, kuesioner dan analisis padan. Tujuan penelitian ini untuk memperoleh gambaran mengenai kondisi kebahasaan masyarakat Pangandaran Kecamatan Sidamulih khususnya dalam kajian fonologi. Hasil dari penelitian ini menjelaskan dialek masyarakat kecamatan Sidamulih Pangandaran yang berkaitan dengan fonologi, yaitu penambahan vokal ataupun konsonan dalam kata yang digunakan dan perbedaan semantis dari variasi bahasa yang digunakan. ABSTRACTThis research is motivated by language variation differences in one area of the language that can lead to differences in understanding. As expressed in the geography of the dialect, it can be caused by the differenciation of the society based on age, occupation or education. The method used is descriptive method, with observation, interview, questionnaire and comparative analysis. The purpose of this study is to obtain a description of the language condition of Pangandaran people in Sidamulih especially in the study of phonology. The results of this study explain the dialect Pangandaran people in Sidamulih that related with phonology. It reveals that there is the addition of vowel or consonant in the word used and the semantic difference of language variation used.

Page 9 of 29 | Total Record : 285