cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota medan,
Sumatera utara
INDONESIA
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman
ISSN : 08520720     EISSN : 25023616     DOI : 10.30821
MIQOT: Jurnal Ilmu-Ilmu Keislaman is a peer reviewed academic journal, established in 1976 as part of the State Islamic University of North Sumatra Medan (see: video), dedicated to the publication of scholarly articles in various branches of Islamic Studies, by which exchanges of ideas as research findings and contemporary issues are facilitated. MIQOT is accredited as an academic journal by the Ministry of Education and Culture, Republic of Indonesia (SK Dirjen Dikti No. 040/P/2014) valid through February 2019. Miqot welcomes contributions of articles in such fields as Quranic Studies, Prophetic Traditions, Theology, Philosophy, Law and Economics, History, Education, Communication, Literature, Anthropology, Sociology, and Psychology.
Arjuna Subject : -
Articles 361 Documents
EPISTEMOLOGI TAUHID AL-FARUQI Syamsul Rijal
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 38, No 1 (2014)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v38i1.49

Abstract

Abstrak: Tulisan ini mengkaji konsep epistemologi teologi tauhid yang menjadi bagian konstruksi kajian keislaman dalam pandangan Ismail Raji’ al-Faruqi. Sebagai pemikir Muslim kontemporer, al-Faruqi berpandangan bahwa tauhid merupakan sesuatu yang subtansial meretas entitas jati diri kemanusiaan dalam beragam dimensi. Hal ini melahirkan dinamika pemaknaan tauhid yang selaras dengan ber- bagai dimensi kehidupan. Subtansi tauhid demikian mesti ditemukan dari sudut kerangka keilmuan. Untuk menemukan subtansi tersebut digunakan pendekatan deskriptif historis analisis. Sehingga formulasi epistemologi tauhid al-Faruqi memunculkan inspirasi pemaknaan tauhid dalam pelbagai kehidupan. Penulis menemukan bahwa paradigma keilmuan al-Faruqi dalam konteks penerapan tauhid dapat dilihat dari sudut epistemologi. Kajian ini mencoba merumuskan penalaran epistemologi tersebut. Upaya ini diharapkan memberikan spirit kehidupan manusia yang berbasiskan tauhid dalam segala aspek kehidupannya. Abstract: Al-Faruqi’s Theological Epistemology. This writing discusses the concept of tauhid theological epistimology incorporated as part of al-Faruqi’s construction of Islamic studies. As a contemporary Muslim thinker, al-Faruqi maintains that tauhid is a substantial point in human’s character building in various dimensions. As such, this gives rise to producing the dynamics of tauhid meanings in all aspects of life. This kind of tauhid essence has to be persued at the ontological and epis- temological conceptions. In order to explore such subtance, historical descriptive analysis approach is used so that the formulation of tauhid epistemology of al Faruqi could be known in detail throw light into the tauhid meanings in this life. The writer found that al-Faruqi’s scientific paradigm at the level of applying tauhid could be observed through epistemological perspective. This study tries to formulate such epistemological analysis, hoping that it will enlighten human life based on the principles of Islamic creed or tauhid.Kata Kunci: tauhid, epistemologi, Ismail R. al-Faruqi, antroposentris, teosentris
PERSENTUHAN AGAMA ISAM DENGAN KEBUDAYAAN ASLI INDONESIA Deni Miharja
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 38, No 1 (2014)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v38i1.97

Abstract

Abstrak: Islam masuk ke Indonesia tidak dalam kondisi hampa budaya. Telah ada budaya setempat yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. Hal ini melahirkan akulturasi budaya antara ajaran Islam dan budaya masyarakat setempat. Di sisi lain, tata cara pelaksanaan ajaran Islam lebih bercorak keindonesiaan (lokal) dan tidak sepenuhnya sama dengan wilayah aslinya di Timur Tengah. Tulisan ini mengeksplorasi bagaimana persentuhan agama Islam dengan kebudayaan lokal Indonesia, terutama dengan budaya Sunda. Penulis menyimpulkan bahwa hampir seluruh ranah kehidupan orang Sunda mengandung nilai-nilai yang Islami. Ajaran dan hukum dalam masyarakat Sunda pun disosialisasikan melalui seni dan budaya, seperti pada lakon pewayangan (wayang golek), lagu-lagu, pantun, dan banyolan-banyolan. Ajaran Islam melalui media wayang golek meliputi Islam sebagai a way of life, termasuk ajaran dasar tentang ketatanegaraan dan pemerintahan. Ajaran Islam melalui pewayangan seringkali menekankan ketaatan kepada ajaran agama dan negara secara bersamaan dan ber- kesinambungan yang mencerminkan pemahaman atas perintah ketaatan kepada Allah, Rasul dan ûli al-amri sebagaimana diamanatkan dalam al-Qur‘an.Abstract: The Convergence of Islamic Religion with the Indonesian Indigenous Culture. When Islam first entered Indonesian archipelago, this land was not culturally an empty space. There had existed local culture and developed in the Indonesian society, that has led to cultural acculturation between Islamic teachings and indigenous culture. As such, the ways of observing Islamic teachings are of Indonesian character and not necessarily similar to that of its origin in the Middle East. This paper explores how the convergence of Islamic religious teachings and the Indonesian local culture, especially the Sundanese had occurred. The author concludes that almost all aspects of Sundanese social life have been influenced by the Islamic values. The teaching and law in the Sundanese society could also be associated through art and culture, in such as puppet show (wayang golek), songs, poetry and anecdotes. The Islamic teaching through puppet show has often emphasized obedience to both religious teachings and the state simultaneously as reflection of understanding the fulfillment of God’s command, the Messenger and leader (ûli al-amri) found in the Qur’anic tenets.Kata Kunci : agama Islam, kebudayaan asli, akulturasi
RUSSIAN SCHOLARS AND THE QUR’ÂN: Historical Perspective of The Development of Russian Orientalists In The 19th–20th Centuries Wan Jamaluddin Z
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 35, No 1 (2011)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v35i1.129

Abstract

Abstrak: Ilmuan Rusia dan al-Qur’an: Perspektif Sejarah Perkembangan Orientalis Rusia abad ke 19 dan 20. Setelah keberhasilan Mullah Usman Ibrahim pada abad ke 18, studi al-Qur’an di Rusia sejak abad ke 19 tidak mengalami kemajuan signifikan. Kondisi ini berlanjut hingga G.S. Sablukov dan D.N Boguslavskiy pada akhirya menciptakan karya sendiri mereka tentang tafsir al-Qur’an pada masa paruh kedua abad ke 19. Perkembangan tradisi Rusia dalam pengkajian al- Qur’an semakin pesat ketika ilmuan Rusia yang lain, I. Yu. Krachkovsky, memper- kenalkan pendekatan baru dalam memahami dan menginterpretasi Kitab Suci al- Qur’an bagi masyarakat Rusia pada awal abad ke 20. Dalam makalah ini penulis mengemukakan bahwa sangat disayangkan, ilmuan Rusia memasuki era kegelapan dalam pengkajian al-Qur’an ketika regim Komunis Soviet menagmbil alih kendali pemerintahan dan memperkenalkan kebijakan dan propaganda ateistis pada paruh kedua abad ke 20. Makalah ini berupaya untuk menganalisa sejarah perkembangan studi al-Qur’an dalam kondisi sosial, kultur dan politik atmosfir akademis Rusia.Key Words: Qur’an, Qur’anic studies, Russian Orientalists, interpretation
KONVERGENSI ISLAM DAN SAINS DALAM PERSPEKTIF FILSAFAT Fatkhul Muin
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 39, No 2 (2015)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v39i2.5

Abstract

Abstrak:Tulisan ini mencoba mengungkap hubungan antara Islam dan sains dalam perspektif filsafat. Dengan menggunakan pendekatan doktrinal kajian kepustakaan, tulisan ini membahas teori-teori yang digunakan untuk menentukan hakikat kebenaran dalam filsafat, yaitu  teori realisme dan teori idealisme. Menurut penulis, perdebatan terhadap kedua teori tersebut tidak berakhir pada apa yang menjadi dasar penentuan kebenaran pengetahuan, tetapi juga pada perdebatan kepada asal pengetahuan itu sendiri. Hal tersebut melahirkan teori empirisme dan rasionalisme. Dalam hubungan antara agama dan ilmu pengetahuan, paling tidak terdapat empat kubu, yakni kubu konflik yang menganggap sains dan agama bertentangan; kubu kontras yang memandang bahwa antara agama dan sains berdiri sendiri; kubukontak atau dialog yang mencoba menjembatani antara kedua bidang ini; dan kubu konfirmasi yang berupaya bahwa sains harus diarahkan untuk kepentingan kemanusiaan. Dalam kajian ini, penulis menemukan bahwa konvergensi ilmu pengetahuan dan agama menjadi satu kesatuan yang terintegrasi.Abstract: The Convergence of Islam and Science in the Perspective of Philosophy.This essay attempts to reveal the relationship between Islam and science in the perspective of philosophy. By utilizing doctrinal literature studies approach, this writing discusses theories that determine the essence of truth in the realm of philosophy, namely realism and idealism theories. According to the author, the debate on such theories would not terminate in what became the basis for determining the truth of knowledge, but also to the issue of the origin of the knowledge itself, which gave birth to the theory of empiricism and rationalism. With regard to the relationship between religion and knowledge, there are at least four mainstreams which include first, conflict that regards religion and science in contradiction; second, contrast that considers both as independent; third, contact or dialoguethat tries to bridge the two; and forth, confirmation which  makes an effort to make both for human interest . In this study, the writer found that the convergence of knowledge and religion has turned into one integrated whole.Kata Kunci: ilmu, agama,  filsafat, sains, integrasi ilmu
RELIGIOUS EDUCATION AND EMPOWERMENT: Study on Pesantren in Muslim Minority West Papua Ismail Suardi Wekke
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 37, No 2 (2013)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v37i2.88

Abstract

Abstrak: Pendidikan Islam dan Pemberdayaan: Studi Kasus Pesantren pada Muslim Minoritas Papua Barat. Pendidikan Islam Indonesia merupakan salah satu pilar pendidikan nasional yang memiliki sejarah panjang. Dalam dinamika pembangunan, pesantren kembali membuktikan diri sebagai elemen penting bangsa. Tulisan ini membahas aktivitas dan gerakan madrasah di daerah minoritas Muslim dalam upaya membangun kapasitas umat melalui pembelajaran kewirausahaan. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan ragam studi kasus. Observasi dan wawancara diterapkan untuk mengumpulkan data. Penulis menemukan adanya pelatihan dan pembelajaran berbasis kebutuhan mendorong siswa untuk menekuni keterampilan untuk aktivitas sehari-hari. Pesantren Roudhotul Khuffadz mengembangkan pola pembelajaran dengan mengacu kepada lingkungan peserta didik. Disimpulkan bahwa pendidikan Islam dengan tumpuan pada kebutuhan dan kepedulian akan lingkungan dapat memberdayakan santri untuk penguasaan keterampilan, walaupun itu dilaksanakan dengan keterbatasan komunitas di wilayah minoritas Muslim.Abstract: Islamic education in Indonesia is one pilar in national education whis has a long history. In the course of time with development dynamics, pesantren (Islamic boarding school) proves as a nation-wide important element. Therefore, this paper will explore dicsuccion on activity and madrasah movement in Muslim minority in term capacity building through enterprenurship learning. This study was employed qualitative approach with miscellaneous case study. Observation and in-depth interview were conducted on collecting data. This research shows that daily-need based training and learning encourages students to enhance their skills during day after day activities. Pesantren Roudhatul Khuffadz enlarges learning cycle according to students’ environment. Finally, it can be concluded that Islamic education can develop students’ skill acquicition, although it is practiced with community limitation in Muslim minority area.Keywords: pesantren, religious education, Muslim minority, West Papua
TAREKAT NAQSHABANDIYYAH KHALIDIYYAH IN MALAYSIA: A Study on the Leadership of Haji Ishaq bin Muhammad Arif Abdul Manam Bin Mohamad al-Merbawi; Mohd Syukri Yeoh Abdullah; Osman Chuah Abdullah; Wan Nasyrudin Bin Wan Abdullah; Salmah Ahmad
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 36, No 2 (2012)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v36i2.120

Abstract

Abstrak: Tarekat Naqshabandiyyah Khalidiyyah di Malaysia: Suatu Studi Kepemimpinan Haji Ishaq bin Muhammad Arif. Tarekat Naqshabandiyyah Khalidiyyah pimpinan Haji Ishaq memilik banyak pengikut juga terkenal di kalangan tarekat di Malaysia. Artikel ini akan menelusuri kepemimpinan Haji Ishaq bin Muhammad Arif, muncul dan berkembangnya tarekat Naqshabandiyyah Khalidiyyah di Malaysia. Data dikumpulkan tidak hanya melalui manuskrip tulisan Haji Ishaq, akan tetapi juga karya-karya muridnya. Observasi lapangan juga dilakukan di beberapa situs yang diidentifikasi sebagai pusat pergerakan. Untuk memperkuat argumen-argumen data manuskrip, beberapa murid senior Haji Ishaq juga diwawancarai. Kajian ini menemukan bahwa tarekat Naqshabandiyyah Khalidiyyah pimpinan Haji Ishaq merupakan komunitas besar yang memiliki banyak pengikut dari latar belakang yang berbeda termasuk para akademisi dan profesional. Kekuatan kelompok ini tercermin dari terciptanya pusat-pusat jaringan luas di berbagai negara bagian Malaysia.Abstract: The Tarekat Naqshabandiyyah Khalidiyyah lead by Haji Ishaq has many followers and is also known especially among other tarekat followers in Malaysia. This article is navigating through the leadership of Haji Ishaq Bin Muhammad Arif, the emergence of tarekat Naqshabandiyyah Khalidiyyah  he lead and its evolution in Malaysia. Beside the data collected through the manuscript written by Haji Ishaq, his murids works were also studied. Field observations were also performed at several sites that are identified to be the centers of the movement. Also, some senior students of Haji Ishaq were interviewed to strengthen the arguments of the manuscript data. This study had discovered that tarekat Naqshabandiyyah Khalidiyyah lead by Haji Ishaq was large group with many followers, made up of diverse backgrounds, including academicians and professionals. The power of this group is reflected in the extensive network of centers that are located in several states in Malaysia.Key Words: Tarekat, Haji Ishaq bin Muhammad Arif, Naqshabandiyyah Khalidiyyah
ANALISIS METODOLOGIS-FILOSOFIS KONSEP TAFSIR JAMÂL AL-BANNÂ Mukhammad Zamzami
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 38, No 2 (2014)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v38i2.57

Abstract

Abstrak: Artikel ini mencoba untuk mengulas metode penafsiran Jamâl al-Bannâ secara metodologis dan filosofis. Dimulai dengan upaya untuk mendekonstruksi interpretasi hasil dari semua mufasir klasik, Jamâl al-Bannâ mengusulkan tiga tahap dalam penafsiran al-Qur’an, yaitu pendekatan seni, pendekatan psikologis, dan pendekatan rasional. Ketiganya merupakan tahapan hierarkis untuk bisa sampai pada sebuah penafsiran. Setelah bisa sampai pada tahap penafsiran, Jamâl al-Bannâ tidak merekomendasikan metode tertentu atau membatasi ilmu pengetahuan tertentu sebagai metode analisa penafsiran. Ia menolak jika salah satu metode tertentu memiliki garansi sebagai satu-satunya cara untuk menemukan kebenaran, karena al-Qur’an tidak harus dibatasi. Dalam sosiologi pengetahuan, pemikirannya mirip denganAgainst Method (Anarkisme Metode) Paul K. Feyerabend. Bagi Jamâl al-Bannâ, manusia sangat otonom dan bebas untuk menafsirkan selama itu sejalan dengan prinsip-prinsip humanis dan universal yang terkandung dalam al-Qur’an.Abstract: Methodological and Philosophical Analysis of Jamâl al-Bannâ’s Qur’anic Exegesis. This article seeks to analyze the method of Jamâl al-Bannâ’s interpretation. Beginning with an attempt to deconstruct the interpretation of the results of all classicalmufassir, Jamâl al-Bannâ proposed three stages in the interpretation of the Qur’an that include such approaches as stylistic, psychological, and rational method. All three approaches are utilized hierarchically in order to come to an interpretation. At the rational stage of Qur’anic exegesis, Jamâl al-Bannâ didn’t recommend a specific method or limit the science to a particular method. He refused that one particular method has the warranty as the only interpretation to seek the way for the truth, because the Qur’an should not be restricted. In the sociology of knowledge, his thinking is similar to that of Paul K. Feyerabend’s Against Method. According to Jamâl al-Bannâ, human beings are very autonomous and free to interpret the Qur’an as long as it is in line with the principles of humanistic and universal values as enshrined there in.Kata Kunci: Tafsir al-Qur’an, Jamâl al-Bannâ, pendekatan seni, metode penafsiran
THE ULAMA IN INDONESIA: Between Religious Authority and Symbolic Power Zulkifli Zulkifli
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 37, No 1 (2013)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v37i1.79

Abstract

Abstrak: Ulama di Indonesia: Antara Otoritas Keagamaan dan Kekuatan Simbolik. Artikel ini berupaya menguji hubungan antara peranan ulama, otoritas keagamaan, dan kekuatan simbolik dalam masyarakat Muslim Indonesia dengan meneliti sejumlah literatur penting. Dalam studi ini penulis menggunakan kerangka teoretis ahli sosiologi Prancis Pierre Bourdieu, yakni teori praksis yang hampir tidak pernah digunakan dalam kajian agama di Indonesia. Studi ini mengungkapkan bahwa ulama memegang peranan yang strategis dalam masyarakat Indonesia dan peranannya tetap penting dalam konteks perubahan sosial, politik, dan ekonomi yang cepat. Tetapi otoritas keagamaan ulama telah terfragmentasi sejak lama dan media global dan teknologi informasi telah membuat otoritas tersebut semakin plural. Dalam konteks ini otoritas keagamaan merupakan arena yang kompetitif di mana kelompok tradisionalis, reformis, radikalis, dan pendatang baru berkompetisi untuk mencapai pengakuan. Studi ini juga menegaskan bahwa otoritas keagamaan dan pengakuan berjalan hanya dengan adanya kekuatan simbolik.Abstract: This article attempts to examine the relationship between the role of ulama, religious authority, and symbolic power in Indonesian Muslim society by scrutinizing famous literature of ulama in Indonesia. In the study I utilize French sociologist Pierre Bourdieu’s theoretical framework known as theory of practice, hardly ever used in the study of religion (Islam) in Indonesia. The study reveals that the ulama have played a strategic role in the Indonesian society and their role continues to be important in the context of rapid social, political, and economic changes. However, the religious authority of ulama has been fragmented and the global media and information technologies have made the authority more pluralized. The religious authority is a competitive field in which traditionalist, reformist, radicalist, and new entrants compete for gaining recognition. The study also affirms that the religious authority and recognition are exercised only by the symbolic power.Keywords: religious authority, ulama, symbolic power, Indonesia
PENYELESAIAN SENGKETA WAKAF DI INDONESIA: Pendekatan Sejarah Sosial Hukum Islam Ibrahim Siregar
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 36, No 1 (2012)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v36i1.111

Abstract

Abstrak: Artikel ini berbicara tentang penyelesaian sengketa wakaf dalam sejarah hukum Islam. Permasalahan wakaf telah muncul di awal sejarah Islam. Sehubungan dengan sengketa tentang status harta sebagai wakaf telah muncul pada masa lalu  disebabkan oleh perubahan sosial; pergeseran nilai dan tatanan masyarakat, dan ditambah lagi dengan masalah bahwa tidak adanya bukti tertulis yang menyatakan bahwa status suatu harta sebagai objek wakaf. Pada tulisan ini dikemukakan kasus-kasus permasalahan sengketa wakaf yang terjadi pada awal periode Islam dan kasus-kasus kontemporer tentang sengketa perwakafan serta penyelesaiannya, yang terjadi di Indonesia pada beberapa dasawarsa yang lalu.Abstract: The Settlement of Religious endowment (waqf) Dispute: A Socio-Historical Approach of Islamic law. This paper concentrates on the settlement of religious endowment (waqf) dispute in the perspective of Islamic law history. The disputes relating to waqf  has emerged since the early development of Islamic history. In regard with the conflict of the status of waqf property, the disputes have originated from the social change, the shift of values in the society, and the absence of written evidence of waqf property. This article will elaborate the cases of waqf disputes which occured in the early periods of Islam and the contemporery cases along with the settlement of the disputes taking place in Indonesia in the last few decades.Kata Kunci: Hukum Islam, Hukum Perwakafan, Sejarah Sosial Hukum Islam
PHILOSOPHICAL ARGUMENTS FOR BODILY RESURRECTION: Reconsidering Mullâ Shadrâ’s Eschatological Thought Saleh P. Daulay
MIQOT: Jurnal Ilmu-ilmu Keislaman Vol 35, No 2 (2011)
Publisher : State Islamic University North Sumatra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30821/miqot.v35i2.143

Abstract

Abstrak: Argumen Filosofis Kebangkitan Jasmani: Mengkaji Ulang Pemikiran Eskatologi Mullâ Shadrâ. Selain meneliti tentang makna kematian, hakikat ruh, bukti adanya kehidupan setelah mati, eskatologi juga mengkaji tentang kebangkitan ruh dan jasmani. Berkenaan dengan ruh, hampir seluruh filosof Muslim menyepakati tentang adanya kebangkitan ruh. Sementara terkait dengan jasmani, sebagian filosof mengatakan akan dibangkitkan dan sebagian yang lain berpendapat tidak mungkin dibangkitkan. Berbeda dengan para filosof essensialis sebelumnya, Mullâ Shadrâ yang menganut aliran eksistensialis menyatakan bahwa sebagaimana ruh, jasmani manusia pun akan ikut dibangkitkan di hari kemudian. Shadrâ berargumen melalui pendekatan filsafat eksistensialis yang bertumpu pada prinsip harakah al- jauhariyah (trans-substantial motion). Melalui pendekatan ini, Shadrâ berhasil mem- buktikan secara filosofis tentang keharusan kebangkitan ruh dan jasmani secara bersamaan di hari kemudian.Abstract: Apart from investigating the meaning of death, reality of soul, proof of life after death, eschatology also studies the sole bodily resurrection. With regard to soul, almost all Muslim philosophers agree on soul resurrection, but they differ however, as far as the body is concerned. Different to the previous essensialists philosophers, Mullâ Shadrâ who adhered to existentialist school argued that as the case of soul, man’s body itsel would be similarly resurrected in the hereafter. Shadrâ supported his argument by existensialist philosophy approach leaned on the principle of trans-substantial motion. Through this approach, Shadrâ succeeded philosophically in proofing the necessity ofsouland bodily resurrection simultaneously in the hereafter.Key Words: eschatology, soul, body,mabda‘, ma‘ad, resurrection

Page 7 of 37 | Total Record : 361