cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
LOKABASA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Core Subject : Education,
Arjuna Subject : -
Articles 285 Documents
WAWACAN SIMBAR KANCANA NGADEG RAJA KANA NASKAH CARITA TEATER GAOK (Kajian Struktural dan Transformasi) Naoval, Muhammad
LOKABASA Vol 7, No 2 (2016): Vol. 7, No. 2, Oktober 2016
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v7i2.9168

Abstract

Sekarang ini wawacan sudah kurang dikenal lagi oleh masyarakat, karena kurangnya media informasi yang bisa memperkenalkan sastra lama kepada masyarakat. Selain itu orang yang bisa membaca dan yang mempunyai buku wawacanpun terbatas, karena tidak semua masyarakat mempunyai wawacan. Padahal banyak nilai-nilai dan filsafat hidup manusia yang terkandung didalamnya. Tujuan penelitian ini yaitu agar dapat mengetahui nilai-nilai yang terkandung dalam wawacan, juga agar eksistensi sastra dalam bentuk tulisan tetap ada untuk diwariskan ke generasi yang akan datang. Adapun analisis yang dilakukan meliputi: (1) struktur naratif Wawacan Simbar Kancana Ngadeg Raja, (2) struktur naskah cerita teater gaok, dan (3) transformasi struktur Wawacan Simbar Kancana Ngadeg Raja pada naskah cerita teater gaok. Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif, metode deskriptif, dan teknik yang digunakan adalah studi pustaka. Berdasarkan pada hasil penelitian mengenai struktur, tema yang terdapat dalam Wawacan Simbar Kancana Ngadeg Raja adalah tema perjuangan. Pelakunya yaitu protagonis dan antagonis. Alurnya adalah alur maju. Latar tempat yang ditemukan yaitu di Kerajaan Talaga, Gunung Bitung, dan hutan. Sudut pandang dalam Wawacan Simbar Kancana Ngadeg Raja adalah pengarang jadi orang ketiga tidak terbatas, artinya pengarang bisa menjadi semua karakter dan menempatkan dirinya sebagai orang ketiga. Struktur naskah cerita teater gaok, tidak beda jauh dengan struktur naratif, dalam Wawacan Simbar Kancana Ngadeg Raja. Dari seluruh analisis struktur naratif, baik wawacan maupun naskah cerita teater gaok terdapat perbedaan, terutama pada alur cerita. Setelah dianalisis, Wawacan Simbar Kancana Ngadeg Raja kana Naskah Carita Teater Gaok bisa jadi media untuk melestarikan sejarah dan budaya lokal, oleh karena itu masyarakat akan lebih mengenal tentang sejarah lokal sebagai warisan budaya. ABSTRACTNowadays, wawacan is no longer known by the public due to the lack of media and information that could introduce old literature to the public. In addition, despite many values and philosophy of human life contained, neither all people can read nor have books of wawacan. The purpose of this study is to be aware of the values contained in wawacan, as well as for the existence of literature in written form remains to be passed on to the future generations. The analysis performed include: (1) the narrative structure Wawacan Simbar Kancana Ngadeg Raja, (2) the structure of gaok theater script, and (3) the transformation of the structure of Wawacan Simbar Kancana Ngadeg Raja in gaok theater script. To achieve these objectives, this study used a qualitative approach, descriptive method, and the techniques used are literature studies. Based on the results of research on the structure, themes contained in Wawacan Simbar Kancana Ngadeg Raja is the theme of the struggle. Players are protagonist and antagonist with chlorogonical plot used as its plot setting. Background places are found to be in the Kingdom Talaga, Gunung Bitung, and forests. To explain further, viewpoints used in Wawacan Simbar Kancana Ngadeg Raja is the author becomes the unlimited third person. It means that the author can be all the characters and putting himself in the third person. Moreover, the structure of gaok theater script are not much different from the narrative structure in Wawacan Simbar Kancana Ngadeg Raja. Analysis on narrative structures of wawacan and gaok theater script shows that there is a difference between them, especially in the storyline. Therefore, Wawacan Simbar Kancana Ngadeg Raja into gaok theatre script could be a means of preserving local history and culture so that the public will get to know about the local history as a cultural heritage. 
PANDANGAN HIDUP DAN SISTEM PENGETAHUAN LOKAL MASYARAKAT JAWA DI BALIK EKSPRESI GAYA BAHASA DALAM EMPAT KARYA SASTRA KI PADMASUSASTRA Wisnu Wibowo, Prasetyo Adi
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Empat karya sastra Ki Padmasusastra mencerminkan pola pikir, pola pandang masyarakat Jawa terhadap Tuhan dan alam sekitarnya. Penelitian ini berusaha menemukan pola-pikir, pandangan dunia, pandangan hidup dan sistem pengetahuan lokal yang dimiliki Ki Padmasusastra sebagai bagian dari masyarakat Jawa di balik ekspresi bahasa Jawa yang dipergunakannya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif..Ekspresi gaya bahasa yang digunakan dalam empat karya Ki Padmasusastra merupakan gambaran perilaku untuk mencapai kesejahteraan hidup yang tercermin dalam perilaku verbal, baik menyangkut pandangan hidup (way of life), pandangan dunia (world view), maupun pola-pikir yang tercermin dalam sistem pengetahuan (cognition system) masyarakatnya.ABSTRACTThe four literary works of Ki Padmasusastra reflect the mindset and Javanese societys point of view of God and the nature.This research tries to find the pattern of thought, world view, view of life and local knowledge system of Ki Padmasusastra as part of Javanese society that reflected by  Javanese expression. This research uses descriptive qualitative method. The expression of the language style used in the four literary works of Ki Padmasusastra is a description of behavior to achieve the welfare of life which is reflected in verbal behavior, whether it concerns with the way of life, the world view, and the pattern of thought that are reflected in the cognition system of the society.
KAJIAN STRUKTUR SAJAK DINA KUMPULAN PUISI SUNDA MODÉREN NU NYUSUK DINA SUKMA KARYA CHYÉ RÉTTY ISNÉNDÉS PIKEUN BAHAN AJAR APRÉSIASI PUISI DI SMA KELAS XI Al Rasyid, Taufik
LOKABASA Vol 7, No 2 (2016): Vol. 7, No. 2, Oktober 2016
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v7i2.9173

Abstract

Penelitian ini berjudul “Kajian Struktur Sajak dina Kumpulan Puisi Sunda Modéren Nu Nyusuk dina Sukma karya Chyé Rétty Isnéndés”. Penelitian ini bertujuan untuk melengkapi kajian sastra Sunda terutama dalam sajak serta mendeskripsikan struktur sajak dalam kumpulan puisi Sunda modéren Nu Nyusuk Dalam Sukma berdasarkan pada struktur sajak Roman Ingarden yang meliputi lapis suara, lapis makna, lapis objek, lapis dunia, dan lapis metafisik, kemudian menerapkan hasil penelitiannya sebagai salah satu alternatif bahan ajar aprésiasi puisi di SMA Kelas XI. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif. Adapun teknik yang digunakan yaitu teknik mengumpulkan data dan teknik analisis data melalui studi pustaka dan analisis data. Sumber data dalam penelitian ini adalah kumpulan puisi Sunda modéren Nu Nyusuk dina Sukma. Penelitian ini berfokus pada analisis struktur sajak Roman Ingarden yang meliputi lapis suara, lapis makna, lapis objek, lapis dunia, dan lapis metafisik. Hasil analisis sajak ini menghasilkan kesimpulan, dari duapuluh sajak yang dianalisis strukturnya, terlihat lapis suara yang sering ada dalam setiap sajak yaitu purwakanti mindoan kawit dan maduswara, serta asonansi a dan eu, juga aliterasi ng. Dalam lapis makna, terlihat bahwa bahasa yang dipakai berupa bahasa yang tidak biasa dipakai dalam kehidupan seharihari atau bahasa menurut kamus serta sangat memperhatikan diksinya. Dalam lapis objek, terlihat bahwa objek-objek yang disampaikan tidak sama karena disesuaikan dengan tema serta suasana pengarangnya. Dalam lapis dunia, terlihat bahwa ada persamaan dan perbedaan serta ada yang sudah terlihat dan tersirat tergantung bagaimana menginterpretasinya. Dalam lapis metafisik, terlihat bahwa ada yang mengandung sifat sublime, tragis, dan menimbulkan pemikiran pembacanya. Peneitian ini bisa dijadikan alternatif bahan ajar aprésiasi puisi di SMA Kelas XI. Kata Kunci: struktur, puisi Sunda moderen Nu Nyusuk dina Sukma, bahan pengajaran. ABSTRACTThis research untitled “The Study of Structure Poetry On Association Modern Sundanese Poetry Nu Nyusuk dina Sukma by Chyé Rétty Isnéndés For Teaching materials appreciation of poetry in senior high school Class XI”. The research to complete the study of sundanese literature, especially the rhyme and also to describe structure of association modern sundanese poetry Nu Nyusuk dina Sukma based on Structure of Poetry Roman Ingarden poetry which cover sound, purpose, object, world, and metaphysical, then apply the results of his research as an alternative teaching materials appreciation of poetry in senior high school Class XI. This research used collecting data and data analysis through living study analysis. The data resources of this research taken from association modern sundanese poetry Nu Nyusuk dina Sukma rhyme. The research focused on analyzing Roman Ingarden poetry which cover sound, purpose, object, world, and metaphysical. The result of analyzing this rhyme has a conclusion, there were twenty rhymes which analysed. There would be the sound aspect for every rhyme, there were purwakanti mindoan kawit and maduswara, asonantion a and eu, and also aliterasion ng. the purpose aspect, it can be concluded that the language is uyangsual in daily life and it is really focused on diction. The object showed that many points were different, because it was depend on theme and the feeling of the writer. The world aspect, there were be differences and identic. The metaphysical aspect, there were found sublime characteristic, tragic, and the idea from the writer. This research cn be used an alternative teaching materials appreciation of poetry in senior high school class XI. 
WAWACAN JAYALALANA (Kajian Struktural dan Etnopedagogik) Luthfiyarahmatillah, Anisa
LOKABASA Vol 7, No 2 (2016): Vol. 7, No. 2, Oktober 2016
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v7i2.9164

Abstract

Latar belakang dari penelitian ini adalah karena di dalam wawacan terdapat nilai pendidikan yang perlu untuk digali agar bisa dijadikan contoh untuk pembaca. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan: 1) struktur formal dari Wawacan Jayalalana, 2) struktur naratif dari Wawacan Jayalalana, dan 3) nilai etnopédagogik yang ada di dalam Wawacan Jayalalana. Métode yang digunakan dalam penelitian ini adalah  deskriptif, sedangkan téhnikna menggunakan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian, struktur formal Wawacan Jayalalana melingkupi dua aspék, yaitu struktur penyajian dan aturan pupuh. Struktur penyajian terdiri dari judul, manggalasastra, kisahan dan kolofon atau epilog. Berdasarkan aturan pupuh, struktur Wawacan Jayalalana  terdiri dari guru wilangan dan guru lagu, watak, dan sasmita pupuh. Berdasarkan struktur naratifnya, alur Wawacan Jayalalana  termasuk dalam alur maju atau progresif, yang terdiri dari10 épisode. Tokoh di dalam wawacan dibagi ke dalam empat golongan, yang dibagi lagi berdasarkan peran dan wataknya. Latar yang dianalisis melingkupi latar tempat, waktu dan suasana. Motif yang ada dalam wawacan ini ada lima, yaitu kelahiran yang tidak biasa, mencari burung, melaksanakan wasiat, mengembara, mengobati, dan menikah. Téma umum dari wawacan ini adalah tentang kemanusiaan, terutama mengenai cara agar menjadi orang yang unggul. Nilai etnopedagogik yang dianalisis adalah mengenai moral kemanusiaan. Berdasarkan hasil analisis, moral manusia terhadap Tuhan ada 11,54%, moral manusia terhadap pribadi ada 30,78%, moral manusia terhadap manusia ada 11,54%, moral manusia terhadap alam ada 11,54%, moral manusia terhadap waktu ada 15,38%, dan moral manusia dalam mencapai kebahagiaan lahir dan batin ada 19,23%.ABSTRACTThe background of the research is because in wawacan, there are the value of education that needs be extractived so can be used sample for the reader. The purpose of this research is to describe: 1) formal structure of Wawacan Jayalalana, 2) narrative structure of Wawacan Jayalalana, and 3) etnopedagogic value in Wawacan Jayalalana. This research use an analytical descriptive method and literary survey as the technique. According to the result of this research, formal structure of Wawacan Jayalalana consists of two aspect, there are structure of presentation and rules of pupuh. Structure of presentation was consisting of title, manggalasastra, kisahan and kolofon or epilog. By the rules of pupuh, formal structure Wawacan Jayalalana was consisting of guru wilangan and guru lagu, characters, and sasmita pupuh. Based narrative structure, plot of Wawacan Jayalalana  including to progresif plot, which consists of 10 episodes. Characters in this wawacan divided into four group, were subdivided based on position and charakter. Setting in this wawacan includes place, time and atmosphere. The Motifs of this wawacan are unusual birth, looking for bird, executing wills, wander, treat, and marry. The global theme of this wawacan is about humanity, especially on how to become a qualified person. Etnopedagogik value in Wawacan Jayalalana is about moral humanity. Based on research moral to god is 11,54%, moral to self is 30,78%, moral to the others is 11,54%,, moral to time is 15,38%, moral to nature is 11,54%, and moral to achieving the outer and inner pleasure is 19,23%.
TRADISI NYAWÉR PANGANTÉN SEBAGAI BAHAN AJAR BAHASAN BUDAYA SUNDA DI SMA Sulistian, Andri Tri; Koswara, Dedi; Haerudin, Dingding
LOKABASA Vol 8, No 2 (2017): Vol. 8, No. 2, Oktober 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v8i2.11174

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya perhatian dan pengetahuan masyarakat terhadap kearifan budaya lokal yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya adalah tradisi nyawér pangantén yang dilaksanakan dalam upacara perkawinan adat Sunda. Berdasar pada latar belakang, penelitian ini bertujuan untuk 1) mendeskripsikan struktur dan fungsi tradisi nyawér pangantén, 2) mendeskripsikan nilai etnopedagogik yang terdapat dalam tradisi nyawér pangantén, dan 3) mendeskripsikan tradisi nyawér pangantén bisa menjadi alternatif bahan ajar bahasan budaya Sunda di SMA. Metode yang digunakan yaitu deskriptif dalam penelitian kualitatif. Sumber data dalam penelitian ini yaitu mencakup data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil wawancara dan observasi. Data sekunder diperoleh dari telaah pustaka dan perekaman serta pendokumentasian. Penelitian ini dikaji dengan kajian struktur tradisi lisan, etnopedagogik, serta hasil bahasannya digunakan menjadi bahan ajar di SMA. Dari hasil analisis data, dapat disimpulkan bahwa tradisi nyawér pangantén mempunyai aspék teks, ko-teks, dan konteks yang sangat penting. Selain itu, dalam tradisi nyawér pangantén juga terdapat moral manusia kepada Tuhan, kepada pribadinya, kepada manusia lainnya, kepada alam, terhadap waktu, dan dalam mencapai kepuasan lahir dan batin. Serta hasil analisis dalam pembahasan tradisi nyawér pangantén dapat digunakan sebagai bahan ajar bahasan budaya Sunda di SMA.NYAWÉR PANGANTÉN TRADITION AS A TEACHING-LEARNING MATERIAL OF SUNDANESE CULTURE IN SENIOR HIGH SCHOOL Abstract This research is motivated by low attention and knowledge of society to local culture wisdom that exists in everyday life. One of them is nyawér pangantén tradition which is performed in a marriage ceremony of Sundanese customs. Based on the background, this study aims 1) to describe the structure and function of nyawér pangantén tradition, 2) to describe the ethnopedagogic values contained in nyawér pangantén tradition, and 3) to describe nyawér pangantén tradition that can become an alternative to Sundanese culture learning in senior high school. The method used is descriptive in qualitative research. The data sources in this study include primary data and secondary data. Primary data was obtained from the interview and observation. Secondary data was taken from literature review, records, and documentation. This study was examined by using the study of oral tradition structure, etnopedagogic. The results of the discussion used as teaching materials in senior high school. From the results of data analysis, it can be concluded that nyawér pangantén tradition has very important text aspect, co-text, and context. Moreover, in nyawér pangantén tradition there is also the moral value of man to God, to his personality, to other human beings, to nature, to time, and in achieving physical and spiritual satisfaction. In addition, the results of the analysis in the discussion of nyawér pangantén tradition can be used as a teaching material of Sundanese culture learning in senior high school.
NOVEL ANAK RASIAH KODEU BINER KARYA DADAN SUTISNA SEBAGAI BAHAN PEMBELAJARAN APRESIASI SASTRA DI SMP (Analisis Strukturalisme dan Etnopedagogik) Fatimah, Euis Siti
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan unsur struktural dan etnopedagogik novel Rasiah Kodeu Biner sebagai alternatif bahan pengajaran apresiasi sastra. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analisis, sedangkan teknik yang digunakan adalah teknik telaah pustaka, analisis data, dan teknik interpretasi. Hasil penelitian ditemukan tema novel tentang usaha sekelompok anak memecahkan rahasia surat yang menggunakan bilangan biner. Alur yang digunakan alur campuran. Jumlah tokoh 43 orang. Latar yang ditemukan dalam penelitian ini diantaranya latar tempat, waktu, dan sosial. Judul telah mewakili isi cerita. Pengarang menggunakan sudut pandang orang ketiga. Bahasa yang digunakan bahasa sehari-hari. Novel Rasiah Kodeu Biner memiliki banyak nilai etnopedagogik moral kemanusiaan. Novel ini bisa dijadikan alternatif bahan pembelajaran apresiasi sastra karena memenuhi kriteria pemilihan bahan ajar serta mengandung nilai moral kemanusian sesuai kepribadian siswa. ABSTRACTThe purpose of this study is to describe the structural and ethnopedagogic elements of Rasiah Kodeu Biner novel as an alternative of literature appreciation teaching-learning material. The method used in this research is descriptive analysis method, while the techniques used are literature review techniques, data analysis, and interpretation techniques. The results of the study revealed that the novel theme is about the effort of group of children to solve the secret letter using binary numbers. The sequel used is mixed sequel. Numbers of characters are 43 people. The backgrounds found in this study include setting place, time, and social. The title has represented the story content. The author uses a third-person point of view. Language used is common language. Rasiah Kodeu Biner novel has many ethnopedagogic moral values of humanity. This novel can be used as an alternative material in teaching-learning literature appreciation, as it meets the criteria of the selection of teaching-learning materials and contains the moral values of humanity suitable with the students’ personality.  
MAKANAN DAN MINUMAN TRADISIONAL SUNDA SEBAGAI EKSISTENSI BAHASA DAERAH UNTUK MENGHADAPI ERA MASYARAKAT EKONOMI ASEAN (MEA) Ropiah, Opah
LOKABASA Vol 7, No 2 (2016): Vol. 7, No. 2, Oktober 2016
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v7i2.9169

Abstract

Abstrak Tahun 2016 masyarakat Indonesia dihadapkan pada era Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Era MEA merupakan penyatuan ekonomi masyarakat Asean yang berdampak pada sosial, budaya, politik, dan bahasa. Masuknya budaya luar ke Indonesia menuntut masyarakat agar kreatif dan mempunyai daya saing dengan perekonomian di Asean. Dengan berkembangnya bahasa Inggris akan menggerus bahasa daerah dikarenakan bahasa daerah dianggap tidak berkontribusi banyak di era MEA. Padahal bahasa daerah sangat penting sebagai identitas daerah dan alat pendukung kebudayaan daerah. Agar bahasa daerah tidak punah maka dibutuhkan eksistensi di masyarakat. Salah satu eksistensinya bisa dilihat dari makanan tradisional yang dipasarkan bebas di Asean. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Penelitian inipun mendeskripsikan nama-nama makanan tradisional khas daerah tidak akan bisa diganti dengan bahasa Inggris. Tujuan dari penelitian ini yaitu mendeskripsikan jenis-jenis makanan tradisional daerah Sunda, jenis-jenis minuman tradisional daerah Sunda, dan eksistensi makanan tradisional khas Sunda di berbagai daerah di Jawa Barat. Hasil dari penelitian ini yaitu terdapat banyak jenis makanan tradisional dilihat dari bahan pokok pembuatnya yang meliputi: 1) tipung béas (ali agrem, apem, awug, bubur lemu, cara, cuhcur, nagasari, bibika, papais, sorabi, jrrd), 2) sampeu (comro, misro, putri noong, gegetuk, katimus, peuyeum sampeu, jrrd), 3) ketan (peuyeum ketan, gemblong, wajit,dodol, opak, raginang, sasagon, téngténg, ulén, jrrd), dan 4) béas (buras, kupat, leupeut, lontong, jrrd). Jenis minuman tradisisonal khas Sunda terdiri dari bajigur, bandrek, céndol, cingcau, goyobod, lahang, dan sakoteng. Eksistensi makanan tradisional khas Sunda di berbagai daerah di Jawa Barat masih tetap terjaga. Hal ini dilihat dari makanan khas tardisional Jawa Barat yang masih disajikan pada acara pernikahan, khitanan, kematian, upacara tradisi, dan masih dipasarkan di berbagai toko oleh-oleh maupun toko makanan di Jawa Barat. ABSTRACTStarting from 2016, Indonesia enters the era of the ASEAN Economic Community (AEC). The era of AEC represents the union of the ASEAN economic community that give social, cultural, political, and language impacts. The entry of foreign cultures to Indonesia requires people to be creative and competitive with ASEAN economies. English language development could potentially undermine regional languages because regional language is considered not having much contribution for the era of MEA. However, regional languages have an important function as a tool of regional identity, as well as supporting regional culture. Regional languages should exist in regional communities to avoid their extinction. A form of regional languages’ existence can be seen in traditional foods that are marketed in the ASEAN region. This research used descriptive method. This study describes names of typical traditional food of regions that cannot be translated into English. This study aimed to describe the types of traditional food, traditional beverages, and the existence of traditional Sundanese food in various regions in West Java province. The results show that types kinds of traditional food based on the material: (1) tipung beas rice flour (ali agrem, apem, awug, bubur lemu, cara, cuhcur, nagasari, bibika, papais, sorabi, etc.), (2) sampeu cassava (comro, misro, putri noong, gegetuk, katimus, peuyeum sampeu, etc.), (3) ketan glutinous rice (peuyeum ketan, gemblong, wajit, dodol, opak, raginang, sasagon, téngténg, ulén, etc.), and (4) Beas rice (buras, kupat, leupeut, lontong, etc.). The types of Sundanese traditional beverages consist of bajigur, bandrek, cendol, cingcau, goyobod, lahang, and sakoteng. The Sundanese traditional foods in various areas of West Java still exist. This is evident from the traditional foods that are still served at ceremonies of wedding, circumcision, death, traditional, and they are marketed in a variety of souvenir shops and food stores in West Java. 
RABAB PASISIA SELATAN DI MINANGKABAU DIAMBANG KEPUNAHANNYA Rosa, Silvia
LOKABASA Vol 8, No 1 (2017): Vol. 8, No. 1, April 2017
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Barabab adalah suatu bentuk pertunjukan seni tradisi yang menyampaikan cerita kaba oleh seorang atau dua orang penampil dengan diiringi oleh permainan alat musik rabab (semacam alat musik gesek yang mirip biola). Pertunjukan Barabab berlangsung semalam suntuk. Biasanya pertunjukkan Barabab dihadirkan sebagai salah satu bentuk bungo alek (hiasan keramaian) dalam sebuah acara, baik perkawinan, perayaan atau peresmian peristiwa-peristiwa penting dalam masyarakat adat di Minangkabau. Permasalahannya kini adalah realitas pewarisan seni pertunjukkan Barabab, Pewarisan aktif keterampilan mempertunjukkan seni tradisi Barabab tidak berlangsung baik dan berkesinambungan dari si pewaris aktif kepada generasi berikutnya.Penampil Barabab adalah pria-pria tua yang sudah berumur di atas 55 tahun dan atau lebih. Lalu bagaimana bila pewarisan tidak berlangsung lurus secara berkesinambungan dari generasi tua kepada generasi muda berikutnya. Tentu saja seni tradisi Barabab akan tinggal kenangan dan nama saja, berganti dengan corak musik Barat yang cenderung lebih diminati oleh generasi muda kini, misalnya organ tunggal dan sejenisnya. Kerisauan akan kepunahan seni tradisi Barabab ini sudah patut direncanakan tindakan penyelamatannya. Salah satu upayanya adalah dengan mencanangkan secara aktif untuk belajar budaya, khususnya belajar seni tradisi pertunjukan Barabab yang telah menjadi ikon seni pertunjukan penting di Pesisir Selatan.Upaya ini penting dilakukan secara terorganisir antara pemerhati budaya (perguruan tinggi) dengan Pemerintah Daerah Pesisir Selatan. Kebijakan-kebijakan pemerintah untuk membangun ruang atau tempat untuk belajar budaya, terutama seni Barabab, tindakan urgen untuk dirintis dan dikembangkan ke depan, dan sejak kini.ABSTRACTBarabab is a form of traditional art performances that convey kaba story by one or two performers that are accompanied by rabab musical instrument (a kind of stringed instrument similar to a violin). The Barabab show lasted all night long. Usually Barabab shows are presented as a form of bungo alek (ornament of the crowd) in an event, whether marriage ceremony, celebration or inauguration of important events in indigenous peoples in Minangkabau. In the reality there is problem that Barabab active inheritance of Barababs performing arts skills does not go well and sustain from the active performers to other generation. Barabab performers are old men over the age of 55. If the inheritance is not sustainable from older generation to other generation, the Barabab tradition will be extinct. One of the efforts to actively promote the learning of culture, especially learning the art of tradition of Barabab show which has become an icon of important performing arts in South Coastal of Minangkabau. The effort is important to be done in an organized manner between cultural observers (universities) and the South Coastal Government. There is a crusial needs of government decision and policies to build space or place to learn culture, especially Barabab art.
MULTIMEDIA CAPABILITIES TO INCREASE WRITE GUGURITAN (A quasi-experimental study of Class X IBB SMAN 1 Nagreg 2015/2016) Nurhuda, Trifalah; Haerudin, Dingding; Nurjanah, Nunuy
LOKABASA Vol 7, No 2 (2016): Vol. 7, No. 2, Oktober 2016
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v7i2.9174

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendéskripsikan (1) gambaran mengenai guguritan yang diilustrasikan dalam bentuk multimedia pembelajaran; dan (2) meningkatkan kemampuan menulis dalam pelajaran guguritan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kuasi eksperimen dengan menggunakan desain “Single Group Time Series Design”. Sumber data dalam penelitian ini sebanyak 40 siswa yang diambil dari satu kelas yakni kelas X IBB SMA Negeri 1 Nagreg, Kabupaten Bandung. Tehnik yang digunakan adalah tehnik tes. Adapun instrumen yang digunakan adalah lembar tes menulis guguritan. Penelitian ini menerangkan bahwa (1) kemampuan menulis siswa terhadap guguritan sebelum menggunakan multimedia mendapatkan hasil dengan skor rata-rata 67.17; (2) kemampuan menulis siswa terhadap guguritan setelah menggunakan multimedia pembelajaran mendapatkan hasil dengan skor rata-rata 87.45, dan ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan menulis guguritan siswa kelas X IBB SMA Negeri Nagreg sebelum dan sesudah menggunakan multimedia pembelajaran berdasarkan hasil thitung (30.34) ttabel (2.68). Hal ini menunjukan bahwa hipotesis kerja (ha) diterima dan hipotesis nol (Ho) ditolak. Dengan demikian multimedia dapat meningkatkan menulis guguritan siswa kelas X IBB SMA Negeri 1 Nagreg.ABSTRACTThis study aimed to describe (1) a description of the guguritan illustrated in the form of multimedia learning; and (2) improve the ability to write in guguritan lesson. The method used in this study is a quasi-experimental study design using the "Single Group Time Series Design". Sources of data in this study were 40 students drawn from the class of the class X SMA Negeri 1 Nagreg IBB, Bandung regency. The technique used is the technique of tests. The instruments used were a test sheet write guguritan. This study explains that (1) the ability of the student's writing to guguritan before using multimedia get results with an average score of 67.17; (2) the ability of the student's writing against guguritan after using multimedia learning get of results with an average score of 87.45, and there is a significant difference between the ability to write guguritan class X IBB SMA Nagreg before and after using multimedia learning based on the results tcount (30.34) ttabel (2.68). This shows that the working hypothesis (Ha) is accepted and the null hypothesis (Ho) is rejected. Thus multimedia can enhance writing guguritan of class X IBB SMA Negeri 1 Nagreg.
LIRIK UPACARA ADAT PERNIKAHAN DI DESA SUKAMULYA KECAMATAN CIGUGUR KABUPATEN KUNINGAN (Studi Struktur, Semiotik, dan Etnopedagogi) Astuti, Esty Karya
LOKABASA Vol 7, No 2 (2016): Vol. 7, No. 2, Oktober 2016
Publisher : UPI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/jlb.v7i2.9165

Abstract

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh masih sedikitnya penelitian mengenai lirik upacara adat pernikahan, selain itu lirik upacara adat pernikahan masih digunakan saat melaksanakan upacara adat pernikahan, tapi masih banyak masyarakat yang tidak mengetahui isi dan makna lirik upacara adat pernikahan. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan struktur lirik upacara adat pernikahan, menginterpretasi lirik upacara adat pernikahan dengan menggunakan studi semiotik, dan mengungkap nilai etnopedagogik yang terkandung dalam lirik upacara adat pernikahan. Metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analisis. Sumber data dalam penelitin ini adalah lirik upacara adat pernikahan di Desa Sukamulya Kecamatan Cigugur Kabupaten Kuningan. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik dokumentasi dan studi pustaka. Berdasarkan hasil penelitian, struktur lahir lirik upacara adat pernikahan didapat (1) diksi yang menggunakan kata-kata pilihan yang berhubungan dengan kebahagiaan, rasa sayang, harapan, pepatah/ amanat, dan keimanan, (2) 29 imaji, (3), 15 gaya bahasa, dan (4) 51 purwakanti. Sedangkan struktur batin lirik upacara adat pernikahan didapat (1) tema lirik yang berkaitan dengan kasih sayang orang tua, pengharapan, amanat, dan rasa senang, (3) nada dalam lirik yang meliputi kesenangan dan kegembiraan, (4) rasa dalam lirik yang meliputi senang, sayang, dan rasa sedih, dan (4) amanat yang berupa pepatah untuk menjalani hidup berumah tangga. Unsur semiotik lirik upacara adat pernikahan didapat 14 unsur Ikon, 7 unsur indeks, dan 20 unsur simbol. Sedangkan unsur etnopedagogik didapat 36 unsur yang meliputi 11 unsur prilaku nyunda tri-silas, 5 unsur catur jati diri insan, 6 unsur gapura panca waluya, dan 14 unsur moral kemanusiaan.ABSTRACTThe background of this study is still little research about the wedding ceremonies lyrics, besides the wedding ceremonies lyrics are still used when conducting wedding ceremonies, but there are still many people who do not know the content and meaning of the wedding ceremonies lyrics. The research aims to describe the structure of traditional wedding ceremony text, giving interpretation through semiotic study, and revealing etnopedagogical value contained in traditional wedding ceremony lyrics. The method used is descriptive analysis method. The data soures in this study is a traditional wedding ceremony lyrics in Sukamulya village of Cigugur Sub-district, Kuningan Regency. Data collection technique used in this research is documentation technique and literature review. Based on the results of the study, were physical structure traditional wedding ceremony lyrics acquired (1) diction uses choice words associated with happiness, compassion, hope, sayings/ mandate, and faith, (2) 29 imagery, (3), 15 figurative language, and (4) 51 purwakanti. While the inner structure obtained traditional wedding ceremony text (1) themes relating to parents love, hope, mandate, and pleasure, (2) tone in this text includes fun, and excitement, and (3) the sense in this text include pleasure, affection, and sadness. Based on elements of semiotic traditional wedding ceremony text is divided into three elements 14 icons, 7 elements of the index, and the 20 elements of the symbol. While elements etnopedagogik obtained 36 elements include 11 nyunda tri-silas behavior elements, 5 catur jati diri insan elements, 6 gapura panca waluya elements, and 14 humanitarian moral element. 

Page 8 of 29 | Total Record : 285