cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
ZOO INDONESIA
ISSN : -     EISSN : -     DOI : -
Arjuna Subject : -
Articles 438 Documents
Keanekaragaman Kepiting pada Ekosistem Mangrove di Perairan Lingga Utara dan Sekitarnya, Kepulauan Riau Widyastuti, Ernawati
ZOO INDONESIA Vol 25, No 1 (2016): Juli 2016
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (679.904 KB)

Abstract

Penelitian keanekaragaman kepiting pada ekosistem mangrove di Perairan Lingga dan sekitarnya telah di-lakukan pada bulan Oktober 2014. Kepiting dikoleksi dari sepuluh stasiun menggunakan metode acak, dari transek kuadran 1x1 m2 pada luasan 10 x 10 m2 pada tiap stasiun. Hasil penelitian diperoleh sebanyak 19 jenis kepiting dari 11 marga dan 6 suku. Sesarmidae merupakan suku yang paling melimpah dengan 11 jenis dan 109 individu. Hasil analisa kuantitatif diperoleh nilai indeks keanekaragaman tertinggi ditemukan di Pulau Bakau Kecil (St.8, H= 1.954, d= 2.485) dan nilai indeks kemerataan jenis tertinggi ditemukan di Pulau Gajah (St.4, J= 0.971).
Zoo Indonesia Juli 2017 Indonesia, Zoo
ZOO INDONESIA Vol 26, No 1 (2017): Juli 2017
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Karakteristik Komunitas Mamalia Besar di Taman Nasional Bali Barat (TNBB) Sulistyadi, Eko
ZOO INDONESIA Vol 25, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (894.564 KB)

Abstract

Data keanekaragaman dan sebaran satwa mamalia besar merupakan informasi dasar yang penting dalam rencana penge-lolaan kawasan konservasi. Penelitian ini berupaya menyajikan data terkait keanekaragaman dan sebaran spesies mamalia besar dan habitatnya di TNBB. Sebanyak 7 jenis mamalia besar tercatat dijumpai di TNBB berdasarkan hasil observasi lapang dan data sekunder pendukung (wawancara/literatur). Lima spesies diantaranya termasuk satwa dilindungi, dua spesies lainnya termasuk kategori rentan/vulnerable (IUCN Redlist), dan 3 spesies termasuk apendik II CITES. Secara umum satwa mamalia besar terdistribusi beragam di berbagai lokasi dan tipe habitat di kawasan Semenanjung Prapat Agung dan sekitarnya. Spesies yang paling dominan adalah monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), dan babi celeng (Sus scrofa). Beberapa alternatif langkah pengelolaan habitat dan populasi satwa mamalia di TNBB yang dapat di-lakukan, antara lain: penentuan spesies prioritas, kegiatan pembinaan habitat, sosialisasi dan penyadartahuan masyarakat, serta penguatan terhadap pengawasan dan penegakan hukum.
Response of Dung Beetle Communities (Coleoptera: Scarabaeidae) Across Gradient of Disturbance in the Tropical Lowland Forest of Buton, Sulawesi Moy, Mariana Silvana; Mardiastuti, Ani; Kahono, Sih
ZOO INDONESIA Vol 25, No 1 (2016): Juli 2016
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (855.806 KB)

Abstract

Little is known about how antropogenic disturbance triggered the biodiversity loss of functionally important insect groups in an island, including dung beetle (Coleoptera: Scarabaeidae). This study focused on the responses of dung beetle across gradient of disturbance in a secondary tropical lowland rainforest (Lambusango forest, Sulawesi, Indonesia). From June to August 2013, dung beetles were collected in the forest with low, intermediate, and high level of disturbances. Each disturbance level had three transects which were separated at least 500 m each other (n=9). Ten pitfall traps per transect baited with cattle dung were set, along 100 m transect for 48 hours. A total of 1.710 dung beetles, representing 29 species, were collected. Total 79% trapped specimens and 55% of species richness was found in the intermediate dis-turbance, which it was significantly differed compare to two other disturbances. Shannon-Wienner index was signifi-cantly higher in low disturbance than in intermediate and high disturbance, while dominance speciesindex mostly occured in intermediate disturbance. A two-dimensional scalling plot based on Bray-Curtis index indicated the different species composition of the beetles between disturbance levels. We concluded that dung beetle assemblages of secondary lowland rainforests appeared a robust respond to the disturbance levels.
Komparasi Kecernaan Protein pada Kakatua Tanimbar (Cacatua goffiniana,Finsch 1863) dengan Pemberian Sumber Protein Nabati yang Berbeda Prijono, Siti Nuramaliati; Rachmatika, Rini; Sari, Andri Permata
ZOO INDONESIA Vol 26, No 1 (2017): Juli 2017
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (570.065 KB)

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui kecernaan protein semu (KPS) dan metabolisme energi semu (MES) pada kakatua tanimbar yang diberi pakan dua sumber protein nabati yang berbeda, yaitu biji bunga matahari dan kacang tanah. Penelitian dilakukan di Penangkaran Burung, Puslit Biologi-LIPI. Analisis nutrisi bahan pakan dan ekskreta dilakukan di Laboratorium Pengujian Puslit Biologi-LIPI. Penelitian berlangsung selama 75 hari. Materi yang digunakan adalah 5 ekor kakatua tanimbar yang terdiri dari 2 jantan dan 3 betina. Burung tersebut mendapatkan 3 perlakuan pakan dengan sumber protein yang berbeda, yaitu kontrol (P0), P0 + kacang tanah (P1), dan P0 + biji bunga matahari (P2). Pakan kontrol ada-lah jagung manis, kelapa, jambu biji, pisang lampung, kedondong, tauge, kacang panjang, dan kangkung. Parameter yang diamati adalah konsumsi pakan, KPS, MES, dan efisiensi metabolisme. Data dianalisis dengan metode deskriptif. Hasil menunjukkan, rataan konsumsi bahan kering P0 ? P1 dan P2. Rataan KPS P1 (1,76%) ? P0 (0,66%) dan P2 (1,39%). Rataan efisiensi metabolik P1 (88,98%) ? P0 (86,72%) dan P2 (87,65%). Rataan MES pada P0 (1354,99 kal/g) ? P1 (1194,21 kal/g) dan P2 (1189,47 kal/g). Dari hasil penelitian disimpulkan bahwa kacang tanah dan biji bunga matahari dapat digunakan secara bergantian sebagai sumber protein alternatif bagi burung kakatua Tanimbar.
Pengaruh (+)-2,2-Episitoskirin A dalam Menurunkan Peradangan Hati Mencit (Mus musculus) yang Diinfeksi Staphylococcus aureus Phadmacanty, N.L.P. Rischa; Wulansari, Dewi; Palupi, Kartika D.; Agusta, Andria
ZOO INDONESIA Vol 25, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Indonesia memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi baik hewan, tumbuhan, maupun mikroorganisme. Diaporthe sp. merupakan jamur endofit yang hidup pada tumbuhan gambir. Jamur ini dapat memproduksi metabolit sekunder yang bernama (+)-2,2’-Episitoskirin A. Senyawa tersebut memiliki kemampuan sebagai antimikrobia terutama terhadap Staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus merupakan bakteri penyebab infeksi terbesar di dunia. Asia merupakan benua dengan kejadian methicillin-resistant S. aureus (MRSA) tertinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek dari (+)-2,2’-Episitoskirin A terhadap hati mencit yang terinfeksi S. aureus. Penelitian ini menggunakan 30 ekor mencit jantan. Mencit dibagi menjadi enam kelompok perlakuan. Perlakuan pertama merupakan kontrol negatif (tanpa perlakuan), kelompok kedua sebagai kontrol positif (perlakuan S. aureus kelompok ketiga diinjeksi S. aureus dan dicekok (+)-2,2’-Episitoskirin A dosis 50 mg/kg BB (P1), kelompok keempat diinjeksi S. aureus dan dicekok (+)-2,2’-Episitoskirin A dosis 100 mg/kg BB (P2) dan kelompok kelima diinjeksi dengan S. aureus kemudian dicekok (+)-2,2’-Episitoskirin A dosis 200 mg/kg BB (P3). Hewan uji dinekropsi dan dikoleksi hatinya untuk histologi. Hasil pemeriksaan histopatologis memperlihatkan adanya peradangan pada hati semua perlakuan kecuali kontrol negatif. Dosis efektif (+)-2,2’-Episitoskirin A yang dapat mengurangi tingkat peradangan akibat infeksi S. aureus adalah 50 mg/kg BB.
Distribusi dan Status Habitat Peneluran Penyu Belimbing (Dermochylus coreacea) di Indonesia Maslim, Maslim
ZOO INDONESIA Vol 25, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (810.17 KB)

Abstract

Penyu belimbing (Dermochelys coriacea) merupakan satu dari enam jenis penyu yang ditemukan di Indonesia. Kajian ini bertujuan mengkompilasi data distribusi dan status habitat peneluran populasi penyu belimbing (Dermochelys coriacea) di Indonesia. Habitat peneluran penyu belimbing di Indonesia yang telah tercatat terdistribusi di 19 pantai peneluran yang ada di Aceh, Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Papua Barat. Dari 19 pantai peneluran tersebut, hanya 9 yang sta-tusnya dilindungi secara resmi oleh pemerintah. Dalam konteks jumlah populasi, pada penelitian ini data hanya tersedia dari habitat peneluran di Sumatera (Panga dan Lhoknga) dan Papua Barat (Jamursba Medi dan Warmon).
Keanekaragaman Kupu-kupu Superfamili Papilionoidea (Lepidoptera) di Kawasan Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi, Jawa Barat Bahar, Irnayanti; Atmowidi, Tri; Peggie, Djunijanti
ZOO INDONESIA Vol 25, No 1 (2016): Juli 2016
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kupu-kupu adalah serangga holometabola yang kelangsungan hidupnya tergantung pada ketersediaan tanaman pakan.Tujuan penelitian ini adalah mempelajari keanekaragaman spesies kupu-kupu dan mengamati interaksinya dengan tumbuhan berbunga di Hutan Pendidikan Gunung Walat. Keanekaragaman kupu-kupu diamati dengan menggunakan metode scan sampling dan metode Mark Release and Recapture (MRR) pada pukul 08:00- 11:00 dan 13:00-16:00 WIB dengan 10 ulangan pada tiap habitat dari bulan September sampai November 2014. Penelitian dilakukan pada empat tipe habitat, yaitu tegakan pinus, tegakan agatis, tegakan puspa, dan tegakan campuran. Hasil penelitian menunjukkan terdapat 68 spesies kupu-kupu yang diamati. Keragaman kupu-kupu yang paling tinggi terdapat di tegakan pinus (H’= 2.53) dan paling rendah di tegakan campuran (H’=2.15). Ditemukan salah satu spesies kupu-kupu dilindungi di Indonesia yaitu Troides helena.
Keanekaragaman Jenis Kelelawar di Hutan Pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat Kartono, Agus Priyono; Prayogi, Kendy Danang; Maryanto, Ibnu
ZOO INDONESIA Vol 26, No 1 (2017): Juli 2017
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.577 KB)

Abstract

Kelelawar memegang peranan penting di dalam rantai makananan dan salah satu fungsi utamanya sebagai pemencar biji, polinator dan pengontrol serangga. Untuk mengetahui struktur spasial habita dan keragaman jenisnya maka penelitian kelelawar dilakukan di hutan pendidikan Gunung Walat Sukabumi Jawa Barat. Pengambilan data lapangan dilakukan selama empat bulan (Mei–Agustus 2014) di empat tipe tutupan lahan, yakni: tegakan agathis, pinus, puspa, dan agrofor-est. Pada setiap tipe tutupan lahan dilakukan pemasangan mist-net dan harp-trap dan secara total ada 27 malam trap/tutupan lahan. Hasil penelitian menunjukkan ada 19 jenis dari 4 famili yang tercatatat yaitu 9 jenis (47,4%) Pteropodi-dae, , 2 jenis (10,5%) Rhinolophidae, 2 jenis (10,5%) Hipposideridae, dan 6 jenis Vespertilionidae (31,6%). Areal te-gakan puspa memiliki kekayaan jenis kelelawar tertinggi yang mencapai 57,89% dari total jenis ditemukan, sedangkan indeks keragaman jenis tertinggi ditemukan di areal tegakan agathis dengan nilai H’=1,76. Kesamaan komunitas kelela-war tertinggi terjadi antara areal tegakan puspa dengan tegakan agathis dengan nilai indeks Jaccard sebesar 42,86%, sedangkan terendah ditemukan antara areal tegakan puspa dengan areal agroforest (26,67%).
Peranan Burung sebagai Agen Penyebaran Benalu pada Jati di Kebun Benih Klonal (KBK) Padangan, Perum Perhutani Muttaqin, Zainal; Budi R., Sri Wilarso; Wasis, Basuki; Siregar, Iskandar Z.; Corryanti, Corryanti
ZOO INDONESIA Vol 25, No 2 (2016): Desember 2016
Publisher : Masyarakat Zoologi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tujuan penelitian ini ialah untuk menelaah peranan burung sebagai agen penyebaran benalu yang menginfeksi tegakan jati di Kebun Benih Klonal (KBK) Padangan. Rancangan penelitian berupa Petak Contoh Pengamatan (PCP) terdiri atas Petak Ukur Pengamatan (PUP-PUP) berukuran 50m x 50m sebanyak empat PUP dalam unit PCP dibedakan pada tingkat serangan benalu ringan, sedang, berat dan kontrol. Metode penilaian peranan burung menggunakan focal animal sampling dengan cara pengamatan perilaku burung yang berinteraksi dengan jenis benalu dominan Dendrophthoe pentandra pada jati; dilengkapi inventarisasi jumlah, kelimpahan relatif, dan penyebarannya menggunakan metode IPA (Index ponctualle de’Abondance). Hasil pengamatan menunjukkan terdapat tiga kelompok peranan burung sebagai agen penyebaran benalu ialah: 1) specialist frugivor ialah pemakan buah yang menangani buah benalu secara lengkap dengan cara defekasi, regurgitasi, dan pecking meliputi cabai jawa (Dicaeum trochileum), cabai polos (Dicaeum concolor), cabai gunung (Dicaeum sanguinolentum), dan khusus cucak kutilang (Pynonotus aurigaster) yang menangani buah benalu secara regurgitasi dan pecking dianggap sebagai secondary dispersers, 2) generalist frugivor yang menangani buah benalu secara tidak lengkap dianggap penyebar tambahan (occasionally dispersers) meliputi madu sriganti (Nectarinia jugularis), cinenen pisang (Orthotomus sutorius), madu jawa (Aethopyga mystacalis), 3) opportunistic frugivor yang tidak menangani buah benalu atau berkaitan tidak langsung dengan penyebaran biji benalu sebanyak 13 jenis burung lainnya. Parameter populasi burung menurut jumlah, kelimpahan relatif dan penyebarannya yang luas mencakup lima urutan teratas ialah cabai jawa (D. trochileum), madu sriganti (N. jugularis), bondol jawa (Lonchura leucogastroides), sepah hutan (Pericrocotus flammeus), cucak kutilang (Pynonotus aurigaster).

Filter by Year

1983 2024


Filter By Issues
All Issue Vol 33, No 1 (2024): Juli 2024 Vol 32, No 2 (2023): Desember 2023 Vol 32, No 1 (2023): Juli 2023 Vol 31, No 2 (2022): Desember 2022 Vol 31, No 1 (2022): Juli 2022 Vol 30, No 2 (2021): Desember 2021 Vol 30, No 1 (2021): Juli 2021 Vol 29, No 2 (2020): Desember 2020 Vol 29, No 1 (2020): Juli 2020 Vol 28, No 2 (2019): Desember 2019 Vol 28, No 1 (2019): Juli 2019 Vol 27, No 2 (2018): Desember 2018 Vol 27, No 1 (2018): Juli 2018 Vol 26, No 2 (2017): Desember 2017 Vol 26, No 2 (2017): Desember 2017 Vol 26, No 1 (2017): Juli 2017 Vol 26, No 1 (2017): Juli 2017 Vol 25, No 2 (2016): Desember 2016 Vol 25, No 2 (2016): Desember 2016 Vol 25, No 1 (2016): Juli 2016 Vol 25, No 1 (2016): Juli 2016 Vol 24, No 2 (2015): Desember 2015 Vol 24, No 2 (2015): Desember 2015 Vol 24, No 1 (2015): Juli 2015 Vol 24, No 1 (2015): Juli 2015 Vol 23, No 2 (2014): Desember 2014 Vol 23, No 2 (2014): Desember 2014 Vol 23, No 1 (2014): Juli 2014 Vol 23, No 1 (2014): Juli 2014 Vol 22, No 2 (2013): Desember 2013 Vol 22, No 2 (2013): Desember 2013 Vol 22, No 1 (2013): Juli 2013 Vol 22, No 1 (2013): Juli 2013 Vol 21, No 2 (2012): Desember 2012 Vol 21, No 2 (2012): Desember 2012 Vol 21, No 1 (2012): Juli 2012 Vol 21, No 1 (2012): Juli 2012 Vol 20, No 2 (2011): Desember 2011 Vol 20, No 2 (2011): Desember 2011 Vol 20, No 1 (2011): Juli 2011 Vol 20, No 1 (2011): Juli 2011 Vol 19, No 2 (2010): Desember 2010 Vol 19, No 2 (2010): Desember 2010 Vol 19, No 1 (2010): Juli 2010 Vol 19, No 1 (2010): Juli 2010 Vol 18, No 2 (2009): November 2009 Vol 18, No 2 (2009): November 2009 Vol 18, No 1 (2009): Juli 2009 Vol 18, No 1 (2009): Juli 2009 Vol 17, No 2 (2008): November 2008 Vol 17, No 2 (2008): November 2008 Vol 17, No 1 (2008): Juni 2008 Vol 17, No 1 (2008): Juni 2008 Vol 16, No 2 (2007): November 2007 Vol 16, No 2 (2007): November 2007 Vol 16, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 16, No 1 (2007): Juni 2007 Vol 15, No 2 (2006): November 2006 Vol 15, No 2 (2006): November 2006 No 29 (2002): Zoo Indonesia No. 29 Desember 2002 No 29 (2002): Zoo Indonesia No. 29 Desember 2002 No 28 (2001): Zoo Indonesia No. 28 September 2001 No 28 (2001): Zoo Indonesia No. 28 September 2001 No 31 (1997): Zoo Indonesia No. 31 No 31 (1997): Zoo Indonesia No. 31 No 30 (1997): Zoo Indonesia No. 30 No 30 (1997): Zoo Indonesia No. 30 No 29 (1997): Zoo Indonesia No. 29 No 29 (1997): Zoo Indonesia No. 29 No 28 (1996): Zoo Indonesia No 28 No 28 (1996): Zoo Indonesia No 28 No 27 (1996): Zoo Indonesia No 27 No 27 (1996): Zoo Indonesia No 27 No 26 (1995): Zoo Indonesia No 26 No 26 (1995): Zoo Indonesia No 26 No 25 (1995): Zoo Indonesia No 25 No 25 (1995): Zoo Indonesia No 25 No 24 (1994): Zoo Indonesia No 24 No 24 (1994): Zoo Indonesia No 24 No 23 (1994): Zoo Indonesia no 23 No 23 (1994): Zoo Indonesia no 23 No 22 (1993): Zoo Indonesia No 22 No 22 (1993): Zoo Indonesia No 22 No 21 (1993): Zoo Indonesia No 21 No 21 (1993): Zoo Indonesia No 21 No 20 (1993): Zoo Indonesia No 20 No 20 (1993): Zoo Indonesia No 20 No 19 (1993): Zoo Indonesia No 19 No 19 (1993): Zoo Indonesia No 19 No 18 (1993): Zoo Indonesia No 18 No 18 (1993): Zoo Indonesia No 18 No 17 (1993): Zoo Indonesia No 17 No 17 (1993): Zoo Indonesia No 17 No 16 (1992): Zoo Indonesia No 16 No 16 (1992): Zoo Indonesia No 16 No 15 (1992): Zoo Indonesia No. 15 No 15 (1992): Zoo Indonesia No. 15 No 14 (1992): Zoo Indonesia No.14 No 14 (1992): Zoo Indonesia No.14 No 13 (1992): Zoo Indonesia No. 13 No 13 (1992): Zoo Indonesia No. 13 No 12 (1991): Zoo Indonesia No. 12 No 12 (1991): Zoo Indonesia No. 12 No 11 (1991): Zoo Indonesia No. 11 No 11 (1991): Zoo Indonesia No. 11 No 10 (1990): Zoo Indonesia No. 10 No 10 (1990): Zoo Indonesia No. 10 No 9 (1990): Zoo Indonesia No. 9 No 9 (1990): Zoo Indonesia No. 9 No 8 (1989): Zoo Indonesia No. 8 No 8 (1989): Zoo Indonesia No. 8 No 7 (1987): Zoo Indonesia No. 7 No 7 (1987): Zoo Indonesia No. 7 No 6 (1986): Zoo Indonesia No 6 No 6 (1986): Zoo Indonesia No 6 No 5 (1985): Zoo Indonesia No. 5 No 5 (1985): Zoo Indonesia No. 5 No 4 (1985): Zoo Indonesia No. 4 No 4 (1985): Zoo Indonesia No. 4 No 3 (1985): Zoo Indonesia No. 3 No 3 (1985): Zoo Indonesia No. 3 No 2 (1983): Zoo Indonesia No. 2 No 2 (1983): Zoo Indonesia No. 2 No 1 (1983): Zoo Indonesia No. 1 No 1 (1983): Zoo Indonesia No. 1 More Issue