cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta pusat,
Dki jakarta
INDONESIA
Sari Pediatri
ISSN : 08547823     EISSN : 23385030     DOI : -
Core Subject : Health,
Arjuna Subject : -
Articles 10 Documents
Search results for , issue "Vol 23, No 2 (2021)" : 10 Documents clear
Gangguan Memori Kerja pada Anak dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas: Suatu Studi Komparatif Evi Evi; Fransiska Kaligis; Tjhin Wiguna; Anak Agung Ayu Agung Kusumawardhani
Sari Pediatri Vol 23, No 2 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.2.2021.88-94

Abstract

Latar belakang. Penelitian menunjukkan memori kerja merupakan prediktor kapasitas belajar yang lebih bermakna daripada intelligence quotient (IQ). Bila fungsi ini terganggu, anak dapat mengalami kesulitan belajar. Studi melaporkan gangguan memori kerja banyak ditemukan pada gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data proporsi gangguan memori kerja pada anak GPPH dan perbandingan dengan anak tanpa GPPH. Data ini diharapkan dapat menjadi data dasar bagi pengembangan intervensi selanjutnya.Metode. Penelitian ini dilakukan dengan desain potong lintang. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode randomized sampling. Instrumen Working Memory Rating Scale (WMRS) yang telah divalidasi dalam Bahasa Indonesia oleh Wiguna, dkk. (2012) digunakan untuk menentukan ada tidaknya defisit memori kerja. Hasil. Proporsi gangguan memori kerja pada kelompok anak dengan GPPH berbeda bermakna dibandingkan kelompok anak tanpa GPPH (44% vs 0%, p<0,05). Pada uji analisis, didapatkan prevalence ratio (PR) 40,4 (95% IK 2,22 - 738,01), artinya anak dengan GPPH berisiko mengalami gangguan memori kerja 40,4 kali lebih besar dibandingkan anak tanpa GPPH. Kesimpulan. Gangguan memori kerja lebih banyak ditemukan pada anak dengan GPPH. Pemeriksaan memori kerja pada anak dengan GPPH diperlukan untuk mengantisipasi kesulitan belajar yang mungkin timbul. Intervensi tambahan dapat dipertimbangkan untuk memperbaiki gangguan memori kerja pada anak dengan GPPH.
Efektivitas Granulocyte Colony Stimulating Factor untuk Anak dengan Acute on Chronic Liver Failure Fatima Safira Alatas; Kholisah Nasution; Muzal Kadim
Sari Pediatri Vol 23, No 2 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.2.2021.129-35

Abstract

Latar belakang. Gagal hati akut pada penyakit hati kronik (acute on chronic liver failure/ACLF) memiliki angka mortalitas tinggi dan saat ini terapi utamanya ialah transplantasi hati. Terapi dengan granulocyte colony stimulating factor (GCSF) bermanfaat bagi perbaikan fungsi hati dan mengurangi angka kematian yang cepat pada dewasa dengan ACLF.Tujuan. Melakukan telaah kritis efektivitas GCSF pada pasien anak dengan ACLF untuk memperbaiki fungsi hati.Metode. Penelusuran literatur melalui database Pubmed/Medline, Cochrane, Google Scholar, serta Paediatrica Indonesiana, dan Sari Pediatri 29 Juni 2020.Hasil. Terdapat satu studi acak yang sahih dengan subjek penelitian anak yang menunjukkan perbedaan skor Child-Pugh dan Pediatric End-stage Liver Disease (PELD) di hari ke-14 pemberian injeksi GCSF, tetapi tidak ada perbedaan skor di hari ke-30 dan 60. Skor PELD pada penelitian dipakai untuk anak usia kurang dari 12 tahun, sementara untuk anak lebih besar seperti pada kasus seharusnya memakai skor Model for End-stage Liver Disease (MELD) yang ditunjukkan studi pada kelompok dewasa.Kesimpulan. Terapi GCSF subkutan pada pasien anak dengan ACLF berpotensi efektif memperbaiki fungsi hati yang dinilai dengan skor Child-Pugh dan MELD atau PELD. Untuk dapat menjaga efektifitas terapi lebih lama, dapat dipertimbangkan untuk memperpanjang durasi pemberian GCSF dan memberikannya lebih dini.
Korelasi Cluster of Differentiation 4 dan Viral Load dengan Fungsi Sistolik Ventrikel Kiri pada Anak dengan Human Immunodeficiency Virus Nicholas Adrian; Sri Endah Rahayuningsih; Anggraini Alam
Sari Pediatri Vol 23, No 2 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.2.2021.103-9

Abstract

Latar belakang. Nilai viral load dan cluster of differentiation 4 (CD4) pada infeksi human immunodeficiency virus (HIV) merupakan prediktor independen progresifitas penyakit pada usia >5 tahun. Infeksi HIV memengaruhi organ jantung dalam bentuk gangguan fungsi sistolik ventrikel kiri, pada awalnya dapat tanpa gejala. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran keterlibatan kardiovaskuler pada anak dengan HIV.Tujuan. Mengetahui korelasi antara CD4, viral load dengan fungsi sistolik ventrikel kiri pada anak dengan HIV.Metode. Desain penelitian potong lintang, data dari register penelitian HIV bulan Januari-Februari 2020 di RSUP Dr. Hasan Sadikin. Sampel penelitian adalah anak dengan HIV usia 5 – <18 tahun. Subjek penelitian diperiksa kadar CD4 dan viral load, untuk fungsi sistolik ventrikel kiri diukur melalui fraksi ejeksi dan pemendekan fraksi dengan alat echocardiography. Analisis korelasi menggunakan uji Pearson dan Spearman sesuai distribusi data.Hasil. Subjek penelitian adalah 60 anak dengan HIV. Nilai rata-rata CD4 (822 ± 380/mm3). Viral load 68,3% undetected. Nilai rata-rata pemendekan fraksi (35,8±5%). Nilai rata-rata fraksi ejeksi (65,7±6,8%). Hasil korelasi CD4 dengan pemendekan fraksi (r=0,19 p=0,07), CD4 dengan fraksi ejeksi (r=0,22 p=0,04), viral load dengan pemendekan fraksi (r=-0,10 p=0,20), dan viral load dengan fraksi ejeksi (r=-0,09 p=0,22).Kesimpulan. Terdapat korelasi positif lemah antara CD4 dengan fraksi ejeksi, hasil penelitian mungkin dipengaruhi oleh faktor lain yang belum diteliti seperti status pengobatan pada pasien.
Perbedaan Fungsi Ventrikel Kiri pada Anak Gizi Kurang dan Gizi Normal dengan Metode Myocardial Performance Index Putria Rayani Apandi; Sri Endah Rahayuningsih; Rahmat Budi Kuswiyanto
Sari Pediatri Vol 23, No 2 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.2.2021.110-14

Abstract

Latar belakang. Gizi kurang pada anak menyebabkan perubahan pada komposisi tubuh, berupa berkurangya masa otot jantung yang akan menyebabkan kelainan pada fungsi kardiovaskuler. Myocardial performance index (MPI) adalah pemeriksaan fungsi ventrikel yang tidak terpengaruh geometri jantung. Pemeriksaan MPI pada anak gizi kurang belum pernah dilakukan sebelumnya. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menilai perbedaan fungsi ventrikel pada gizi kurang dan gizi normal.Metode. Rancangan penelitian ini adalah potong lintang yang dilakukan pada anak sekolah berumur 6-11 tahun di Kotamadya Bandung selama September – Desember 2014 di 10 Sekolah Dasar. Subyek penelitian di pilih secara random kemudian dibagi menjadi gizi kurang dan gizi normal berdasarkan WHO 2007. Fungsi ventrikel diukur dengan ekokardiografi transtorakal dengan metode Myocardial performance index. Uji t berpasangan dipakai untuk membedakan fungsi ventrikel kiri pada gizi kurang dengan signifikansi P<0,05. Hasil. Rerata MPI ventrikel kiri pada anak gizi kurang adalah 0,37±0,07 dan pada gizi normal adalah 0,35±0,08. Tidak terdapat perbedaan yang bermakna fungsi ventrikel kiri dengan metoda Myocardial Performance Index pada kedua kelompok.(CI95%:-0,012–0,058 P:0,191)Kesimpulan. Fungsi ventrikel kiri pada anak gizi kurang dan gizi normal yang diukur dengan Metode myocardial performance index tidak berbeda bermakna.
Asupan Zat Besi Berhubungan dengan Perkembangan Anak Stunting Usia 6 - 36 Bulan di Semarang Maria Martiani; Ani Margawati; Maria Mexitalia; Farid Agung Rahmadi; Etika Ratna Noer; Ahmad Syauqy
Sari Pediatri Vol 23, No 2 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.2.2021.95-102

Abstract

Latar belakang. Salah satu masalah gizi pada anak yaitu stunting (pendek). Salah satu faktor penyebab stunting yakni asupan zat gizi. Salah satu akibat stunting dapat mempengaruhi perkembangan anak. Ibu berperan penting pada asupan gizi serta perkembangan anak. Skrining pada usia dini berperan dalam mengetahui ada tidaknya gangguan perkembangan pada anak stunting.Tujuan. Mengetahui hubungan asupan gizi dengan perkembangan anak stunting usia 6—36 bulan di wilayah Semarang SelatanMetode. Desain penelitian cross sectional yang dilaksanakan di 8 puskesmas di wilayah Semarang Selatan. Data diperoleh dengan cara interview kuesioner serta pemeriksaan perkembangan dilaksanakan dengan instrumen Capute Scales pada bulan September - November 2020. Analisis multivariat regresi linier digunakan untuk mengetahui hubungan perkembangan dengan variabel dengan mengontrol variabel luar (usia, jenis kelamin, status stunting) Hasil. Subjek berjumlah 71 anak stunting. Subjek memiliki asupan energi (63,1%) dan zat besi (66,2%) yang rendah. Terdapat 33,8% anak stunting mengalami suspek gangguan perkembangan, 9,9% gangguan komunikasi dan 11,3% suspek disabilitas intelektual. Uji multivariat regresi linier menunjukkan bahwa asupan zat besi berhubungan positif dengan perkembangan anak stunting (p 0,05).Kesimpulan. Terdapat hubungan signifikan antara asupan zat besi dengan perkembangan anak stunting.
Faktor yang Berhubungan dengan Kenaikan Berat Badan Bayi Berat Lahir Rendah Daffa Hafizh Afian; Mohamad Syarofil Anam; Ari Budi Himawan; Adhie Nur Radityo Suswihardhyono
Sari Pediatri Vol 23, No 2 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.2.2021.75-81

Abstract

Latar belakang. Bayi berat lahir rendah (BBLR) memiliki risiko morbiditas, keterlambatan pertumbuhan dan gagal tumbuh. Faktor yang berhubungan kenaikan berat badan BBLR perlu diketahui agar risiko keterlambatan pertumbuhan dapat dikendalikan. Tujuan. Menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan kenaikan berat badan BBLR di RSUD R.A. Kartini Jepara.Metode. Penelitian ini merupakan studi kasus kontrol. Subyek dibagi dalam kelompok kasus (BBLR dengan kenaikan berat badan tidak sesuai grafik Fenton) dan kelompok kontrol (BBLR dengan kenaikan berat badan sesuai grafik Fenton), kemudian secara retrospektif diteliti faktor yang berhubungan dengan kenaikan BB selama 4 minggu pemantauan. Faktor-faktor yang diteliti adalah usia kehamilan, berat lahir, komplikasi, jumlah diit dan pemberian nutrisi parenteral.Hasil. Data dipilih secara consecutive sampling, didapatkan 148 subyek penelitian yang terdiri dari 72 kasus dan 76 kontrol. Didapatkan 36,1% laki-laki pada kelompok kasus dan 60,5% pada kelompok kontrol. Hubungan bermakna ditemukan pada kenaikan berat badan pada BBLR dengan jenis kelamin (p=0,003), berat lahir (p=0,01), usia kehamilan (p=0,035), komplikasi (p=0,037) dan jumlah diit minggu kedua (p<0,001). Namun, tidak terdapat hubungan bermakna antara kenaikan berat badan pada BBLR dengan pemberian nutrisi parenteral (p=0,093).Kesimpulan. Usia kehamilan, berat lahir, komplikasi dan jumlah diit berhubungan dengan kenaikan berat badan BBLR.
Hubungan Stunting dengan Gangguan Kognitif pada Usia Remaja Awal di Kecamatan Jatinangor Rafa Fathia Suhud; Eddy Fadlyana; Elsa Pudji Setiawati; Siti Aminah; Rodman Tarigan
Sari Pediatri Vol 23, No 2 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.2.2021.115-20

Abstract

Latar belakang. Stunting merupakan salah satu permasalahan kesehatan nasional maupun dunia. Diperkirakan stunting berhubungan dengan penurunan dalam tingkat kognitif, kapasitas belajar, motorik, dan fungsi bahasa.Tujuan. Penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan stunting dengan gangguan kognitif pada usia remaja awal di Kecamatan Jatinangor.Metode. Jenis penelitian ini merupakan studi penelitian analitik komparatif dengan metode potong lintang. Kriteria inklusi penelitian ini adalah murid sekolah dasar kelas 5-6 di Kecamatan Jatinangor. Kriteria eksklusi pada penelitian ini adalah pengambilan data yang tidak lengkap dan memiliki penyakit kronik. Pengambilan data berupa karakteristik subjek, antropometri dilakukan sesuai dengan prosedur WHO, dan fungsi kognitif menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE) Folstein. Analisis data menggunakan Fisher’s Exact Test.Hasil. Penelitian ini terdiri dari 58 subjek yang terdiri dari 57% perempuan dan 43% laki-laki dengan rentang usia 10-12 tahun. Terdapat 26% subjek yang termasuk kategori stunting dan 26% yang termasuk kategori Mini Mental State Examination tidak normal. Berdasarkan hasil analisis bivariat menggunakan uji statistik Fisher’s Exact Test didapatkan hubungan antara stunting dengan gangguan kognitif dengan nilai p=0,013.Kesimpulan. Dari hasil penelitian ini ditemukan terdapat hubungan bermakna antara stunting dengan gangguan kognitif pada usia remaja awal di Kecamatan Jatinangor.
Hubungan Pola Konsumsi Kudapan dengan Stunting pada Anak Kelas 1-2 SDN 036 Ujungberung Kota Bandung Salma Raudhatusabrina Basuki; Herri S Sastramihardja; Wiwiek Setiowulan
Sari Pediatri Vol 23, No 2 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.2.2021.121-8

Abstract

Latar belakang. Prevalensi anak dengan stunting di kota Bandung pada 2018 mencapai 25,8%, melebihi ambang batas WHO (20%). Rendahnya kualitas gizi asupan merupakan salah satu penyebab stunting. Konsumsi makanan kudapan dengan nilai gizi rendah pada anak di kota Bandung cukup tinggi, tetapi penelitian mengenai hubungan antara konsumsi kudapan dan stunting masih terbatas.Tujuan. Mengetahui hubungan pola konsumsi kudapan dengan stunting pada anak kelas 1-2 SDN 036 Ujungberung Kota Bandung. Metode. Penelitian analitik observasional dengan pendekatan potong lintang dilakukan pada 268 responden dengan teknik consecutive sampling. Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan frekuensi konsumsi dan usia mulai mengonsumsi kudapan dengan stunting. Hasil. Frekuensi konsumsi kudapan berhubungan dengan kejadian stunting, p=0,032 (PR 1,61 (95% CI 1,133-1,317)). Usia saat mulai mengonsumsi kudapan saja tidak berhubungan dengan kejadian stunting. Frekuensi konsumsi kudapan ≥1x per hari dan usia mulai mengonsumsi kudapan kurang dari 5 tahun berhubungan dengan kejadian stunting yang lebih tinggi, p<0,01 (PR: 2,02 (95% CI 1,272-1,435)).Kesimpulan. Terdapat hubungan bermakna antara pola konsumsi makanan kudapan dan stunting pada anak. 
Hubungan Kadar Docosahexaenoic Acid Terhadap Perlemakan Hati Non Alkoholik Remaja Obesitas Dhina Lidya Lestari; Yusri Dianne Jurnalis; Hirowati Ali
Sari Pediatri Vol 23, No 2 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.2.2021.82-7

Abstract

Latar belakang. Penyakit hati berlemak non alkohol (NAFLD) adalah penyakit yang ditandai dengan timbunan lemak yang signifikan di hepatosit dari parenkim hati yang menyebabkan kerusakan hati berupa peradangan. Prevalensi NAFLD meningkat seiring dengan meningkatnya obesitas pada anak dan remaja. Docosahexaenoic acid (DHA) merupakan salah satu pengobatan farmakologis untuk NAFLD dan belum ada data terbaru yang spesifik untuk pengukuran DHA pada anak NAFLD. Tujuan. Menganalisis hubungan DHA dengan NAFLD , dan mengukur nilai DHA setiap derajat NAFLD. Metode. Lima puluh delapan remaja obesitas (31 laki-laki, 27 perempuan), berusia 14-18 tahun yang terpantau di kota Padang, sejak Juni – Juli 2017. Penelitian ini bersifat observasional cross sectional. Hasil. Tidak ada perbedaan jenis kelamin yang diamati pada NAFLD. Indeks massa tubuh pada kelompok NAFLD lebih tinggi daripada non-NAFLD 30,30±4,21kg/m2 vs 28,70±2,65 kg/m2. Pengukuran derajat penyakit perlemakan hati non alkohol dengan hasil USG masing-masing derajat ringan, sedang dan berat adalah 12(37,5%), 15(46,8%) dan 5(15,6%). Selain itu, kandungan DHA memiliki perbedaan yang signifikan pada masing-masing kelompok, penyakit perlemakan hati non-alkohol vs non-NAFLD 40,46±19,23 menjadi 89,26±41,21µg/ml dengan p<0,0001. Kesimpulan. Nilai DHA signifikan lebih rendah pada kelompok penyakit hati berlemak non alkohol yang dikonversi dengan non-NAFLD. Manajemen diet dengan DHA tinggi penting untuk mencegah dan mengelola obesitas dengan lebih baik.
Diagnosis Infeksi Dengue di Era Pandemi COVID-19 Mulya Rahma Karyanti; Pinka Nurashri Setyati
Sari Pediatri Vol 23, No 2 (2021)
Publisher : Badan Penerbit Ikatan Dokter Anak Indonesia (BP-IDAI)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14238/sp23.2.2021.136-42

Abstract

Latar belakang. Penegakan diagnosis infeksi dengue menjadi tantangan di era pandemik COVID-19. Kasus misdiagnosis dan ko-infeksi antara infeksi dengue dengan COVID-19 telah dilaporkan karena adanya kemiripan gejala klinis maupun pemeriksaan laboratorium. Keterlambatan atau kesalahan penegakan diagnosis dapat menimbulkan kerugian pada pasien, maupun petugas kesehatan. Tujuan. Mendapatkan strategi penegakan diagnosis infeksi dengue yang cepat dan tepat pada era pandemi COVID-19.Metode. Penelusuran artikel melalui database ilmiah.Hasil. Infeksi dengue dan COVID-19 memiliki perbedaan patofisiologi dan target organ. Kedua penyakit tersebut memiliki ciri khas yang sama yaitu terjadinya disfungsi endotel. Terdapat perbedaan karakteristik demam dimana infeksi dengue dengan saddleback fever dan COVID-19 prolonged fever. Gejala saluran pernapasan lebih umum ditemui pada pasien COVID-19 (76%) dibandingkan pada infeksi dengue (21,5%). Sementara itu, gejala gastrointestinal berupa nyeri abdomen, muntah persisten merupakan gejala warning signs penting pada infeksi dengue, sedangkan diare dapat terjadi pada COVID-19. Manifestasi perdarahan pada infeksi dengue terutama dapat berupa petekie, epistaksis, gusi berdarah atau perdarahan saluran cerna, namun pada COVID-19 tidak terjadi. Pada infeksi dengue pada fase awal demam dapat timbul muka kemerahan (flushing) dan fase penyembuhan muncul rash konvalesen yang dapat disertai rasa gatal pada ektremitas, sementara ruam eritematosa adalah temuan pada COVID-19. Pemeriksaan laboratorium yang cepat, mudah, praktis dan tersedia dalam praktek untuk konfirmasi infeksi dengue dilakukan pemeriksaan antigen NS1 dengue, sedangkan konfirmasi COVID-19 dilakukan pemeriksaan PCR SARS-CoV-2 dari swab naso dan orofaring.Kesimpulan. Infeksi dengue dan COVID-19 memiliki gejala klinis dan temuan laboratorium yang serupa. Diagnosis infeksi dengue pada era pandemic COVID-19 dapat dikonfirmasi dengan antigen NS1 bersamaan dengan PCR SARS-C0V-2.

Page 1 of 1 | Total Record : 10


Filter by Year

2021 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 3 (2025) Vol 27, No 2 (2025) Vol 27, No 1 (2025) Vol 26, No 6 (2025) Vol 26, No 5 (2025) Vol 26, No 4 (2024) Vol 26, No 3 (2024) Vol 26, No 2 (2024) Vol 26, No 1 (2024) Vol 25, No 6 (2024) Vol 25, No 5 (2024) Vol 25, No 4 (2023) Vol 25, No 3 (2023) Vol 25, No 2 (2023) Vol 25, No 1 (2023) Vol 24, No 6 (2023) Vol 24, No 5 (2023) Vol 24, No 4 (2022) Vol 24, No 3 (2022) Vol 24, No 2 (2022) Vol 24, No 1 (2022) Vol 23, No 6 (2022) Vol 23, No 5 (2022) Vol 23, No 4 (2021) Vol 23, No 3 (2021) Vol 23, No 2 (2021) Vol 23, No 1 (2021) Vol 22, No 6 (2021) Vol 22, No 5 (2021) Vol 22, No 4 (2020) Vol 22, No 3 (2020) Vol 22, No 2 (2020) Vol 22, No 1 (2020) Vol 21, No 6 (2020) Vol 21, No 5 (2020) Vol 21, No 4 (2019) Vol 21, No 3 (2019) Vol 21, No 2 (2019) Vol 21, No 1 (2019) Vol 20, No 6 (2019) Vol 20, No 5 (2019) Vol 20, No 4 (2018) Vol 20, No 3 (2018) Vol 20, No 2 (2018) Vol 20, No 1 (2018) Vol 19, No 6 (2018) Vol 19, No 5 (2018) Vol 19, No 4 (2017) Vol 19, No 3 (2017) Vol 19, No 2 (2017) Vol 19, No 1 (2017) Vol 18, No 6 (2017) Vol 18, No 5 (2017) Vol 18, No 4 (2016) Vol 18, No 3 (2016) Vol 18, No 2 (2016) Vol 18, No 1 (2016) Vol 17, No 6 (2016) Vol 17, No 5 (2016) Vol 17, No 4 (2015) Vol 17, No 3 (2015) Vol 17, No 2 (2015) Vol 17, No 1 (2015) Vol 16, No 6 (2015) Vol 16, No 5 (2015) Vol 16, No 4 (2014) Vol 16, No 3 (2014) Vol 16, No 2 (2014) Vol 16, No 1 (2014) Vol 15, No 6 (2014) Vol 15, No 5 (2014) Vol 15, No 4 (2013) Vol 15, No 3 (2013) Vol 15, No 2 (2013) Vol 15, No 1 (2013) Vol 14, No 6 (2013) Vol 14, No 5 (2013) Vol 14, No 4 (2012) Vol 14, No 3 (2012) Vol 14, No 2 (2012) Vol 14, No 1 (2012) Vol 13, No 6 (2012) Vol 13, No 5 (2012) Vol 13, No 4 (2011) Vol 13, No 3 (2011) Vol 13, No 2 (2011) Vol 13, No 1 (2011) Vol 12, No 6 (2011) Vol 12, No 5 (2011) Vol 12, No 4 (2010) Vol 12, No 3 (2010) Vol 12, No 2 (2010) Vol 12, No 1 (2010) Vol 11, No 6 (2010) Vol 11, No 5 (2010) Vol 11, No 4 (2009) Vol 11, No 3 (2009) Vol 11, No 2 (2009) Vol 11, No 1 (2009) Vol 10, No 6 (2009) Vol 10, No 5 (2009) Vol 10, No 4 (2008) Vol 10, No 3 (2008) Vol 10, No 2 (2008) Vol 10, No 1 (2008) Vol 9, No 6 (2008) Vol 9, No 5 (2008) Vol 9, No 4 (2007) Vol 9, No 3 (2007) Vol 9, No 2 (2007) Vol 9, No 1 (2007) Vol 8, No 4 (2007) Vol 8, No 3 (2006) Vol 8, No 2 (2006) Vol 8, No 1 (2006) Vol 7, No 4 (2006) Vol 7, No 3 (2005) Vol 7, No 2 (2005) Vol 7, No 1 (2005) Vol 6, No 4 (2005) Vol 6, No 3 (2004) Vol 6, No 2 (2004) Vol 6, No 1 (2004) Vol 5, No 4 (2004) Vol 5, No 3 (2003) Vol 5, No 2 (2003) Vol 5, No 1 (2003) Vol 4, No 4 (2003) Vol 4, No 3 (2002) Vol 4, No 2 (2002) Vol 4, No 1 (2002) Vol 3, No 4 (2002) Vol 3, No 3 (2001) Vol 3, No 2 (2001) Vol 3, No 1 (2001) Vol 2, No 4 (2001) Vol 2, No 3 (2000) Vol 2, No 2 (2000) Vol 2, No 1 (2000) More Issue